Anda di halaman 1dari 27

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN

T A S I K M A LAYA
KAB.TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

NOMOR : 15 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI TASIKMALAYA
Menimbang :
a. bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan
otonomi daerah dalam mewujudkan kemandirian daerah maka perlu dilakukan
pengaturan mengenai pembinaan, pengembangan, pengendalian dan pengawasan
terhadap pengelolaan pertambangan umum sehingga selain dapat dimanfaatkan
secara optimal juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup yang
serasi dan seimbang dengan memperhatikan kebutuhan generasi mendatang.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a di atas,
perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya tentang Pengelolaan
Pertambangan Umum.

Mengingat :
2

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah


Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun
1950);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2831);
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918);
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3215);
6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3681) sebagaimana telaah diubah dengan Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4048);
8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Negara Nomor 3699);
9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Negara Nomor
3046);
10. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4389);
11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4473), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493 ), yang telah
3

ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara


Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548 );
12. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbanggan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor
36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3838);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4021);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4139);
20. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
21. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 01/P/201/M.PE/1986
tentang Pedoman Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian Strategis
dan Vital;
22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12/MENHLH/3/1994
tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan;
4

23. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 04/PM/Pertamb/1997


tentang Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap Gangguan Pencemaran
sebagai Akibat Usaha Pertambangan Umum;
24. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1256/K/03/M.PE/1999
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan Pertambangan Bahan
Galian Golongan C oleh Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah (PITDA);
25. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1261.K/25/M.PE/1999 tentang Produksi Pertambangan Umum;
26. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1452.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Inventarisasi Sumber Daya Mineral dan Energi ,
Penyusunan Peta Geologi dan Pemetaan Zona Kerentanan Tanah;
27. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 04 Tahun 2002 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Kewenangan Kabupaten Tasikmalaya;
30. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2005 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2005 tentang Tata
Cara dan Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah Kabupaten Tasikmalaya;

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN TASIKMALAYA
DAN
BUPATI TASIKMALAYA
5

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA
TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah
Kabupaten Tasikmalaya;
3. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya;
4. Bupati adalah Bupati Tasikmalaya;
5. Dinas adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Tasikmalaya;
7. Camat adalah Camat setempat di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya;
8. Pengelolaan Pertambangan adalah pengelolaan dalam arti luas meliputi segala
kegiatan dan usaha penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, inventarisasi,
pengaturan pemanfaatan, perizinan, pembinaan, dan pengawasan serta
pemeliharaan lingkungan pertambangan dan melaksanakan konservasi;
9. Izin Usaha Pertambangan, selanjutnya disingkat IUP adalah wewenang/izin
usaha pertambangan yang diberikan oleh Bupati kepada perorangan dan atau
badan untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan di daerah;
10. Penyelidikan Umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika di
daratan, perairan dan udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat
peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian
pada umumnya;
11. Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan geologi/pertambangan untuk
menetapkan lebih teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian;
6

12. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan


bahan galian dan memanfaatkanya;
13. Wilayah Pertambangan adalah kawasan atau wilayah dengan batas-batas
tertentu yang ditetapkan dan diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
penambangan dan pengambilan bahan galian;
14. Pemegang Izin Usaha Pertambangan adalah perorangan, badan hukum swasta,
BUMN/BUMD dan Koperasi yang melakukan kegiatan penambangan bahan
galian;
15. Iuran Tetap ( Land Rend) adalah iuran yang dibayarkan kepada negara atau
Pemerintah Daerah sebagai imbalan atas kesempatan melakukan usaha
kegiatan pertambangan;
16. Iuran Produksi (Royalti) adalah iuran yang dibayarkan kepada Negara atau
Pemerintah Daerah sebagai imbalan atas Produksi bahan galian yang telah
diambil;
17. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat usaha pertambangan umum agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya;
18. Koservasi Bahan Galian adalah upaya pengelolaan bahan galian untuk
mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan rakyat
secara luas;
19. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat SPPL
adalah pernyataan secara tertulis dari pengusaha pertambangan untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan terhadap pelaksanaan usaha
pertambangan umum;

20. Upaya Pengelolaan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat UKL adalah upaya
yang memuat langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pengelolaan
lingkungan pada waktu kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pasca tambang
sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan lingkungan hidup;
21. Upaya Pemantauan Lingkungan, selanjutnya disingkat UPL adalah upaya yang
memuat langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka memantau lingkungan
pada waktu kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pasca tambang;
22. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, selanjutnya disingkat AMDAL adalah
hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan yang diperlukan bagi proses kegiatan usaha pertambangan umum;
7

23. Retribusi Izin Pertambangan Umum, selanjutnya disebut Retribusi adalah


pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya kepada
perorangan dan/atau Badan yang memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP);
24. Jaminan adalah bukti kesungguhan dari pemohon/pemilik IUP atas sebagian
atau seluruh kegiatan usaha pertambangan umum;
25. Pasca Tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan penambangan pada
seluruh atau sebagian wilayah pertambangan umum baik karena berakhirnya
IUP dan/atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian wilayah
pertambangan umum;
26. Jasa Pertambangan Umum adalah pekerjaan keahlian dibidang pertambangan
umum yang dapat mengelola sebagian bidang kegiatan teknis pertambangan
umum;
27. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Tasikmalaya;
28. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
29. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan;
30. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang diberi wewenang untuk
melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah yang
memuat ketentuan Pidana;
31. Bahan Galian Logam adalah suatu galian yang terdiri dari unsur-unsur mineral
logam;
32. Bahan Galian Non Logam adalah suatu galian yang terdiri dari unsur-unsur
mineral non logam;
33. Pajak Produksi adalah pajak yang dibayarkan kepada Negara atau Pemerintah
Daerah sebagai imbalan atas produksi bahan galian yang telah diambil;
34. Surat Keterangan Pengangkutan dan Penjualan adalah surat keterangan untuk
pemindahan hasil tambang dari lokasi penambangan ke tempat penampungan
dan ke tempat penjualan.

BAB II
JENIS BAHAN GALIAN
Pasal 2
Jenis Bahan Galian Pertambangan Umum terdiri dari :
8

a. Bitumen Cair, Lilin Bumi;


b. Bitumen Padat, Aspal;
c. Antrasit, Batu Bara, Lignit;
d. Nikel, Kobal;
e. Besi, Mangaan, Molibden, Khrom, Wolfram, Vanadium, Titan;
f. Bauksit, Tembaga, Timbal, Seng;
g. Emas, Perak, Air Raksa, Intan;
h. Arsen, Antimon, Bismut;
i. Yatrium, Rhueterium, Carium dan Logam-logam langka lainnya;
j. Berilium, Korundum, Zirkon, Kristal Kuarsa;
k. Kriolit, Flourspat, Barit;
l. Yodium, Crom, Khlor, Belerang;
m. Notrat, Posfat, Garam Batu (Halite);
n. Asbes, Talk, Mika, Grafit, Magnesit;
o. Yarosit, Leusit, Tawas (alum), Oker;
p. Batu Permata, Batu Setengah Permata;
q. Pasir Kuarsa, Kaolin, Felspar, Gifs, Bentonit;
r. Batu Apung, Trass, Obsidian, Perlit, Tanah Diatome, Tanah Serat;
s. Marmer, Batu Tulis;
t. Batu Kapur, Dolomit, Kalsit;
u. Granit, Andesit, Basalt, Trashit, Dasit, Diorit;
v. Zeolit;
w. Tanah Liat untuk Bahan Baku Industri dan Tanah Urug;
x. Pasir dan Krikil.

BAB III
PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM
Bagian Kesatu
Klasifikasi Usaha Pertambangan
Pasal 3
(1) Pengusahaan Pertambangan Umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Usaha Pertambangan Skala Kecil adalah Pertambangan Umum yang
diusahakan oleh perorangan (rakyat setempat) berdasarkan jenis bahan
galian dan cara penambangannya dilaksanakan secara tradisional dengan
menggunakan peralatan sederhana;
9

b. Usaha Pertambangan Skala Menegah adalah Pertambangan Umum yang


diusahakan oleh Badan Usaha atau Koperasi berdasarkan jenis bahan galian
dan cara penambangannya memerlukan teknologi dengan peralatan semi
mekanis dan berpengalaman bergerak di bidang Pertambangan Umum;
c. Usaha Pertambangan Skala Besar adalah Pertambangan Umum yang
diusahakan oleh Badan Usaha atau Koperasi berdasarkan jenis bahan galian
dan cara penambangannya memerlukan teknologi dengan peralatan mekanis
dan berpengalaman bergerak di bidang Pertambangan Umum.
(2) Perbedaan Skala Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini adalah sebagai berikut :

KLASIFIKASI USAHA
PERBEDAAN SKALA SKALA SKALA
KECIL MENENGAH BESAR
Jenis Bahan Galian Bahan Galian Bahan Galian Bahan Galian
Tambang Tambang Tambang
Pengusahaan Perorangan Badan Usaha Badan Usaha
Cara Penambangan Sederhana/Tradision Semi Mekanis Mekanis
al
Luas Ruang Usaha Maksimal 5 hektar > 5 25 hektar > 25 hektar keatas
Perijinan IUP IUP IUP

Bagian Kedua
Perizinan
Pasal 4
(1) Bupati mempunyai wewenang dan tanggung jawab di bidang Pertambangan
Umum;
(2) Pelaksanaan kewenangan administratif dan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal ini dilaksanakan oleh Dinas.

Pasal 5
Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Peraturan
Daerah ini meliputi:
a. Pengaturan dan pengembangan kegiatan Usaha Pertambangan Umum;
b. Pemrosesan perizinan dalam bentuk IUP;
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Usaha Pertambangan Umum
terhadap pemegang izin;
10

d. Pengelolaan informasi Pertambangan Umum berupa Unit Jasa Pelayanan


Pencadangan Wilayah Pertambangan.

Pasal 6
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
huruf c Peraturan Daerah ini meliputi aspek penyelidikan umum, eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemasaran, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
pengelolaan lingkungan, konservasi dan tenaga kerja.

Pasal 7
(1) Setiap Pertambangan Umum baru dapat dilaksanakan setelah memiliki IUP
dari Bupati;
(2) Permohonan IUP diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala
Dinas;
(3) Tata cara dan syarat-syarat permohonan IUP diatur dan ditetapkan lebih
lanjut oleh Bupati.

Pasal 8
(1) IUP dituangkan dalam bentuk Keputusan Bupati;
(2) Dalam setiap pemberian IUP harus memperhitungkan aspek teknis,
lingkungan, ekonomi, sosial dan konservasi sumber daya alam;

Pasal 9
(1) Penandatanganan Izin Usaha Pertambangan (IUP) skala kecil dilaksanakan
oleh Kepala Dinas atas nama Bupati;
(2) Penandatanganan Izin Usaha Pertambangan (IUP) skala menengah dan besar
dilaksanakan oleh Bupati;
(3) Penandatanganan Petikan Keputusan Bupati tentang Izin Usaha
Pertambangan Skala Menengah dan Besar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) pasal ini dilaksanakan oleh Kepala Dinas atas nama Bupati.

Pasal 10
11

(1) IUP sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini
memuat hak dan kewajiban;
(2) IUP hanya dapat dipindahtangankan/dialihkan atau dikerjasamakan kepada
Pihak Ketiga dengan persetujuan tertulis dari Bupati;
(3) Persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini akan
diberikan apabila memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Pasal 11
(1) IUP diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian berupa :
a. IUP Penyelidikan Umum;
b. IUP Eksplorasi;
c. IUP Eksploitasi;
(2) IUP dapat digunakan sebagai dasar untuk penerbitan izin-izin lain yang
bersifat teknis;
(3) IUP tidak dapat dijadikan dasar dalam pemindahan hak atas tanah dalam
kegiatan Usaha Pertambangan Umum.

Pasal 12
(1) Untuk kepentingan peninjauan indikasi potensi bahan galian, Kepala Dinas
dapat mengeluarkan Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP);
(2) Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) diberikan untuk jangka waktu
maksimal 1 (satu) bulan.

Pasal 13
(1) Apabila pemegang IUP akan mempergunakan alat-alat berat dan atau alat
mekanis untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan harus memiliki ijin
dari Kepala Dinas;
(2) Tata cara permohonan izin penggunaan alat-alat berat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal ini diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 14
(1) Luas wilayah IUP Penyelidikan Umum dapat diberikan untuk luas maksimal
20.000 (dua puluh ribu) hektar;
(2) Luas wilayah IUP Eksplorasi dapat diberikan untuk luas maksimal 10.000
(sepuluh ribu) hektar;
12

(3) Luas wilayah IUP Eksploitasi dapat diberikan untuk luas maksimal 1.000
(seribu) hektar.

Pasal 15
(1) IUP Penyelidikan Umum dapat diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan;
(2) IUP Eksplorasi dapat diberikan untuk jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu maksimal 1 (satu)
tahun;
(3) IUP Eksplorasi dapat ditingkatkan menjadi IUP Eksploitasi apabila memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
(4) IUP Eksploitasi dapat diberikan untuk jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun setiap
perpanjangan;
(5) IUP Eksploitasi hanya dapat diberikan setelah memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Keputusan Bupati;
(6) Surat Keterangan Pengangkutan dan Penjualan dapat diberikan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu yang
sama;
(7) Permohonan perpanjangan IUP diajukan 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
IUP.

Pasal 16
(1) Apabila dalam 1 (satu) lokasi IUP terdapat bahan galian jenis lainnya kepada
pemegang IUP diberikan prioritas pertama untuk mendapatkan IUP jenis
bahan galian tersebut dan apabila yang bersangkutan tidak mengajukan
permohonan IUP dimaksud, Bupati dapat memberikan IUP kepada pihak lain;
(2) Apabila dalam hal terjadi tumpang tindih antara kegiatan Usaha
Pertambangan Umum dengan kegiatan selain kegiatan Usaha Pertambangan
Umum, maka prioritas peruntukan lahan ditentukan oleh Bupati sesuai
lingkup kewenangannya.

Pasal 17
13

Pemegang IUP dapat memperkecil luas wilayah IUP dengan mengembalikan


sebagian atau bagian-bagian tertentu atas wilayah dimaksud dengan persetujuan
Bupati.

Pasal 18
(1) Pemegang IUP berhak untuk melaksanakan Usaha Pertambangan Umum
berdasarkan izin yang diberikan;
(2) Pemegang IUP berhak mendapatkan prioritas untuk mengusahakan bahan
galian lain dalam wilayah IUP berdasarkan izin yang diberikan.

Pasal 19
(1) Pemegang IUP wajib :
a. Mematuhi setiap ketentuan yang tercantum dalam IUP;
b. Menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas atas
pelaksanaan kegiatan usahanya setiap 3 (tiga) bulan sekali;
c. Menyampaikan laporan produksi setiap 1 (satu) bulan sekali;
d. Menyampaikan peta kemajuan tambang selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan sekali;
e. Membayar Pajak Produksi Bahan Galian setiap bulan;
f. Melakukan daftar ulang IUP setiap 2 (dua) tahun sekali untuk IUP yang
berlaku di atas 2 (dua) tahun.
(2) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurup b,
c, dan d pasal ini, diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati;
(3) Tata cara dan prosedur daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f pasal ini, diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati;
(4) Hak dan kewajiban Pemegang IUP, diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh
Bupati

Pasal 20
(1) IUP berakhir karena :
a. Habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mengajukan
permohonan perpanjangan;
b.Dikembalikan oleh pemegangnya dengan cara :
1.Menyampaikan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas;
2.Pengembalian IUP dinyatakan sah setelah mendapatkan persetujuan
dari Bupati.
14

c. Deposit telah dinyatakan habis oleh Dinas, dan dinyatakan Pailit.


(2) IUP dapat diberhentikan sementara karena :
a. Tidak dipenuhinya aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta
apabila terjadi kecelakaan tambang;
b. Terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat kegiatan Usaha
Pertambangan;
c. Pemegang IUP tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud
pada Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah ini.
(3) IUP dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi karena :
a. Pemegang IUP tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum
dalam IUP;
b.IUP dipindahtangankan/dialihkan atau dikerjasamakan dengan pihak lain
tanpa persetujuan Bupati;
c. Selama 6 (enam) bulan berturut-turut tidak melaksanakan kegiatan
pertambangan tanpa alasan yang jelas.

Bagian Ketiga
Wilayah Pertambangan Umum
Pasal 21
Bupati dapat menetapkan sifat, bentuk dan jenis bahan galian serta wilayah
pertambangan sebagai berikut :
a. Wilayah Pertambangan Umum jenis bahan galian tertentu yang pengusahaannya
tidak memerlukan teknologi tinggi dan wilayah tersebut sudah diusahakan oleh
rakyat setempat ditetapkan oleh Bupati sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat;
b. Wilayah Pertambangan Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas,
hanya dapat diusahakan oleh perorangan (rakyat setempat) berdasarkan IUP
Eksploitasi seluas maksimal 5 hektar;
c. Wilayah Pertambangan Umum jenis bahan galian tertentu yang ditetapkan
sebagai wilayah pertambangan bahan galian unggulan dapat ditetapkan sebagai
Kawasan Pertambangan;
d. Kegiatan usaha pertambangan hanya dapat dilakukan pada wilayah yang telah
ditetapkan secara teknis sebagai wilayah pertambangan atau pada lokasi yang
diperbolehkan dilakukan kegiatan pertambangan.

BAB IV
15

PENGEMBANGAN WILAYAH DAN MASYARAKAT


SERTA KEMITRAUSAHAAN
Bagian Kesatu
Pengembangan Wilayah dan Masyarakat
Pasal 22
(1) Pemegang IUP dalam melakukan kegiatan usahanya harus memperhatikan
pengembangan wilayah pertambangan dan pemberdayaan masyarakat
disekitar wilayah pertambangan;
(2) Bentuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud
ayat (1) Pasal ini berupa peningkatan taraf hidup dan pemberdayaan
masyarakat secara berkesinambungan hingga pasca tambang.

Bagian Kedua
Kemitrausahaan
Pasal 23
(1) Kemitrausahaan meliputi kemitraan dalam pengusahaan, pemasaran dan
permodalan;
(2) Usaha Pertambangan Skala Menengah dan Besar wajib menjalin kemitraan
dengan Usaha Pertambangan Skala Kecil;

BAB VI
PRODUKSI, RETRIBUSI, PAJAK, ROYALTI DAN IURAN TETAP
Bagian Kesatu
Produksi
Pasal 24
(1) Produksi Pertambangan Umum dihitung berdasarkan volume atau tonase
bahan galian yang ditambang;
(2) Untuk keperluan perhitungan jumlah produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini Dinas menetapkan bobot isi bahan galian setelah dilakukan
pengujian secara laboratoris;
(3) Pendataan, pencatatan, dan perhitungan produksi bahan galian dilakukan oleh
Dinas;
16

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai tatacara pengelolaan, pendataan,


pencatatan, perhitungan dan informasi produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) Pasal ini diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 25
(1) Dalam rangka pengawasan dan pengendalian produksi hasil penambangan
bahan galian, Dinas melaksanakan :
a. Pemeriksaan ulang terhadap setiap laporan hasil produksi yang
dibuat/dilaporkan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan;
b.Menetapkan produksi hasil penambangan bahan galian atas dasar
perhitungan teknis.
(2) Hasil pemeriksaan dan penetapan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,
dipergunakan sebagai dasar Surat Ketetapan Pajak Daerah/Iuran Bahan
Galian.

Bagian Kedua
Retribusi
Paragraf 1
Retribusi Perizinan
Pasal 26
(1) Setiap pemberian IUP Ekploitasi dan Eksplorasi dikenakan retribusi;
(2) Penetapan retribusi didasarkan pada biaya administrasi, peninjauan lokasi,
pembinaan, pengujian laboratoris dan pengawasan;
(3) Besarnya tarif retribusi IUP eksploitasi dan Eksplorasi ditetapkan sebagai
berikut :
a. Tarif Retribusi IUP Eksploitasi :
TARIF IUP EKPLOITASI (Rp)/ ha
KECIL SEDANG BESAR
NO JENIS BAHAN GALIAN
1 NON LOGAM 20.000,- 25.000,- 30.000,-
2 LOGAM 35.000,- 40.000,- 45.000,-

b. Tarif Retribusi IUP Eksplorasi :


TARIF IUP EKPLOITASI (Rp)/ ha
KECIL SEDANG BESAR
NO JENIS BAHAN GALIAN
1 NON LOGAM 5.000,- 7.500,- 10.000,-
17

2 LOGAM 7.500,- 10.000,- 15.000,-

Pasal 27
(1) Setiap pemberian Izin penggunaan alat berat dan atau alat mekanis dikenakan
retribusi;
(2) Besarnya tarif Retribusi Izin Dispensasi Penggunaan Alat Berat dan atau Alat
Mekanis ditetapkan sebesar Rp. 250.000,- (Dua ratus lima puluh ribu rupiah)
per unit per tahun.

Paragraf 2
Retribusi Pelayanan
Pasal 28
(1) Besarnya tarif retribusi Jasa Pelayanan Informasi Dan Pencadangan Wilayah
Pertambangan (JPIPWP) melalui Daftar Rencana Kerja (DRK) Dinas
ditetapkan sebagai berikut :
a. Peta Potensi Sumber Daya Mineral ukuran A3, ditetapkan sebagai berikut :
-Mineral Logam sebesar Rp. 70.000,00 per lembar;
-Mineral Non Logam sebesar Rp. 70.000,00 per lembar;
-Batubara sebesar Rp. 70.000,00 per lembar.
b.Peta Potensi Sumber Daya Mineral dalam Compact Disket (CD), ditetapkan
sebagai berikut :
-Mineral Logam sebesar Rp. 50.000,00 per CD;
-Mineral Non Logam sebesar Rp. 50.000,00 per CD;
-Batubara sebesar Rp. 50.000,00 per CD
c. Layanan Jasa Digitasi, ditetapkan sebagai berikut :
-Digital Pela Line dan poligon layer/cm sebesar Rp. 300,00 per cm2;
-Digital Peta Point setiap layer/point sebesar Rp. 100,00 per titik;
-Pengisian Data Base/1 ietm record sebesar Rp. 2.000,00 per record.
d.Jasa Pemanfaatan Alat Ukur, ditetapkan sebagai berikut :
-Total Sation sebesar Rp. 170.000,00 per hari;
-EDM sebesar Rp. 80.000,00 per hari
-Theodolite Digital sebesar Rp. 120.000,00 per hari;
-Waterpas sebesar Rp. 50.000,00 per hari;
-GPS sebesar Rp. 30.000,00 per hari.
e. Jasa Teknologi/konsultasi, ditetapkan sebagai berikut :
18

