Anda di halaman 1dari 16

pbl

A. Pendahuluan
Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah). Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter
yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan
beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas talasemia mayor dan minor. Ketidakseimbangan
dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin,
disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang
harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1gen yang diturunkan, maka orang
tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 jenis yang utama
adalah Alfa-thalassemia (melibatkan rantai alfa) dan Beta-thalassemia (melibatkan rantai
beta). Thalasemia alpha terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alpha
globulin. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai thalassemia alfa.1

B. Pembahasan
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap
pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). 1
Berikut adalah beberapa hal yang perlu ditanyakan untuk membantu diagnosis dari suatu
penyakit:
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
a) Identitas pasien

1
b) Keluhan utama pasien : hamil 2 kali, tetapi pasien kehamilan yang pertama
mengalami keguguran pada usia 12 minggu sedangkan yang kedua melahirkan
bayi dengan hydrops fetalis pada gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit
setelah dilahirkan.
c) Riwayat penyakit sekarang yaitu menanyakan yang berhubugan dengan keluhan
utama seperti :
Apakah pasangan suami istri mengalami kelainan berupa kelainan darah
turunan atau penyakit herediter lainnya?
Apakah sudah mencoba konseling kepada dokter terkait seperti dokter
kandungan dan dokter genetika klinik?

d) Riwayat kehamilan :
Kehamilan pada usia berapa untuk pertama dan kedua?
Apakah ada gangguan kesehatan pada saat kehamilan?
Apakah ibu sering memeriksa kehamilannya kepada dokter? Bagaimana
hasil yang sering diperoleh?
Apakah dokter ada menyarankan untuk menyarankan melakukan
pemeriksaan tambahan?
Bagaimana keadaan fisik dan psikologis ibu saat hamil?
Apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan?

e) Riwayat penyakit dahulu :


apakah pasien pernah atau sedang mengalami suatu penyakit berat?

f) Riwayat penyakit keluarga


Tanyakan penyakit yang sedang atau pernah dialami oleh keluarga atau
kerabat dekat yang dapat memungkinkan pasien tersebut mengalami hal yang sama
dalam penyakit genetic dan tanyakan keadaan mereka. Seperti keterkaitan kasus ini
yaitu talasemia. Tanyakan kepada orangtuanya apakah kedua orangtua anak
tersebut mempunyai genetic talasemia atau memang penderita talasemia?
Penting hal nya memikirkan atau membuat sebuah pohon keluarga untuk
lebih memastikan penurunan yang akan diterima apabila kelak pasangan suami istri
tersebut akan memiliki keturunan. Dengan pohon keluarga ini kita dapat
memprediksikan thalasemia diturunkan dengan prediksi perbandingan.2

2
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital
seperti suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Selain itu pemeriksaan fisik
yang mengarahkan ke diagnosis thalasemia bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang
menunjukkan anemia, ikterus yang menunjukkan hemolitik, splenomegali yang
menunjukkan adanya penumpukan (pooling) sel abnormal, dan deformitas skeletal,
terutama pada thalasemia beta. Pemeriksaan fisik pada thalasemia alfa minor sebenarnya
sulit karna sama halnya dengan seseorang yang seperti sedang menderita anemia.2

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap,
elektroforesis hemoglobin, tes rantai globin dan analisa DNA. Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah lengkap, seorang penderita sindrom thalasemia umumnya
menunjukkan anemia mikrositik hipokrom. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun,
tetapi hitung jenis eritrosit biasanya secara disproporsi relative tinggi terhadap derajat
anemia, yang menyebabkan MCV sangat rendah. MCHC biasanya sedikit menurun. Pada
HbH disease, eritrosit mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah.
Pada thalasemia-0 heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang
poikilositosis. Untuk menunjukkan simpanan besi berkurang atau tidak, maka dilakukan
pemeriksaan feritin serum. Selain feritin serum, dilakukan pula pemeriksaan serum iron,
dan TIBC untuk mengetahui peningkatan kapasitas mengikat-besi. Dilakukan pula
pemeriksaan bilirubin total, bilirubin dirak dan bilirubin indirek untuk membantu
menegakkan diagnosa. Diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat
besi dalam darah untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi
atau thalassemia. Anemia pada thalassemia terjadi karena masalah dengan salah satu rantai
globin alpha atau rantai beta globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi . Kadar
besi dalam serum meninggi dan daya ikat serum terhadap besi menjadi rendah.
Meskipun elektroforesis hb kurang sensitive untuk mendiagnosis thalasemia alfa,
namun elektroforesis hb dapat membantu menghitung jumlah dan mengidentifikasi tipe
hemoglobin yang tidak normal. Hb F meningkat: 20%-90% Hb total Elektroforesis Hb :
hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F. Elektroforesis hemoglobin pada selulosa
asetat atau elektroforesis gel kanji pada pH basa merupakan uji laboratorium paling mudah

3
untuk membuktikan adanya hemoglobin abnormal. Pada thalasemia alfa, penurunan
sintesis rantai alfa menyebabkan rantai beta menjadi berlebihan. Rantai-rantai beta ini
dapat membentuk tetramer yang mudah dibuktikan dengan pemeriksaan elektroforesis
hemoglobin.
Analisis DNA dilakukan untuk mengidentifikasi genotip spesifik. Uji ini dapat
dilakukan untuk tujuan penelitian, untuk membedakan thalasemia alfa carrier dari
thalasemia lainnya, untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat tersembunyi, atau melihat
pola pewarisan keluarga.4

4. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal ( PND ) pada thalassemia pertama kali berhasil dilakukan oleh
Nathan and Kan dengan menggunakan darah fetal. Tujuan dari diagnosis prenatal adalah
untuk mengetahui sedini mungkin, apakah janin yang dikandung menderita thalassemia
mayor. PND terutama ditujukan pada janin pasangan baru yang sama sama pengemban
sifat thalassemia dan janin pasangan yang telah mendapat bayi thalassemia sebelumnya.
Pada kasus thalassemia, sekarang PND dapat dilakukan pada usia kehamilan 8 minggu
dengan mengguanakan villi chorialis, untuk mempercepat proses PND, dapat dimulai
dengan pemeriksaan DNA kedua orangtuanya terlebih dahulu. Tindakan ini dapat
dilakukan lebih awal bahkan sebelum kehamilan terjadi, pada saat mereka telah
memutuskan untuk mempunyai anak. Kemudian setelah usia kehamilan mencapai 8
minggu, baru dilakukan pengambilan sampel jaringan vili chorialis janin serta dilakukan
pemeriksaan molecular sesuai dengan mutan yang diemban oleh kedua orangtuanya.
Sedikitnya harus ada dua teknik berbeda yang dilakukan pada PND, agar hasil identifikasi
lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. PND juga harus dilakukan secepat
mungkin (dalam waktu kurang dari seminggu) agar tidak menjadi beban psikologis kedua
orangtua selama menunggu hasil untuk mengambil keputusan.
Selain itu usia kehamilan juga masih memungkinkan untuk tindakan terminasi
kehamilan kalau memang hal tersebut diperlukan. Biasanya pasangan masih membutuhkan
waktu beberapa hari hingga mingggu, untuk memutuskan nasib janin mereka jika ternyata
sang janin menderita thalassemia, dan selama itu mereka mungkin perlu pendampingan.
Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik inseminasi selektif,
pada pasangan berisiko tinggi. Dengan teknik ini maka kemungkinan lahirnya bayi
thalassemia dapat diperkecil. Apanila pada kehamilan normal probabilitas terjadinya bayi
thalassemia mayor adalah 25%, maka pada inseminasi selektif, jika ada enam embrio yang

4
dibuahi secara in vitro, dan hanya dua embrio yang diambil secara acak yang ditanamkan
ke rahim maka probabilita terjadinya bayi thalassemia dari pasangan tersebut menjadi
lebih rendah dari risiko kehamilan normal. Teknik inseminasi selektif dianggap lebih
menyenangkan terutama bagi sebagian pasangan yang karena alasan pribadi atau lainnya
keberatan untuk melakukan PND dan terminasi kehamilan.4

5. Diagnosis Kerja
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah
merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut
hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa
dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang
berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau
hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan
thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia
dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.1
Thalasemia alpha terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alpha
globulin. Akibat adanya kekurangan sintesis rantai alfa, maka dapat menyebabkan
timbulnya banyak rantai beta dan gama yang tidak dapat berpasangan dengan rantai alpha.
Dengan adanya hal tersbut, maka akan menyebabkan pula terbentuknya tetramer dari
rantai beta(HbH) dan juga tetramer dari rantai gama(Hb barts), dengan begitu maka
diketahui thalasemia alpha memiliki beberapa jenis, yaitu :
a) Delesi pada empat rantai alpha
Delesi pada empat rantai alpha ini sering dikenal juga dengan sebutan
Hydrops fetalis. Dalam delesi pada empat rantai tersebut biasanya sel darah
merahnya banyak terkandung Hb Barts. Gejala dari delesi ini berupa
timbulnya ikterus, pembesaran limfa, dan jika pada orang hamil, maka
janinnya akan sangat anemis dan dapat mati dalam usia kandungan 36-40
bulan. Biasanya pada bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa
jam setelah kelahirannya, jika delesi ini diuji secara elektroforesis, maka akan
diketahui kadar Hb nya sebesar 80-90%Hb Barts, dan diketahui juga tidak
adanya HbA ataupun HbF.

