Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami
oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri,
dan edema.

Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :

a) Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem


dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).

b) Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan


pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).

c) Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh


hipertensi, edema, dan proteinuria (Dorland,2000).

d) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat


kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer,
2000).

e) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan


disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

f) Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ).

2.2 ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.

Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :

a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,


dan mola hidatidosa.

b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.

c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam


uterus.

d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .

b. Peran faktor imunologis.

c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.

d. Peran faktor genetik /familial

e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi


pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.

f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan


cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

2.3 TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis preeklamsi meliputi:

a. Hipertensi sistolik / diastolik > 140/90 mmHg

b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara kualitatif
positif 2 (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.

d. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
2.4 PATOFISIOLOGI

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan


prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia
pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase
lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya
endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.

Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/


agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif
koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan
lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya
dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar
oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain
menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk
mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan
menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan
terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
serebral , nyeri dan terjadinya kejang. Pada darah akan terjadi enditheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah
akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah
akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi
pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard
sehingga menyebabkan payah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema. Selain itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan
meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat.
Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein
akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan
terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina.
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia. Pada plasenta penurunan perfusi
akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth
Retardation .

Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat
menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang
meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah. Pada ektrimitas dapat terjadi
metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2
ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP
yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah. Keadaan hipertensi
akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi.

2.5 KOMPLIKASI

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:

a. Pada Ibu

1. Eklapmsia

2. Solusio plasenta

3. Pendarahan subkapsula hepar

4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )

5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )

6. Gagal jantung hingga syok dan kematian.

b. Pada Janin

1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

2. Prematur

3. Asfiksia neonatorum

4. Kematian dalam uterus

5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal


2.6 KLASIFIKASI

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
per minggu.

3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.

b. Preeklampsia Berat

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.

5. Terdapat edema paru dan sianosis.

2.7 MANIFESTASI KLINIK

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre
eklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat
didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada pre
eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes
Diagnostik.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr% )

2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% )


3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )

2) Urinalisis

1. Ditemukan protein dalam urine.

3) Pemeriksaan Fungsi hati

1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml)

5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l)

6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4) Tes kimia darah

1. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b. Radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,


aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

2.9 PENATALAKSANAAN

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat


selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah


pengobatan medisinal.

1. Perawatan aktif

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan


pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :

a. Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi


konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan)

b. Janin

Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)

Adanya tanda IUGR (janin terhambat)

c. Laboratorium

Adanya HELLP Syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,


trombositopenia)

2. Pengobatan mediastinal

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :

a. Segera masuk rumah sakit.

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125


cc/jam) 500 cc.

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).

1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan
20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat
kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan IM.

2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis
ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3
hari.

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4

Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc)
diberikan IV dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat.

Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.

Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)

4. MgSO4 dihentikan bila :

Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun,


fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang
pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot
pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :

- Hentikan pemberian MgSO4

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu
3 menit

- Berikan oksigen

- Lakukan pernapasan buatan

MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi
perbaikan (normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.

g. Anti hipertensi diberikan bila :

1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg)
karena akan menurunkan perfusi plasenta.

2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat


antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai
5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet


antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama
dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan


medisinal.

1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda


inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif.


Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana
gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan


aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan,


selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal
gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4
20% 2 gr IV.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah


dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita
dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama
perawatan 1-2 minggu).
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI

PADA NY. T DENGAN PREEKLAMPSIA

DI RSUD SURADADI

Tanggal/ Jam/ Pasien Masuk: 2 Februari 2016/ 01.40 WIB

Tanggal/ Jam/ Pengkajian : 2 Februari 2016/ 01.45 WIB

Tempat : R. VK

I. DATA SUBYEKTIF
A. Biodata Klien
1. Identitas Ibu
Nama : Ny. T

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia

Alamat : Bojongsana RT 7 RW 3

2. Identitas Suami
Nama : Tn. T

Umur : 40 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta

Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia

Alamat : Bojongsana RT 7 RW 3

Alasan Datang:

Pasien rujukan dari puskesmas Suradadi dengan diagnosis G3P2A0 hamil 37


minggu dengan PEB.

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng sejak tadi pagi tapi jarang. 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, kedua kaki bengkak, sering pusing, tidak sesek, tidak
ada nyeri ulu hati. Ibu juga mengatakan tekanan darah tinggi sejak hamil ini.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ketiga, tidak pernah keguguran. Anak
pertama dan kedua lahir normal di bidan. sekarang ini usia kehamilannya 9
bulan. Ibu mengatakan kenceng-kenceng tapi jarang sejak tadi pagi.
D. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lama : 5-7 hari
4. Banyak : 2x ganti pembalut/ hari
5. Keluhan : tidak ada
6. Flour Albus : sesudah menstruasi
7. HPHT : 15 Mei 2015
E. Riwayat Perkawinan
1. Menikah : ya
2. Umur waktu menikah : 20 tahun
3. Pernikahan ke : I
4. Lama pernikahan : 16 tahun
1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
No Kehamilan Persalinan
T
Umur
e Jns Bayi lsg Cacat
Kea Kea
Keha m Peno long J.K BB PB
daan Persalinan Menangis Bawaan daan
p
milan
at

1. 15 Seha Bi Bidan
tahun t da
n

2. 8 Seha Bi Bidan
tahun t da
n

3. Hamil
ini

Keadaan Anak
Nifas
Sekarang

Lochea Lactasi Involusi Keadaan Umur Keadaan

4. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang Lalu

No

Tgl lahir
Usia kehamilan

Jns persalinan

Tpt persalinan

Komplikasi

Penolong

Bayi

Nifas

Ibu

Bayi

PB/BB/JK

Keadaan

Lochea

Laktasi

1
2

2005

2011

2014

Aterm

aterm

aterm

Sc

Sc

sc

Rs
Rs

Sc

Mioma uteri

peb

peb

Dr

Dr

Dr
3000/ lk

3600/lk

Pr

Hidup

mati

mati

Normal

normal

normal

Normal

5. Kontrasepsi yang pernah di gunakan

a. Jenis : suntik 3 bulan

b. Lama : th 2005-2011
c. Keluhan : tidak ada

6. Riwayat kesehatan ibu

a. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Jantung : tidak ada Asma : tidak ada

Hipertensi : tidak ada TBC : tidak ada

Ginjal : tidak ada Epilepsi : tidak ada

DM : tidak ada PMS/IMS : tidak ada

b. Riwayat alergi

Jenis makanan : tidak ada

Jenis obat-obatan : tidak ada

c. Riwayat transfusi darah : ada

d. Riwayat operasi yang pernah dialami : sc 3 kali

e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : tidak ada

7. Riwayat kesehatan keluarga

a. Riwayat penyakit keturunan

Jantung : tidak ada Asma : tidak ada

Hipertensi : tidak ada Epilepsi : tidak ada

DM : tidak ada

b. Riwayat keturunan kembar : tidak ada

8. Riwayat psikososial

a. Perkawinan

Status perkawinan : kawin

Perkawinan ke :1

Kawin I tahun : 2004


b. Kehamilan

Direncanakan : ya

Diterima : ya

c. Hubungan dengan keluarga : baik

d. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : baik

e. Pengambilan keputusan pertama : suami

9. Kebiasaan hidup sehari-hari

a. Pola makan dan minum

Makan terakhir ibu

Jenis : nasi 1 porsi + sayur 1 porsi + 1 ptong lauk

Minum terakhir ibu

Jenis : air putih 2 gelas + teh hangat 1 gelas

b. Pola eliminasi

BAK terakhir ibu

Warna : jernih kekuningan

Keluhan : tidak ada

BAB terakhir ibu

Warna : coklat kekuningan

Konsistensi : lunak

Keluhan : tidak ada

c. Pola istirahat terakhir

istirahat siang : 3-4 jam

istirahat malam : 8 jam

12. Kegiatan spiritual : tidak ada masalah


C. DATA OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : cmc

b. BB sekarang : 50 kg

d. TB : 150 cm

e. LILA : 27 cm

2) Tanda-tanda Vital

a. TD : 150 / 90 mmHg

b. Nadi : 86 x permenit

c. Pernafasan : 23 x permenit

d. Suhu : 36,7oC

3) Pemeriksaan Khusus

a. Kepala

1) Inspeksi

Rambut : tidak rontok

Telinga : tidak ada kelainan

Mata : sklera tidak ikterik dan konjuntiva tidak anemis

Bibir : tidak anemis

Gigi : tidak ada caries gigi

2) Palpasi

Muka : sudah tidak ada edema

b. Leher

1) Inspeksi : tidak ada kelainan


2) Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid

c. Dada

1) Inspeksi

Mamae : tidak ada tarikan dinding dada

Aerola : hiperpigmentasi

2) Palpasi

Benjolan : tidak ada

Rasa nyeri : tidak ada

d. Abdomen

Inspeksi

Bekas jahitan operasi : ada

Palpasi

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kandung kemih : tidak teraba

Konsistensi uterus : keras

Kontraksi uterus : normal

e. Ekstremitas

Ekstremitas Atas

1) Inspeksi : tidak edema

Ekstremitas Bawah

1) Inspeksi : tidak ada trombofeblitis

2) Palpasi : tidak ada edema

3) Perkusi

Reflek Patella Kanan :+

Reflek Patella Kiri :+


f. Genitalia

1) Inspeksi

Pengeluaran lochea : normal

Perineum : normal

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN

PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG

RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 1 september 2014

Pukul : 10.00 WIB

Ibu mengatakan nyeri pada bekas jahitan

Ibu mengatakan ingin pulang

Ibu mengatakan sedikit pusing

Ibu mengatakan kurang nafsu makan


KU ibu sedang

Tanda-tanda Vital

a. TD : 150 / 90 mmHg

b. Nadi : 86 x permenit

c. Pernafasan : 23 x permenit

d. Suhu : 36,7oC

kontraksi baik

Therapy :