- Penyelidikan dan pemetaan kawasan pertambangan skala 1 : 100.000


sebesar Rp. 50.000,00 per km2;
- Penyelidikan dan pemetaan kawasan pertambangan skala 1 : 50.000
sebesar Rp. 150.000,00 per km2;
- Penyelidikan dan pemetaan kawasan pertambangan skala 1 : 20.000
sebesar Rp. 300.000,00 per km2.
f. Jasa Pemanfaatan Alat Geofisika
-Geolistrik sebesar Rp. 150.000,00 per hari
-Geomagnet sebesar Rp. 200.000,00 per hari
-Gravity/Gaya Berat sebesar Rp. 250.000,00 per hari

(2) Jasa Pelayanan Informasi dan Pencadangan Wilayah Pertambangan meliputi;


a. Wilayah Pertambangan Baru;
b. Wilayah Pertambangan Bekas/Batal/Mengambang;
c. Wilayah Pertambangan Untuk Bahan Galian;
d. Wilayah Pertambangan Rakyat.

Bagian Ketiga
Iuran dan Pajak

Pasal 29
(1) Setiap pengusahaan pertambangan dikenakan iuran dan pajak;
(2) Jenis iuran dan pajak sebagaiman dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi :
a. Iuran Tetap;
b. Royalti;
c. Pajak Produksi.
(3) Penetapan tarif iuran tetap didasarkan jenis IUP, luas lahan usaha dan jumlah
Produksi yang diukur berdasarkan tonase sesuai dengan jenis bahan galian
dan tingkat kualitas;

(4) Besarnya tarif Iuran Tetap, Royalti dan Pajak Produksi sebagai berikut :
19

a. Tarif Iuran Tetap :

TARIF
No TAHAPAN KEGIATAN TAHUN SATUAN
(Rp.)
1 Penyelidikan Umum I Ha/Tahun 500,-
II Ha/Tahun 1.000,-
2 Eksplorasi I Ha/Tahun 2.000,-
II Ha/Tahun 2.500,-
3 Perpanjangan Eksplorasi I Ha/Tahun 5.000,-
II Ha/Tahun 7.500,-
4 Pembangunan Fasilitas Eksplorasi I Ha/Tahun 8.000,-
II Ha/Tahun 8.000,-
III Ha/Tahun 8.000,-
5 Eksploitasi :
a. Tahap ke I : untuk endapan laterit I Ha/Tahun 15.000,-
dan endapan permukaan (surface II Ha/Tahun 25.000,-
deposit yang meluas lainnya)
b. Tahap ke II : untuk endapan primer
dan endapan elluvia-alluvial

b.Tarif Pajak Bahan Galian :

BESARNYA
No JENIS BAHAN GALIAN SATUAN
(Rp)
1 Nitrat Ton 2.000
2 Phosfat Ton 2.500
3 Garam Batu Ton 2.000
4 Asbes Ton 2.500
5 Talk Ton 2.500
6 Mika Ton 2.500
7 Magnesit Ton 2.500
8 Grafit Ton 2.500
9 Yarosit Ton 2.500
10 Tawas Ton 2.000
11 Leusit Ton 2.500
12 Oker Ton 1.750
13 Batu Permata Ton 20% x N.P
14 Batu Permata Ton 20% x N.P
15 Pasir Kuarsa Ton 2.000
16 Kaolin Ton 1.750
17 Feldspar Ton 2.250
20

18 Gips Ton 2.250


19 Bentonit Ton 2.250
20 Zeolit Ton 1.750
21 Batu Apung Ton 2.000
22 Tras Ton 1.000
23 Obsidian Ton 1.500
24 Perlit Ton 1.250
25 Tanah Diatome Ton 1.500
26 Tanah Serap Ton 1.500
27 Marmer Ton 3.000
28 Batu Tulis Ton 500
29 Batu Kapur Ton 1.000
30 Dolomit Ton 1.000
31 Kalsit Ton 1.500
32 Granit : a. Andesit Basalt, Takhit, Dasit, Bahan Ton 1.250
Bangunan 2.250
b. Blok
33 Berbagai jenis tanah liat
a. tanah liat tahan api Ton 1.500
b. tanah liat (ball clay) Ton 2.000
c. Tanah liat untuk bangunan (batu bata, Ton 750
genting dll) Ton 750
d. Tanah Urug
34 Pasir dan kerikil :
a. Bahan bangunan Ton 1.250
b. Sirtu Ton 1.000
c. Pasir urug Ton 750
35 Kalsedon Ton 2.200
36 Emas Kg 2.000.000
37 Perak Kg 25.000
38 Platina Kg 350.000
39 Timah Kg 600.000
40 Tembaga Kg 500.000
41 Timbal Ton 200.000
42 Seng Ton 150.000
43 Besi Ton 9.000
44 Bijih Nikel Ton 700.000
45 Bauksit Ton 4.000
46 Belerang Ton 21.000
47 Mangaan Ton 4.000
48 Aspal Ton 2.000
49 Barit Ton 2.500
21

50 Pirit Ton 2.500


51 Kobalt Ton 1.400.000
52 Gambut Ton 4.000
53 Pasir Besi Ton 5.000
54 Pasir Laut Ton 4.000

c. Tarif Royalty :

BESARNYA
No JENIS BAHAN GALIAN SATUAN
(Rp)
1 Batubara
a. Batubara (Open Pit) dengan
tingkat kalori (Kkal/Kg,
airdried basis) :
1) < 5100 Ton 3,00 % dari harga jual
2) > 5100 6100 Ton 5,00 % dari harga jual
3) > 6100 Ton 7,00 % dari harga jual

b. batubara (Under Ground)


dengan tingkat kalori
(kualitas) :
4) < 5100 Ton 2,00 % dari harga jual
5) > 5100 6100 Ton 4,00 % dari harga jual
6) > 6100 Ton 6,00 % dari harga jual
2 Gambut Ton 3,00 % dari harga jual
3 Bijih Nikel (Garnieritik) Ton 5,00 % dari harga jual
4 Bijih Nikel (Limonitik) Ton 4,00 % dari harga jual
5 Kobal Ton 5,00 % dari harga jual
6 Timah Ton 3,00 % dari harga jual
7 Tembaga Ton 4,00 % dari harga jual
8 Timbal Ton 3,00 % dari harga jual
9 Seng Ton 3,00 % dari harga jual
10 Besi Ton 3,00 % dari harga jual
11 Emas Kg 3,75 % dari harga jual
12 Perak Kg 3,25 % dari harga jual
13 Platina Kg 3,75 % dari harga jual
14 Air Raksa Kg 3,75 % dari harga jual
15 Antimonit Kg 4,50 % dari harga jual
16 Bismut Kg 4,50 % dari harga jual
22

17 Wolfram Ton 4,50 % dari harga jual


18 Vanadium Ton 4,50 % dari harga jual
19 Molibdenit Ton 4,50 % dari harga jual
20 Titan Ton 3,50 % dari harga jual
21 Kromit Ton 3,50 % dari harga jual
22 Monasit Ton 4,50 % dari harga jual
23 Xenotin Ton 4,50 % dari harga jual
24 Ilmenit Ton 2,50 % dari harga jual
25 Zircon Ton 4,50 % dari harga jual
26 Rutil Ton 4,50 % dari harga jual
27 Pasir Besi Ton 3,75 % dari harga jual
28 Belerang Ton 3,50 % dari harga jual
29 Bauksit Ton 3,75 % dari harga jual
30 Mangaan Ton 3,25 % dari harga jual
31 Batuan Aspal Ton 3,75 % dari harga jual
32 Barit Ton 3,25 % dari harga jual
33 Yodium Ton 3,75 % dari harga jual
34 Kristal Kuarsa Ton 3,75 % dari harga jual
35 Pirit Ton 2,50 % dari harga jual
36 Intan Ton 6,50 % dari harga jual
37 Granit
a. Granit Balok Ton 4,00 % dari harga jual
b. Granit Bubuk/Pecah Ton 3,00 % dari harga jual

(5) Setiap pengusahaan pertambangan bahan galian batubara dan logam,


sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diwajibkan pula membayar Iuran
Tetap (Landrent) dan Royalty kepada Pemerintah Pusat yang disetorkan
langsung ke Kas Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 30
Pembayaran Iuran Tetap untuk tahun pertama harus dilunasi pada saat penyerahan
IUP, untuk pembayaran selanjutnya dilakukan pada bulan pertama tahun yang
bersangkutan dan apabila terdapat keterlambatan pembayaran akan dikenakan
sanksi administratif.
BAB VI
PENAGIHAN IURAN TETAP, RETRIBUSI DAN PAJAK
Bagian Kesatu
23

Saat Retribusi Terutang


Pasal 31
Saat Iuran Tetap, Retribusi dan Pajak terutang adalah saat diterbitkanya Surat
Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

Bagian Kedua
Tata Cara Pemungutan
Pasal 32
(1) Pemungutan Iuran Tetap, Retribusi dan Pajak tidak dapat diborongkan;
(2) Iuran Tetap, Retribusi dan Pajak dipungut dengan menggunakan Surat
Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD);
(3) Pemungutan Iuran Tetap dan Retribusi dilakukan oleh Dinas serta
pemungutan Pajak dilakukan oleh Dinas Pendapatan;
(4) Sesuai dengan isi Pasal 24 ayat (3), Dinas melaporkan kepada Dinas Pendapatan
dan Dinas Pendapatan menetapkan dan memungut besarnya pajak;
(5) Dinas diberikan dana peningkatan pelayanan sebesar 5 % (lima persen) dari
jumlah tagihan yang diterima;
(6) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan iuran tetap, retribusi
dan pajak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) pasal ini akan diatur dan
ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati;
(7) Apabila setelah adanya penetapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat
(2), pengusaha wajib membayar paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) diterima;
(8) Apabila pengusaha dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (7) pasal ini, maka kepadanya
dikenakan denda sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah pajak yang terutang
setiap bulannya.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pembayaran
Pasal 33
Tata cara pembayaran iuran tetap, retibusi, royalty dan pajak dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
Pasal 34
24

Setiap pemegang IUP wajib melaksanakan pengelolaan lingkungan usaha


pertambangan umum yang berpedoman kepada pola usaha pertambangan yang
berwawasan lingkungan.

Pasal 35
Pengelolaan lingkungan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 36
Peraturan Daerah ini berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
UKL dan UPL serta SPPL bagi pemegang IUP yang diatur dan ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 36
(1) Pemegang IUP diwajibkan untuk melaksanakan reklamasi pada saat kegiatan
penambangan maupun pada pasca tambang;
(2) Bagi pemegang IUP yang tidak melaksanakan reklamasi baik pada saat
penambangan sedang berjalan maupun pasca penambangan, akan dikenakan
sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(3) Kegiatan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti
petunjuk teknis dari instansi yang berwenang.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 37
(1) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang IUP
dilaksanakan oleh Dinas;
(2) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
meliputi aspek :
a. Pengusahaan, Kegiatan dan Administrasi;
b. Produksi dan Pemasaran;
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
d. Lingkungan Pertambangan;
e. Konservasi;
f. Tenaga Kerja;
g. Barang Modal;
h. Jasa Pertambangan;
i. Pemanfaatan Jasa Produksi Dalam Negeri;
j. Penerapan Standar Pertambangan;
k. Investasi, Divestasi, dan Keuangan;
25

(3) Pelaksanaan pengawasan langsung dilapangan terhadap aspek produksi dan


pemasaran, konservasi, K3, serta lingkungan dilakukan oleh Dinas setiap
bulan.
Pasal 38
Pemeriksaan aspek K3 dan lingkungan pertambangan dilaksanakan oleh Pelaksana
Inspeksi Tambang (PIT) yang tata cara dan persyaratan pengangkatannya diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Bupati dengan berpedoman pada Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 Tanggal 22 Mei 1995
tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja dibidang pertambangan umum
dengan segala perubahannya.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 39
(1) Dalam hal wajib iuran tetap, retribusi dan pajak tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari iuran dan retribusi yang terutang
atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD) dan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD);
(2) Setiap Pemegang IUP yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 23 ayat (1) Peraturan
Daerah ini dikenakan sanksi berupa :
a. Pencabutan IUP;
b. Penutupan sementara usaha wilayah pertambangan;

BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 40
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran;
(3) Pemegang IUP yang melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerusakan
dan pencemaran terhadap lingkungan siancam dengan pidana sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

BAB XI
26

KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 41
Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah ini
dilaksanakan oleh Penyidik, dalam hal ini Penyidik Polisi Republik Indonesia dan
atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B), Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) dan Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan
Daerah ini, dinyatakan masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya Nomor 32 Tahun
2002 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum ;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2004 tentang
Perubahan Pertama Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Pertambangan Umum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 44
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 45
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenTasikmalaya
27

Ditetapkan di Tasikmalaya
pada tanggal 31 Oktober 2006

BUPATI TASIKMALAYA

ttd

H.T. FARHANUL HAKIM


Diundangkan di Tasikmalaya
pada tanggal 31 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATENTASIKMALAYA

ttd

H. ASEP ACHMADJAELANI
NIP. 070 021 212

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA


TAHUN 2006 NOMOR 15

Anda mungkin juga menyukai