DISUSUN OLEH :
AsmallahPutriWandasari (1006778011)
IrmanGalihPrihantoro (1006778213)
VertiliaDesi (1006720420)
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pembimbing :
(Tanda Tangan)
M. Saffarudin, AMF
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka malasalah yang
timbul dalam kasus Bronkiektasis adalah gangguan pernapasan berupa,
sesak nafas; batuk yang tidak efektif; retensi sputum; penurunan
pengembangan dada; perubahan postur tubuh; atau gangguan aktivitas
sehari-hari.
2
1. Makalah ini dibuat sebagai bentuk tugas akhir saat kami
akan berpindah stase peminatan.
2. Untuk menambah pengetahuan kelompok kami mengenai
masalah pada Bronkiektasis.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Bronkiektasis.
2. Mengetahuianatomisalura nafasdanparu-paru.
3. Mengetahui anatomi jantung.
4. MengetahuietiologiBronkiektasis.
5. MengetahuipatofisiologiBronkiektasis.
6. Mengetahuimanifestasi klinisdariBronkiektasis.
7. Mengetahui prognosis Bronkiektaksis.
8. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
Bronkiektasis.
4. Metode Penulisan
a. Sistematika penulisan
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi,
patofisiologi, etiologi, gekjala, prognosis Bronkiektasissampai dengan
intervensi fisoterapi pada kasus tersebut.BAB III merupakan
pembahasan status, serta BAB IV merupakan penutup yang berupa
kesimpulan dan saran.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Definisi Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus;
aspirasi benda asing, muntahan, dan benda-benda dari saluran pernafasan atas;
dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran
nodus limfa ( Brunner and Suddart, 2002 ).
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tidak dapat pulih lagi dari
bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,
aspirasi benda asing, atau massa (missal: neoplasma) yang menghambat lumen
bronchial dengan obstruksi (Hudakand Gallo, 1997).
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yaitu penebalan dinding
bronkus dan berkurangnya elastisitas bronkus sehingga menyebabkan
perubahan bentuk bronkus yang abnormal serta penyempitan jalan udara pada
bronkus. Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk yang terus menerus
dengan retensi sputum, penurunan berat badan, lemah badan, dan nyeri pleura.
Sesak nafas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas, yaitu bila disertai
dengan korpulmonal dan juga dapat mengakibatkan Jantung Koroner atau
Coronary Artery Desease dengan Gagal Jantung atau Congestive Heart
Failure.
Cor pulmonale merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan
dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat
penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh
darahnya.Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jntung kiri maupun penyakit
jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale.Kor
pulmonale bisa terjadi akut (contohnya, emboli paru-paru masif) atau
kronik.(A. Price Sylvia, 1995).
4
Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan pembuluh
darah coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan supply
oksigen ke otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance and Huether, 2005)
Gagal jantung, sering disebut Congestive heart failure (CHF) adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah Congestive
heart failure (CHF), paling sering digunakan kalau terjadi gagal jaantung kiri
dan kana ( Brunnerand Suddart, 2001).
Gambar: Sistem respirasi pada manusia (kiri) dan struktur alveolus (kanan)
(Ninda Rosdiana, 2012)
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari:
rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari
trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
5
hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian
sebagai berikut:
a. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
c. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung atau konka nasalis, yang berjumlah 3
buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka
nasalis superior.
Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu:
meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus
ini yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana.
Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga
hidung berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis
yaitu sinus maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang
dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis
pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang
menuju ke konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel
penciuman , sel tersebut terutama terdapat pada di bagian atas. Pada
hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf
penciuman, nervus olfaktorius.
Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-
langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga
tekak dengan rongga pendengaran tengah .Saluran ini disebut tuba
auditivaeustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan faring
dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau
tuba lakrimalis.
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat
banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Lendir di
sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi
6
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring
oleh gerakan silia.
2.1.2. Faring
Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke
atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus
pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus.
Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu
menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi. Faring terdiri atas:
1) Nasofaring
Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat
dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid
pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong rathke,
choanae, foramen jugulare, dan muara tuba eustachius.
2) Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring,
tonsil palatina, fossa tonsilaris, arkus faring, uvula, tonsil lingual,
dan foramen caecum.
a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada
radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta
gangguan otot-otot di bagian tersebut.
b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya
merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses.
c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan
ditunjang oleh jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya.
Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina, dan tonsil lingual.
3) Laringofaring
7
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica,
epiglotis, serta fossa piriformis.
8
2.2.2. Bronkus
Bronkus terdiri dari 2 cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri
yang akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus
yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus
terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli.
Bronkus merupakan percabangan dari trachea.Terdiri dari bronkus
dextra dan bronchus sinistra.
a.) Bronkus Dextra
Mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra.Hal ini
disebabkan oleh desakan dari arcus aorta pada ujung caudal
trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk
ke dalam bronkus dextra.
Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus
pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos
melengkung di sebelah cranialnya.Ateria pulmonalis pada
9
mulanya berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah
ventralnya.Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-
masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus
inferior.
Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya
di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkus
eparterialis.Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan
lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut
bronkus hyparterialis.Selanjutnya bronkus sekunder tersebut
mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen
pulmo.
2.2.3. Bronkiolus
Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkiolus.Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
10
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan
napas. Cabang-cabang bronkus:
1) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
2) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian bercabang menjadi bronkiolus
respiratori.Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
3) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar.Dan kemudian menjadi alveoli.
2.2.4. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300
juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe :
1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli.
2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan, yaitu suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
2.2.5. Paru-Paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas
gelembung-gelembung kecil atau alveoli.Alveolus dipisahkan oleh
dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang
terdiri dari 3 lobus, yaitu: lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo
11
dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior dan paru-paru kiri yang
terdiri dari 2 lobus, yaitu:lobus sinistra superior dan lobus sinistra
inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama
segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10
segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen
pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap
segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.
12
Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah
rongga dada atau kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang bernama
pleura.Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral atau selaput
pembungkus dada yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang
disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/
hampa udara.
13
menarik udara dari ruang tenggorokan.Saat dihembuskan, rangka tulang
rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk
bergerak ke atas.Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam
kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang
tenggorokan.
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat
diatur menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya,
kalau tidak mendapatkannya selama kurang lebih 4 menit dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan
biasanya pasien meninggal.
14
Volume cadangan ekspirasi merupakan volume udarayang dapat
diekspirasikan setelah ekspirasi tidak normal.Cadangan Ekspirasi
1100-1200 ml.
4) Volume sisa (Volume Residu)
Volume sisa merupakan volume yang masih tersisa didalam paru-
paru setelah melakukan ekspirasi dengan kuat.Volume Residu 1000-
1200 ml
Volume Mati adalah volume udara yang mengisi saluran
pernafasan, besarnya 150 ml.
15
2.6. Mekanisme Pernafasan Manusia
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi
oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas
maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu:
a.) Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.
b.) Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara atau
inspirasi dan pengeluaran udara atau ekspirasi, maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
a.) Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan
pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang
rusuk.Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk
luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi,
sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.Akibatnya, volume rongga
dada membesar.Membesarnya volume rongga dada menjadikan
tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal
tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan
mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam
berkontraksi menjadi mengkerut atau mengendur, sehingga tulang
rusuk dan tulang dada ke posisi semula.Akibatnya, rongga dada
16
mengecil.Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga
dada menjadi meningkat, sedangkan tekanan udara di luar
tetap.Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru
menjadi terdorong keluar.
17
5.) m.pectoralis mayor
6.) m.pectoralis minor
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragm thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus.Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan
basis cordis, atrium kanan dan kiriserta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran
jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cmseta tebal kira-kira 6 cm.Berat
jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar
darikepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam
18
masa periodeitu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571
liter darah.
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri
antara lapisan fibrosa dan serosa.Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu
atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister
(bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan).Antarsisi kiri dan kanan jantung
dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat.
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh
balik (vena).Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula
bikuspidalis (katup berdaun dua).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam
ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung
berkontraksi.
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini
disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung.Antara atrium
kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup
berdaun tiga).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar
tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.
Jantung memperoleh nutrisi dan oksigen dari a. koronaria yang
merupakancabang pertama aorta asendens.Muara a. koronaria terletak di dalam
sinus Valsalva di belakang katup semilunaris aorta.Pembuluh koroner utama
terletak di permukaan luar jantung dan hanyacabang-cabang arteri kecil saja
yang menembus ke dalam jaringan otot jantung. Arteri koronaria sinistra
memperdarahi bagian anterior dan lateral ventrikel kiri, a koronaria dextra
memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan dandinding posterior ventrikel
kiri.
4. Etiologi
Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas.Namun diduga
bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.
4.1. Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam
kandungan.Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan
19
memegang peranan penting.Bronkiektasis yang timbul kongenital
biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua
bronkus.Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai
penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Sindroma
Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, dan
lain-lain.
4.2. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan
merupakan proses berikut:
1.) Infeksi
a.) Campak,
b.) Pertusis,
c.) Infeksi adenovirus,
d.) Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau
Pseudomonas,
e.) Influenza,
f.) Tuberkulosa,
g.) Infeksi mikoplasma.
2.) Penyumbatan bronkus
a.) Benda asing yang terisap,
b.) Pembesaran kelenjar getah bening,
c.) Tumor paru,
d.) Sumbatan oleh lender.
3.) Cedera penghirupan
a.) Cedera karena asap, gas atau partikel beracun,
b.) Menghirup getah lambung dan partikel makanan.
4.) Kelainan imunologik
a.) Sindroma kekurangan immunoglobulin,
b.) Disfungsi sel darah putih,
c.) Defisiensi komplemen,
d.) Infeksi HIV,
20
e.) Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis
rematoid, kolitis ulceratival.
5.) Keadaan lain
a.) Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)
5. Patofisiologi
5.1. Bronkiektasis
Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu
keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam
diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan
elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah
akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi,
nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun
tubuh sebagai respon terhadap antigen.
Bronkiektasis dapat terjadi kerusakan secara langsung dari dinding
bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal
jalan nafas.Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil
pada jalan nafas.Silia tersebut bergerak berulang-ulang memindahkan
cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang
berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut
akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan kemudian dibatukkan keluar
atau tertelan.
Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung
atau tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan
menjadi inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan
kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan
lembek serta membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon
yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang
bersilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan
memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang
pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus,
sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas.
21
Gambar: In bronchiectasis, mucus production increases, the cilia are destroyed or
damaged, and areas of the bronchial wall become chronically inflamed
and are destroyed (Joshua O. Benditt, 2008)
5.2. Cor Pulmonale
Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed
paru, hipoksia, dan hiperkapnea/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian juga
asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan
polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah
yang meningkat ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri
pulmonal, hal ini disebut hipertensi pulmonal.Adanya hipertensi pulmonal
menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel
kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan
dilatasi.Keadaan ini disebut Cor pulmonale.Jika mekanisme kompensasi
ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.
22
b.) Hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun
angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.
c.) Dyspnea biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang
terlihat pada gambaran radiologisnya.
d.) Wheezing merupakan akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti oleh
destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin
merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma.
e.) Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, paling sering
merupakan akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi
pada eksaserbasi akut.
f.) Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi
yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan
kalori berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan
pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua
penyakit kronik disertai dengan penurunan berat badan.
g.) Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.
7. Prognosis
7.1. Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta
luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.Pemilihan
pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat
memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut
biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis
23
dan lain-lain.Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat
dan difus biasanya disabilitasnya ringan. (Joshua O. Benditt, 2008)
8. Proses Fisioterapi
Asesmen
Merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun data
pemeriksaan pasien. Asesmen dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan
urutan masalah yang timbul pada kasus bronkiektasiskemudian menjadi dasar
dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan
kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien.
8.1. Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab antara sterapis dengan sumber data. Dilihat dari segi
pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis,
merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang
bersangkutan dan Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan
terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan
pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Anamnesis yang akan
dilakukan berupa :
8.1.1. Identitas Penderita atau Anamnesis Umum
Anamnesis ini berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, hobi dan agama. Identitas pasien harus diisi
selengkap mungkin, ini bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam pemberian tindakan.
24
Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan
mengenai keadaan sosial ekonomi, budaya dan lingkungan dari
pendidikan terakhir dan pekerjaan pasien. Sehingga kita dapat
memberikan tindakan dan edukasi yang sesuai bagi pasien.
25
8.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi
kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu
orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk
menderita penyakit tersebut. Penyakit yang muncul bersamaan
pada keluarga juga mengindikasikan resiko yang lebih besar,
misalnya diabetes dan penyakit jantung.
8.2. Pemeriksaan
Pemeriksaan terdiri dari:
8.2.1 Pemeriksaan Umum mencakup cara datang, normal atau
menggunakan alat bantu ; kesadaran, koperatif atau tidak; tensi;
lingkar kepala jika diperlukan; nadi; respirasi rate; status gizi; suhu
tubuh.
a. Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat
kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
26
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat,
waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
4. Somnolen atau Obtundasi, Letargi, yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang atau mudah
dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
5. Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma ataucomatos, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya.
27
5. Palpasi daerah arteri radialis dan temukan denyutan. Pompa
balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak
teraba. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg
lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
6. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam.
7. Dengar bunyi I dan pada angka berapa bunyi I terdengar,
nilai ini menunjukkan tekanan sistolik.
8. Lanjutkan sampai bunyi II terdengar, nilai ini menunjukkan
tekanan diastolik.
9. Catat hasil pengukuran dan bereskan alat
c. Nadi
Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan
latihan fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa
keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi
1 menit.
Frekuensi denyut nadi normal:
Pada bayi baru lahir 140 kali/menit
Selama tahun pertama 120 kali/menit
Selama tahun kedua 110 kali/menit
Pada umur 5 tahun 96-100 kali/menit
28
Pada umur 10 tahun 80-90 kali/menit
Pada orang dewasa 60-80 kali/menit
( Suroso, 2012 )
d. Respirasi Rate
Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per
menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam
posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas
selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat.
Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20
kali per menit.
e. Suhu Badan
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk
menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran
panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh
vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian
sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu
tubuh akan menurun.
29
Suhu normal tubuh:
Tempat Waktu Celcius
Rectal 2 - 4 menit 37,1 - 38,1
Axilla 9 11 menit 35,9 - 36,9
Oral 3 - 5 menit 36,5 - 37,5
Telinga 2 - 3 menit 37,1 - 38,1
( Suroso, 2012 )
f. Status Gizi
Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia
disebut Index Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat
terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight
yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat
badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara
menghitung BMI sangat mudah, yaitu dengan membagi berat
badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam
meter yaitu kg/m.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Berat badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
[Tinggi badan (m)] 2
30
8.2.2 Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus terdiri dari:
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan
menggunakan indera penglihatan untuk mendeteksi
karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh
atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk
mendeteksi bentuk, postur, warna, posisi, ukuran, tumor dan
lainnya dari tubuh pasien. Inspeksi dilakukan pada posisi
tidur, duduk, berdiri, dan saat pasien berjalan. Yang harus di
inspeksi:
1. Postur
a. Skoliosis
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang
yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi
pada segmen servikal, torakal maupun lumbal.
b. Kifosis
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada
tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma,
gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.
c. Lordosis
Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang
belakang di mana tulang belakang melengkung ke
belakang yang mengakibatkan penderita menjadi
terlihat bongkok ke belakang.
2. Warna muka
a. Coklat artinya deposit melanin.
b. Biruartinyahipoxia jaringan perifer.
c. Merah artinya peningkatan oxihaemoglobin.
d. Pucatartinyaanoxia jaringan kulit.
31
e. Kuningartinya peningkatan bilirubin indirek dalam
darah.
3. Pernafasan
Pernafasan dilihat melalui mulut atau hidung
dengan cara melihat nafas pasien.
6. Suara Nafas
Suara Pernafasan Tambahan
a. Crackles atau Rales
Cracklesmerupakan suara singkat dan lebih
sering terdengar pada inspirasi. Crackle disebabkan
saluran udara yang kecil terbuka selama inspirasi
dan kolaps selama ekspirasi menyebabkan suara
crackling.
b. Wheezing
32
Wheezingatau mengi terdengar pada ekspirasi
dan kadang pada inspirasi. Terjadi saat aliran udara
melalui saluran udara yang menyempit karena
sekresi, benda asing atau luka yang menghalangi.
Biasanya dapat dijumpai pada kondisi asma.
c. Rhonchi
Rhonchi suaranya seperti wheezing. Biasanya
menunjukkan halangan pada saluran udara yang
lebih besar oleh sekresi.
d. Stridor
Stridor adalah suaraseperti ngorok yang
terdengar keras. Suara ini terjadi karena
penyumbatan di daerah laring. Stridor dapat
terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
7. Bentuk dada
a. Barrel chest
Di mana diameter anterior posterior
memanjang, iga-iga mendatar, sela iga melebar,
sudur epigastrium tumpul, diafragma mendatar.
Biasanya pada pasien dengan penyakit Penyakit
Paru Obstrukttif Kronis atau PPOK.
b. Pectus Excavatum
Gambar: Bentuk dada Pectus
Excavatum
Sumber:
http://www.google
.co.id/imgres?img
url
33
menyebabkan depresi ujung bawah sternum atau
tulang tengah di dada. Pada bentuk dada seperti ini
rentan terjadi penekanan jaringan terhadap jantung
dan pembuluh darah besar, sehingga suara bising
pada jantung sering terjadi.
c. Pectus Carinatum
8. Pola pernafasan
Pola pernapasan dibagi menjadi 7 macam, yakni :
a. Pola Pernapasan Normal :
Irama pernapasan yang berlangsung secara
teratur. Fase Inspirasi atau menghirup nafas dan
ekspirasi atau menghembuskan nafas berlangsung
silih berganti.Frekuensi pernafasan normal adalah
14-20x/menit.
b. Takipnea
Jika frekuensi pernafasan melebihi 20x per
menit berarti disebut Takipnea.Biasanya
34
pernafasan takipnea ini dicirikan sebagai
pernafasan yang cepat dan dangkal.
c. Bradipnea
Merupakan pernafasan yang lambat. Frekuensi
pernafasan kurang dari 20x permenit.
d. Pernapasan Cheyne Stokes
Pola pernapasan cepat dan dalam yang
kemudian diikuti periode Apnea atau henti nafas
selama beberapa saat.
e. Pernapasan Biot atauAtaxic Breathing
Pola pernapasan yang tidak teratur sama sekali
f. Sighing respiration
Pola Pernapasan yang normal, tetapi ada periode
tarikan nafas yang dalam.
g. Hiperpnea atau Hiperventilasi
Pola Pernafasan yang cepat dan dalam.
9. Batuk
Batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
benda asing atau dahak dari saluran nafas bagian atas
dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi
atas iritasi pada saluran nafas. Batuk hanya gejala dari
suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri
sendiri, ada gejala lain yang menyertainya. Macam-
macam batuk:
a. Batuk produktif
Disebut batuk produktif bila saat batuk juga
disertai dengan keluarnya dahak. Dahak yang
keluar bisa berasal dari hidung dan sinus bisa juga
dari kerongkongan dan paru paru. Batuk berdahak
tidak boleh ditekan karena fungsi sebenarnya
adalah untuk membersihkan saluran nafas dari
35
dahak. Batuk berdahak bisa jadi merupakan tanda
penyakit pneumonia, bronchitis, PPOK, sinusits
atau TBC.
b. Batuk non produktif
Batuk non produktif sifatnya kering dan tidak
mengeluarkan dahak makanya sering disebut batuk
kering. Batuk kering umumnya muncul menjelang
akhir gejala flu atau akibat iritasi debu dan asap
rokok. Batuk kering terjadi pada kasus asma,
bronkospasme, alergi.
10. Sputum
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru,
bronkus, dan trakea melalui mulut.Orang dewasa
normal bisa memproduksi mukus atau sekret kelenjar
sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume,
dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.Macam-macam sputum:
a. Sputum berlebih dan purulen merupakan tanda
proses supuratif, contoh abses paru
b. Sputum berwarna kekuning-kuningan merupakan
tanda proses infeksi.
c. Sputum hijau merupakan tanda proses penimbunan
nanah. Sputum hijau ini sering ditemukan pada
penderita bronkhiektasis karena penimbunan
sputum dalam bronkus yang melebar dan
terinfeksi.
36
d. Sputum merah muda dan berbusa merupakan
tanda edema paru akut.
e. Sputum berlendir, lekat, abu-abu atau putih
merupakan tanda bronkitis kronik.
f. Sputum berbau busuk merupakan tanda abses paru
ataubronkhiektasis.
(Srooso, 2012)
b. Palpasi
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba,
menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk
mengetahui tentang adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu,
oedema, kountur dan lainya. Dengan kata lain bahwa
37
palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,
disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Palpasi
meliputi:
1. Spasme otot bantu pernafasan
Palpasi pada m.sternocleidomastoideus, m.upper
trapezius, m.scalenus, m.pectoralis major apakah
terjadi ketegangan atau tidak dan dibandingkan antara
kanan dan kiri.
2. Gerak nafas
Posisi terapis : disebelah kanan pasien.
Posisi pasien : berbaring.
Prosedur : Tangan terapis direntangkan
diatas torakoabdominal pasien.Tidak ada intruksi
apapun pada pasien.Bila tangan terapis bergerak
kearah supinasi berarti pasien melakukan napas
dada.Bila tangan terapis bergerak kearah pronasi
berarti pasien melakukan napas abdominal.
3. Kesimetrisan dada
a. Upper Chest expansion
38
jari tangan diatas klavikula kiri dan kanan pasien.
Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi
penuh 2-3x. Perhatikan perbedaan pengembangan
dada kiri dan kanan.
b. Middle chest expansion
39
Posisi pasien : duduk.
Prosedur : Letakkan ke 2 ujung ibu
jari-jari tangan terapis di prosesus spinosus
vertebra thorakal bagian bawah atau pada costae
9 pasien. Rentangkan jari-jari tangan anda ke
samping kiri dan kanan dada pasien.Pasien
diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-
3x.Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat
ekspirasi penuh.Perhatikan pergeseran ke 2 ibu
jari-jari tangan terapis akibat tarikan
pengembangan dada pasien.
4. Fremitus
40
a.) Normal : Vibrasi terasa sama dan simetris
pada dada kiri dan kanan dan vibrasi menurun
dari atas ke bawah.
b.) Bertambah : Adanya sekresi pada saluran
pernafasan.
c.) Berkurang : Adanya kantung udara pada bagian
pernafasan emfisema,pneumotorak, efusi pleura.
5. Posisi trakea
6. Auskultasi
Auskultasi bertujuan untuk mendengarkan suara
paru, sehingga secara tidak langsung menggambarkan
keadaan salurannafas.
41
Gambar : Auskultasi
Sumber:
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009_10_01_
archive.html
Karakteristik akustik Inggris Indonesia Klinis
Diskontinyu, seperti Fine Ronki Pneumonia,edema paru,
Crackles basah
suaraledakan, durasi kurang asmabronkiale
halus
dari 10ms, halus, frekuensi
tinggi,
amplitudo rendah.
Diskontinyu, seperti Coarse Ronki Bronkitisakut/kronis,bronkiektasis
Crackles basah
suaraledakan, durasi sedikit
kasar
lebihlama daricrackle
halus,frekuensi rendah,
amplitudotinggi
Kontinyu, durasi lebih dari Wheezing Wheezing Asma bronkiale
250ms, frekuensi tinggi,
musikalis
Kontinyu, durasi lebih dari Ronki Ronki Produksi sputum
kering
250ms, frekuensi rendah, meningkatmisalnyabronkitis
sepertisuara dengkur kronis
c. Move
Move merupakan tes gerak untuk mengetahui ada
tidaknya nyeri, keterbatasan gerak atau Range of Motion,
dan kelemahan dari otot maupun gerakan pasien.
1. Pemeriksaan Manual Muscle Testing
Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
kekuatan otot atau kemampuan mengontraksikan otot
secara volunter dengan tujuan membantu menegakkan
diagnosa.
Nilai Manual Muscle Testing
42
Nilai 0 atau zero : tidak ada kontraksi
samasekali, baik terlihat maupun
teraba.
Nilai 1 atau trace : kontraksi otot dapat terlihat
atau diraba tetapi tidak ada
gerakan sendi.
Nilai 2 atau poor : kontraksi otot dapat
menggerakan sendi secara penuh
tanpa mempengaruhi gravitasi.
Nilai 3 atau fair : kontraksi otot dapat menggerakan
sendi secara penuh dengan
melawan gravitasi
Nilai 4 atau good : kontraksi otot dengan
gerakan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dengan tahanan
sedang
Nilai 5 atau normal: kontraksi otot dengan
gerakan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dengan tahanan
penuh
43
1. Posisi anatomis yaitu tubuh tegak, lengan lurus
disamping tubuh, lengan bawah dan tangan
menghadap ke depan.
2. Sendi yang diukur terbebas dari pakaian.
3. Beri penjelasan dan contoh gerakan yang akan
dilakukan.
4. Berikan gerakan pasif untuk menghilangkan gerakan
subtitusi dan ketegangan.
5. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.
6. Tentukan axis gerak dengan cara melakukan palpasi
pada bagian tulang sebelah lateral sendi.
7. Letakkan tangkai goniometer yang statis paralel
dengan aksis longitudinal segmen tubuh yang
bergerak.
8. Pastikan axis goniometer tepat pada axis gerakan
sendi.
9. Baca dan catat hasil pemeriksaanRange of Motion.
3. Tes Khusus
Tes khusus sangat penting dilakukan, karena
untuk mempertegas apa yang dikeluhkan pasien dan
apa yang tercantum pada diagnosa medik. Tes khusus
yang dilakukan pada bronkiektasisyaitu:
a. Pengukuran chest expansi torax atau
pengembangan dada
1. Upper chest expansion
Posisi terapis : di sebelah kanan pasien
Posisi pasien : duduk atau berdiri
Prosedur : Pasang meteran melingkar
dada bagian atas pasien dibawah axial. Pegang
kedua ujung meteran dengan tangan kiri di
dada atas bagian tengah pasien.Pasien diminta
44
inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3x.Pada
saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut
dengan tangan kanan memegang salah satu
ujungnya.Hitung selisih antara ekspirasi penuh
dengan inspirasi penuh.
2. Middle chest expansion
Posisi terapis : sebelah kanan pasien
Posisi pasien : duduk atau berdiri
Prosedur : Pasang meteran melingkar
dada pasien bagian tengah. Pegang salah satu
ujung meteran di tengah daerah prosesus
xyphoideus pasien. Prosedur selanjutnya sama
dengan prosedur pada upper chest expansion.
3. Lower chest expansion
Posisi terapis : sebelah kanan pasien
Posisi pasien : duduk atau berdiri
Prosedur : Pasang meteran melingkar
dada pasien bagian bawah. Pegang salah satu
ujung meteran di antara prosesusxyphoideus
dengan umbilicus pasien. Prosedur selanjutnya
sama dengan prosedur pada upper chest
expansion.
45
b. Peak Flow Meter
(Suroso, 2012)
46
8.3. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang
Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi. Misalnya hasil
dari CT-Scan, MRI, Rontgen, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
laboratorium, FEES, endoskopi, bronkogram, EKG.
2. Diagnosa Fisioterapi
Disusun berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa
Fisioterapi terdiri dari impairment, keterbatasan gerak, keterbatasan
fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.
2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas
masalah yang utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini
harus disertai dengan bagaimana tujuan atau rencana tersebut
akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi
seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan
tersebut dapat dicapai.
b. Jangka Panjang
47
Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas
masalah, tetapi bukan masalah yang utama atau segera. Tujuan
jangka panjang harus realistis sesuai dengan perkiraan pemulihan
yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan
dari pasien dan keluarga.
48
4. Tidak efektif digunakan dengan posisi berbaring
Tatalaksana:
2. Diafragma breathing
Tujuan :
a. Memperbaiki ventilasi
b. Mengurangi kerja otot bantu pernapasan
c. Membantu mengeluarkan sekresi
49
d. Mengurangi frekuensi pernapasan
e. Mempebaiki pola napas
f. Mengurangi sesak napas
g. Memperbaiki fungsi diafragma
Tatalaksana:
Posisi pasien : permulaan latihan half lying
Posisi terapis : disamping kanan pasien
Prosedurnya : Tangan pasien yang dominan di
letakkan diatas perut dan tangan yang lain diatas
dada.Pasien diminta tarik napas lewat hidung dengan
perut dikembungkan lalu ditahan selama 2-3 detik.
Kemudian dihembuskan secara pasip lewat mulut
dengan perut dikempeskan selama dua kali
inspirasi.Pasien napas dalam 3x diikuti napas biasa 3x.
Latihan dikerjakan selama 10-15 menit 3x sehari.
Latihan ditingkatkan dari posisi tidur,duduk, berdiri
kemudian berjalan.
50
diafragmanya lebih banyak berfungsi.Selanjutnya
pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan
purse lips breathing.Setelah pasien bisa mengontrol
pernapasannya, dilanjutkan dengan diafragma
breathing.
b. Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya
kemudian minta ia memeluk bantal itu. Selanjutnya
pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan
purse lips breathing.Setelah pasien bisa mengontrol
pernapasannya, dilanjutkan dengan diafragma
breathing.
a. Huffing
Teknik ini digunakan untuk merangsang batuk.
Pasien posisi duduk atau half lying. Lalu ajarkan pasien batuk
tanpa suara dengan ekspirasi secara paksa diiringi deep
breathing pada awalnya 3 kali. Setelah deep breathing yang
keempat diakhiri ekspirasi secara paksa atau teknik huffing.
b. Coughing
Teknik ini bertujuan untuk menghasilkan batuk efektif.
Pasien dalam posisi duduk atau half lying. Sama dengan
huffing , yaitu pasien diminta bernafasn dalam sebanyak 3 kali
dan saat nafas dalam ke 4, diakhir respirasi pasien diminta
batuk efektif yaitu secara tajam, ganda, dalam, sehingga
diharapkan secret yang ,menempel di lobus akan keluar.
c. Vibrasi
Tekhnik memberikan getaran secara halus dari tangan
fisioterapis ke daerah letak pasien yang terdapat penumpukan
51
sputum, berguna untuk melepaskan secret yang menempel pada
lobus.
d. Chest mobility
1. Latihan mengangkat bahu
52
8.6. Home Program
8.7 Evaluasi
53
BAB III
ISI
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FORMULIR FISIOTERAPI
Nama Inisial : Ny D.
Hobi : Memasak.
54
II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
RPS : Juli 2012, Sekitar 3 bulan yang lalu, OS sering mengeluh sesak
nafas saat beraktivitas, bahkan sehabis mandi sekalipun OS
sering mengeluh sesak. Disertai kaki bengkak dan perut buncit,
tidur selalu posisi duduk karena tidur diganjal dengan
bantalpun terasa sesak nafas semakin berat.OS tidak berobat
dan OS masih beraktivitas mandiri walaupun dengan banyak
jeda istirahat di setiap aktivitasnya. Agustus 2012, sehabis
lebaran idul fitri OS mengeluh sesak nafas dan nyeri dada
semakin berat, perut semakin buncit dan kedua kakinya
semakin bengkak, langsung OS dibawa ke ICU Rumah Sakit
PMI Bogor dan di diagnosa Bronkiektasis dengan Infeksi
Sekunder disertai Congestive Heart Failure functional class II
III. Dirawat selama 4 hari, bengkak di kaki dan perut buncit
berkurang dengan penggunaan obat selama dirawat.OS
diperbolehkan pulang walau masih mengeluh sesak nafas.OS
masih beraktvitas sebagai ibu rumah tangga seperti biasa
meskipun seringkali dirasakan sesak nafas. September 2012
OS mengeluh sesak kembali, sesak nafas dirasakan semakin
hebat saat aktivitas ringan maupun saat istirahat, sulit tidur
karna sesak nafas tetapi dudukpun sama saja, OS langsung
dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 20 Oktober 2012 untuk
rujukan dirawat inap di gedung A lantai 7, dirawat selama 19
hari, dan telah diberikan tindakan fisioterapi dengan Chest FT
dan Chest Mobility Exercise untuk mengurangi sesak, batuk
yang benar, dan meningkatkan pengembangan rongga dada.
OS merasa sudah tidak sesak nafas saat tidur ataupun
duduk.Perut sudah tidak buncit dan kaki sudah tidak
bengkak.OS diperbolehkan Pulang tetapi tetap dilakukan
55
Rawat Jalan untuk menjalani fisioterapi kardiorespirasi.Saat ini
tanggal 24 Oktober 2012, 15 hari setelah OS pulang dari
rumah sakit.OS masih mengeluh sesak saat aktivitas ringan
dan sesak saat berjalan dengan langkah pendek kurang lebih
300 m, tetapi jika OS istirahat sejenak sesak hilang.Urin OS
berwarna kuning pekat karena dalam masa pengobatan anti
Tuberkulosis.OS batuk disertai dahak berwarna putih
kekuningan dan berbusa dalam jumlah banyak.
56
8) Status Gizi : Berat badan : 35 kg
Tinggi Badan : 130 cm
IMT : 36 kg
17,85
142 cm : 100= 1,422 m2
Kesimpulan : Kurus , Nilai Normal : 18,50 24,99
9) Suhu : Afebris
b. Pemeriksaan Khusus
INSPEKSI
- Pola jalan : Normal dengan pola yang baik.
- Postur saat berdiri dan duduk,
Dilihat dari : Depan : Bahu depresi, protraksi, dan forward
head
Belakang : Thorakal lebih menonjol
Samping kanan-kiri : Kifosis
- Warna muka : normal
- Pernafasan dengan Pursed Lips Breathing atau bernafas
dengan bantuan mulut.
- Tidak terlihat cupping hidung saat bernafas.
- Tidak terlihat sternal notch retraksi saat bernafas.
- Bentuk dada pectus excavatum.
- Pola pernapasan cepat dan dangkal.
- Batuk tidak efektif.
- Dahak berwarna putih kekuningan, kental dan berbusa.
PALPASI
1. Spasme otot bantu pernapasan : m. Upper Trapezius
billateral
2. Nyeri tekan pada m. Upper Trapezius billateral
3. Gerak pernapasan :abdominal breathing.
4. Kesimetrisan dada : - Upper : Kanan = Kiri
- Middle : Kanan = Kiri
- Lower : Kanan = Kiri
57
5. Posisi trakea : normal.
6. Fremitus : Hypersonor
7. Auskultasi : Ronki saat akhir ekspirasi pada lingula kiri.
8. Tidak ada oedem atau clubbing pada jari - jari.
MOVE
1. CHEST EKSPANSI THORAKS
Nilai
KET INSPIRASI - EKSPIRASI SELISIH
Normal
UPPER 76 cm 75 cm 1 cm 2 - 3 cm
MIDDLE 71 cm 70 cm 1 cm 3 - 5 cm
LOWER 71 cm 70 cm 1 cm 5 - 7 cm
TES KHUSUS
1. Pick Flow Meter atau Peak Expiratory Flow Rate : 140
L/menit
400 + 46,3 = 446,3
L/menit
Nilai Normal : 400 L/menit
400 46,3 = 353,7
L/menit
Kesimpulan : Jauh dibawah rata rata batas normal.
58
3. Hasil CT Thorax, Tanggal 2 Oktober 2012
Kesimpulan : Bronkiektasis type sekunder di lobus inferior
(billateral), lobus superior, lobus medius paru
dextra. Pneumonia segmental lobus superior
paru kanan.Hepatomegali dengan Cardiac
Liver dan kista soliter lobus kiri
hepar.Kardiomegali Right Heart Insuffient.
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Adanya gangguan fungsional pernapasan serta adanya
penurunan toleransi aktivitas karena adanya sesak nafas, retensi
sputum, batuk tidak efektif, penurunan chest ekspansi, dan
spasme otot Upper Trapezius terkait dengan Bronkiektasis, Cor
Pulmonale, dan Coronary Artery Disease inferior.
59
3) Tapping dan clapping post inhalasi
- Breathing Exercise
1) Deep Breathing Exercise
2. Tujuan :
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Mengurangi sesak nafas
2) Mengurangi retensi sputum
3) Batuk efektif
4) Meningkatkan chest ekspansi bagian upper, middle,
dan lower
5) Mengurangi spasme otot Upper Trapezius bilateral
b. Tujuan Jangka Panjang
Menjalankan aktifas sehari-hari tanpa keluhan.
60
Huffing dan I : 3x huffing dan 1x Memperbaiki batuk
Coughing coughing yang tidak efektif
D : 5 menit
F : 3 x/hari
3. Chest Chest Mobility I : 10 x repetisi Mengembangkan
Ekspansi Exercise D : 15 menit rongga dada
F : 3 x/hari Miningkatkan volume
oksigen dalam paru
2) NEBULIZER
Posisi Pasien : Duduk dengan rileks
Posisi Terapis : Disamping OS
Tatalaksana : Siapkan seperangkat alat nebulizer,
masukkan NaCl dan Ventolin sesuai dengan dosis yang
diberikan dokter, terapis mengajarkan kepada OS untuk
menarik napas lewat mulut dan membuangnya lewat
hidung, nyalakan alat, pastikan uap keluar, kemudian
pakailah masker dan terpasang dengan benar. Instruksikan
61
kepada OS untuk tetap bernafas lewat mulut sampai abis
obatnya atau sampai sudah tidak ada uap yang keluar.
3) CHEST FT
a. Vibrasi
Posisi Pasien : Sesuai dengan lobus dan mengacu
pada postural drainage.
Posisi Terapis : Disamping OS
Tatalaksana : Lakukan vibrasi di segmen atau
lobus dengan retensi sputum, berikan vibrasi diakhir
ekspirasi setelah napas dalam, selama 5 kali
pengulangan.
b. Huffing dan Coughing
Posisi Pasien : Half lying atau duduk condong ke
depan dengan kepala menunduk.
Posisi Terapis : Disamping OS
Tatalaksana : Instruksikan kepada OS untuk
meletakkan ke dua tangannya diatas perut OS,
terapis memberikan contoh seperti menghembuskan
napas secara paksa dengan mulut terbuka. Awali
dengan menginstruksikan kepada OS untuk menarik
napas dalam sebanyak 3 kali lalu pada ekspirasi
yang ke-4 OS diminta untuk huffing. Ulangi 3 kali
huffing diikuti dengan satu kali napas dalam disetiap
huffing.
62
kemudian hembuskan secara perlahan lewat mulut
sambil menurunkan kaki atau plantar fleksi kaki.
Ulangi beberapa kali.
b. OS tidur terlentang, terapis menginstruksikan OS
untuk memutar kedua lututnya kekanan sambil
menghembuskan napas lama kemudian keposisi
awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi
satunya. Ulangi beberapa kali
c. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan OS
membungkukkan badan sampai tangan tersentuh
lantai sambil menghembuskan napas kemudian
tegak kembali sampai mengangkat tangan keatas
sambil menarik napas dalam. Ulangi beberapa kali.
d. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan
tangan OS untuk disilangkan didepan dada, lalu
OS memutar badan kekanan sambil
menghembuskan napas kemudian kembali keposisi
awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi
satunya dan ulangi beberapa kali.
e. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan
tangan OS untuk tekuk di pinggang, lalu
condongkan badan OS kekanan sambil hembuskan
napas kemudian kembali keposisi awal sambil
menarik napas dalam, ulangi ke sisi satunya dan
ulangi beberapa kali.
4. Program untuk dirumah
1) Ulangi latihan pengembangan dada seperti diatas sehari 3 x.
2) Batuk dengan pola yang benar.
3) Posisi rileksasi dengan panic breathing disaat mengeluh
sesak nafas.
4) Manfaatkan energi dengan baik sehingga tidak membuang
buang banyak energi saat aktivitas.
63
VII. EVALUASI
1. Evaluasi Hasil Terapi
1) Rabu, Tanggal 24 Oktober 2012
S : Sesak nafas berkurang, lebih rileks, batuk dengan
dahak mudah dikeluarkan.
O : - Kesadaran : Compos Mentis
- Respiratory Rate : 24 x/menit
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 92 x/menit
- Pola nafas : Cepat dan dangkal tapi sudah dapat
terkontrol
- PFM belum ada peningkatan
- Chest ekspansi belum ada peningkatan
A : Gangguan fungsional pernapasan et causa
Bronkiektasis
P : Modalitas Nebulizer, Chest FT dengan Panic
Breathing, dan Chest mobility exercise
64
A : Gangguan fungsional pernapasan et causa
Bronkiektasis
P : Chest FT : Breathing Exercise, Vibrasi, dan Huffing
Coughing ; Chest Mobility Exercise
65
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
66
DAFTAR PUSTAKA
C. Guyton, Arthur and E. Hall, John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi ke-11.
Alih bahasa oleh dr. Irawati dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Alih bahasa oleh Sri
Yuliani Handoyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009.
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC; 1997.
Sherwood, Lauralee. Human Physiologi From Cells to Systems. 7th edition. USA:
Brooks/Cole; 2010.
67
Lampiran
Pesan : Untuk kajian teori dimulai dari diagnosa mediknya, satu persatu
dijelasin tapi secara umum saja nanti untuk yang masalah penanganan
baru lebih detail. Kemudian dilanjutin anatominya.Anatomi jangan
terlalu luas, yang spesifik aja.Apa yang menjadi masalah kalian itu yang
kalian jelasin. Jelasin sedetail-detailnya dari sistemnya dan gimana
proses kerjanya. Lalu lanjut etiologi, patofiologi dan seterusnya itu
dijelasin.Jelasin jangan terlalu banyak, mubazir kalau kebanyakan yang
penting padat dan jelas.
Pesan : RPS juga masuk kajian teori. Biar orang tahu apa itu RPS, RPD, RPK.
Jadi intinya semua hal yang ada dalam status itu dijelasin jadi kajian
teori lengkap, yang penting jelas dan nggak perlu panjang lebar. Kalian
tahu kan apa itu RPS?? Ya udah itu kalian jelasin itu di dalam kajian
teori.
Untuk kasus kalian, PPOK. Kalian udah paham belum masalahnya apa?
Kenapa dibawa ke FT. D tentu ada masalah yang harus kita atasi, nah
itu tergantung dari pemeriksaan kalian.Semakin kalian jeli dalam
pemeriksaan semakin jelas masalahnya dan semakin mudah
menentukan intervensi yang tepat.Untuk kasus ibu ini sesak, retensi
sputumnya, pengembangan parunya dan seterusnya ya.Nah itu tinggal
bagaimana pemeriksaan kalian sehingga dapat mendiagnosa ibu ini. Ibu
ini juga ada TB paru, tentu berpengaruh sama parunya dan yang perlu
diperhatikan juga adalah jantungnya. Ibu ini kan ada core pulmonale,
nah itu nanti juga berpengaruh pada home program yang kalian berikan
ke ibu ini.
68
sama kalian. Kalau begitu kan jadi gampang. Kalian merasa untung dan
pasien juga merasa kalau latihan dan program yang kalian berikan
bermanfaat.Jadi dari diri pasien juga tergerak untuk ikut kalian.
69