Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA DALAM

UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Sjahruddin Rasul

Abstract Abstrak
The implementation of good-governance Penerapan asas-asas pemerintahan yang
principles such as accountability, transpar baik seperti akuntabilitas, transparansi, dan
ency, and law enforcement may limit the penegakan hukum dapat membatasi kesem
opportunity to commit corruption therefore patan untuk melakukan korupsi sehingga
ease the corruption eradication efforts. upaya pemberantasan korupsi menjadi lebih
Corruption eradication should also be con efektif. Pemberantasan korupsi mesti dilak
ducted holistically by involving relevant par sanakan secara holistik dengan mengikut
ties including government officials, private sertakan pihak-pihak yang relevan terma
sectors, and society and by empowering suk pegawai pemerintah, sektor swasta, dan
preventive and repressive approaches. masyarakat dan dengan memberdayakan
pendekatan preventif dan represif.

Kata Kunci: good governance, pencegahan, korupsi.

A. Pendahuluan penyelenggaraan pembangunan yang ber


Dalam dasawarsa terakhir, berbagai orientasi pada misi pemberdayaan masyara-
Negara di hampir seluruh pelosok dunia, kat dalam upaya peningkatan kesejahteraan
dan lembaga-lembaga internasional yang sosial ekonomi, serta demokratisasi politik.
bergerak dalam pemberian bantuan dan Krisis ekonomi-politik yang melanda
asistensi pembangunan, giat melakukan Indonesia sejak 1997 yang lalu, semakin
dan mempromosikan perubahan paradigma meyakinkan kita untuk melakukan koreksi
pemerintahan dan pembangunan berdasar- ke dalam terhadap berbagai konsep, metode
kan konsepsi kepemerintahan yang baik/ dan praktik-praktik penyelenggaraan kehi
good governance. Konsep kepemerintahan dupan berbangsa dan bernegara, yang diya-
yang baik yang mengemuka di penghujung kini oleh sebagian besar pengamat berperan
abad ke-20 merupakan respon yang muncul besar dalam menyumbang terjadinya krisis
dan berkembang di berbagai Negara un- multidimensional ini. Pemerintahan yang
tuk mengoreksi peranan pemerintah yang sentralistis dan birokrasi yang patrimonial-
bersifat sentralistik dan bahkan otoriter, ko- istik, penyelenggaraan Negara yang terlepas
rup dan kolusif, kearah pemerintahan dan dari kontrol sosial dan kontrol politik supra-

*
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang dan
Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia
(e-mail: sjahruddin.rasul@taspen.com).
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 539

struktur dan infrastruktur politik, serta ide- melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang
ologi pembangunan yang tidak berbasis pada Percepatan Pemberantasan Korupsi.
ekonomi kerakyatan, berimplikasi luas pada Upaya pemerintah untuk melakukan
praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepo- percepatan pemberantasan korupsi dalam
tisme (KKN). Krisis yang dihadapi bangsa banyak hal telah memberikan hasil, tetapi
Indonesia ini tidak terlepas dari kegagalan di lain pihak tampaknya upaya ini juga
bangsa ini dalam mengembangkan sistem dianggap masih belum cukup membawa
penyelenggaraan Negara dan pembangunan kepada penyelenggaraan pemerintahan yang
yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip bersih. Seluruh upaya yang telah dilakukan
tata pemerintahan yang baik yaitu good tersebut hendaknya merupakan langkah
governance. awal dalam penegakan reformasi di bidang
Sebenarnya upaya-upaya untuk mewu peraturan perundangan, yang seharusnya
judkan governance ini telah dilakukan pula, dilanjutkan dengan aplikasinya secara
antara lain diwujudkan dalamTap MPR Nomor sungguh-sungguh dan dilakukan dengan
XI/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan penuh tanggungjawab.
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme. Dan dalam UU B. Sekilas Pemahaman tentang Tata
Nomor 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik
Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, Kepemerintahan yang baik (good go
sebagaimana tertuang dalam Pasal 3, dimuat vernance), merupakan isu yang mengemuka
asas-asas penyelenggaraan negara yang dalam pengelolaan administrasi publik. Hal
meliputi: (1) asas kepastian hukum; (2) ini antara lain tercermin dari tuntutan yang
asas tertib penyelenggaraan negara; (3) asas gencar dari masyarakat kepada para penye
kepentingan umum; (4) asas keterbukaan; lenggara Negara, baik di pemerintahan,
(5) asas proporsionalitas; (6) asas profesio dewan perwakilan maupun yudikatif untuk
nalitas; dan (7) asas akuntabilitas. Kedua menyelenggarakan pemerintahan yang baik.
peraturan ini merupakan langkah awal Tuntutan ini tidak saja berasal dari masyara-
reformasi di bidang penyelenggaraan tata kat Indonesia melainkan juga dari masyara-
kelola pemerintahan yang baik. kat internasional.
Selain kedua peraturan perundangan Beberapa pihak telah mengartikan go
sebagaimana telah disebutkan di atas, re vernance dalam beberapa perspektif dian-
formasi peraturan perundangan tentang koru taranya UNDP mendefinisikannya sebagai
psi secara khusus telah dilakukan dengan the exercise of political economic, and ad
dicabut dan digantikannya UU Nomor 15 ministrative authority to manage a nations
tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian affair at all levels dengan demikian gover
Uang, dan yang terakhir adalah UU Nomor 32 nance memiliki tiga pilar yang berkaitan
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan yaitu economic, political, dan administra
Tindak Pidana Korupsi. Komitmen untuk tive. Economic governance meliputi proses-
memberantas korupsi kemudian dipertegas proses pembuatan keputusan yang memfasi
540 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

litasi aktivitas ekonomi di suatu Negara dan governance yang saling berinteraksi yaitu
interaksi diantara pelaku ekonomi. Political Negara atau pemerintahan (state); dunia
governance berkaitan dengan proses-proses usaha (private sector) dan masyarakat
memformulasikan kebijakan. Sedangkan (society). Ketiga institusi ini harus saling
administrative governance berkaitan dengan berkaitan dan bekerja dengan prinsip-
sistem implementasi kebijakan. prinsip kesetaraan, tanpa ada upaya untuk
Berdasarkan pemahaman governance mendominasi satu pihak terhadap pihak
ini maka terdapat tiga domain institusi yang lain, Lihat gambar berikut:

Gambar 1
Tiga Pilar Good Governance

Sementara arti good dalam good pemerintah telah berfungsi secara efektif
governance mengandung makna nilai- dalam upaya mencapai tujuan yang telah
nilai yang menjunjung tinggi keinginan/ ditetapkan atau sebaliknya.
kehendak rakyat untuk dapat meningkatkan Bank Dunia mensinonimkan good
kemampuannya dalam pencapaian tujuan governance dengan penyelenggaraan mana
kemandirian, pembangunan berkelanjutan jemen pembangunan yang solid dan bertang-
dan keadilan social. Good mengandung gung jawab yang sejalan dengan demokrasi
makna pula bahwa terdapat aspek fungsional dan pasar yang efisien, penghindaran salah
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam alokasi dana investasi yang langka, dan
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai pencegahan korupsi baik secara politik
tujuan tersebut. Dari segi functional aspect, maupun administratif, menjalankan disiplin
governance dapat ditinjau dari apakah anggaran serta penciptaan legal and politi

1
LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kiner
ja Instansi Pemerintah, Cetakan Pertama, hlm. 5.
2
Definisi governance yang lebih rinci dapat dilihat pada Rhoddes, RAW. 1997, Understanding Governance
Policy networks, governance, reflexivity and accountability, Open University Press, Buckingham, Philadel-
pia, hlm. 15, yang menyatakan bahwa The term governance refers to a change in the meaning of government,
referring to a new process of governing rules of the game and significant outonomy from the state.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 541

cal frameworks bagi tumbuhnya aktivitas peroleh pilihan terbaik bagi kepen
kewiraswastaan, sedangkan UNDP sendiri tingan yang lebih luas baik dalam hal
memberikan definisi good governance seba kebijakan-kebijakan maupun prosedur-
gai hubungan sinergis dan konstruktif dian- prosedur.
tara sektor swasta dan masyarakat (society). 6. Equity.
Berdasarkan hal ini, UNDP kemudian me Semua wara negara, baik laki-laki
ngajukan karakteristik good governance se- maupun perempuan, mempunyai ke
bagai berikut: sempatan untuk meningkatkan atau
1. Participation menjaga kesejahteraan mereka.
Setiap warga negara mempunyai su- 7. Effectiveness and efficiency.
ara dalam pembuatan keputusan, baik Proses-proses dan lembaga-lembaga
secara langsung maupun melalui me- menghasilkan sesuai dengan apa yang
diasi institusi legitimasi yang mewakili telah digariskan dengan menggunakan
kepentingannya. Pastisipasi seperti ini sumber-sumber yang tersedia sebaik
dibangun atas dasar kebebasan beraso- mungkin.
siasi dan berbicara serta berpartisipasi 8. Accountability.
secara konstruktif. Para pembuat keputusan dalam peme
2. Rule of Law rintahan, sektor swasta dan masyara-
Kerangka hukum harus adil dan kat (civil society) bertanggungjawab
dilaksanakan tanpa pandang bulu, pada publik dan lembaga stakeholder.
terutama hukum untuk hak asasi Akuntabilitas ini tergantung pada or-
manusia. ganisasi dan sifat keputusan yang
3. Transparency. dibuat, apakah keputusan tersebut un-
Tranparansi dibangun atas dasar tuk kepentingan internal atau eksternal
kebebasan arus informasi, proses- organisasi.
proses, lembaga-lembaga dan informasi 9. Strategic Vision.
secara langsung dapat diterima oleh Para pemimpin dan publik harus
mereka yang membutuhkan. Informasi mempunyai perspektif good governance
harus dapat dipahami dan dapat dan pengembangan manusia yang luas
dimonitor. dan jauh ke depan sejalan dengan apa
4. Responsiveness. yang diperlukan untuk pembangunan
Lembaga-lembaga dan proses-proses semacam ini.
harus mencoba untuk melayani setiap Di antara berbagai karakteristik, prinsip
stakeholders. atau asas good governance mana yang
5. Consensus Orientation. paling terpopuler di kalangan pemerintah
Good Governance menjadi perantara pusat, pemerintah daerah, penegak hukum,
kepentingan yang berbeda untuk mem lembaga swadaya masyarakat dan perguruan

3
LAN, Penerapan Good Governance di Indonesia, Laporan Kajian Tahun 2007, hlm. 40.
542 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

tinggi, serta dunia usaha? Berdasarkan hasil pilihan ketiga dan keempat. Selebihnya
survei kajian Penerapan Good Governance asas desentralisasi, kemitraan, efektif dan
di Indonesia terhadap 10 besar prinsip- efisien, wawasan ke depan, profesionalitas
prinsip good governance diketahui bahwa dan demokrasi masing-masing berada pada
yang paling dominan adalah prinsip atau urutan berikutnya dari 10 besar prinsip-
asas kepentingan umum dan partisipasi prinsip good governance yang dominan.
masyarakat. Sedangkan asas akuntabilitas, Lihat tabel 1 berikut ini:
transparansi dan desentralisasi menjadi

Tabel 1
Peringkat 10 Besar Prinsip-Prinsip Good Governance Paling Dominan
Rank Asas Frekuensi
1 Kepentingan Umum 290
2 Partisipasi masyarakat 288
3 Akuntabilitas 264
4 Transparansi 258
5 Desentralisasi 253
6 Kemitraan 238
7 Efektif dan Efisien 230
8 Wawasan ke depan 228
9 Profesionalitas 224
10 Demokrasi 222
Sumber: LAN, 2007.

C. Tindak Pidana Korupsi Sebagai Political and Economic Risk Consultancy


Suatu Masalah (PERC), selalu mengumumkan hasil sur-
Korupsi saat ini merupakan perma- veinya mengenai peringkat korupsi negara-
salahan bukan hanya bagi Indonesia namun negara di dunia, dimana sama-sama kita ke-
juga bagi masyarakat internasional. bagi tahui bahwa Indonesia merupakan salah satu
masyarakat internasional perang terhadap negara yang masuk dalam pemeringkatan
masalah korupsi ini antara lain terlihat dari tingkat korupsinya.
ketentuan OECD, mengenai Convention on Bagi Indonesia, dalam masa reformasi
Combating Bribery of Foreign Public Offi ini maka masalah korupsi (baca KKN)
cials in International Business transaction, merupakan masalah yang sangat menonjol,
yang bertujuan untuk mencegah dan mem- yang tercermin antara lain dari rendahnya
berantas penyuapan terhadap pejabat publik kualitas pelayanan publik, rendahnya kua
asing dalam hubungannya dengan bisnis litas sarana dan prasarana yang dibangun
internasional. Demikian pula setiap tahun pemerintah, makin meningkatnya beban

4
ibid, hlm. 43.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 543

masyarakat akibat adanya ketidak-efisienan Serupa dengan dosa, korupsi adalah bagian
dan ketidak-efektifan pengelolaan badan dan sifat manusia. Anda tidak akan mampu
usaha yang mengelola kebutuhan publik melakukan apapun terhadapnya; (3) Konsep
seperti telekomunikasi, bahan bakar tentang korupsi adalah samar-samar dan
minyak, listrik dan sebagainya. Sementara hanya ditetapkan secara kultural. Di dalam
itu, di lain pihak makin terjadi kesenjangan, beberapa kultur, perilaku yang mengusik
dimana pihak konglomerat dan beberapa Anda bukanlah korupsi; (4) Membersihkan
pejabat secara demonstratif memamerkan masyarakat dari korupsi akan membutuhkan
kekayaannya. suatu perubahan besar-besaran terhadap
Oleh karena itu, bagi sebagian besar sikap dan nilai-nilai. Upaya seperti itu harus
masyarakat Indonesia, korupsi dianggap hanya mungkin terwujud melalui upaya
sebagai salah satu musuh utama, namun keras terus menerus selama ratusan tahun;
demikian harapan masyarakat untuk (5) Di banyak negara, korupsi tidaklah
membasminya, rupanya bukanlah suatu hal secara keseluruhan membahayakan. Korupsi
yang mudah. Seringkali muncul sikap-sikap malah menggemuki roda perekonomian,
skeptisme terhadap persoalan pencegahan dan merekatkan sistem politik; (6) Tidak
dan pemberantasan korupsi ini, antara lain ada sesuatupun yang dapat dibuat jika para
tercermin dari beberapa pernyataan semisal pria dan wanita yang berada di puncak
Indonesia tergolong sebagai suatu negara kekuasaan yang korup, atau jika korupsi
yang paling besar korupsinya, namun tidak yang berlangsung sudah sangat sistematik;
satupun koruptor yang terjerat; ataupun (7) Risau dengan korupsi adalah berlebih-
seringkali kita mendengar ungkapan lebihan. Dengan pasar bebas dan demokrasi
terjadinya panggung sandiwara hukum, multi partai, korupsi secara gradual akan
ataupun istilah maju tak gentar membela menghilang sendiri. Demokrasi dan pasar
yang bayar ketika digelarnya kasus-kasus mempertinggi kompetisi dan akuntabilitas,
berindikasi tindak pidana korupsi. dengan demikian menurunkan korupsi.
Selain sikap skeptisme, boleh jadi Ketujuh sikap keliru di atas boleh jadi
korupsi ini disebabkan oleh adanya sikap merupakan prinsip-prinsip yang digunakan
permisif terhadap tindak korupsi. Sikap- oleh para petinggi negara, petinggi hukum,
sikap permisif terhadap korupsi secara pakar maupun pihak-pihak lainnya yang
lugas dikemukakan oleh Robert Klitgart merupakan salah satu hambatan dalam
dengan sebutan upaya penegakan hukum penegakan pemberantasan korupsi di
seperempat hati. Menurut Klitgart, terdapat Indonesia.
tujuh sikap permisif yang menyertai Selain sikap skeptisme dan permisif
keengganan dalam melawan korupsi, yaitu: terhadap korupsi ini, berdasarkan kajian
(1) Korupsi toh ada di mana-mana, ada di dan penelitian terhadap korupsi ini banyak
Jepang, ada di Belanda, ada di Amerika yang menyimpulkan bahwa rendahnya gaji
Serikat. Tidak ada sesuatupun yang dapat pegawai negeri sipil merupakan penyebab
Anda lakukan terhadap epidemi yang utama terjadinya korupsi, sehingga seringkali
namanya korupsi; (2) Korupsi akan selalu ada. timbul sikap toleransi yang negatif antar
544 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

pegawai dan masyarakat dalam menyuburkan good governance, seyogyanya bilamana


iklim korupsi dan kolusi. Namun kita prinsip efektivitas, efisiensi, akuntabilitas,
menyadari bahwa kondisi buruknya sistem penegakan hukum, equity (keadilan) dapat
penggajian ini bukanlah satu-satunya ditegakkan maka, praktik-praktik penyalah-
penyebab korupsi. Lemahnya komitmen dan gunaan kewenangan dapatlah diminimalisir.
konsistensi penegakan hukum dan peraturan Kitapun tidak menafikan bahwa seharusnya
perundangan; rendahnya integritas dan prinsip transparansi, konsensus, partipasi,
profesionalisme; kondisi lingkungan kerja, responsivitas dan strategic vision haruslah
tugas jabatan dan lingkungan masyarakat pula ditegakkan dalam setiap tingkatan, se-
yang merangsang timbulnya korupsi; hingga terjadi keseimbangan bagi institusi-
lemahnya keimanan, kejujuran dan rasa institusi penyelenggara negara (pihak nega
malu, adalah beberapa hal yang berpengaruh ra, masyarakat bisnis, dan msyarakat sipil).
terhadap suburnya iklim korupsi dan kolusi. Praktek-praktik penyalahgunaan ke-
Dengan demikian bilamana masalah korupsi wenangan, berdasarkan kenyataan yang
dan kolusi ini tidak mendapatkan porsi ada menimbulkan kecenderungan terjadi
yang memadai dalam upaya pencegahan nya praktik-praktik korupsi. Kita tentunya
dan penindakannya, maka sudah dapat sepakat bahwa korupsi akan menyebabkan
dipastikan bahwa upaya untuk mewujudkan terjadinya ketidakefisienan dalam peng-
good governance akan menjadi sulit. gunaan sumberdaya nasional yang sangat
terbatas. Demikian pula bilamana kita salah
D. Urgensi Penerapan Prinsip-Prinsip mengelola sumberdaya, maka sudah dapat
Tata Pemerintahan yang Baik Dalam dipastikan bahwa tujuan yang hendak dica-
Menekan Korupsi dan Nepotisme pai akan sirna atau dengan kata lain terjadi
Berdasarkan pemahaman mengenai ketidakefektifan. Oleh karena itu, tidaklah
good governance dan permasalahan di sekitar berlebihan bilamana salah satu karakteristik
korupsi dan nepotisme sebagaimana telah good governance diwujudkan maka masalah
dikemukakan terdahulu, maka dikaitkan korupsi dapat diminimalisasikan. Dalam hal
dengan permasalahan korupsi dan nepotisme ini dilakukan pembahasan prinsip akuntabi
yang merupakan permasalahan besar, litas dan penegakan hukum.
haruslah ditangani secara proporsional.
Good governance yang secara umum E. Prinsip Akuntabilitas
bertujuan untuk membantu terselenggara Konsep akuntabilitas timbul karena
dan tercapainya tujuan nasional merupakan adanya pemberian amanah (trust) yang
salah satu fondasi dasar yang harus segera melibatkan 2 (dua) pihak yaitu pihak yang
diterapkan. Haruslah diyakini bahwa pene memberikan amanah (trustor) dengan
rapan good governance akan dapat mem- pihak yang menerima amanah (trustee).
bantu upaya-upaya dalam pemberantasan Pemberian amanah itu sendiri didasari atas
dan pencegahan korupsi maupun nepo- adanya rasa kepercayaan (trustor) kepada
tisme. Merujuk pada beberapa karakteristik pihak yang diberi kepercayaan (trustee).
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 545

Sedangkan tujuan akuntabilitas itu sendiri an) maupun lingkungan masyarakat. Akun
adalah terwujudnya suatu keadilan antara tabilitas ekstern lebih mudah diukur dari
pihak-pihak yang berhubungan. Suatu pada akuntabilitas intern mengingat norma
hal penting yang harus diingat adalah dan standar yang dikembangkan memang
pihak yang memberikan amanah tentang kongkrit dan jelas. Ukuran yang jelas terse-
tugas yang telah dipercayakan kepadanya but mencakup ukuran integritas keuangan,
dengan mengungkapkan segala sesuatu ukuran manfaat atau efektivitas keberhasi-
yang dilakukan, dilihat dan dirasakan baik lan kegiatan-kegiatan pemerintah baik dari
yang mencerminkan kegagalan ataupun segi output maupun outcome, dan pertang-
keberhasilannya. Berkaitan dengan isti gungjawaban mengenai prosedur penetapan
lah akuntabilitas, Sirajudin H Salleh dan pelaksanaan suatu kebijakan dengan
dan Aslam Iqbal berpendapat sebagai mempertimbangkan masalah moralitas, eti-
berikut,Accountability can be interpreted ka dan kepastian hukum dan ketaatan pada
to cover that extensive aspect of ones keputusan politis untuk mendukung pen-
own behaviour. It covers both his internal capaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.
behaviour, his subconscience toward the Dalam konteks pemerintah negara sebagai
God which only he himself know best and penyelenggara negara, semua tindakan yang
this is called spiritual accountability, and diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
external behaviour to his environment and (accountable) kepada pemberi amanah dan
the people arround him not only those job Tuhan dan sesuai dengan norma dan Dasar
related but society as a how and this called Negara Indonesia yaitu Pancasila.
external accountability. Saat ini penegakan prinsip akuntabili-
Dengan kata lain akuntabilitas meru- tas belumlah diterapkan sebagaimana mes-
pakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan tinya. Akuntabilitas yang merupakan wujud
yang meliputi sisi intern dan ekstern manu- penyampaian pertanggungjawaban dari para
sia. (1) Sisi intern adalah akuntabilitas seb- penerima amanah kepada pemberi amanah,
agai pertanggungjawaban seseorang kepada belumlah memuaskan. Bilamana kesadaran
Tuhannya, disebut juga dengan Akuntabili akan akuntabilitas ini muncul, dan menjadi
tas spritual. Walaupun sulit diukur, akunt- kebutuhan bagi para penyelenggara negara,
abilitas ini sangat efektif dalam menumbuh- maka korupsi dan nepotisme akan dengan
kan kesadaran moral pada seseorang untuk sendirinya terminimalisir. Saat ini praktik-
dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan praktik akuntabilitas penyelenggaraan negara
didasari moral pada seseorang untuk dapat yang terjadi di Indonesia belumlah memuas-
melaksanakan tugas-tugasnya dengan di- kan. Banyak kalangan menilai bahwa akunt-
dasari oleh dasar-dasar iman dan taqwa. (2) abilitas yang ada barulah sekedar untuk me-
Sisi ekstern adalah akuntabilitas terhadap menuhi ketentuan formalitas belaka, dengan
lingkungannya baik formal (atasan-bawah demikian substansi dan hakekat akuntabili-

5
Sirajuddin H. Salleh dan Aslam Iqbal, 1995, Accountability the Endless Prophecy, Asian and Pacific Develop-
ment Centre.
546 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

tas ini belumlah menggembirakan. nomis (hemat), efisien, efektif, exlecent, dan
Thomas Chan, Asisten Direktur pada equality. Manajemen suatu organisasi peme
Komisi Independen Pemberantasan Korupsi rintah disebut sudah accountable apabila
di Hongkong menyatakan pengalamannya telah: (a) Menentukan tujuan (goal) yang te-
yang mengindikasikan bahwa korupsi ter- pat yang tercermin dalam rencana strategik
jadi dalam kondisi-kondisi berikut ini: (1) instansi bersangkutan, (b) Mengembangkan
Lemahnya sistem pengawasan interen dan indikator kinerja untuk pencapaian tujuan
monitoring, lemahnya atau tidak jelasnya dan sasaran, (c) Secara efektif mempromosi-
instruksi-instruksi resmi, struktur penga- kan penerapan pengukuran kinerja, serta,
wasan yang tidak efektif, kurangnya salur (d) Mengembangkan kinerja organisasi dan
an untuk melakukan komplain, semuanya operais secara ekonomis dan efisien, efektif,
mendistribusikan birokrasi yang berlebihan, excellent, dan equality.
dan kecenderungan untuk penyalahgunaan Rencana strategis menggambarkan
wewenang; (2) Prosedur yang tidak efisien, sesuatu yang ingin dicapai dalam suatu
banyaknya penundaan-penundaan, kurang- kerangka waktu tertentu. Sesuatu yang ingin
nya koordinasi diantara badan-badan peme dicapai itu sudah tentu berhubungan dengan
rintah, menghasilkan suatu kondisi dimana maksud dari didirikannya organisasi atau
publik dipaksa untuk membayar uang sogok dengan kata lain rencana strategis berkaitan
an. (3) Kurangnya transparansi sehingga erat dengan alasan keberadaan organisasi.
publik tidak mengetahui hak dan kewajiban- Kemudian dalam upaya untuk menen-
nya, tidak mengetahui badan mana yang ha- tukan apakah tujuan-tujuan dan sasaran-
rus dihubungi untuk suatu urusan, dan tidak sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau
mengetahui prosedur yang harus diikuti, tidak, perlu dibuat suatu target indikator
menciptakan kondisi dimana publik dima- mengenai tingkat pencapaian yang dike-
nipulasi dalam berhubungan dengan peme hendaki. Ini berarti diperlukan suatu tolak
rintah; dan (4) Birokrat yang kurang budaya ukur untuk menentukan apakah kegiatan
melayani, pegawai negeri yang tidak meli- yang dilaksanakan telah mencapai tujuan
hat kewajiban akuntabilitasnya. Berdasar- yang ditetapkan sejak awal. Apabila terjadi
kan pada hal-hal yang dikemukakan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang
Thomas Chan di atas, jelaslah bahwa kunci telah direncanakan, misalnya terjadi penyim
pokok utama dalam memberantas korupsi pangan dari target yang telah ditetapkan,
itu sendiri adalah transparansi dan perlunya hal ini akan menjadi suatu peringatan dini
akuntabilitas dari setiap pihak di dalam or- (early warning) bahwa kemungkinan telah
ganisasi birokrasi. terjadi peyimpangan-penyimpangan. Dan
Implementasi akuntabilitas bertujuan pihak manajemen selanjutnya mempunyai
agar seluruh instansi Pemerintah melak- kewajiban untuk menelusuri penyimpangan
sanakan kegiatan-kegiatannya dengan eko- tersebut.

6
Thomas Chan, Planning the Fight against Corruption, Makalah yang disampaikan pada International
Anti-Corruption Conference, Cancun, Mexico, 1993.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 547

Alasan yang mendasari pendekatan dan melakukan tindakan-tindakan koreksi


strategis dalam implementasi akuntabilitas yang dianggap perlu berdasarkan pada hasil
adalah: (1) akuntabilitas merupakan kewa- telaahan pihak organisasi tersebut.
jiban organisasi publik dan nirlaba untuk Dalam konteks inilah peran BPKP
melayani otoritas yang lebih tinggi, yaitu ke- sebagai evaluator laporan Akuntantabilitas
percayaan publik (public trust), yang meru- Kinerja Pemerintah, sesuai dengan Instruk-
pakan sumber terakhir dari madat, otoritas si Presiden Nomor 7 Tahun 1999, sedang
dan legitimasi; (2) jika implementasi akun dikembangkan secara berkelanjutan. Evalu-
tabilitas dikodefikasi secara formal dalam asi yang akan dilakukan BPKP nantinya
hukum dan peraturan, maka akuntabilitas diharapkan akan memberikan saran-saran
juga akan didefenisikan sebagai harapan- perbaikan pelaksanaan program agar ter-
harapan para pembayar pajak, klien, dona- capai tujuan implementasi akuntabilitas itu
tur, dan pihak berkepentingan lainnya; (3) sendiri.
apabila akuntabilitas terlihat secara eksplisit Dalam mengimplementasikan akunta
ataupun implisit, maka akuntabilitas tersebut bilitas, setiap intansi pemerintah mempunyai
akan menjadi komponen dinamis dari ling- kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
kungan strategis organisasi; dan (4) seperti pencapaian hasil organisasi dalam penge-
komponen-komponen lingkungan organisasi lolaan sumberdaya yang dipercayakan atau
lainnya, akuntabilitas harus secara berkelan- yang berada dalam wewenangnya, yang
jutan dimonitor dan tertanam dalam proses meliputi penerimaan, pengalokasian, peng
manajemen strategis organisasi. amanan, dna pengembangannya kepada
Akuntabilitas suatu organisasi mengim- publiknya, dan kemudian dibuktikan dan
plikasikan: (1) Tersedianya informasi tentang dievaluasi oleh suatu pemeriksaan eksternal.
keputusan/kebijaksanaan (decision) dan tin- Ini berarti bahwa organisasi pemerintah yang
dakan (action) yang diambil selama operasi; akuntabel telah secara transparan melak-
(2) Meminta pihak eksternal untuk meng- sanakan kegiatannya, serta melaporkan ke-
kaji informasi tersebut; dan (3) Mengambil berhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
tindakan koreksi jika dibutuhkan. Hal yang nya dengan benar dan terbuka. Apabila hal
sangat ditekankan di atas adalah pentingnya ini terjadi, maka pemerintahan bersih (clean
keterbukaan dalam manajemen organisasi. government) yang dicita-citakan akan dapat
Hal ini tercemin dari pendapat yang menga dicapai.
takan bahwa akuntabilitas itu mengimplika- Menurut John Hatton dalam maka-
sikan tentang arus keluar (outflow) dari lahnya yang berjudul Mechanisms of Ac
informasi yang transparan, kemudian meng- countability, decentralisation of Power and
harapkan adanya kritikan atau opini pihak di Opennes in the fight against corruption, di
luar organisasi mengenai informasi tersebut, sampaikan pada International Anti Corrup

