Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

SITI NUR LAILA (91-33)

Akuntansi yang dipraktikkan di dalam suatu wilayah negara dipengaruhi oleh faktor lingkungan (sosial,
ekonomi, dan politis). Untuk dapat mengembangkan suatu struktur dan praktik akuntansi di suatu wilayah
atau negara tertentu (di Indonesia misalnya), belajar praktik akuntansi saja tidaklah cukup.

Di balik praktik akuntansi, sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang melandasi praktik
tersebut. Terdapat asumsi-asumsi dasar, konsep-konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang
keseluruhannya membentuk bidang pengetahuan teori akuntansi.

Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. Teori
akuntansi juga membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang dapat menjadi jawaban
atas masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik.

A.Pentingnya teori akuntansi


1. Memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam praktik akuntansi
Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah praktis dan professional.
Salah satu pertanyaan yang muncul dalam praktik akuntansi misalnya terkait apakah selisih kurs
valuta asing dibiayayakan atau dikapitalisasi. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan
mencapai praktik yang baik dan sehat, pemecahan masalah berdasarkan pengalaman saja tidak
cukup. Pemecahan masalah harus dilandasi oleh teori yang baik dan sehat. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatana Kam (1990) sebagai berikut.

Behind every practice is a rationale. Good practice is based on good theory whether we are aware
of the theory or not. If we can formulate good theory, then we will have good practice if the
theory is followed.

2. Mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktik akuntansi yang sehat


Permasalahan akuntansi yang dipecahkan hanya berdasarkan alasan pragmatik atau taktik cerdik,
hasilnya tidak akan memadai dan tidak akan menuju ke praktik akuntansi yang sehat. Taktik cerdik
memang memadai untuk menangani masalah yang sederhana. Akan tetapi, untuk memecahkan
permasalahan yang kompleks dan berimplikasi luas dibutuhkan kearifan (wisdom) dan tilikan (insight)
yang terkandung dalam teori yang sehat. Pemecahan rnasalah akuntansi dengan taktik cerdik atas
dasar pengalaman saja dapat disamakan dengan pemecahan masalah dengan coba-coba atau coba
dan ralat (trial and error). Pengetahuan tentang teori akan mengimbangi keterbatasan pengalaman
dan kepentingan praktis (kepentingan jangka pendek). Dengan teori, orang akan melihat masalah
dengan perspektif yang lebih luas dan bebas dari hal-hal yang teknis atau rinci. Praktik akuntansi yang
baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik yang melandasinya.
B. Pengembangan Akuntansi
Seperangkat pengetahuan akuntansi (accounting body of knowledge) dapat dipandang dari dua sisi
pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikkan di dunia nyata dan sebagai
suatu objek pengetahuan di perguruan tinggi

1. Pengetahuan akuntansi dari segi profesi


Akuntansi dipandang sebagai pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat
laporan keuangan. Dari sudut profesi/praktisi ini, akuntansi berkepentingan dengan aspek
bagaimana (how to account).
Prinsip akuntansi berterima umum/PABU (generally accepted accounting principles/GAAP)
dianggap sebagai sesuatu yang berian (given).
PABU berisi standar akuntansi ditambah dengan sumber-sumber acuan lain yang didukung
berlaktinya (mempunyai authoritative support).

2. Pengetahuan akuntansi sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi


Akadernisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori.
Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan
PABU.
Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap
melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut
teori akuntansi.

Teori akuntansi lebih memusatkan perhatian pada aspek mengapa (why to account the way it is or the
way it should be). Misalnya, akademisi berkepentingan untuk menjelaskan mengapa sekelompok
perusahaan memiIih metoda akuntansi tertentu sementara kelornpok perusahaan yang lain memilih
metoda akuntansi alternatif atau mengapa perusahaan seharusnya mengkapitalisasi sewaguna.
Kebutuhan untuk menjelaskan (to explain) dan membenarkan (to justify) praktik dan fenomena akuntansi
yang berjalan telah menumbuhkan berbagai gagasan akademik, teori, dan riset ilmiah di bidang akuntansi
yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperbaiki praktik akuntansi.

Pendidikan akuntansi di perguruan tinggi harus mampu mengubah praktik akuntansi yang berjalan
menjadi lebih baik. Pendidik akuntansi berperan untuk menjembatani praktik dengan teori akuntansi
sehingga praktik akuntansi selalu berkembang menuju ke keadaan yang lebih baik.

Pendidikan dan pengajaran akuntansi tidak hanya membatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan (aspek
teknis) tetapi juga memasukkan alternatif-alternatif dan penalarannya sehingga peserta didik nantinya
dapat menerapkan gagasan alternatif yang menuju ke perbaikan praktik. Dalam kenyataannya, proses
pengajaran yang ideal ini tidak selalu dapat terlaksana karena berbagai faktor.

Pendidik akuntansi hanya mengajarkan apa yang nyatanya dipraktikkan karena kecenderungan mereka
untuk menyiapkan peserta didik agar segera memperoleh pekerjaan, Masukan yang digunakan dalam
pengajaran akuntansi hanyalah praktik yang berterima (nyatanya dipraktikkan) dan bukan gagasan-
gagasan alternatif hasil pemikiran akademik. Gagasan-gagasan alternatif (termasuk hasil riset) secara
sengaja diisolasi dari pengajaran karena tidak berkaitan Iangsung dengan kebutuhan peserta didik untuk
mendapatkan pekerjaan. Pengajar cenderung untuk menghindari konflik antara apa yang nyatanya
dipraktikkan (the current state) dan apa yang seharusnya dipraktikkan (the desired state). Dengan kondisi
semacam ini, perguruan tinggi tunduk kepada (atau sekadar menyebarkan) praktik dan bukan sebaliknya
mengembangkan atau memperbaiki praktik.

Peran Riset Akuntansi

Kinney menggambarkan tiga aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi pengembangan
akuntansi yaitu: riset (research), pengajaran/pendidikan (teaching), dan praktik (practice). Praktik
akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesar dan memuaskan apabila terjadi interaksi yang baik
antara ketiga aspek tersebut.

Tiga Aspek Pengembangan Akuntansi

Aliran yang berlawanan dengan arah jarum jam (aliran luar) menunjukkan kontribusi riset terhadap
pengajaran/pendidikan yang pada gilirannya pengajaran menambah pengetahuan profesional untuk
meningkatkan kualitas praktik.

Aliran panah searah jarum jam (aliran dalam) menunjukkan kemampuan pengajar untuk
mengevaluasi apa yang nyatanya dipraktikkan dan apa yang secara norrnatif atau ideal harus
dipraktikkan sehingga timbul gagasan-gagasan baru untuk pengembangan praktik. Gagasan-gagasan
baru ini harus merupakan bahan penelitian dan pembahasan di tingkat akademuk sehingga dihasilkan
praktik-praktik alternative yang dapat menjadi solusi bila ditemukan masalah dalam praktik atau bila
solusi tersebut lebih baik daripada apa yang selama ini dipraktikkan.

Pengertian Akuntansi
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian akuntansi sebagai
suatu bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam tatanan (taksonomi) pengetahuan juga
akan menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi. Tidak ada definisi autoritatif yang cukup umum
untuk dapat menjelaskan apa sebenarnya akuntansi itu.

Untuk lebih mengenali karakteristiknya, akuntansi didefisikan sebagai:


Seperangkat pengetahuan dan fungsi
Accounting is the body of knowledge and functions concerned with systematic originating,
authenticating, recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting, and
supplying of dependable and significant information covering transactions and events which are,
in part at least, of a financial character, required for the management and operation of an entity
and for reports that have to be submitted thereon to meet fiduciary and other responsibilities.

Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup
luas dan dalam serta membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis
dalam bentuk literature akuntansi. Pengertian ini menentukan status akuntansi

Definisi di atas belum memisahkan pengertian seperangkat pengetahuan (a body of knowledge) dan
fungsi (function). Oleh karena itu, perlu dibuat definisi akuntansi yang membedakan kedua aspek
tersebut.
Akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan
seperangkat pengetahuan yang mempeajari perekayasaan penyediaan jasa berupa
informasi keuangan kualitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu
dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan

Akuntansi sebagai proses, fungsi, atau praktik


Proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian,
penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi)
yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit
organsasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak
yang berkepentingan.

Kegiatan penyediaan jasa


Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily
financial in nature, about economic entities that is intended to be useful in making economic
decisions.

Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa mengisyaratkan bahwa akuntansi harus diterapkan untuk
merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan dapat memberi manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan (be useful in making economic
decisions).
Pengertian ini menentukan karakteristik praktik atau proses akuntansi dalam wilayah tertentu.

Akuntansi Sebagai Seni


Tidaklah tepat apabila akuntansi dimasukkan sebagai bidang kerajinan atau seni (art) apalagi dikaitkan
dengan masalah estetika. Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenarnya dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa dalam praktiknya akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai (value-
judgment) yang menuntut keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan yang terbaik.
Jadi, kalau akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya bukan
sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan.
Akuntansi Sebagai Sains
Sains adalah salah satu cabang pengetahuan yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau
validitas penjelasan tentang suatu fenomena dengan menerapkan metoda ilmiah. Hasil akhir sains
adalah penjelasan berupa kumpulan pernyataan-pernyataan beserta argumen-argumen sebagai
penjelasan yang telah tervalidasi yang secara keseluruhan membentuk teori. Teori diajukan semata-
mata untuk mendapatkan penjelasan yang valid tentang suatu fenomena dan bukan untuk mencapai
tujuan sosial, ekonomik, atau politik tertentu atau untuk menjustifikasi suatu kebijakan (policy) atau
untuk mempengaruhi perilaku. Karena sains harus bebas nilai, kebermanfaatan (usefulness) bukan
menjadi pertimbangan utama sains, Sains tidak menghasilkan kebijakan atau preskripsi.

Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas gejala akuntansi seperti
mengapa perusahaan memilih metoda akuntansi tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong
manajemen memanipulasi laba, dan apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran mempengaruhi
kinerja manajer divisi. Akuntansi tidak lagi membahas bagaimana tujuan pelaporan dicapai dan
bagaimana memperlakukan (mengukur, mengakui, menyajikan, dan mengungkapkan) suatu objek
transaksi yang baik dan efektif. Akuntansi juga tidak lagi membahas bagaimana menciptakan teknik,
metoda, prinsip, atau perlakuan akuntansi baru yang lebih baik.

Dengan pengertian di atas, seperangkat pengetahuan akuntansi sebagaimana kita pahami dewasa ini
jelas tidak tepat kalau diklasifikasi sebagai sains. Tujuan akuntansi adalah menghasilkan atau
menemukan prinsip-prinsip umum (general principles) untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran
penjelasan (teori). Karena kebermanfaatan menjadi pertimbangan utarna, akuntansi. tidak dapat
bebas nilai karena faktor lingkungan harus dipertimbangkan. Pertimbangan dalam sains dibimbing
oleh metoda ilmiah sementara pertimbangan akuntansi dibimbing oleh kebermanfaatan dalam
mencapai tujuan ekonomik sehingga prinsip umum dalam akuntansi (termasuk asumsi) tidak harus
dapat diuji validitasnya atau bahkan tidak memerlukan pengujian validitas

Akuntansi Sebagai Teknologi


Akuntansi dipandang sebagai alat institusi sosial untuk menyediakan pedoman pengukuran dan
metoda untuk mengendalikan kegiatan dan perilaku pengambil keputusan ekonomik yang dominan
dalam lingkup perusahaan ataupun negara. Oleh karena itu, akuntansi harus responsif terhadap
kebutuhan masyarakat dan juga harus merefleksi kondisi sosial, politis, hukum, budaya, dan ekonomik
tempat akuntansi beroperasi atau diterapkan.

Melekat dalam tiap teknologi adalah masalah penentuan cara yang terbaik untuk mengerjakan atau
mencapai sesuatu. Proses untuk menentukan cara yang terbaik untuk mendapatkan produk (hasil)
terbaik dalam penerapan suatu teknologi disebut perekayasaan (engineering)

Perekayasaan Akuntansi
Perekayasaan adalah proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran, penalaran, dan
pertimbangan (exercise of judgment) untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan yang
tersedia (available knowledge), konsep, metoda, teknik, serta pendekatan untuk menghasilkan suatu
produk (konkret atau konseptual).

Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, kuntansi memanfaatkan pengetahuan dan sains dari
berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam merekayasa
akuntansi karena tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan
keefektifan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi adalah
semacam konstitusi yang disebut kerangka konseptual. Yang dimaksud akuntansi dalam perekayasaan
ini adalah sistem pelaporan keuangan secara umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi.

Struktur Rekayasa Akuntansi

C. Teori Akuntansi Sebagai Sains


Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang
diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Teori akan berisi pernyataan-
pernyataan asumsi dan hipotesis (proposisi).

Bila akuntansi diperlakukan sebagai sains, teori akuntansi akan merupakan penjelasan ilmiah.

Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi.

Menjelaskan: menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta terjadi seperti
yang diamati.
Memprediksi: memberi keyakinan bahwa apabila asumsi-asumsi atau syarat-syarat yang
diteorikan dipenuhi besar kemungkinan suatu fenomena atau peristiwa akan terjadi.

Bila pengertian di atas diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi (general theory of accounting) sering
dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber atau induk pengetahuan dan praktik
akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan seperangkat hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif
sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metoda ilmiah tertentu.

Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas dan dihasilkan oleh teori ini harus
memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk mencapai tujuan social atau ekonomik tertentu),
koheren, universal, dan dapat diuji/diverifikasi secara empiris. Hal ini menjadikan arah teori akuntansi
bergeser dari menghasilkan prinsip dan praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas
penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Begitu juga dengan bahan kajian akuntansi yang
bergeser dari akuntansi sebagai objek ke manusia di belakang akuntansi (akuntan, manajemen, investor,
pelaku pasar modal).

Pergeseran dalam pengertian teori akuntansi tersebut mendapat kritik dari Sterling yang menyatakan hal
tersebut sebagai suatu kesalahan yang substantif dalam pengembangan akuntansi.

Christosen juga mengkritik dengan menyatakan bahwa teori akuntansi positif bukan lagi merupakan
pengetahuan akuntansi tetapi lebih merupakan sosiologi akuntan karena fenomena atau bahasan
pokoknya adalah perilaku akuntan bukan lagi seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai suatu kesatuan
pengetahuan tentang sitem pelaporan (entitas pengetahuan).

D.Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis


Teori

Teori dapat pula diartikan sebagai penalaran logis (logical reasoning) yang melandasi praktik (berupa
tindakan, kebijakan, dan peraturan) dalam kehidupan nyata.

Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argument yang saling berkaitan dan membentuk
suatu kerangka pikir yang logis.

Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen berisi prinsip-prinsip umum (dalam
bentuk konstitusi) yang menjadi landasan untuk menentukan tindakan atau praktik (dalam bentuk
undang-uandang atau peraturan) yang terbaik dalam mencapai tujuan.

Teori akuntansi

Bila pengertian teori sebagai suatu penalaran logis diterapkan dalam teori akuntansi, maka teori
akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut.

Teori akuntansi adalah sebuah penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang
perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar akuntansi atau menurut tradisi) dan tentang struktur
akuntansi yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.

Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau
praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi landasan konseptual dalam
penentuan standar atau praktik yang baru.

Paton dan Littleton mengemukakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah menyediakan gagasan-gagasan
mendasar yang menjadi basis atau pondasi dalam perekayasaan laporan keuangan.

Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, teori akuntansi dapat dipandang sebagai penjelasan atau
pemikiran untuk menentukan apa dan bagaimana cara terbaik untuk memperlakukan (mendefinisi,
mengukur, mengakui, dan menyajikan) suatu objek akuntansi.
Dari definisi-definsi tersebut dapat disimpulkan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis (logical
reasoning), gagasan-gagasan mendasar (fundamental ideas), atau gagasan-gagasan yang berkaitan dan
konsisten (irterelated and internally consistent ideas) yang semuanya dapat disebut sebagai penalaran
logis saja. Karena akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, proses penalaran logis tersebut dapat
disebut sebagai perekayasaan.

Hasil perekayasaan dalam hal ini dapat berupa seperangkat prinsip umum, doktrin, atau suatu
struktur/kerangka konsep yang terpadu, yang berfungsi untuk:

acuan pengevaluasian praktik akuntansi yang berjalan (a frame of reterence by which accounting
practice can be evaluated)
pengarah pengembangan praktik dan prosedur akuntansi baru (a guide the development of new
practices and procedures)
basis penurunan standar akuntansi (expressed in the form of standards)
titik tolak pengujian dan perbaikan praktik berjalan (to test and improve present practices)
pedornan pemecahan masalah potensial (a guide to the solution to those new problems)

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis. Proses penalaran legis
untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan. Perekayasaan akuntansi
(pelaporan keuangan) menghasilkan suatu rerangka konseptual. Fungsi rerangka konseptual adalah untuk
mengevaluasi atau membenarkan (menjustifikasi) dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan
praktik akuntansi.

Hubungan Penalaran Logis dan Praktik Akuntansi


Mengevaluasi dan membenarkan -> penalaran logis dapat digunakan untuk memberi jawaban mengaoa
praktik yang terjadi seperti yang sekarang berjalan dan mengapa bukan yang lain. Mengevaluasi berarti
membandingkan apakah praktik yang sedang berjalan sudah selayaknya kalau ditinjau dari tujuan yang
ingin dicapai dalam pelaporan keuangan dan menentukan apakah ada alternatif yang lebih baik.

Mempengengaruhi dan mengembangkan -> apabila terdapat masalah akuntansi dalam praktik yang
perlakukannya belum diatur dalam suatu standar resmi (misalnya masalah pengukuran dan penyajian)
maka pemecahannya dapat dilakukan oleh akuntan praktik dengan menggunakan penalaran logis
sehingga praktik-praktik yang kemudian terjadi akan menjadi berdasar dan taat asas (consistent).

Penalaran logis dalam akuntansi sering digunakan untuk membenarkan suatu praktik atau perlakukan
tertentu dengan maksud untuk memaksakan praktik atau perlakuan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Penalaran seperti itu tentu tidak terlepas dari pengaruh kebijakan politis, ekonomik,
maupun sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, penalaran dalam akuntansi lebih tepat
untuk disebut sebagai justification daripada explanation.

Praktik yang sedang berjalan belum tentu merupakan pilihan yang terbaik ditinjau dari segi konseptual.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan praktik baru kalau memang tujuan
tertentu hanya dapat dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Penalaran seperti inilah yang paling
sering dibahas dalam literatur teori akuntansi dan proses pemikiran semacam ini dikenal dengan istilah
penalaran deduktif. Dalam psnalaran ini, tujuan merupakan komponen yang paling penting untuk
ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur yang berbeda pula. Kalau penalaran
ini dapat disebut sebagai teori umum akuntansi maka penalaran semacam ini akan membentuk apa yang
sering disebut dengan teori akuntansi normative.

E. Perkembangan Teori Akuntansi


Menurut Godfrey dkk (1992) periodisasi teori akuntansi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pre-theory period (1492-1800)


Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak Pacioli sampai pada
awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan
sebagai teori atau pernyataan yang sistematis.

2. General scientific period (1800-1955)


Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa penjelasan
terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan
praktek akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan
pengamatan atas kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan AAA A
Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports pada tahun 1938 serta
laporan AICPA tentang A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan
dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific
ini.
3. Normative period (1956-1970)
Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan norma-norma atau praktek
akuntansi yang baik. Kalau dalam periode sebelumnya menekankan kepada APA yang terjadi
dalamperiode ini Bagaimana seharusnya dilakukan, What should be. Pada periode ini muncul kritik
terhadap konsep historical cost dan pendukung adanya conceptual framework. Beberapa terbitan
laporan pada era ini adalah: An Inquiry into the Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan
pada tahun 1965, AAA menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.

4. Specific Scientific Period (1970-sekarang)


Periode ini disebut juga positive era. Di sini teori akuntansi tidak cukup hanya dengan sifat normatif
tetapi harus bisa diuji kebenarannya. Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif.
Pendekatan normatif dikritik karena:
(1) teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa.
(2) teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyektif maka tidak bisa diterima
begitu saja harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pada periode ini data
empiris sudah banyak tersedia kemudian teknik-teknik statistik dan teknik yang menggunakan disiplin
lain untuk melakukan pengujian sudah demikian banyak sehingga memudahkan melakukan pengujian.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menerangkan dan meramalkan praktek
akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif ini adalah hipotesa bonus plan.
Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka
mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat
menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu
akan memilih standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka.

Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam mana bonus plan
diberlakukan. Watts dan Zimmerman pendukung konsep ini dalam bukunya Positive Accounting
Theory menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini adalah bahwa regulator bisa meramalkan
konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau praktek akuntansi.

Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya perbedaan antara Riset
Academics dan Riset Profesional yang sebelumnya dinilai seragam. Riset Academics tetap dalam
pendekatan positif yang umumnya menekankan pada peran dan pengaruh informasi akuntansi
sedangkan Profesional agak condong pada pendekatan normatif yang umumnya menekankan upaya
untuk menyeragamkan praktek akuntansi agar lebih bermanfaat bagi praktisi.

Anda mungkin juga menyukai