Anda di halaman 1dari 6

PRESENTASI KASUS

EFUSI PLEURA

PEMBIMBING:
dr. Sukenah, Sp.P

PENYUSUN

Nurul Fathia Shafira Amiyanti 030.12.199\


Redy Rohmansyah 030.12.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH JAAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 19 DESEMBER 2016 26 FEBRUARI 2017
JAKARTA JANUARI 2017
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efusi Pleura

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya absorbsi. Efusi pleura
merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering dengan etiologi yang bermacam-
macam mulai dari kardiopulmoner, inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi
dan diterapi.

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya. Sementara pada populasi
umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosa efusi
pleura.Secara keseluruhan, insidensi efusi pleura sama antara pria dan wanita. Namun terdapat
perbedaan pada kasus-kasus tertentu dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Misalnya, hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi pada wanita.

Dalam hal ini efusi pleura maligna paling sering disebabkan oleh kanker payudara dan
keganasan ginekologi. Sama halnya dengan efusi pleura yang berhubungan dengan sistemic
lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering dijumpai pada wanita.

Di Amerika Serikat, efusi pleura yang berhubungan dengan mesotelioma maligna lebih tinggi
pada pria. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya paparan terhadap asbestos. Efusi pleura
yang berkaitan dengan pankreatitis kronis insidensinya lebih tinggi pada pria dimana
alkoholisme merupakan etiologi utamanya. Efusi pleura juga ditemukan lebih banyak pada pria
daripada wanita. Efusi pleura kebanyakan terjadi pada usia dewasa. Namun demikian, efusi
pleura belakangan ini cenderung meningkat pada anak-anak dengan penyebab tersering adalah
pneumonia.
2.3 Etiologi dan Patofisologi

Cairan pleura terakumulasi jika pembentukan cairan pleura melampauai absoprsi


(drainase) yang mampu dilakukan oleh limfatik. Selain daripada mekanisme yang telah
dijelaskan di atas, cairan pleura dapat pula dibentuk dari pleura visceral atau rongga
peritoneum (melalui lubang kecil di diafragma). Dengan demikian efusi dapat terjadi apabila
terjadi kelebihan produksi (berasal dari interstisial paru atau pleura visceral, pleura parietal,
dan rongga peritoneal) serta kegagalan absoprsi (akibat obstruksi limfatik).

Pendekatan diagnostik pada efusi pleura melibatkan pengukuran parameter cairan pleura
serta keadaan sistemik. Efusi perlu dibedakan antara transudat (yang umumnya terjadi
akibat faktor sistemik) dan eksudat (akibat faktor lokal). Transudat dan eksudat dapat
dibedakan dengan mengukur LDH dan protein, sehingga dapat disimpulkan bahwa eksudat
dicirikan dengan:

1. Rasio protein cairan pleura/serum > 0,5


2. Rasio LDH cairan pleura/serum >0,6
3. LDH cairan pleura lebih dari 2/3 batas atas LDH serum
Perlu pula dilakukan pengukuran gradien protein antara serum dengan pleura, yang mana
gradien yang lebih dari 3,1 g/dL menggambarkan jenis transudat. Temuan karakteristik
eksudat membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, seperti kadar glukos, hitung jenis, studi
mikrobiologis, dan sitologi.

Gambar 5 Algoritma Diagnosis Efusi Pleura7

Gambar 5 menggambarkan alur diagnosis efusi pleura menggunakan algoritma pemeriksaan


tertentu. Sebagai contoh, cairan dengan kecenderungan transudat memerlukan kecurigaan ke
arah:
1. Gagal jantung kiri (kongestif), sebab terjadi kongesti cairan di paru akibat kegagalan
pompa jantung mengakibatkan peningkatan tekanan vaskular paru. NT-proBNP >1500
pg/mL mengonfirmasi efusi pleura akibat gagal jantung kongestif.
2. Hidrotoraks hepatik, akibat sirosis dan ascites.
3. Emboli paru
4. Sindroma nefrotik
5. Dialisis peritonela
6. Obsgtruksi sindroma kava superior
7. Miksedema

Efusi akibat tuberkulosis sering disebut pleuritis tuberkulosis. Pleuritis tuberkulosis


dikaitkan dengan eksudat yang dominan limfositnya (dapat >90% sel darah putih), serta
marker TB yang sangat meningkat di cairan pleura (yakni adenosin deaminase/ADA> 40
IU/L atau interferon gamma lebih dari 140 pg/mL). Cairan pleura dapat pula dikultur, biopsi
jarum pleura, atau torakoskopi. Efusi yang banyak mengandung sel darah merah
menggambarkan keganasan, trauma, atau emboli paru.

Efusi parapneumonik dikaitkan dengan pneumonia, abses paru, atau bronkiektasis.


Terdapat pula istilah empiema yang menggambarkan efusi purulen yang masif.
Gambaran radiologi yang penting ditemukan pada efusi pleura adalah penumpulan sudut
kostofrenikus pada foto posteroanterior. Jika foto polos toraks tidak dapat menggambarkan
efusi, diperlukan apencitraan radiologi lain seperti ultrasound dan CT. Efusi yang sangat
besar dapat membuat hemitoraks menjadi opak dan menggeser mediastiunum ke sisi
kontralateral. Efusi yang sedemikian masif umumnya disebabkan oleh keganasan,
parapneumonik, empiema, dan tuberkulosis. Namun apabila mediastinum bergeser ke sisi di
mana efusi pleura masif berada, perlu dipikirkan kejadian obstruksi endobronkial ataupun
penekanan akibat tumor.7
Gambar 6 Kiri: Foto PA yang Menggambarkan Penumpullan Sudut Kostrofrenikus Kiri;
Kanan: Foto LLD Pasien yang Sama7

Anda mungkin juga menyukai