Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG

Upaya kesehatan reproduksi adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil
dan saat persalinan. Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia merupakan trias klasik yang
meliputi perdarahan,infeksi,toksemia gravidarum. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan dapat
terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut. Perdarahan yang terjadi pada awal
kehamilan meliputi abortus,mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut
meliputi solutio plasenta dan plasenta previa. Perdarahan yang didapatkan kasus paling tinggi
adalah perdarahan pada awal kehamilan yang merupakan kehamilan mola hidatidosa.
Mola hidatidosa yang dikenal dengan hamil anggur merupakan salah satu penyakit
trofoblast gestational (GTD) yang merupakan sekelompok gangguan yang timbul dari proliferasi
sel abnormal trofoblast villi plasenta. Penyakit ini dibagi jadi empat bentuk berdasarkan klinik
patologis utama yaitu mola hidatidosa (complete dan partial),invasif mola,koriokarsinoma,dan
plasenta trofoblast tumor (PSTT) dan tumor yang terkait epitheloid trofoblast tumor (ETT). Mola
hidatidosa memiliki ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematus. Janin
biasanya meninggal, tetapi villusvillus yang membesar dan edematus hidup dan tumbuh terus dan
akan berkumpul membentuk segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada villus terkadang akan
mengeluarkan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) dalam jumlah yang lebih besar
dari kehamilan biasa.
Frekuensi mola hidatidosa berbeda di setiap negara. Di Indonesia 1:51 sampai 1:141
kehamilan,di Jepang dan Cina 1:500 kehamilan,di Amerika,Australia,New Zealand 1:1000
kehamilan,di Iran 7:1000 kehamilan,di Afrika 1:200 kehamilan,di India dan Turki 12:1000
kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh sosial ekonomi,genetik,nutrisi,budaya dan lainnya. Di Asia
insiden mola hidatidosa lebih tinggi daripada di negara barat. Dikarenakan sebagian besar negara
Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih dibawah garis kemiskinan ( status sosial ekonomi
yang rendah ) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat
dan karoten. Menurut penelitian, umur memegang peranan, umur di bawah 20 tahun dan diatas 40
tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita kehamilan mola hidatidosa. Kematian pada mola
hidatidosa biasanya disebabkan oleh perdarahan,infeksi,eklamsi,payah jantung dan tirotoksikosis.
Mola hidatidosa mempunyai potensi untuk menjadi ganas (mola invasif dan
koriokarsinoma) tergantung pada lokasi proliferasi, invasi miometrium dan metastasis. Wanita
dengan riwayat mola hidatidosa memiliki resiko mengalami mola hidatidosa berulang dan
koriokarsinoma. Faktor risiko mola hidatidosa meliputi umur,paritas , riwayat mola hidatidosa ,
riwayat aborsi , kontrasepsi oral , nutrisi , golongan darah , sosial ekonomi , gaya hidup ( merokok
, konsumsi alkohol ) . Untuk mengetahui adanya mola hidatidosa harus dideteksi secara dini ,
perdarahan yang disertai dengan gelembung-gelembung , pemeriksaan penunjang USG dan kadar
kuantitatif yang menentukan diagnosis lebih cepat dan prognosis yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai