Disusun Oleh :
Kelompok 3A
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2015
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Menambah daya simpan wortel dengan penambahan gula menjadi dodol
wortel.
Menerapkan proses pengawetan sayur-sayuran dengan tambahan bahan
pengawet yaitu gula.
Mempelajari pembuatan dodol dengan bahan baku wortel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Wortel
Penimbangan
Pencucian
Pengupasan Kulit
Pemotongan
Blender
Santan + gula
Tepung beras
Tepung ketan Bubur wortel
Asam sitrat
Gula merah
Pemasakan
Adonan Matang
Adonan matang
Pencetakan
Pendinginan
Pemotongan
Pengemasan
Dodol wortel
4.1.1 Tekstur
Produk dodol memiliki tekstur plastis dan penampakan yang agak
mengkilap. Tekstur dan penampakan seperti ini dipengaruhi oleh lemak yang
berasal dari santan dan margarin serta hasil dari proses gelatinisasi. Pada
pengadukan pertama ditambahkan tepung beras dan tepung ketan, selain terlibat
proses gelatinisasi kedua tepung ini juga sebagai pemberi tekstur, kekentalan dan
palatabilitas produk. Namun pada penambahan tepung ketan jangan terlalu banyak
agar dodol yang didapatkan tidak terlalu keras. Tekstur bubur wortel yang berserat
tidak begitu berpengaruh pada penampakannya karena adonan yang terbentuk
sudah homogen dengan proses pengadukan yang cukup. Berdasarkan rata-rata
hasil uji hedonik terhadap tekstur pada percobaan diperoleh hasil 2,67. Hal ini
dikarenakan terdapat kesalahan prosedur pada penambahan margarin yang
berlebih, volume santan juga mempengaruhi tekstur dodol yang dihasilkan,
semakin banyak volume santan yang ditambahkan maka tekstur dodol akan
lembek. Lamanya pemasakan mempengaruhi tekstur pada dodol, waktu membuat
dodol biasanya 2-3 jam, apabila pemasakan kurang lama maka dodol kurang
matang, tekstur tidak kalis. Pembungkusan dilakukan setelah dingin dan disimpan
ditempat tertutup agar dodol tetap kenyal seperti semula.
4.1.2 Rasa
Rasa merupakan komponen sifat sensori yang penting dalam uji
penerimaan produk pangan. Hal ini mengikat konsumen produk pangan
cenderung menyukai makanan dengan cita rasa yang enak. Rasa dimulai melalui
tanggapan rangsangan kimiawi oleh indera encici (lidah), dimana akhirnya terjadi
keseluruhan interaksi antara sifat-sifat aroma, rasa dan tekstur sebagai
keseluruhan rasa makanan yang dinilai (Nasution,1980). Hasil skor rata-rata
analisis uji hedonik untuk komponen rasa adalah 4,33 yaitu para panelis sangat
menyukai dodol wortel ini. Pemasakan dan pembuatan cairan santan perlu
diperhatikan karena santan dalam produk dodol merupakan faktor pembentuk
citarasa dan aroma khas dodol. Bila santan terlalu masak dodol akan mengandung
minyak yang tinggi sehingga akan cepat tengik, sedangkan bila kurang masak
akan mengurangi aroma dan citarasa dodol.
4.1.3 Warna
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan dodol berwarna orange
kecoklatan (+1). Semakin banyak tanda (+) menunjukkan bahwa warna dodol
wortel ini semakin gelap, hal ini disebabkan oleh penggunaan api yang terlalu
besar selama pemasakan. Dalam proses pembuatan dodol, gula akan mengalami
pemanasan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini berakibat pada
menurunnya kadar gula yaitu sukrosa, sehingga akan terjadi reaksi pencoklatan
non enzimatik yaitu karamelisasi, dimana gula pasir ini berubah menjadi molekul
fruktosan (Winarno, 1992). Menurut Hodge dan Ozman (1976), pada produk-
produk yang diberi penambahan gula, bila dilakukan pemanasan yang lebih lama
maka akan terjadi proses karamelisasi yaitu reaksi pencoklatan non enzimatik.
Karamel yang terbentuk selama pemanasan memberi warna coklat pada produk
pangan. Namun, warna coklat yang terdapat pada dodol wortel ini tidak secoklat
warna dodol pada umumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh warna asli
dari wortel yang mengandung beta-karoten cukup tinggi.
Daya tarik suatu jenis makanan dipengaruhi oleh warna dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam mutu produk (Nasution dkk, 2006). Pada
tabel hasil uji hedonik terlihat bahwa warna dodol wortel rata-ratanya adalah 4,26
(sangat suka). Hal ini disebabkan oleh panelis yang lebih menyukai warna dodol
pada umumnya yaitu coklat dimana warnanya lebih mendekati warna dodol pada
umumnya.
4.1.4 Aroma
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan, dodol wortel memiliki
aroma khas dodol, hal ini disebabkan oleh penggunaan komposisi yang tepat
sehingga menghasilkan aroma yang baik. Aroma wortel sama sekali hilang pada
dodol wortel ini dimana aromanya tertutupi oleh aroma santan dan gula yang
mengalami karamelisasi. Menurut Winarno (1992), karamelisasi disebabkan oleh
reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer atau pemakaian suhu tinggi
pada sukrosa. Pencoklatan ini sengaja dibuat untuk menimbulkan aroma dan cita
rasa yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astawan et.al. (2004),
bahwa gula pasir dan gula merah pada pembuatan dodol dapat berperan sebagai
penambah citarasa, pembentukan aroma, tekstur, dan pengawet.
Tabel hasil uji hedonik terlihat bahwa aroma dodol wortel rata-ratanya
adalah 3,33 (agak suka) hal ini disebabkan oleh panelis yang lebih menyukai
aroma khas dodol yang lebih tajam, walaupun terdapat beberapa panelis yang
mengharapkan adanya aroma wortel pada dodol wortel ini.
4.1.5 Kekenyalan
Produk dodol memiliki kekenyalan yang mudah dikunyah dan ditelan,
namun tidak terlalu keras. Penampakan seperti ini dipengaruhi oleh lemak yang
berasal dari santan dan margarin serta hasil dari proses gelatinisasi. Pada
pengadukan pertama ditambahkan tepung beras dan tepung ketan, selain terlibat
proses gelatinisasi kedua tepung ini juga sebagai pemberi tekstur, kekentalan dan
palatabilitas produk. Namun pada penambahan tepung ketan jangan terlalu banyak
agar dodol yang didapatkan tidak terlalu keras. Tekstur bubur wortel yang berserat
tidak begitu berpengaruh pada penampakannya karena adonan yang terbentuk
sudah homogen dengan proses pengadukan yang cukup. Berdasarkan rata-rata
hasil uji hedonik terhadap tekstur pada percobaan diperoleh hasil 2,53. Hal ini
dikarenakan terdapat kesalahan prosedur pada penambahan margarin yang
berlebih, volume santan juga mempengaruhi tekstur dodol yang dihasilkan,
semakin banyak volume santan yang ditambahkan maka tekstur dodol akan
lembek. Lamanya pemasakan mempengaruhi tekstur pada dodol, waktu membuat
dodol biasanya 2-3 jam, apabila pemasakan kurang lama maka dodol kurang
matang, tekstur tidak kalis. Pembungkusan dilakukan setelah dingin dan disimpan
ditempat tertutup agar dodol tetap kenyal seperti semula.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dodol wortel berwarna oren kecoklatan (+1).
2. Pada tabel hasil uji hedonik terlihat bahwa warna dodol wortel rata-ratanya
adalah 4,26 yang artinya rata-rata panelis menyukai dari warna dodol
wortelnya.
3. Dodol wortel setelah pengolahan memiliki aroma khas dodol.
4. Pada tabel hasil uji hedonik terlihat bahwa aroma dodol wortel rata-
ratanya adalah 3,33 yang artinya rata-rata panelis agak suka dengan aroma
dari dodol wortel.
5. Rasa dari dodol wortel ini setelah diolah mempunyai kemanisan +3.
6. Pada uji hedonik menunjukan bahwa rasa dodol wortel ini rata-rata 4,33
yang artinya rata-rata dari panelis suka dengan rasa dari dodol wortel ini.
7. Tekstur dari dodol wortel ini setelah diolah ternyata lunak +4.
8. Pada uji hedonik menunjukan bahwa tekstur dari dodol wortel ini rata-rata
2,67 yang artinya rata-rata dari panelis tidak suka dengan tekstur dari
dodol wortel ini karena teksturnya yang terlalu lembek.
9. Berdasarkan uji hedonik kekenyalan dari dodol wortel ini rata-rata 2,53
yang artinya bahwa rata-rata dari paenlis tidak menyukai dengan
kekentalan dari dodol wortel ini.
10. Penambahan tepung ketan jangan terlalu banyak agar dodol yang
didapatkan tidak terlalu keras dan volume santan juga mempengaruhi
tekstur dodol yang dihasilkan, semakin banyak volume santan yang
ditambahkan maka tekstur dodol akan lembek.
11. Bila santan terlalu masak dodol akan mengandung minyak yang tinggi
sehingga akan cepat tengik, sedangkan bila kurang masak akan
mengurangi aroma dan citarasa dodol.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum memulai praktikum, praktikan lebih memahami
terlebih dahulu prosedur yang akan dilakukan dan memahami setiap detil dari
setiap penambahan bahan-bahan pada pembuatan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H Fleet and M. Wootton., 1987. IlmuPangan.
Penerjemah H. PurnomodanAdiono.UI-Press, Jakarta.
Hodge, J.E. dan E.M. Ozman. 1976. Carbohydrates. In O.R. Fennema (ed). Food
Chemistry (Vol. I). p. 41. Marcel Dekker, Inc. New York and Basel
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta