Anda di halaman 1dari 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem laut di Indonesia mempunyai potensi besar untuk menyerap CO2 sebagai gas utama
penyebab utama pemanasan global yang berimplikasi terjadinya perubahan iklim. Salah satu
sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai penyerapan gas CO2
adalah padang lamun yang secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di
daerah pesisir karena padang lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang ada di laut
yang memiliki peran penting dalam penyerapan karbon di laut juga melalui proses fotosintesis
(Kawaroe, 2005 dalam Setiawan, 2012).

Pada struktur tingkatan trofik di perairan dangkal. Tumbuhan lamun merupakan salah satu
produsen primer. Sebagi produser, lamun melakukan fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organic dari bahan non-organik dengan bantuan sinar matahari. Produksi yang dihasilkan
merupakan peran kunci dari lamun karena bisa menghasilkan biomassa, serasah dan tegakan-
tegakan yang mempunyai banyak manfaat, baik secara ekologis maupun ekonomis. Padang lamun
data melindungi pantai dari gerusan ombak (Koch, et. al., 2006), sebagai tempat hidup, berlindung
dan memijah berbagai organisme penyerap dan penyimpan karbon (Nellemann, et. al., 2009 dalam
Supriadi, 2012).

Lamun (seagrass) adalah satusatunya tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan


laut. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-
tangkai yang merayap efektifuntuk berkembang-biak dan mempunyai akar dan sistem internal
untuk mengangkut gas dan zat-zat hara (Romimohtarto dan Juwana, 2001) Lamun juga merupakan
tumbuhan yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Lamun mempunyai akar
dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan
pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis
tunggal ataupun jenis campuran (Hemminga and Duarte, 2000 dalam Rappe, 2010).

Fungsi lamun tidak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas
manusia. Padang lamun di Indonesia mengalami penyusutan luasan 30 - 40 % dari luas
keseluruhanya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia secara langsung (Nontji, 2009). Lamun
berkurang secara luas terjadi di belahan dunia sebagai akibat dari dampak langsung kegiatan
manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), eutrofikasi, budidaya
perikanan, pengendapan, pengaruh pembangunan konstruksi pesisir, dan perubahan jaring
makanan. Dampak kegiatan manusia termasuk pengaruh negatif dari perubahan iklim (erosi oleh
naiknya permukan laut, naiknya 2 penyinaran ultraviolet), baik dari sebab-sebab alami, seperti
angin siklon dan banjir. Padang lamun yang mulai hilang ini diduga akan terus meningkat akibat
tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Febriyantoro, 2013).

Pada padang habitat lamun hidup berbagai macam spesies hewan, yang berasosiasi dengan padang
lamun, sebagai contoh menurut Nybakken (1988) diperairan teluk Ambon Ambon ditemukan 48
famili dan 108 jenis ikan yang adalah sebagai penghuni lamun, Hutomo & Martosewojo inDahuri
(2003) menemukan 360 spesies di teluk Banten. Sedangkan Nasution (2003) menemukan 33 jenis
ikan dari 22 famili di Pulau Bintan; Merryanto (2000) menemukan 72 jenis dari 39 famili ikan
yang berasosiasi dengan lamun di teluk Awur Jepara (Kopalit, 2011).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air Di Perairan Pantai Tanjung Tiram
dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 10 November 2013 pukul 9.00-14.00 WITA, dan
dilanjutkan kembali pada hari Senin, pada tanggal 18 November 2013 pukul 14.00-15.00 WITA.
Bertempat di Perairan Tanjung Tiram dan Laboratorium Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan
Pantai Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di
Perairan Pantai Tanjung Tiram
No. Nama Alat Kegunaan
1. Buku identifikasi Untuk mengidentifikasi lamun
2. Meteran rol Untuk mengukur
3. Tali raffia Untuk membuat plot
4. Botol Aqua Sebagai tempat menyimpan lamun
5. Kamera Untuk mengambil gambar
6. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
7 Snorkel Untuk mengamati lamun didalam air laut

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan
Pantai Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di
Perairan Pantai Tanjung Tiram
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Lamun Sebagai objek yang akan diamati
2. Air Sebagai media hidup lamun

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai
Tanjung Tiram adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tempat yang di inginkan seperti pantai tanjung tiram.
2. Membuat garis transek sebanyak tiga titik.
3. Membuat plot 1 m x 1 m pada masing-masing titik.
4. Mengamati lamun ada pada setiap plot beserta organisme lain yang ada di dekat lamun yang
diamati.
5. Kemudian mengidentifikasi dengan buku identifikasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai
Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun.


No Gambar pada titik I Klasifikasi
1. Cymodocea rotundata Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
2. Cymodocea rotundata Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
3. Enhalus acoroides Steud Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis :Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Familia :Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species :Enhalus acoroides Steud
No Gambar pada titik 2 Klasifikasi
1. Enhalus acoroides Steud Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis :Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Familia :Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species :Enhalus acoroides Steud
2. Syringodium isoetifolium Regnum : plantae
Divisi : Anthophyta
Classis : Angiospermae
Familia : Potamogetonacea
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
No Gambar pada titik 3 Klasifikasi
1. Cymodocea rotundata Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
2. Cymodocea serrulata Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Potamogetonales
Familia : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea serrulata

Data pengamatan uji kualitas air di Perairan Tanjung Tiram dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengamatan Uji Kualitas Air di Perairan Tanjung Tiram
No. Kualitas Air Lokasi
Titik 1 Titik 2 Titik 3
1. Suhu 33C 31C 31C
2. Kecerahan 42 cm 55 cm 56 cm

B . Pembahasan

Lamun hidup terendam di perairan laut. Bagian-bagiannya adalah: rhizome, daun (thalus) dan akar.
Lamun hidup di lautan yang dangkal dan biasanya menempel pada substrat yang berlumpur,
thalusnya tegak berdiri dengan panjang bisa mencapai satu meter (Romimohtarto,2001). Lamun
dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah
ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2
famili yaitu Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lamun secara umum adalah kualitas air,
substrat dasar perairan. Kualitas air meliputi temperatur, cahaya, salinitas dan nutrien.Temperatur
merupakan salah satu faktor ekologi perairan yang sangat penting, karena mempengaruhi proses-
proses fisiologis lamun, seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien, respirasi dan siklus protein.

Menurut Romimohtarto (2001). Lamun tidak memiliki stomata tapi memiliki kutikula tipis yang
berfungsi untuk menyerap nutrisi dari perairan, semua kegiatan lamun di lakukan dalam keadaan
terbenam dalam air, dai system perakarannya hingga daur generatifnya. Tumbuhan ini tersusun
dari bagian-bagian yang disebut Rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang
terbenam dan merayap mendatar serta berbuku-buku, dimana pada buku-buku ini tumbuh batang
pendek yang dekat ke atas, berdaun dan berbunga serta terdapat juga akar.sistem
perkembangbiakanya bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air
(Nybakken, 1992).

Pengamatan lamun di perairan pantai Tanjung Tiram dilakukan dengan menggunakan plot didalam
air dengan meletakkan sebuah plot tersebut didasar laut yang berukuran 1x1 meter. Namun
sebelum itu dibuat garis secara horizontal sepanjang 50 m, dimana setiap 10 m nya diamati oleh
kelompok yang berbeda-beda. Lamun yang berada pada plot merupakan objek pengamatan pada
praktikum ini. Cara pengamatannya yaitu dengan menggunakan snorkel yang berfungsi untuk
mempermudah pengamatan Lamun didalam air. Sampel yang berhasil ditemukan disimpan pada
botol aqua dan untuk selanjutnya diidentifikasi dilaboratorium. Dimana pada plot pertama untuk
titik pertama dijumpai beberapa jenis lamun yang meliputi Cymodocea rotundata, dan
Syringodium isoetifolium.

Pengamatan lamun pada titik dua, dilakukan dengan cara yang sama namun tempat plot yang
berbeda yaitu dengan menarik garis lurus secara horizontal sepanjang 50 meter dan 50 m ini dibagi
10 m untuk masing-masing keolompok dimana dari garis ini dibuat plot dengan ukuran 1 x 1 meter.
Di dalam plot ini terdapat beberapa jenis lamun. Lamun ini kemudian diambil sampelnya dan
disimpan di botol aqua kemudian diidentifikasi jenisnya dengan buku identifikasi. Dari
pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa jenis lamun ini dapat diketahui nama spesiesnya
setelah dilakukan pengidentifikasian dengan bantuan buku identifikasi lamun. Dari hasil
pengidentifikasian beberapa jenis lamun pada titik dua, diperoleh beberapa spesies lamun yang
meliputi Enhalus acoroides Steud dan Syringodium isoetifolium

Pengamatan lamun pada titik tiga juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menarik
garis lurus secara horizontal sepanjang 50 meter. Dimana dari garis ini dibuat plot dengan ukuran
1 x 1 meter. Di dalam plot ini terdapat beberapa jenis lamun. Beberapa jenis lamun ini merupakan
objek pengamatan. Lamun ini kemudian diambil sampelnya dan mengambil gambarnya. Dari
pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa jenis lamun ini dapat diketahui nama spesiesnya
setelah dilakukan pengidentifikasian dengan bantuan buku identifikasi lamun. Dari hasil
pengidentifikasian beberapa jenis lamun pada titik dua, diperoleh beberapa spesies lamun yang
meliputi Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata.

Hasil pengukuran uji kualitas air di Perairan Pantai Tantung Tiram pada titik satu suhunya berada
pada 33C, pada titik 2 suhunya 31C dan pada titik 3 suhu air laut diperoleh 31C. Suhu air laut
di perairan Pantai Tanjung Tiram dari ketiga titik tersebut masih tergolong normal karena masih
berkisar antara 30C - 35C. Lamun yang hidup pada suhu ini juga keadaannya masih normal
karena masih berada pada suhu yang pas untuk habitat dari bento itu sendiri. Untuk pengukuran
kecerahan kualitas air pada titik 1 dengan kedalaman 42 cm, pada titik 2 diperoleh kecerahan
kualitas air 55 cm dan pada titik ketiga 56 cm, Menurut Sastrawijaya (1991), cahaya matahari tidak
dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi.
Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara lain adanya bahan yang
tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air yang mengakibatkan air menjadi
keruh.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air
di Perairan Pantai Tanjung Tiram, dapat kita tarik kesimpulan bahwa :

1. Identifikasi Jenis Lamun, ada beberapa jenis lamun yang hidup di perairan Pantai Tanjung
Tiram yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulat, Syringodium isoetifolium, dan
Enhalus acoroides Steud.
2. Hasil pengukuran uji kualitas air di Perairan Pantai Tantung Tiram pada titik satu suhunya
berada pada 33C, pada titik 2 suhunya 31C dan pada titik 3 suhu air laut diperoleh 31C.
Suhu air laut di perairan Pantai Tanjung Tiram dari ketiga titik tersebut masih tergolong
normal karena masih berkisar antara 30C - 35C. Lamun yang hidup pada suhu ini juga
keadaannya masih normal karena masih berada pada suhu yang pas untuk habitat dari bento
itu sendiri. Untuk pengukuran kecerahan kualitas air pada titik 1 dengan kedalaman 42 cm,
pada titik 2 diperoleh kecerahan kualitas air 55 cm dan pada titik ketiga 56 cm.

B. Saran

Saran saya pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai
Tantung Tiram ini yaitu :

1. Sebaiknya praktikan tidak melakukan kegiatan lain diluar prosedur kerja praktikum
sebelum praktikum selesai.
2. Untuk asisten sudah bagus cara membimbingnya namun kurang mampu untuk
mengarahkan praktikannya untuk melakukan suatu pengamatan karena banyaknya
praktikan.
3. Untuk praktikum kedepannya, sebaiknya jumlah asisten ditambah agar tidak kewalahan
saat memberi bimbingan pada praktikannya namun kriteria asisten yang direkrut nantinya
memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA
Rappe, R.A., 2010, Struktur Komunitas Ikan Pada Padang Lamun yang Berbeda Di Pulau
Barrang Lompo, J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2 (2) : 62-73.

Febriyantoro, dkk., 2013, Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun (Enhalus acoroides) di


Kawasan Padang Lamun Perairan Prawean Bandengan Jepara, J. Penelitian Kelautan, 1 (1) : 1-
10.
Setiawan, F., dkk., 2012, Deteksi Perubahan Padang Lamun Menggunakan Teknologi
Penginderaan Jauh dan Kaitannya dengan Kemampuan Menyimpan Karbon di Perairan Teluk
Banten, J.Perikanan dan Kelautan, 3 (3) : 275-286.

Kopalit, H., 2011, Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Manokwari Papua Barat, J.
Perikanan dan Kelautan, 7 (1) : 9.

Supriadi., Kaswadji, R. F., Bengen, D. G., Hutomo, M., 2012, Produktivitas Komunitas Lamun
di Pulau Barranglompo Makassar., J. Akuatika, 3 (2) : 159-160.

Anda mungkin juga menyukai