- Asam mefenamat 3 x 500 mg

- Dopamet 3 x 500 mg

- Sf 1 x 1

- Cefixam 2 x 1

Ibu Post SC P3A0H1 a/i PEB

1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, ibu


sudah mengetahui tentang keadaan nya

2. Melakukan redresing sesuai order dokter, ibu sudah di redresing

3. menganjurkan ibu tidur telungkup agar luka bekas SC bisa cepat kering, ibu
sudah tidur telungkup

4. memberi ibu dukungan agar mau makan, ibu sudah mulai mau makan

5. menganjurkan ibu agar makan makanan tinggi protein seperti telur, ibu makan
telur 6 buah sehari

6. menganjurkan ibu agar lebih tenang dan tidak banyak pikiran, ibu mulai
membaik.

7. melanjutkan therapy sesuai order dokter, ibu sudah minum obat yang diberikan :

- Asam mefenamat 500 mg


- Dopamet 500 mg

- Sf

- Cefixam

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN

PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG

RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 2 september 2014

Pukul : 16.00 WIB

Ibu mengatakan sedikit nyeri pada bekas jahitan

Ibu mengatakan ingin pulang

Ibu mengatakan sedikit pusing

Ibu mengatakan masih kurang nafsu makan

KU ibu sedang

Tanda-tanda Vital

a. TD : 140 / 90 mmHg

b. Nadi : 89 x permenit
c. Pernafasan : 23 x permenit

d. Suhu : 36,4oC

kontraksi baik

Therapy :

- Asam mefenamat 3 x 500 mg

- Dopamet 3 x 500 mg

- Sf 1 x 1

- Cefixam 2 x 1

Ibu Post SC P3A0H1 a/i PEB

1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, ibu


sudah mengetahui keadaan nya.

2. Menganjurkan ibu banyak istirahat, ibu mulai banyak istirahat

3. Menganjurkan ibu tidur telungkup agar luka bekas SC bisa cepat kering, ibu
sering tidur telungkup

4. Memberi ibu dukungan psikologis pada ibu , ibu mulai sedikit lebih tenang

5. Menganjurkan ibu agar makan makanan tinggi protein seperti telur, ibu sudah
makan telur 6 buah sehari

6. Menganjurkan ibu agar lebih tenang dan tidak banyak pikiran, ibu terlihat lebih
tenang

7. Melanjutkan terapi sesuai order dokter, ibu sudah minum obat yang diberikan :

- Asam mefenamat 500 mg

- Dopamet 500 mg

- Cefixam
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. W P3A0H1 DENGAN

PREEKLAMSIA BERAT DI IRNA KEBIDANAN RUANG RAWAT GABUNG

RSUP.DR.M.Djamil Padang

Tanggal : 3 september 2014

Pukul : 22.00 WIB

Ibu mengatakan sudah tidak nyeri pada bekas jahitan

Ibu mengatakan ingin pulang

Ibu mengatakan sedikit pusing

Ibu mengatakan susah tidur

KU ibu sedang

Tanda-tanda Vital

a. TD : 130 / 90 mmHg

b. Nadi : 92 x permenit

c. Pernafasan : 24 x permenit

d. Suhu : 36,5oC

kontraksi baik

Therapy :

- Asam mefenamat 3 x 500 mg


- Dopamet 3 x 500 mg

- Sf 1 x 1

- Cefixam 2 x 1

Ibu Post SC P3A0H1 a/i PEB

1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, ibu


mengetahui keadaan nya

2. Menganjurkan ibu tidur telungkup agar luka bekas SC bisa cepat kering, ibu
sering tidur telungkup

3. Memberi ibu dukungan psikologis agar ibu bisa tidur, ibu terlihat mulai bisa tidur

4. Menganjurkan ibu agar makan makanan tinggi protein seperti telur, ibu makan
telur 6 buah perhari

5. Menganjurkan ibu agar lebih tenang dan tidak banyak pikiran, ibu sedikit lebih
tenang

6. Memberitahu ibu bahwa ibu belum boleh pulang karena luka jahitan ibu masih
ada yang belum kering, ibu susah menerima keputusan dokter.

7. Melanjutkan terapi sesuai order dokter, ibu sudah minum obat yang diberikan :

- Asam mefenamat 500 mg

- Dopamet 500 mg

KIE :

1. Personal hygiene

2. Perawatan luka

3. Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai