Akuntansi yang dipraktikkan di dalam suatu wilayah negara dipengaruhi oleh faktor lingkungan (sosial,
ekonomi, dan politis). Untuk dapat mengembangkan suatu struktur dan praktik akuntansi di suatu wilayah
atau negara tertentu (di Indonesia misalnya), belajar praktik akuntansi saja tidaklah cukup.
Di balik praktik akuntansi, sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang melandasi praktik
tersebut. Terdapat asumsi-asumsi dasar, konsep-konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang
keseluruhannya membentuk bidang pengetahuan teori akuntansi.
Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. Teori
akuntansi juga membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang dapat menjadi jawaban
atas masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik.
Behind every practice is a rationale. Good practice is based on good theory whether we are aware
of the theory or not. If we can formulate good theory, then we will have good practice if the
theory is followed.
Teori akuntansi lebih memusatkan perhatian pada aspek mengapa (why to account the way it is or the
way it should be). Misalnya, akademisi berkepentingan untuk menjelaskan mengapa sekelompok
perusahaan memiIih metoda akuntansi tertentu sementara kelornpok perusahaan yang lain memilih
metoda akuntansi alternatif atau mengapa perusahaan seharusnya mengkapitalisasi sewaguna.
Kebutuhan untuk menjelaskan (to explain) dan membenarkan (to justify) praktik dan fenomena akuntansi
yang berjalan telah menumbuhkan berbagai gagasan akademik, teori, dan riset ilmiah di bidang akuntansi
yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperbaiki praktik akuntansi.
Pendidikan akuntansi di perguruan tinggi harus mampu mengubah praktik akuntansi yang berjalan
menjadi lebih baik. Pendidik akuntansi berperan untuk menjembatani praktik dengan teori akuntansi
sehingga praktik akuntansi selalu berkembang menuju ke keadaan yang lebih baik.
Pendidikan dan pengajaran akuntansi tidak hanya membatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan (aspek
teknis) tetapi juga memasukkan alternatif-alternatif dan penalarannya sehingga peserta didik nantinya
dapat menerapkan gagasan alternatif yang menuju ke perbaikan praktik. Dalam kenyataannya, proses
pengajaran yang ideal ini tidak selalu dapat terlaksana karena berbagai faktor.
Pendidik akuntansi hanya mengajarkan apa yang nyatanya dipraktikkan karena kecenderungan mereka
untuk menyiapkan peserta didik agar segera memperoleh pekerjaan, Masukan yang digunakan dalam
pengajaran akuntansi hanyalah praktik yang berterima (nyatanya dipraktikkan) dan bukan gagasan-
gagasan alternatif hasil pemikiran akademik. Gagasan-gagasan alternatif (termasuk hasil riset) secara
sengaja diisolasi dari pengajaran karena tidak berkaitan Iangsung dengan kebutuhan peserta didik untuk
mendapatkan pekerjaan. Pengajar cenderung untuk menghindari konflik antara apa yang nyatanya
dipraktikkan (the current state) dan apa yang seharusnya dipraktikkan (the desired state). Dengan kondisi
semacam ini, perguruan tinggi tunduk kepada (atau sekadar menyebarkan) praktik dan bukan sebaliknya
mengembangkan atau memperbaiki praktik.
Kinney menggambarkan tiga aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi pengembangan
akuntansi yaitu: riset (research), pengajaran/pendidikan (teaching), dan praktik (practice). Praktik
akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesar dan memuaskan apabila terjadi interaksi yang baik
antara ketiga aspek tersebut.
Aliran yang berlawanan dengan arah jarum jam (aliran luar) menunjukkan kontribusi riset terhadap
pengajaran/pendidikan yang pada gilirannya pengajaran menambah pengetahuan profesional untuk
meningkatkan kualitas praktik.
Aliran panah searah jarum jam (aliran dalam) menunjukkan kemampuan pengajar untuk
mengevaluasi apa yang nyatanya dipraktikkan dan apa yang secara norrnatif atau ideal harus
dipraktikkan sehingga timbul gagasan-gagasan baru untuk pengembangan praktik. Gagasan-gagasan
baru ini harus merupakan bahan penelitian dan pembahasan di tingkat akademuk sehingga dihasilkan
praktik-praktik alternative yang dapat menjadi solusi bila ditemukan masalah dalam praktik atau bila
solusi tersebut lebih baik daripada apa yang selama ini dipraktikkan.
Pengertian Akuntansi
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian akuntansi sebagai
suatu bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam tatanan (taksonomi) pengetahuan juga
akan menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi. Tidak ada definisi autoritatif yang cukup umum
untuk dapat menjelaskan apa sebenarnya akuntansi itu.
Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup
luas dan dalam serta membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis
dalam bentuk literature akuntansi. Pengertian ini menentukan status akuntansi
Definisi di atas belum memisahkan pengertian seperangkat pengetahuan (a body of knowledge) dan
fungsi (function). Oleh karena itu, perlu dibuat definisi akuntansi yang membedakan kedua aspek
tersebut.
Akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan
seperangkat pengetahuan yang mempeajari perekayasaan penyediaan jasa berupa
informasi keuangan kualitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu
dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa mengisyaratkan bahwa akuntansi harus diterapkan untuk
merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan dapat memberi manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan (be useful in making economic
decisions).
Pengertian ini menentukan karakteristik praktik atau proses akuntansi dalam wilayah tertentu.
Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas gejala akuntansi seperti
mengapa perusahaan memilih metoda akuntansi tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong
manajemen memanipulasi laba, dan apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran mempengaruhi
kinerja manajer divisi. Akuntansi tidak lagi membahas bagaimana tujuan pelaporan dicapai dan
bagaimana memperlakukan (mengukur, mengakui, menyajikan, dan mengungkapkan) suatu objek
transaksi yang baik dan efektif. Akuntansi juga tidak lagi membahas bagaimana menciptakan teknik,
metoda, prinsip, atau perlakuan akuntansi baru yang lebih baik.
Dengan pengertian di atas, seperangkat pengetahuan akuntansi sebagaimana kita pahami dewasa ini
jelas tidak tepat kalau diklasifikasi sebagai sains. Tujuan akuntansi adalah menghasilkan atau
menemukan prinsip-prinsip umum (general principles) untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran
penjelasan (teori). Karena kebermanfaatan menjadi pertimbangan utarna, akuntansi. tidak dapat
bebas nilai karena faktor lingkungan harus dipertimbangkan. Pertimbangan dalam sains dibimbing
oleh metoda ilmiah sementara pertimbangan akuntansi dibimbing oleh kebermanfaatan dalam
mencapai tujuan ekonomik sehingga prinsip umum dalam akuntansi (termasuk asumsi) tidak harus
dapat diuji validitasnya atau bahkan tidak memerlukan pengujian validitas
Melekat dalam tiap teknologi adalah masalah penentuan cara yang terbaik untuk mengerjakan atau
mencapai sesuatu. Proses untuk menentukan cara yang terbaik untuk mendapatkan produk (hasil)
terbaik dalam penerapan suatu teknologi disebut perekayasaan (engineering)
Perekayasaan Akuntansi
Perekayasaan adalah proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran, penalaran, dan
pertimbangan (exercise of judgment) untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan yang
tersedia (available knowledge), konsep, metoda, teknik, serta pendekatan untuk menghasilkan suatu
produk (konkret atau konseptual).
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, kuntansi memanfaatkan pengetahuan dan sains dari
berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam merekayasa
akuntansi karena tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan
keefektifan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi adalah
semacam konstitusi yang disebut kerangka konseptual. Yang dimaksud akuntansi dalam perekayasaan
ini adalah sistem pelaporan keuangan secara umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi.
Bila akuntansi diperlakukan sebagai sains, teori akuntansi akan merupakan penjelasan ilmiah.
Menjelaskan: menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta terjadi seperti
yang diamati.
Memprediksi: memberi keyakinan bahwa apabila asumsi-asumsi atau syarat-syarat yang
diteorikan dipenuhi besar kemungkinan suatu fenomena atau peristiwa akan terjadi.
Bila pengertian di atas diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi (general theory of accounting) sering
dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber atau induk pengetahuan dan praktik
akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan seperangkat hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif
sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metoda ilmiah tertentu.
Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas dan dihasilkan oleh teori ini harus
memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk mencapai tujuan social atau ekonomik tertentu),
koheren, universal, dan dapat diuji/diverifikasi secara empiris. Hal ini menjadikan arah teori akuntansi
bergeser dari menghasilkan prinsip dan praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas
penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Begitu juga dengan bahan kajian akuntansi yang
bergeser dari akuntansi sebagai objek ke manusia di belakang akuntansi (akuntan, manajemen, investor,
pelaku pasar modal).
Pergeseran dalam pengertian teori akuntansi tersebut mendapat kritik dari Sterling yang menyatakan hal
tersebut sebagai suatu kesalahan yang substantif dalam pengembangan akuntansi.
Christosen juga mengkritik dengan menyatakan bahwa teori akuntansi positif bukan lagi merupakan
pengetahuan akuntansi tetapi lebih merupakan sosiologi akuntan karena fenomena atau bahasan
pokoknya adalah perilaku akuntan bukan lagi seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai suatu kesatuan
pengetahuan tentang sitem pelaporan (entitas pengetahuan).
Teori dapat pula diartikan sebagai penalaran logis (logical reasoning) yang melandasi praktik (berupa
tindakan, kebijakan, dan peraturan) dalam kehidupan nyata.
Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argument yang saling berkaitan dan membentuk
suatu kerangka pikir yang logis.
Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen berisi prinsip-prinsip umum (dalam
bentuk konstitusi) yang menjadi landasan untuk menentukan tindakan atau praktik (dalam bentuk
undang-uandang atau peraturan) yang terbaik dalam mencapai tujuan.
Teori akuntansi
Bila pengertian teori sebagai suatu penalaran logis diterapkan dalam teori akuntansi, maka teori
akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut.
Teori akuntansi adalah sebuah penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang
perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar akuntansi atau menurut tradisi) dan tentang struktur
akuntansi yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.
Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau
praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi landasan konseptual dalam
penentuan standar atau praktik yang baru.
Paton dan Littleton mengemukakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah menyediakan gagasan-gagasan
mendasar yang menjadi basis atau pondasi dalam perekayasaan laporan keuangan.
Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, teori akuntansi dapat dipandang sebagai penjelasan atau
pemikiran untuk menentukan apa dan bagaimana cara terbaik untuk memperlakukan (mendefinisi,
mengukur, mengakui, dan menyajikan) suatu objek akuntansi.
Dari definisi-definsi tersebut dapat disimpulkan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis (logical
reasoning), gagasan-gagasan mendasar (fundamental ideas), atau gagasan-gagasan yang berkaitan dan
konsisten (irterelated and internally consistent ideas) yang semuanya dapat disebut sebagai penalaran
logis saja. Karena akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, proses penalaran logis tersebut dapat
disebut sebagai perekayasaan.
Hasil perekayasaan dalam hal ini dapat berupa seperangkat prinsip umum, doktrin, atau suatu
struktur/kerangka konsep yang terpadu, yang berfungsi untuk:
acuan pengevaluasian praktik akuntansi yang berjalan (a frame of reterence by which accounting
practice can be evaluated)
pengarah pengembangan praktik dan prosedur akuntansi baru (a guide the development of new
practices and procedures)
basis penurunan standar akuntansi (expressed in the form of standards)
titik tolak pengujian dan perbaikan praktik berjalan (to test and improve present practices)
pedornan pemecahan masalah potensial (a guide to the solution to those new problems)
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis. Proses penalaran legis
untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan. Perekayasaan akuntansi
(pelaporan keuangan) menghasilkan suatu rerangka konseptual. Fungsi rerangka konseptual adalah untuk
mengevaluasi atau membenarkan (menjustifikasi) dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan
praktik akuntansi.
Mempengengaruhi dan mengembangkan -> apabila terdapat masalah akuntansi dalam praktik yang
perlakukannya belum diatur dalam suatu standar resmi (misalnya masalah pengukuran dan penyajian)
maka pemecahannya dapat dilakukan oleh akuntan praktik dengan menggunakan penalaran logis
sehingga praktik-praktik yang kemudian terjadi akan menjadi berdasar dan taat asas (consistent).
Penalaran logis dalam akuntansi sering digunakan untuk membenarkan suatu praktik atau perlakukan
tertentu dengan maksud untuk memaksakan praktik atau perlakuan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Penalaran seperti itu tentu tidak terlepas dari pengaruh kebijakan politis, ekonomik,
maupun sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, penalaran dalam akuntansi lebih tepat
untuk disebut sebagai justification daripada explanation.
Praktik yang sedang berjalan belum tentu merupakan pilihan yang terbaik ditinjau dari segi konseptual.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan praktik baru kalau memang tujuan
tertentu hanya dapat dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Penalaran seperti inilah yang paling
sering dibahas dalam literatur teori akuntansi dan proses pemikiran semacam ini dikenal dengan istilah
penalaran deduktif. Dalam psnalaran ini, tujuan merupakan komponen yang paling penting untuk
ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur yang berbeda pula. Kalau penalaran
ini dapat disebut sebagai teori umum akuntansi maka penalaran semacam ini akan membentuk apa yang
sering disebut dengan teori akuntansi normative.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyektif maka tidak bisa diterima
begitu saja harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pada periode ini data
empiris sudah banyak tersedia kemudian teknik-teknik statistik dan teknik yang menggunakan disiplin
lain untuk melakukan pengujian sudah demikian banyak sehingga memudahkan melakukan pengujian.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menerangkan dan meramalkan praktek
akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif ini adalah hipotesa bonus plan.
Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka
mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat
menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu
akan memilih standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka.
Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam mana bonus plan
diberlakukan. Watts dan Zimmerman pendukung konsep ini dalam bukunya Positive Accounting
Theory menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini adalah bahwa regulator bisa meramalkan
konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau praktek akuntansi.
Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya perbedaan antara Riset
Academics dan Riset Profesional yang sebelumnya dinilai seragam. Riset Academics tetap dalam
pendekatan positif yang umumnya menekankan pada peran dan pengaruh informasi akuntansi
sedangkan Profesional agak condong pada pendekatan normatif yang umumnya menekankan upaya
untuk menyeragamkan praktek akuntansi agar lebih bermanfaat bagi praktisi.