b) Delesi pada tiga rantai alpha

5
Delesi berikut ini dapat dikenali sebagai HbH Disease yang biasanya
disertai dengan adanya anemia hipokromik mikrositer dengan banyak
terbentuknya HbH, dengan behitu maka HbH akan mengalami presipitasi
dalam sel darah merah(eritrosit), sehingga akan mengakibatkan penghancuran
sel darah merah dengan mudah. ini dapat terdekteksi setelah kelahiran dengan
adanya anemia berat dan juga adanya pembesaran pada limfa. Fenotipe HbH
disease berupa talasemia intermedia yang ditandai dengan anemia hemoltik
sedang-berat namun dengan inefektivitas eritropoiesis yang lebih ringan.

c) Delesi pada dua rantai alpha


Delesi berikut ini diketahui dengan adanya anemia Hipokromik
mikrositer yang ringan, yaitu dengan terjadi penurunan dari HbA2 dan
peningkatan dari HbH, delesi ini ditandai dengan adanya anemia ringan
bahkan ada juga yang tidak terdapat gejala anemianya.

d) Delesi pada rantai satu alpha


Delesi ini dapat disebut juga sebagai Silent Carreie, karena adanya
tiga lokus globin yang masih bisa menjalankan fungsinya dengan normal,
delesi tersebut kelainan globulinnya sangat minimal dan hanya dapat diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium secara molekuler. Penderita tipe ini
merupakan pembawa sifat yang fenotipnya tidak memberikan gejala dan
tanda. Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi keturunan afrika. 1,4

6. Etiologi
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah
merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut
hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa
dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang
berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau
hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan
thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia
dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.1

6
7. Epidemiologi
Penyakit thalassemia ini menyebar luas didaerah mediteranian seperti Italia,
Yunani, Afrika bagian utara, timur tengah, India Selatan sampai kawasan Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Frekuensi thalassemia di Asia Tenggara antara 3-9%.1

8. Patofisiologi
Pada Talasemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai
globin. Penurunan secara bermakna kecepatan sintesis salah satu jenis rantai globin
(rantai- atau rantai-) menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak seimbang.
Ada beberapa jenis hemoglobin yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen
selama masa pertumbuhan, mulai embrio, fetus sampai dewasa. Hemoglobin memiliki
bentuk tetrametrik yang sama, terdiri dari dua pasang rantai globin yang terikat dengan
heme. Hem terdiri dari zat besi (Fe) sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai
polipeptida. Sintesa globin dimulai pada awal kehidupan masa embrio di dalam kandungan
sampai 8 minggu usia kehamilan dan hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung
jawab pada periode ini adalah hati, limpa, dan sumsum tulang.5
Pada Talasemia Alfa, tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan
sel dan menghasilkan inclusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama
kelainan ini. Hal ini semakin berat karena HbH dan Barts adalah homotetramer yang tidak
mengalami perubahan allosterik yang diperlukan untuk transport oksigen. Pada bentuk
homozigot (--/--), tidak ada rantai alfa yang diproduksi. Penderitanya memiliki Hb Barts
yang tinggi dengan Hb embrionik. Sebagian besar penderita lahir meninggal dengan tanda-
tanda hipoksia intrauterin. Pada bentuk heterozigot terjadi ketidakseimbangan jumlah
rantai tetapi penderita mampu bertahan. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia
hemolitik dengan adaptasi terhadap anemia yang tidak baik karena HbH tidak bisa
berfungsi sebagai pembawa oksigen.4,5

9. Pewarisan talasemia
Pewarisan thalasemia secara genetis dapat berupa pola pewarisan sifatnya, karena
pada umumnya dua gen pada kromosom yang berbeda akan bekerjasama untuk
menghasilkan hemoglobin. Gen yang membawa thalasemia dapat mengawal pada
pengeluaran protein dalam sel darah merah. Selanjutnya hemoglobin akan mengikat
oksigen di dalam paru-paru dan akan melepaskannya kembali hingga pada rangkaian

7
poriferi seperti hati. Pengikatan dan pelepasan oksigen yang dilakukan oleh hemoglobin
sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup. dari hemoglobin tersebut didalamnya
terdapat protein yang memiliki empat sub unit, dari empat sub unit tersebut merupakan
protein berupa alpha, sedangkan sisanya merupakan protein berupa beta. Jika diantara sub
unit alpha dan beta digabungkan, maka hemoglobin akan melakukan pengikatan dan juga
pelepasan oksigen. Sementara itu sepasang gen yang letaknya pada kromosom 16 akan
mengawali adanya pengeluaran dari sub unit alpha hemoglobin. Sedangkan sel tunggal
yang terletak pada kromosom no 11 akan mengawasi pengeluaran sub unit beta
hemoglobin. Pada umumnya masing-masing sel memiliki sepasang kromosom identik,
yaitu satu dari ibu dan satu lagi dari ayah, sehingga melalui hal tersebutlah akan dapat
ditentukan bagaimana keturunannya dan pada setiap kromosom mengandung ribuan gen
akan berbaris secara berurutan. Dan pada setiap individunya memiliki dua gen globin beta.
Satu gen berasal dari ayah dan satu lagi berasal dari ibu, karena setiap kromosom 16
memiliki dua gen alpha, maka setiap orang akan mempunyai sebanyak empat gen. Satu
kromosom 16 berasal dari ayah yang berpengaruh pada dua gen globin alpha kepada
keturunannya. Satu kromosom 16 berasal dari ibu yang juga menyumbang dua gen globin
alpha pada keturunannya. Dalam thalasemia dapat terjadi apabila satu gen atau lebih gen
tersebut gagal agar dapat menghasilkan protein dan dapat menyebabkan kekurangan dari
salah satu sub unit. Jika salah satu dari gen globin betanya gagal, keadaan tersebut disebut
thalasemia beta, hal tersebut terjadi karena kekurangan sub unit beta. Jika gen globin alpha
gagal, keadaan tersebut merupakan thalasemia alpha, yang diakibatkan adanya
kekeurangan dari sub unit alpha.4,5 Pada kasus telah diketahui bahwa pasangan suami istri
tersebut merupakan penderita talasemia-alfa minor, maka akan didapatkan skema
penurunan talasemia seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Penurunan Talasemia Minor

8
( Sumber : www.thalassemia.org )

10. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen
di dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah
merah dan hemoglobin. Temuan klinis tergantung pada nomor dari delesi gen globin
yaitu delesi pada empat rantai alpha ( hydrops fetalis ), delesi pada tiga rantai alpha ( HbH
disease ), delesi pada dua rantai alpha serta delesi pada satu rantai alpha atau yang disebut
dengan silent carrier.
a) Silent Carrier
Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita
atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih
pucat (hipokrom). Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ringan artinya
mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan
atau gangguan fisik, hanya ada sedikit perubahan pada gambaran sel darah
merahnya. Gambaran sel darah merahnya hampir sulit dibedakan dengan orang
normal, kecuali ukuran sel darah merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan
jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) yang sedikit lebih rendah dari
ukuran normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 3

9
globin alpha karena hilangnya 1 gen globin alpha. Pembawa sifat ini tidak akan
mengalami kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental
yang sarna dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini.

b) Alpha Thalassemia Trait


Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel
darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal
(mikrositer). Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat artinya mempunyai
kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan atau
gangguan fisik, hanya ada perubahan pada gambaran sel darah merah yang
sangat jelas yaitu ukuran sel darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran
normal dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) lebih rendah dari
jumlah normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 2
gen globin alpha yang berfungsi. Kedua gen globin alpha ini terletak pada satu
belah kromosom dan yang sebelahnya tidak mempunyai gen globin alpha sama
sekali atau pada setiap belah kromosom hanya ada 1 gen globin alpha.
Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti, dapat
melakukan aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang yang tidak
mempunyai kelainan ini, tetapi dapat mengalami anemia ringan pada saat hamil
atau saat menderita infeksi berat.

c) HbH Disease
Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan
adanya gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan
perbesaran limpa (splenomegali). Ditandai dengan hanya 1 gen globin yang
berfungsi. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang salah satunya pembawa
sifat thalassaemia alpha berat sedangkan yang lainnya pembawa sifat
thalassaemia alpha ringan. Penyakit ini harus dicurigai pada bayi baru lahir
yang semua sel darah merahnya pucat dan mempunyai Hb Bart yang tinggi.
Hb Bart dibentuk dari 4 buah rantai globin gama. Hemoglobin ini tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada anak yang lebih besar penyakit HbH
ditandai dengan anemia sedang kadar (kadar Hb antara 8 sid 10 g/dl), sel darah
merahnya kecil dan pucat serta ditemukan adanya HbH. HbH dibentuk dari 4
rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang normal. Kadar Hb pada

10
penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun dengan drastis pada
saat menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi obat-obat, zat
kimia atau makanan yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa, "benzene"
(terdapat dalam bensin, batubara, bahan kimia untuk pembuatan plastik).
Walaupun jarang, dapat terjadi anemia berat, batu empedu, tukak pada kulit,
dan pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan pengangkatan limpa.

d) Alpha Thalassemia Major


Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha.
Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak
mempunyai gen globin alpha) sehingga tidak ada HbA atau HbE yang
diproduksi. Biasanya fetus (janin) yang menderita alpha thalassemia major
mengalami anemia pada awal kehamilan, kemudian membengkak karena
kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi pembesaran hati dan limpa. Fetus
(janin) yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau
meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Penderita ini dilahirkan dari pasangan
yang keduanya pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat. Pada keadaan ini
terjadi kematian janin karena janin mengalami kekurangan oksigen berat. Ibu
dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat.4

11. Penatalaksanaan
Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari
gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia cenderung
ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa pengobatan. Terdapat 3
(standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat menengah atau berat, yaitu transfusi
darah, terapi besi dan chelation, serta menggunakan suplemen asam folat. Selain itu,
terdapat perawatan lainnya adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang,
pendonoran darah tali pusat.
a) Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang
atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan
sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan

11
tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120
hari sel darah merah akan mati.
b) Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein.
Apabila melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan
penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan
organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi
diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-
obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu:
Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit
secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang
digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama
dan sedikit memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek
sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan
kelelahan (kelelahan).

c) Suplemen Asam Folat


Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-
sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping
melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.
d) Transplantasi sum-sum tulang belakang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah
dilakukan. Sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel
induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang
membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya
pengobatan yang dapat menyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala
karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang
baik antara donor dan resipiennya.

12
e) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)
Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta.
Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari
sistem kekebalan tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum
tulang, darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif
sederhana.3,4

12. Konseling Genetik


Istilah Konseling Genetik pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon Redd dari
Dight Institute for Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetic diartikan
sebagai member informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah genetic
yang ada dalam keluarganya.
Penerapan konseling genetic pada masyarakat kita mungkin harus sedikit berbeda
dari apa yang direkomendasikan oleh para ahli di luar negeri, karena struktur social
ekonomi, budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Istilah konseling genetic sendiri
masih asing dan mungkin masih sukar diterima oleh sebagian masyarakat kita, yang
sebagian besar berpendidikan dibawah SMU.
Pada prinsipnya sebelum konseling genetic diterapkan, kita harus mempunyai para
konselor genetic yang handal. Yang terpenting adalah seorang konselor sudah terlatih dan
menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan thalassemia. Seorang konselor juga
dituntut untuk dapat bersikap simpatik, tidak terkesan menggurui apalagi memaksa, agar
dapat terjalin suatu komunikasi hubungan batin yang baik antara konselor dengan yang
dikonseling. Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi sebanyak dan
selengkap mungkin ada pada keluarga yang dikonseling (klien). Informasi itu menyangkut
3 hal pokok, yaitu:
a) Tentang penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan
masalah masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita thalassemia
mayor. Konselor juga terlebih dahulu harus mengumpulkan data medis dari
kliennya terutama riwayat keluarga sang klien sebelum memulai konseling,
agar informasi yang disampaikan tepat dan bersifat khusus untuk pasangan
tersebut.
b) Member jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang
klien dan membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan
dengan tindakan yang akan dilakukan. Seorang konselor tidak selayaknya

13
memberikan jalan keluar yang kira kira tidak mungkin terjangkau atau dapat
dilakukan olenh sang klien.
c) Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan
dengan baik dan lancar.
Secara umum sasaran konseling genetic adalah pasangan pranikah, terutama yang
berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita thalassemia, atau
kepada mereka yang mempunyai anggota keluarga yang berpenyakit thalassemia. Kepada
pasangan tersebut perlu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan indeks hematologis (full
blood count) terlebih dahulu sebelum menikah untuk memastikan apakah mereka
mengemban cacat genetic thalassemia.
Apabila hanya salah satu dari mereka yang mengemban (pembawa sifat)
thalassemia tidak jadi masalah, tetapi jika keduanya pengemban sifat thalassemia makan
perlu diinformasikan bahwa jika mereka tetap memutuskan untuk menikah maka 25% dari
keturunannya berpeluang menderita thalassemia mayor. Keputusan tergantung pada
pasangan tersebut apakah mereka memutuskan tidak kawin, tetap kawin tanpa mempunyai
anak, atau kawin dan ingin mempunyai anak.
Konseling genetic secara khusus juga ditujukan untuk pasangan berisiko tinggi,
baik yang terjaring pada pemeriksaan premarital maupun pasangan yang telah mempunyai
anak thalassemia sebelumnya. Kepada mereka perlu disampaikan bahwa telah ada
teknologi yang dapat membantu untuk mengetahui apakah janin yang dikandung
menderita thalassemia atau tidak pada awal kehamilan atau yang dikenal dengan diagnosis
prenatal.
Perlu diinformasikan pula selengkap lengkapnya tentang prosedur diagnosis
tersebut, di mana mereka dapat melakukannya, siapa yang harus dihubungi, tingkat
kesalah diagnosis, biaya serta kemungkinan keguguran akibat proses sampling. Dengan
demikian mereka dapat mempertimbangkan benar benar untung ruginya sebelum
mengambil keputusan agar tidak timbul kekecewaan atau penyesalan di kemudian hari.
Kebanyakan dari pasangan berisiko tersebut memutuskan tetap menikah tetapi
memutuskan untuk tidak mempunyai anak. Kiranya hal ini agak sukar diterapkan pada
masyarakat kita jika sebagian besar masih beranggapan bahwa keberadaaan seorang anak
merupakan target utama dari sebuah perkawinan. Apabila pandangan seperti itu dapat
sedikit dirubah menjadi anak yang sehat merupakan target dari perkawinan, mungkin
konseling genetic akan jauh lebih mudah dilakukan.

14
Karena berbagai alassan, baik menyangkut agama maupun aspek psikologis
lainnya yang tidak merestui pengakhiran kehamilan, maka pendampingan perlu
melibatkan tokoh tokoh agama dan para psikolog. Langkah ini perlu dilakukan agar semua
tindakan yang diambil dengan hati yang mantap sehingga tidak timbul penyesalan atau
rasa bersalah di kemudian hari.
Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau
pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi
akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus
diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri yang
mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal. Informasi tertulis harus
tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling harus tersimpan. Pemberian informasi
pada pasangan ini sangat penting karena memiliki implikasi moral dan psikologi ketika
pasangan karier dihadapkan pada pilihan setelah dilakukan diagnosis pranatal. Pilihan
yang tersedia tidak mudah, dan mungkin tiap pasangan memiliki pilihan yang berbeda-
beda. Tanggung jawab utama seorang konselor adalah memberikan informasi yang akurat
dan komprehensif yang memungkinkan pasangan karier menentukan pilihan yang paling
mungkin mereka jalani sesuai kondisi masing-masing.6

13. Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan
bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.4

Kesimpulan
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif
menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia meliputi
suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang
disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang
paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot
diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan
bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.
Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi penyakit tersebut

15
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health). Pada umumnya anak dengan
penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai usia produktif bahkan mati di dalam
kandungan atau mati setelah lahir seperti pada thalassemia- Hb barts hydrop fetalis.
Thalasemia alfa dan beta juga memerlukan skrining thalasemia serta konseling genetic
apalagi bagi pasangan yang ingin memiliki anak dengan risiko thalasemia yang besar.

Daftar pustaka

1. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Dasar-dasar talasemia : salah satu jenis


hemogglobinopati dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta :
Interna Publishing;2009.h.1379-86
2. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi. Edisi ke-11. Jakarta:
EGC;2011.h.22-35.
3. Sacher RA, Mcpherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi
ke-11. Jakarta : EGC;2004.h.93-5
4. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Thalasemia: manifestasi klinis, pendekatan diagnosis
dan thalassemia intermedia dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5.
Jakarta : Interna Publishing;2009.h.1387-92
5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi ke-2. Jakarta : EGC;2008.h.173-5
6. Curtis GB. Kehamilan diatas usia 30. Edisi ke-1. Jakarta : EGC;2010.h.67-9

16

Anda mungkin juga menyukai