7
John Hatton, Mechanisms of Accountability, Deentralization of Power and Openenes in the Fight against
Corruption, Makalah yang disampaikan pada International Anti-Corruption Conference, Cancun, Maxico,
1993.
548 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

tion Conference di Cancun, Mexico 1993, kunci yang diimplementasikan adalah: (1)
tidak adanya mekanisme akuntabilitas dan Pendefinisian misi, penetapan tujuan dan
pemeriksaan eksternal atau disebut dengan sasaran-sasaran; (2) Penetapan aktivitas-
kekuasaan tanpa akuntabilitas akan mencip- aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran;
takan iklim yang ideal untuk korupsi. (3) Penetapan dan pengembangan indikator-
Jika demikian halnya, apakah akun indikator kinerja; (4) Pengukuran kinerja
tabilitas dapat menghapuskan korupsi? dan evaluasi hasil pengukurannya; (5)
Menurut Robert Klitgaard (dalam Con Pelaporan hasil-hasil secara formal; dan (6)
trolling Corruption) salah satu komponen Penggunaan informasi kinerja:
dalam strategi pembersihan korupsi adalah Pendefinisian Misi: Pernyataan misi
dengan menciptakan sistem evaluasi kinerja menjanjikan apa yang harus dilakukan suatu
yang baru. Pertanyaannya adalah bagaimana organisasi untuk mencapai keberhasilan.
suatu sistem evaluasi kinerja dapat memban- Pada beberapa organisasi, pernyataan misi
tu dalam upaya pembersihan korupsi. bisa dilakukan dnegan sangat sederhana dan
Pengukuran kinerja merupakan alat terus terang, sehingga proses perencanaan
yang dapat digunakan oleh manajemen or- strategisnya akan lebih mudah dilaksanakan.
ganisasi untuk meningkatkan kualitas peng Sedangkan untuk organisasi lainnya
ambilan keputusan dan akuntabilitasnya. mungkin dibutuhkan masukan-masukan dari
Untuk dapat menghasilkan suatu bentuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pengukuran yang baik, dibutuhkan artikulasi organisasi dalam proses pendefinisian
yang jelas mengenai perencanaan strategis misinya, dengan harapan akan didapat
dari setiap organisasi. suatu pernyataan misi menyeluruh yang
Sistem pengukuran kinerja akan dapat menjadi pegangan arah kemana
terfokus pada pengambilan tindakan pada organisasi akan bergerak. Adapun tujuan-
setiap kegiatan, pemanfaatan sumberdaya, tujuan pendefenisian misi adalah: (a)
dan hasil yang dicapai pada saat tertentu, Menyediakan adanya suatu kesatuan tujuan
dimana organisasi sedang berada dalam dalam organisasi, (b) Menyediakan dasar
upayanya mencapai tujuan dan sasaran umum untuk motivasi penggunaan sumber daya
yang ditetapkan dalam rencana strategisnya. organisasi, (c) Menyembangkan suatu dasar
Dengan demikian, sistem pengukuran kinerja atau standar untuk mengalokasikan sumber
ini harus mengukur hasil, akibat, atau hasil daya organisasi, (d) Melaksanakan suatu
dari pengeluaran anggaran pemerintah. irama yang umum atau iklim organisasi
yang umum, (e) Menyediakan dasar
F. Sistem Evaluasi Kinerja Sebagai identifikasi tujuan dan arah organisasi, (f)
Upaya Pemberantasan Korupsi Mengakomodasikan proses translasi tujuan
Untuk dapat mewujudkan sistem dan sasaran kedalam struktur kerja, (g)
evaluasi kinerja yang baik, elemen-elemen Mengkhususkan tujuan-tujuan organisasi.

8
Robert Klitgaard, op. cit.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 549

Penetapan Tujuan dan Sasaran: Hasil yang diinginkan dengan jelas dapat
Penetapan tujuan dan sasaran merupakan ditetapkan jika penetapan sasaran yang
hasil pengkajian dari pernyataan misi yang dituju sudah nampak jelas. Hasil dari suatu
berisikan kebijakan untuk jangka waktu kegiatan merupakan output akhir dari proses
tertentu, yang akan dilakukan untuk mencapai kegiatan dengan mengarahkan sejumlah
hasil yang telah ditetapkan. Tujuan harus sumberdaya yang dimiliki. Penetapan hasil
dapat mengekspresikan suatu kondisi di yang diinginkan pada saat perencanaan
masa datang yang dapat dicapai, sedangkan sangat penting artinya, ketika kita harus
sasaran sedapat mungkin ditetapkan de menganalisis kemungkinan manfaat diban
ngan menggunakan ukuran kuantitatif dan dingkan dengan biaya dan harga sumberdaya
kualitatif sehingga pencapaian sasaran lainnya untuk mendapatkan hasil tersebut.
dapat diukur dengan jelas. Perencanaan dan Kelayakan suatu program harus diukur
penetapan tujuan dan sasaran merupakan secara rasional. Oleh karena itu, penetapan
suatu hal yang sangat kritis untuk memulai hasil yang diinginkan merupakan awal dari
suatu sistem pengukuran kinerja, sebab hal pelaksanaan kegiatan. Mengindetifikasikan
yang sangat mendasar perlu dikemukakan hasil yang diinginkan merupakan pandangan
dalam perencanaan ini adalah mengenai yang jauh kedepan, memperkirakan masa
sesuatu yang akan diukur. Oleh karena itu, depan, imajinasi, ide-ide inovatif dan kreatif
sasaran-sasaran kualitatif maupun sasaran- serta merancang misi dengan tepat.
sasaran kuantitatif hendaknya dinyatakan Penetapan Indikator Kinerja: Indi
dengan jelas, walaupun adakalanya kita kator kinerja merupakan suatu yang akan
kesulitan menghadapinya. dihitung dan akan diukur. Dalam menetapkan
Penetapan Aktivitas: Aktivitas meru ukur kinerja (indikator kinerja), harus dapat
pakan tindakan-tindakan atau kegiatan- diidentifikasikan suatu bentuk pengukuran
kegiatan yang akan dilakukan, dalam upaya yang akan menilai hasil dan outcome yang
mencapai tujuan dan sasaran. Hal yang perlu diperoleh dari kegiatan yang dilaksanakan.
ditekankan disini adalah bahwa kegiatan Indikator kinerja ini digunakan untuk
yang dilakukan harus benar-benar dalam menyakinkan bahwa kinerja hari demi hari
upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran. personil organisasi membuat kemajuan
Dengan demikian berarti ada hubungan yang menuju tujuan dan sasaran yang telah
erat antara hasil dan setiap kegiatan dengan ditetapkan. Penetapan indikator kinerja
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Kegiatan hendaknya didasarkan pada perkiraan yang
yang dilakukan dapat berupa program, realitis, dengan memperhatikan tujuan,
proyek, rencana kerja, program kerja, dan sasaran, dan hasil yang diinginkan. Hal
lain sebagainya. yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa
Penetapan Hasil yang Diinginkan: penetapan indikator kinerja ini nantinya akan
Penetapan hasil yang diinginkan adalah menjadi alat ukur kinerja suatu organisasi/
penajaman mengenai rencana kegiatan atau satuan kerja.
aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran.
550 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

Pengukuran Kinerja dan Evaluasi yang mempunyai tanggungjawab. Biasanya,


Hasil Pengukuran: Manager-manager standar yang paling baik adalah standar
program atau kegiatan dan pembuat yang dikembangkan bersama antara pihak
kebijakan perlu untuk mengukur bagaimana yang menilai dengan pihak yang punya
kemajuan program yang dioperasikan tanggung jawab dalam menetapkan standar,
jika kebijakan itu diterapkan. Hal penting faktor-faktor yang harus diperhitungkan
yang perlu diketahui adalah biaya untuk adalah: (1) Jumlah sumberdaya yang akan
mengimplementasikan kebijakan dan dimanfaatkan; (2) Tingkat keahlian dasar;
program, sebab hal ini akan berhubungan (3) Intensitas pelayanan atau tindakan; dan
dengan kemungkinan-kemungkinan ada (4) Wewenang untuk melakukan perubahan.
atau tidaknya peluang untuk melakukan Dengan membandingkan pencapaian aktual
penyelewengan atau tindakan korupsi. dengan standar yang ditetapkan, sistem
Oleh karena itu, beberapa pengukuran akuntabilitas dapat berfungsi sebagai alat
input dan proses cukup penting dan dijaga pengendalian, melalui laporan-laporan
sampai tingkat yang paling minimum, untuk perbandingan tersebut.
menghindari proses penghitungan yang Pelaporan hasil-hasil secara formal:
terlalu rinci. Agar peluang untuk tidak dapat Hal yang menjadi fokus utama suatu sistem
melakukan penyelewengan atau berbuat akuntabilitas dalam rangka pengukuran
korup, maka perlu dibuat suatu standar kinerja dalam membuat laporan yang
kinerja. Tanda kinerja adalah estimasi- transparan mengenai pelaksanaan kegiatan
estimasi hasil yang akan diperoleh dan biaya dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran.
yang akan dikeluarkan dari suatu kebijakan Untuk itu, di dalam laporan harus terungkap
atau program. Penetapan standar kinerja tentang pencapaian hasil (outcome),
merupakan tugas yang paling menantang perbandingan dengan standar kinerja yang
dalam pelaksanaan sistem akuntabilitas telah ditetapkan, kendala-kendala dan upaya
kinerja, dan tidak diragukan lagi merupakan yang dilakukan untuk pemecahannya, dan
hal yang paling kontroversial. Standar harus penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
ditetapkan setinggi mungkin, sehingga dalam proses kegiatan. Sejak awal telah
suatu program suatu kebijakan seperti dikemukakan bahwa inti dari keberhasilan
tidak mempunyai kesempatan untuk suatu sistem akuntabilitas adalah transparasi.
berbuat curang atau untuk melakukan Transparasi berarti adanya keterbukaan
tindakan korup dengan kata lain, standar dalam pengelolahan kegiatan, sumber
harus cukup ambisius untuk memotivasi ekonomi, lingkungan, dan pelaporan.
dilakukannya hal-hal yang terbaik untuk Apabila tidak terdapat transparasi dalam
memenuhi standar. Standar kinerja yang baik sistem yang diimplementasikan, maka
merupakan estimasi realistis dari outcome tujuan akuntabilitas dan pengukuran kinerja
yang diharapkan. Untuk itu, standar harus untuk membasmi penyelewengan tidak akan
mudah dimengerti dan disetujui orang-orang tercapai.
yang akan menilai keberhasilan dan orang
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 551

Penggunaan Informasi Kinerja: pemerintah yang digunakan benar-benar


Laporan yang diterima tidak akan berarti digunakan untuk suatu kegiatan yang ada
apa-apa jika tidak dimanfaatkan dan diana hubungan dengan misi yang hendak dica-
lisis dalam rangka pengambilan keputus pai dan mempunyai prioritas yang cukup
an dan perubahan-perubahan kebijakan. untuk dilaksanakan. Terdapat beberapa vari-
Laporan akuntabilitas yang berisikan in- etas pengukuran, yaitu pengukuran masukan
formasi kinerja, seharusnya menjadi dasar (input), keluaran (output), hasil (outcome),
dalam melakukan perubahan-perubahan. efisiensi dan efektivitas. Masukan mengukur
Perubahan yang terjadi dapat berupa mere- peralatan, dana, atau personil yang diguna
visi, misi, tujuan dan sasaran, restrukturisasi kan untuk pencapaian suatu tujuan. Keluar
organisasi, dan perubahan dalam pengaloka- an mengukur suatu tabulasi, kalkulasi kuan-
sian sumberdaya. Dalam hal pengendalian titatif atau kualitatif. Hasil pengukuran ha-
bagi tindakan-tindakan penyelewengan atau- sil program aktivitas dibandingkan dengan
pun korupsi, pihak yang menerima laporan tujuan pelaksanaannya. Efisiensi mengukur
harus cepat tanggap mengambil tindakan biaya, pengeluaran, atau suatu pengukuran
perubahan, apabila dalam laporan akuntabi relatif dan transaksi atau biaya dari suatu
litas ditemukan adanya penyimpangan yang kegiatan. Efektivitas mengukur hasil diban
mengindentifikasikan adanya permasalahan dingkan dengan standar waktu, kualitas dan/
dalam pelaksanaan kegiatan. Sebagai con- atau kuantitas.
toh, apabila biaya yang dikonsumsi tidak
sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka G. Prinsip Penegakan Hukum
ini merupakan sinyal adanya hal-hal yang Penegakan hukum menjadi aspek
perlu dievaluasi, apakah penetapan standar penting dalam upaya percepatan pem
yang terlalu optimis atau telah terjadi pem- berantasan korupsi. Dari hasil kajian
borosan yang mengarah pada tindakan penye LAN tentang Evaluasi Kebijakan Inpres
lewengan. Apabila tidak dilakukan tindakan Nomor 5 Tahun 2004 tentang percepatan
sedini mungkin atas penyimpangan-penyim pemberantasan korupsi dalam aspek strategi
pangan yang terjadi, maka hal-hal yang penegakan hukum, diketahui bagaimana
menakutkan mungkin akan terjadi kemudi- peran aparat kepolisian, kejaksaan, dan
an, dimana penyelewengan menjadi semakin peran aparat pengadilan menurut persepsi
besar, dan akhirnya sulit untuk dicari jalan responden dapat dilihat pada tabel 2 berikut
penyelesaiannya. Pengukuran yang relevan ini:
harus dikembangkan sehingga semua dana

9
LAN, Evaluasi Kebijakan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Lapo
ran Kajian Tahun 2007, hlm.76.
552 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

Tabel 2
Persepsi Responden Terhadap Peran Aparat Penegak Hukum Dalam Rangka
Percepatan Pemberantasan Korupsi
Kepolisian Kejaksaaan Peradilan
Persepsi Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Responden Frekuensi kumulatif (%) Frekuensi kumulatif (%) Frekuensi kumulatif (%)
1,00 28 6,0 16 3,9 23 4,9

2,00 30 12,4 30 10,3 29 11,2

3,00 65 26,4 48 20,6 62 24,5

4,00 63 39,9 52 31,8 61 37,6

5,00 84 57,5 86 50,2 93 57,9

6,00 92 77,7 73 65,9 85 75,8

7,00 63 91,2 76 82,2 76 92,1

8,00 30 97,6 52 93,3 26 97,6

9,00 6 98,9 16 96,8 6 98,9

10,00 5 100,0 15 100,0 5 100,0


Total 466 - 466 - 466 -
Keterangan : Nilai persepsi 1 menunjukkan nilai paling negative (tidak efektif) dan 10 menunjukkan
sangat positif (sangat efektif).
Sumber : LAN, 2007.

Sejumlah 57,5% responden mem efektif dan optimal oleh sosok-sosok penegak
berikan respon negatif atas peran aparat hukum yang berkualitas dan berintegritas.
kepolisian dalam percepatan pemberantasan Untuk menghasilkan sosok-sosok penegak
korupsi. Sementara 50,2% responden hukum yang berintegritas dan berkualitas
memberikan respon negatif atas peran aparat haruslah dimulai dengan menata kembali
kejaksaan dalam percepatan pemberantasan sistem manajemen sumberdaya manusia di
korupsi. Sementara persepsi negatif yang lingkungan penegak hukum, yaitu mulai dari
tertinggi (hampir 60%) diberikan oleh proses rekruitmen, pembinaan, pendidikan,
responden kepada aparat peradilan. karier, penghargaan dan hukuman. Namun
Diperlukan upaya penerapan prinsip demikian, haruslah disadari bahwa sebe
penegakkan hukum yang tidak pandang narnya proses manajemen sumberdaya
bulu sebagai bentuk penerapan prinsip good yang baik ini sifatnya adalah universal
governance. Pemberantasan tindak pidana dan harus diterapkan untuk seluruh jajaran
korupsi hanya mungkin dilakukan secara penyelenggara negara dan pemerintahan.
Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia 553

Diharapkan dengan integritas yang tinggi, penerapan prinsip-prinsip good governance


maka penegakan hukum dapat dilakukan secara konsisten seperti akuntabilitas,
secara bertanggungjawab dan berkeadilan. transparansi dan penegakan hukum,
sehingga penyelenggaraan pemerintahan
H. Penutup dan pembangunan dapat berlangsung secara
Untuk mewujudkan good governance berdayaguna dan berhasilguna.
dibutuhkan komitmen dan konsistensi Perlu juga dipahami kiranya bahwa
dari semua pihak, aparatur negara, dunia penerapan good governance ini, khususnya
usaha, dan masyarakat, dan pelaksanaannya yang berkaitan dengan pemberantasan
di samping menuntut adanya koordinasi korupsi dan nepotisme haruslah dilakukan
yang baik, juga persyaratan integritas, melalui strategi pencegahan (preventif) dan
profesionalitas, etos kerja dan moral yang strategi penindakan (represif) yang efektif
tinggi. Dalam rangka itu, diperlukan dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Chan, Thomas, Planning the Fight ____, Evaluasi Kebijakan Inpres Nomor
against Corruption, Makalah yang 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Disampaikan pada Internasional Pemberantasan Korupsi, 2007,
Anti-Corruption Conference, Cancun, Laporan Kajian, Jakarta.
Mexico, 1993; LAN dan BPKP, Akuntabilitas dan Good
Halton, John, Mechanisms ofAccountability, Governance, 2000, Modul Sosialisasi
Decentralization of Power and Openess Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
in the Fight againts Corruptions, Pemerintah, Cetakan Pertama, Jakarta.
Makalah yang Disampaikan pada Rhoddes, R.A.W., 1997, Understanding
Internasional Anti-Corruption Governance Policy: Networks,
Conference, Cancun, Mexico, 1993. Governance, Reflexivity and
Klitgaard, Robert, Controlling Coruption. Accountability, Open University Press,
LAN, Penerapan Good Governance di Buckingham, Philadelpia.
Indonesia, 2007, Laporan Kajian, Salleh, Sirajuddin H. dan Ashlam Iqbal, 1995,
Jakarta. Accountability the Endless Prophecy,
Asian and Pacific Development
Centre.

Anda mungkin juga menyukai