Sjahruddin Rasul
Abstract Abstrak
The implementation of good-governance Penerapan asas-asas pemerintahan yang
principles such as accountability, transpar baik seperti akuntabilitas, transparansi, dan
ency, and law enforcement may limit the penegakan hukum dapat membatasi kesem
opportunity to commit corruption therefore patan untuk melakukan korupsi sehingga
ease the corruption eradication efforts. upaya pemberantasan korupsi menjadi lebih
Corruption eradication should also be con efektif. Pemberantasan korupsi mesti dilak
ducted holistically by involving relevant par sanakan secara holistik dengan mengikut
ties including government officials, private sertakan pihak-pihak yang relevan terma
sectors, and society and by empowering suk pegawai pemerintah, sektor swasta, dan
preventive and repressive approaches. masyarakat dan dengan memberdayakan
pendekatan preventif dan represif.
*
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang dan
Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia
(e-mail: sjahruddin.rasul@taspen.com).
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 539
struktur dan infrastruktur politik, serta ide- melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang
ologi pembangunan yang tidak berbasis pada Percepatan Pemberantasan Korupsi.
ekonomi kerakyatan, berimplikasi luas pada Upaya pemerintah untuk melakukan
praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepo- percepatan pemberantasan korupsi dalam
tisme (KKN). Krisis yang dihadapi bangsa banyak hal telah memberikan hasil, tetapi
Indonesia ini tidak terlepas dari kegagalan di lain pihak tampaknya upaya ini juga
bangsa ini dalam mengembangkan sistem dianggap masih belum cukup membawa
penyelenggaraan Negara dan pembangunan kepada penyelenggaraan pemerintahan yang
yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip bersih. Seluruh upaya yang telah dilakukan
tata pemerintahan yang baik yaitu good tersebut hendaknya merupakan langkah
governance. awal dalam penegakan reformasi di bidang
Sebenarnya upaya-upaya untuk mewu peraturan perundangan, yang seharusnya
judkan governance ini telah dilakukan pula, dilanjutkan dengan aplikasinya secara
antara lain diwujudkan dalamTap MPR Nomor sungguh-sungguh dan dilakukan dengan
XI/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan penuh tanggungjawab.
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme. Dan dalam UU B. Sekilas Pemahaman tentang Tata
Nomor 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik
Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, Kepemerintahan yang baik (good go
sebagaimana tertuang dalam Pasal 3, dimuat vernance), merupakan isu yang mengemuka
asas-asas penyelenggaraan negara yang dalam pengelolaan administrasi publik. Hal
meliputi: (1) asas kepastian hukum; (2) ini antara lain tercermin dari tuntutan yang
asas tertib penyelenggaraan negara; (3) asas gencar dari masyarakat kepada para penye
kepentingan umum; (4) asas keterbukaan; lenggara Negara, baik di pemerintahan,
(5) asas proporsionalitas; (6) asas profesio dewan perwakilan maupun yudikatif untuk
nalitas; dan (7) asas akuntabilitas. Kedua menyelenggarakan pemerintahan yang baik.
peraturan ini merupakan langkah awal Tuntutan ini tidak saja berasal dari masyara-
reformasi di bidang penyelenggaraan tata kat Indonesia melainkan juga dari masyara-
kelola pemerintahan yang baik. kat internasional.
Selain kedua peraturan perundangan Beberapa pihak telah mengartikan go
sebagaimana telah disebutkan di atas, re vernance dalam beberapa perspektif dian-
formasi peraturan perundangan tentang koru taranya UNDP mendefinisikannya sebagai
psi secara khusus telah dilakukan dengan the exercise of political economic, and ad
dicabut dan digantikannya UU Nomor 15 ministrative authority to manage a nations
tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian affair at all levels dengan demikian gover
Uang, dan yang terakhir adalah UU Nomor 32 nance memiliki tiga pilar yang berkaitan
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan yaitu economic, political, dan administra
Tindak Pidana Korupsi. Komitmen untuk tive. Economic governance meliputi proses-
memberantas korupsi kemudian dipertegas proses pembuatan keputusan yang memfasi
540 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
litasi aktivitas ekonomi di suatu Negara dan governance yang saling berinteraksi yaitu
interaksi diantara pelaku ekonomi. Political Negara atau pemerintahan (state); dunia
governance berkaitan dengan proses-proses usaha (private sector) dan masyarakat
memformulasikan kebijakan. Sedangkan (society). Ketiga institusi ini harus saling
administrative governance berkaitan dengan berkaitan dan bekerja dengan prinsip-
sistem implementasi kebijakan. prinsip kesetaraan, tanpa ada upaya untuk
Berdasarkan pemahaman governance mendominasi satu pihak terhadap pihak
ini maka terdapat tiga domain institusi yang lain, Lihat gambar berikut:
Gambar 1
Tiga Pilar Good Governance
Sementara arti good dalam good pemerintah telah berfungsi secara efektif
governance mengandung makna nilai- dalam upaya mencapai tujuan yang telah
nilai yang menjunjung tinggi keinginan/ ditetapkan atau sebaliknya.
kehendak rakyat untuk dapat meningkatkan Bank Dunia mensinonimkan good
kemampuannya dalam pencapaian tujuan governance dengan penyelenggaraan mana
kemandirian, pembangunan berkelanjutan jemen pembangunan yang solid dan bertang-
dan keadilan social. Good mengandung gung jawab yang sejalan dengan demokrasi
makna pula bahwa terdapat aspek fungsional dan pasar yang efisien, penghindaran salah
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam alokasi dana investasi yang langka, dan
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai pencegahan korupsi baik secara politik
tujuan tersebut. Dari segi functional aspect, maupun administratif, menjalankan disiplin
governance dapat ditinjau dari apakah anggaran serta penciptaan legal and politi
1
LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kiner
ja Instansi Pemerintah, Cetakan Pertama, hlm. 5.
2
Definisi governance yang lebih rinci dapat dilihat pada Rhoddes, RAW. 1997, Understanding Governance
Policy networks, governance, reflexivity and accountability, Open University Press, Buckingham, Philadel-
pia, hlm. 15, yang menyatakan bahwa The term governance refers to a change in the meaning of government,
referring to a new process of governing rules of the game and significant outonomy from the state.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 541
cal frameworks bagi tumbuhnya aktivitas peroleh pilihan terbaik bagi kepen
kewiraswastaan, sedangkan UNDP sendiri tingan yang lebih luas baik dalam hal
memberikan definisi good governance seba kebijakan-kebijakan maupun prosedur-
gai hubungan sinergis dan konstruktif dian- prosedur.
tara sektor swasta dan masyarakat (society). 6. Equity.
Berdasarkan hal ini, UNDP kemudian me Semua wara negara, baik laki-laki
ngajukan karakteristik good governance se- maupun perempuan, mempunyai ke
bagai berikut: sempatan untuk meningkatkan atau
1. Participation menjaga kesejahteraan mereka.
Setiap warga negara mempunyai su- 7. Effectiveness and efficiency.
ara dalam pembuatan keputusan, baik Proses-proses dan lembaga-lembaga
secara langsung maupun melalui me- menghasilkan sesuai dengan apa yang
diasi institusi legitimasi yang mewakili telah digariskan dengan menggunakan
kepentingannya. Pastisipasi seperti ini sumber-sumber yang tersedia sebaik
dibangun atas dasar kebebasan beraso- mungkin.
siasi dan berbicara serta berpartisipasi 8. Accountability.
secara konstruktif. Para pembuat keputusan dalam peme
2. Rule of Law rintahan, sektor swasta dan masyara-
Kerangka hukum harus adil dan kat (civil society) bertanggungjawab
dilaksanakan tanpa pandang bulu, pada publik dan lembaga stakeholder.
terutama hukum untuk hak asasi Akuntabilitas ini tergantung pada or-
manusia. ganisasi dan sifat keputusan yang
3. Transparency. dibuat, apakah keputusan tersebut un-
Tranparansi dibangun atas dasar tuk kepentingan internal atau eksternal
kebebasan arus informasi, proses- organisasi.
proses, lembaga-lembaga dan informasi 9. Strategic Vision.
secara langsung dapat diterima oleh Para pemimpin dan publik harus
mereka yang membutuhkan. Informasi mempunyai perspektif good governance
harus dapat dipahami dan dapat dan pengembangan manusia yang luas
dimonitor. dan jauh ke depan sejalan dengan apa
4. Responsiveness. yang diperlukan untuk pembangunan
Lembaga-lembaga dan proses-proses semacam ini.
harus mencoba untuk melayani setiap Di antara berbagai karakteristik, prinsip
stakeholders. atau asas good governance mana yang
5. Consensus Orientation. paling terpopuler di kalangan pemerintah
Good Governance menjadi perantara pusat, pemerintah daerah, penegak hukum,
kepentingan yang berbeda untuk mem lembaga swadaya masyarakat dan perguruan
3
LAN, Penerapan Good Governance di Indonesia, Laporan Kajian Tahun 2007, hlm. 40.
542 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
tinggi, serta dunia usaha? Berdasarkan hasil pilihan ketiga dan keempat. Selebihnya
survei kajian Penerapan Good Governance asas desentralisasi, kemitraan, efektif dan
di Indonesia terhadap 10 besar prinsip- efisien, wawasan ke depan, profesionalitas
prinsip good governance diketahui bahwa dan demokrasi masing-masing berada pada
yang paling dominan adalah prinsip atau urutan berikutnya dari 10 besar prinsip-
asas kepentingan umum dan partisipasi prinsip good governance yang dominan.
masyarakat. Sedangkan asas akuntabilitas, Lihat tabel 1 berikut ini:
transparansi dan desentralisasi menjadi
Tabel 1
Peringkat 10 Besar Prinsip-Prinsip Good Governance Paling Dominan
Rank Asas Frekuensi
1 Kepentingan Umum 290
2 Partisipasi masyarakat 288
3 Akuntabilitas 264
4 Transparansi 258
5 Desentralisasi 253
6 Kemitraan 238
7 Efektif dan Efisien 230
8 Wawasan ke depan 228
9 Profesionalitas 224
10 Demokrasi 222
Sumber: LAN, 2007.
4
ibid, hlm. 43.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 543
masyarakat akibat adanya ketidak-efisienan Serupa dengan dosa, korupsi adalah bagian
dan ketidak-efektifan pengelolaan badan dan sifat manusia. Anda tidak akan mampu
usaha yang mengelola kebutuhan publik melakukan apapun terhadapnya; (3) Konsep
seperti telekomunikasi, bahan bakar tentang korupsi adalah samar-samar dan
minyak, listrik dan sebagainya. Sementara hanya ditetapkan secara kultural. Di dalam
itu, di lain pihak makin terjadi kesenjangan, beberapa kultur, perilaku yang mengusik
dimana pihak konglomerat dan beberapa Anda bukanlah korupsi; (4) Membersihkan
pejabat secara demonstratif memamerkan masyarakat dari korupsi akan membutuhkan
kekayaannya. suatu perubahan besar-besaran terhadap
Oleh karena itu, bagi sebagian besar sikap dan nilai-nilai. Upaya seperti itu harus
masyarakat Indonesia, korupsi dianggap hanya mungkin terwujud melalui upaya
sebagai salah satu musuh utama, namun keras terus menerus selama ratusan tahun;
demikian harapan masyarakat untuk (5) Di banyak negara, korupsi tidaklah
membasminya, rupanya bukanlah suatu hal secara keseluruhan membahayakan. Korupsi
yang mudah. Seringkali muncul sikap-sikap malah menggemuki roda perekonomian,
skeptisme terhadap persoalan pencegahan dan merekatkan sistem politik; (6) Tidak
dan pemberantasan korupsi ini, antara lain ada sesuatupun yang dapat dibuat jika para
tercermin dari beberapa pernyataan semisal pria dan wanita yang berada di puncak
Indonesia tergolong sebagai suatu negara kekuasaan yang korup, atau jika korupsi
yang paling besar korupsinya, namun tidak yang berlangsung sudah sangat sistematik;
satupun koruptor yang terjerat; ataupun (7) Risau dengan korupsi adalah berlebih-
seringkali kita mendengar ungkapan lebihan. Dengan pasar bebas dan demokrasi
terjadinya panggung sandiwara hukum, multi partai, korupsi secara gradual akan
ataupun istilah maju tak gentar membela menghilang sendiri. Demokrasi dan pasar
yang bayar ketika digelarnya kasus-kasus mempertinggi kompetisi dan akuntabilitas,
berindikasi tindak pidana korupsi. dengan demikian menurunkan korupsi.
Selain sikap skeptisme, boleh jadi Ketujuh sikap keliru di atas boleh jadi
korupsi ini disebabkan oleh adanya sikap merupakan prinsip-prinsip yang digunakan
permisif terhadap tindak korupsi. Sikap- oleh para petinggi negara, petinggi hukum,
sikap permisif terhadap korupsi secara pakar maupun pihak-pihak lainnya yang
lugas dikemukakan oleh Robert Klitgart merupakan salah satu hambatan dalam
dengan sebutan upaya penegakan hukum penegakan pemberantasan korupsi di
seperempat hati. Menurut Klitgart, terdapat Indonesia.
tujuh sikap permisif yang menyertai Selain sikap skeptisme dan permisif
keengganan dalam melawan korupsi, yaitu: terhadap korupsi ini, berdasarkan kajian
(1) Korupsi toh ada di mana-mana, ada di dan penelitian terhadap korupsi ini banyak
Jepang, ada di Belanda, ada di Amerika yang menyimpulkan bahwa rendahnya gaji
Serikat. Tidak ada sesuatupun yang dapat pegawai negeri sipil merupakan penyebab
Anda lakukan terhadap epidemi yang utama terjadinya korupsi, sehingga seringkali
namanya korupsi; (2) Korupsi akan selalu ada. timbul sikap toleransi yang negatif antar
544 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
Sedangkan tujuan akuntabilitas itu sendiri an) maupun lingkungan masyarakat. Akun
adalah terwujudnya suatu keadilan antara tabilitas ekstern lebih mudah diukur dari
pihak-pihak yang berhubungan. Suatu pada akuntabilitas intern mengingat norma
hal penting yang harus diingat adalah dan standar yang dikembangkan memang
pihak yang memberikan amanah tentang kongkrit dan jelas. Ukuran yang jelas terse-
tugas yang telah dipercayakan kepadanya but mencakup ukuran integritas keuangan,
dengan mengungkapkan segala sesuatu ukuran manfaat atau efektivitas keberhasi-
yang dilakukan, dilihat dan dirasakan baik lan kegiatan-kegiatan pemerintah baik dari
yang mencerminkan kegagalan ataupun segi output maupun outcome, dan pertang-
keberhasilannya. Berkaitan dengan isti gungjawaban mengenai prosedur penetapan
lah akuntabilitas, Sirajudin H Salleh dan pelaksanaan suatu kebijakan dengan
dan Aslam Iqbal berpendapat sebagai mempertimbangkan masalah moralitas, eti-
berikut,Accountability can be interpreted ka dan kepastian hukum dan ketaatan pada
to cover that extensive aspect of ones keputusan politis untuk mendukung pen-
own behaviour. It covers both his internal capaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.
behaviour, his subconscience toward the Dalam konteks pemerintah negara sebagai
God which only he himself know best and penyelenggara negara, semua tindakan yang
this is called spiritual accountability, and diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
external behaviour to his environment and (accountable) kepada pemberi amanah dan
the people arround him not only those job Tuhan dan sesuai dengan norma dan Dasar
related but society as a how and this called Negara Indonesia yaitu Pancasila.
external accountability. Saat ini penegakan prinsip akuntabili-
Dengan kata lain akuntabilitas meru- tas belumlah diterapkan sebagaimana mes-
pakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan tinya. Akuntabilitas yang merupakan wujud
yang meliputi sisi intern dan ekstern manu- penyampaian pertanggungjawaban dari para
sia. (1) Sisi intern adalah akuntabilitas seb- penerima amanah kepada pemberi amanah,
agai pertanggungjawaban seseorang kepada belumlah memuaskan. Bilamana kesadaran
Tuhannya, disebut juga dengan Akuntabili akan akuntabilitas ini muncul, dan menjadi
tas spritual. Walaupun sulit diukur, akunt- kebutuhan bagi para penyelenggara negara,
abilitas ini sangat efektif dalam menumbuh- maka korupsi dan nepotisme akan dengan
kan kesadaran moral pada seseorang untuk sendirinya terminimalisir. Saat ini praktik-
dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan praktik akuntabilitas penyelenggaraan negara
didasari moral pada seseorang untuk dapat yang terjadi di Indonesia belumlah memuas-
melaksanakan tugas-tugasnya dengan di- kan. Banyak kalangan menilai bahwa akunt-
dasari oleh dasar-dasar iman dan taqwa. (2) abilitas yang ada barulah sekedar untuk me-
Sisi ekstern adalah akuntabilitas terhadap menuhi ketentuan formalitas belaka, dengan
lingkungannya baik formal (atasan-bawah demikian substansi dan hakekat akuntabili-
5
Sirajuddin H. Salleh dan Aslam Iqbal, 1995, Accountability the Endless Prophecy, Asian and Pacific Develop-
ment Centre.
546 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
tas ini belumlah menggembirakan. nomis (hemat), efisien, efektif, exlecent, dan
Thomas Chan, Asisten Direktur pada equality. Manajemen suatu organisasi peme
Komisi Independen Pemberantasan Korupsi rintah disebut sudah accountable apabila
di Hongkong menyatakan pengalamannya telah: (a) Menentukan tujuan (goal) yang te-
yang mengindikasikan bahwa korupsi ter- pat yang tercermin dalam rencana strategik
jadi dalam kondisi-kondisi berikut ini: (1) instansi bersangkutan, (b) Mengembangkan
Lemahnya sistem pengawasan interen dan indikator kinerja untuk pencapaian tujuan
monitoring, lemahnya atau tidak jelasnya dan sasaran, (c) Secara efektif mempromosi-
instruksi-instruksi resmi, struktur penga- kan penerapan pengukuran kinerja, serta,
wasan yang tidak efektif, kurangnya salur (d) Mengembangkan kinerja organisasi dan
an untuk melakukan komplain, semuanya operais secara ekonomis dan efisien, efektif,
mendistribusikan birokrasi yang berlebihan, excellent, dan equality.
dan kecenderungan untuk penyalahgunaan Rencana strategis menggambarkan
wewenang; (2) Prosedur yang tidak efisien, sesuatu yang ingin dicapai dalam suatu
banyaknya penundaan-penundaan, kurang- kerangka waktu tertentu. Sesuatu yang ingin
nya koordinasi diantara badan-badan peme dicapai itu sudah tentu berhubungan dengan
rintah, menghasilkan suatu kondisi dimana maksud dari didirikannya organisasi atau
publik dipaksa untuk membayar uang sogok dengan kata lain rencana strategis berkaitan
an. (3) Kurangnya transparansi sehingga erat dengan alasan keberadaan organisasi.
publik tidak mengetahui hak dan kewajiban- Kemudian dalam upaya untuk menen-
nya, tidak mengetahui badan mana yang ha- tukan apakah tujuan-tujuan dan sasaran-
rus dihubungi untuk suatu urusan, dan tidak sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau
mengetahui prosedur yang harus diikuti, tidak, perlu dibuat suatu target indikator
menciptakan kondisi dimana publik dima- mengenai tingkat pencapaian yang dike-
nipulasi dalam berhubungan dengan peme hendaki. Ini berarti diperlukan suatu tolak
rintah; dan (4) Birokrat yang kurang budaya ukur untuk menentukan apakah kegiatan
melayani, pegawai negeri yang tidak meli- yang dilaksanakan telah mencapai tujuan
hat kewajiban akuntabilitasnya. Berdasar- yang ditetapkan sejak awal. Apabila terjadi
kan pada hal-hal yang dikemukakan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang
Thomas Chan di atas, jelaslah bahwa kunci telah direncanakan, misalnya terjadi penyim
pokok utama dalam memberantas korupsi pangan dari target yang telah ditetapkan,
itu sendiri adalah transparansi dan perlunya hal ini akan menjadi suatu peringatan dini
akuntabilitas dari setiap pihak di dalam or- (early warning) bahwa kemungkinan telah
ganisasi birokrasi. terjadi peyimpangan-penyimpangan. Dan
Implementasi akuntabilitas bertujuan pihak manajemen selanjutnya mempunyai
agar seluruh instansi Pemerintah melak- kewajiban untuk menelusuri penyimpangan
sanakan kegiatan-kegiatannya dengan eko- tersebut.
6
Thomas Chan, Planning the Fight against Corruption, Makalah yang disampaikan pada International
Anti-Corruption Conference, Cancun, Mexico, 1993.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 547
7
John Hatton, Mechanisms of Accountability, Deentralization of Power and Openenes in the Fight against
Corruption, Makalah yang disampaikan pada International Anti-Corruption Conference, Cancun, Maxico,
1993.
548 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
tion Conference di Cancun, Mexico 1993, kunci yang diimplementasikan adalah: (1)
tidak adanya mekanisme akuntabilitas dan Pendefinisian misi, penetapan tujuan dan
pemeriksaan eksternal atau disebut dengan sasaran-sasaran; (2) Penetapan aktivitas-
kekuasaan tanpa akuntabilitas akan mencip- aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran;
takan iklim yang ideal untuk korupsi. (3) Penetapan dan pengembangan indikator-
Jika demikian halnya, apakah akun indikator kinerja; (4) Pengukuran kinerja
tabilitas dapat menghapuskan korupsi? dan evaluasi hasil pengukurannya; (5)
Menurut Robert Klitgaard (dalam Con Pelaporan hasil-hasil secara formal; dan (6)
trolling Corruption) salah satu komponen Penggunaan informasi kinerja:
dalam strategi pembersihan korupsi adalah Pendefinisian Misi: Pernyataan misi
dengan menciptakan sistem evaluasi kinerja menjanjikan apa yang harus dilakukan suatu
yang baru. Pertanyaannya adalah bagaimana organisasi untuk mencapai keberhasilan.
suatu sistem evaluasi kinerja dapat memban- Pada beberapa organisasi, pernyataan misi
tu dalam upaya pembersihan korupsi. bisa dilakukan dnegan sangat sederhana dan
Pengukuran kinerja merupakan alat terus terang, sehingga proses perencanaan
yang dapat digunakan oleh manajemen or- strategisnya akan lebih mudah dilaksanakan.
ganisasi untuk meningkatkan kualitas peng Sedangkan untuk organisasi lainnya
ambilan keputusan dan akuntabilitasnya. mungkin dibutuhkan masukan-masukan dari
Untuk dapat menghasilkan suatu bentuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pengukuran yang baik, dibutuhkan artikulasi organisasi dalam proses pendefinisian
yang jelas mengenai perencanaan strategis misinya, dengan harapan akan didapat
dari setiap organisasi. suatu pernyataan misi menyeluruh yang
Sistem pengukuran kinerja akan dapat menjadi pegangan arah kemana
terfokus pada pengambilan tindakan pada organisasi akan bergerak. Adapun tujuan-
setiap kegiatan, pemanfaatan sumberdaya, tujuan pendefenisian misi adalah: (a)
dan hasil yang dicapai pada saat tertentu, Menyediakan adanya suatu kesatuan tujuan
dimana organisasi sedang berada dalam dalam organisasi, (b) Menyediakan dasar
upayanya mencapai tujuan dan sasaran umum untuk motivasi penggunaan sumber daya
yang ditetapkan dalam rencana strategisnya. organisasi, (c) Menyembangkan suatu dasar
Dengan demikian, sistem pengukuran kinerja atau standar untuk mengalokasikan sumber
ini harus mengukur hasil, akibat, atau hasil daya organisasi, (d) Melaksanakan suatu
dari pengeluaran anggaran pemerintah. irama yang umum atau iklim organisasi
yang umum, (e) Menyediakan dasar
F. Sistem Evaluasi Kinerja Sebagai identifikasi tujuan dan arah organisasi, (f)
Upaya Pemberantasan Korupsi Mengakomodasikan proses translasi tujuan
Untuk dapat mewujudkan sistem dan sasaran kedalam struktur kerja, (g)
evaluasi kinerja yang baik, elemen-elemen Mengkhususkan tujuan-tujuan organisasi.
8
Robert Klitgaard, op. cit.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 549
Penetapan Tujuan dan Sasaran: Hasil yang diinginkan dengan jelas dapat
Penetapan tujuan dan sasaran merupakan ditetapkan jika penetapan sasaran yang
hasil pengkajian dari pernyataan misi yang dituju sudah nampak jelas. Hasil dari suatu
berisikan kebijakan untuk jangka waktu kegiatan merupakan output akhir dari proses
tertentu, yang akan dilakukan untuk mencapai kegiatan dengan mengarahkan sejumlah
hasil yang telah ditetapkan. Tujuan harus sumberdaya yang dimiliki. Penetapan hasil
dapat mengekspresikan suatu kondisi di yang diinginkan pada saat perencanaan
masa datang yang dapat dicapai, sedangkan sangat penting artinya, ketika kita harus
sasaran sedapat mungkin ditetapkan de menganalisis kemungkinan manfaat diban
ngan menggunakan ukuran kuantitatif dan dingkan dengan biaya dan harga sumberdaya
kualitatif sehingga pencapaian sasaran lainnya untuk mendapatkan hasil tersebut.
dapat diukur dengan jelas. Perencanaan dan Kelayakan suatu program harus diukur
penetapan tujuan dan sasaran merupakan secara rasional. Oleh karena itu, penetapan
suatu hal yang sangat kritis untuk memulai hasil yang diinginkan merupakan awal dari
suatu sistem pengukuran kinerja, sebab hal pelaksanaan kegiatan. Mengindetifikasikan
yang sangat mendasar perlu dikemukakan hasil yang diinginkan merupakan pandangan
dalam perencanaan ini adalah mengenai yang jauh kedepan, memperkirakan masa
sesuatu yang akan diukur. Oleh karena itu, depan, imajinasi, ide-ide inovatif dan kreatif
sasaran-sasaran kualitatif maupun sasaran- serta merancang misi dengan tepat.
sasaran kuantitatif hendaknya dinyatakan Penetapan Indikator Kinerja: Indi
dengan jelas, walaupun adakalanya kita kator kinerja merupakan suatu yang akan
kesulitan menghadapinya. dihitung dan akan diukur. Dalam menetapkan
Penetapan Aktivitas: Aktivitas meru ukur kinerja (indikator kinerja), harus dapat
pakan tindakan-tindakan atau kegiatan- diidentifikasikan suatu bentuk pengukuran
kegiatan yang akan dilakukan, dalam upaya yang akan menilai hasil dan outcome yang
mencapai tujuan dan sasaran. Hal yang perlu diperoleh dari kegiatan yang dilaksanakan.
ditekankan disini adalah bahwa kegiatan Indikator kinerja ini digunakan untuk
yang dilakukan harus benar-benar dalam menyakinkan bahwa kinerja hari demi hari
upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran. personil organisasi membuat kemajuan
Dengan demikian berarti ada hubungan yang menuju tujuan dan sasaran yang telah
erat antara hasil dan setiap kegiatan dengan ditetapkan. Penetapan indikator kinerja
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Kegiatan hendaknya didasarkan pada perkiraan yang
yang dilakukan dapat berupa program, realitis, dengan memperhatikan tujuan,
proyek, rencana kerja, program kerja, dan sasaran, dan hasil yang diinginkan. Hal
lain sebagainya. yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa
Penetapan Hasil yang Diinginkan: penetapan indikator kinerja ini nantinya akan
Penetapan hasil yang diinginkan adalah menjadi alat ukur kinerja suatu organisasi/
penajaman mengenai rencana kegiatan atau satuan kerja.
aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran.
550 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
9
LAN, Evaluasi Kebijakan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Lapo
ran Kajian Tahun 2007, hlm.76.
552 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628
Tabel 2
Persepsi Responden Terhadap Peran Aparat Penegak Hukum Dalam Rangka
Percepatan Pemberantasan Korupsi
Kepolisian Kejaksaaan Peradilan
Persepsi Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Responden Frekuensi kumulatif (%) Frekuensi kumulatif (%) Frekuensi kumulatif (%)
1,00 28 6,0 16 3,9 23 4,9
Sejumlah 57,5% responden mem efektif dan optimal oleh sosok-sosok penegak
berikan respon negatif atas peran aparat hukum yang berkualitas dan berintegritas.
kepolisian dalam percepatan pemberantasan Untuk menghasilkan sosok-sosok penegak
korupsi. Sementara 50,2% responden hukum yang berintegritas dan berkualitas
memberikan respon negatif atas peran aparat haruslah dimulai dengan menata kembali
kejaksaan dalam percepatan pemberantasan sistem manajemen sumberdaya manusia di
korupsi. Sementara persepsi negatif yang lingkungan penegak hukum, yaitu mulai dari
tertinggi (hampir 60%) diberikan oleh proses rekruitmen, pembinaan, pendidikan,
responden kepada aparat peradilan. karier, penghargaan dan hukuman. Namun
Diperlukan upaya penerapan prinsip demikian, haruslah disadari bahwa sebe
penegakkan hukum yang tidak pandang narnya proses manajemen sumberdaya
bulu sebagai bentuk penerapan prinsip good yang baik ini sifatnya adalah universal
governance. Pemberantasan tindak pidana dan harus diterapkan untuk seluruh jajaran
korupsi hanya mungkin dilakukan secara penyelenggara negara dan pemerintahan.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 553
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Thomas, Planning the Fight ____, Evaluasi Kebijakan Inpres Nomor
against Corruption, Makalah yang 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Disampaikan pada Internasional Pemberantasan Korupsi, 2007,
Anti-Corruption Conference, Cancun, Laporan Kajian, Jakarta.
Mexico, 1993; LAN dan BPKP, Akuntabilitas dan Good
Halton, John, Mechanisms ofAccountability, Governance, 2000, Modul Sosialisasi
Decentralization of Power and Openess Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
in the Fight againts Corruptions, Pemerintah, Cetakan Pertama, Jakarta.
Makalah yang Disampaikan pada Rhoddes, R.A.W., 1997, Understanding
Internasional Anti-Corruption Governance Policy: Networks,
Conference, Cancun, Mexico, 1993. Governance, Reflexivity and
Klitgaard, Robert, Controlling Coruption. Accountability, Open University Press,
LAN, Penerapan Good Governance di Buckingham, Philadelpia.
Indonesia, 2007, Laporan Kajian, Salleh, Sirajuddin H. dan Ashlam Iqbal, 1995,
Jakarta. Accountability the Endless Prophecy,
Asian and Pacific Development
Centre.