Rencana kegiatan pertambangan Zirkon yang akan dilakukan oleh PT. Zirkon
Zaman Now Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Murung Raya No.
188.45/78/2010 tanggal 20 April 2010, yang berlokasi di Kecamatan Laung Tuhup dan
Tanah Siang, Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah seluas 21.300
Hektar. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan, maka dokumen studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) yang terdiri dari dokumen Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), dokumen Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL), serta dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (RKL-RPL).
Penyusunan dokumen KA-ANDAL ini dibuat untuk memformulasikan empat
hal pokok, yaitu; mengkonfirmasikan ketepatan dalam penentuan wilayah studi
ANDAL, memformulasikan isu pokok lingkungan dari rencana kegiatan,
mengkonfirmasikan ketepatan dalam penentuan titik sampling, serta
mengkonfirmasikan tentang penggunaan metode perkiraan dan evaluasi dampak
penting yang akan digunakan dalam studi ANDAL.
Penyusunan dokumen ANDAL ini mengikuti ketentuan didalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup. Kami selaku Pimpinan PT. Zirkon Zaman Now
Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
memberikan bantuan dan pengarahan. Semoga dokumen KA-ANDAL ini dapat
bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Pantun Maruly
Kuasa Direktur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.3. Alasan Dokumen AMDAL Dinilai Oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi
Kalimantan Selatan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 Tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan telah mengamanatkan pada Pasal 19 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/kota yang tidak memiliki lisensi, penilaian
dokumen AMDAL yang menjadi kewenangannya dilakukan oleh Komisi Penilai
AMDAL Provinsi. Oleh sebab itu, dokumen AMDAL PT. Zirkon Zaman Now
Indonesia yang berada di wilayah Kabupaten Murung Raya akan dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Tahap Konstruksi
Secara umum, tahap persiapan konstruksi dari usaha pertambangan
akan dibagi menjadi:
1. Pengadaan Alat dan Bahan
Pada tahap ini ditentukan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan konstruksi dari pertambangan. Bahan yang akan digunakan
adalah pipa-pipa untuk sistem perpipaan, aspal untuk perkerasan jalan, dan
sebagainya. Alat yang digunakan adalah Alat Pengaman Diri untuk para
pekerja, Alat-alat berat untuk membangun fasilitas dan infrastruktur, dan
lain-lain.
2. Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Pembukaan lahan ini merupakan aktivitas pembebasan/pembersihan lahan
melalui kegiatan pembabatan hutan, pepohonan, dan segala jenis tumbuhan
pada suatu lahan yang selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan
konstruksi sebagai awal tahap persiapan penambangan.
3. Manajemen Tanah
Manajemen tanah terdiri dari dua hal yaitu metode pengupasan dan
pemindahan top soil.
a. Pengupasan tanah pucuk
Tanah pucuk atau yang biasa disebut top soil merupakan lapisan tanah
penutup yang paling atas. Lapisan tanah ini memiliki kandungan unsur
hara (seperti humus) yang cukup tinggi yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya vegetasi. Oleh karena itu pada tahap penimbunan
(dumping), jenis tanah ini dipisahkan dari yang lain (OB/IB) karena
pada akhir / penutupan tambang, tanah ini dipergunakan pada tahap
reklamasi.
b. Pengangkutan tanah pucuk
Setelah tanah pucuk dikupas, tanah ini kemudian dimasukkan ke
dalam dump truck untuk dipindahkan sementara ke suatu tempat.
Tanah pucuk ini akan digunakan untuk revegetasi lahan pertambangan
setelah proses penambangan selesai.
4. Pembangunan Fasilitas dan Infrastruktur
Pembangunan fasilitas dan infrastrukur adalah tahap pembangunan segala
infrastruktur dan fasilitas yang menunjang aktivitas penambangan, seperti
kantor, perumahan bagi para pekerja, stasiun bahan bakar,
bengkel/workshop, jalan sebagai akses ke pertambangan yang dilakukan
setelah aktivitas pembukaan lahan.
3. Tahap Operasi
Tahap operasi yang berlangsung pada pertambangan zirkon adalah
mining. Untuk proses penambangan zirkon digunakan excavator untuk
menggali pasir karena zirkon relatif lunak sehingga dapat diatasi oleh gigi
gigi gali excavator. Zirkon dimuat dengan menggunakan excavator yang lebih
kecil dibandingkan overburden. Zirkon kemudian akan dimuat ke dalam dump
truck dan diangkut menuju stock pile. Dari stock pile, Zirkon akan dibawa
menuju gudang supplier dengan menggunakan truk gandeng.
Peledakan
Urutan pengerjaan peledakan dimulai dari membuat lubang tembak
dengan cara melakukan pemboran jenjang secara vertikal dengan mesin bor.
Setelah lubang tembak tersedia, peledak primer yang sudah dirangkai dengan
detonator dimasukkan ke dalam lubang tembak sebelum truk pengangkut
bahan peledak datang ke lokasi dan mengisi lubang tembak tersebut dengan
bahan peledak. Operator di lapangan terus memantau pengisian lubang tembak
dengan bantuan tali yang dimasukkan ke dalam untuk indikator ketinggian
bahan peledak yang sudah masuk ke dalam lubang tembak. Setelah itu material
sisa hasil pengeboran dimasukkan ke dalam lubang tembak sebagai steming.
Pemuatan
Pada overburden, proses pemuatan material menggunakan excavator yang
lebih besar dibandingkan dengan zirkon. Proses pemberaian overburden
sebagian besar menggunakan peledakan. Material hasil peledakan dimuat ke
dalam dump truck dengan menggunakan excavator, akan tetapi pada jenjang
tertentu digunakan excavator yang disebutkan di atas. Excavator dengan
kapasitas besar hanya dapat bekerja optimum pada lapisan yang relatif datar.
Penanganan overburden berbeda dengan zirkon. Pada overburden, alat angkut
yang digunakan memiliki kapasitas yang lebih besar.
Penimbunan
Penimbunan overburden tidak bisa menggunakan metode yang
sembarangan. Kestabilan lereng penimbunan harus diperhatikan. Tambang
yang direncanakan menggunakan metode backfilling pada sistem
penambangannya. Maka dari itu, overburden yang ditimbun akan diambil
kembali untuk selanjutnya ditimbun pada area lain saat akan menambang blok
berikutnya. Hal ini bertujuan agar tidak terlalu besar bukaan dari hasil kegiatan
penambangan.
Ekskavasi Zirkon
Setelah lapisan zirkon terekspose, maka proses pengupasan overburden
oleh excavator berkapasitas besar selesai. Kemudian pengambilan zircon
dilakukan oleh alat berkapasitas kecil. Hal ini dilakukan karena lapisan pasir
relatif tipis sehingga tidak efisien jika digunakan loader berkapasitas besar.
Pemuatan
Alat yang digunakan dalam penanganan zirkon relatif lebih kecil
dibandingkan dengan overburden hal ini dikarenakan penerapan selective
mining dan clean mining. Diterapkannya selective dan clean mining tidak lepas
dari lapisan zircon yang terdapat di area tambang. Dalam proses pemuatan
zircon ke dalam alat angkut, digunakan excavator yang lebih kecil.
Pengangkutan
Untuk pengangkutan Zirkon digunakan dump truck. Sedangkan untuk
mengangkut Zirkon dari stock pile ke gudang supplier, digunakan truk
gandeng yang sering disebut dengan dolly.
2.2.1.1. Iklim
Komponen Iklim
Data iklim didapat dari stasiun BMG kota Murung Raya 2017 yang meliputi suhu
udara kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, dan keadaan angin.
a. Tipe Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (Wisnu Broto et all, 1983) tipe iklim
di wilayah sekitar lokasi kegiatan adalah tipe B (basah).
b. Suhu Udara
Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota
Murung Raya, 2014) suhu udara rata-rata berkisar antara 23,9C 24,5C. Suhu
minimum terendah tercatat 17,9C pada bulan Juli. Suhu maksimum tertinggi
tercatat 29,44C terjadi pada bulan September. Untuk lebih jelasnya mengenai
suhu.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara erat kaitannya dengan suhu udara, apabila suhu udara tinggi,
maka kelembaban udara akan turun atau sebaliknya. Untuk wilayah sekitar lokasi
kegiatan, kelembaban rata-rata terendah 69,4% yang terjadi pada bulan Agustus,
sedangkan kelembaban rata-rata tertinggi 88,8% terjadi pada bulan Januari. Untuk
lebih jelasnya kondisi kelembaban udara rata-rata dari tahun 2013-2017.
d. Curah Hujan
Curah hujan yang terjadi berkisar antara 41,54 mm sampai dengan 302,86 mm.
Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan November. Untuk lebih jelasnya data mengenai curah hujan rata-
rata antara tahun 2013-2017 .
e. Hari Hujan
Hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebanyak 4 hari, sedangkan hari
hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 25 hari. Untuk lebih jelasnya kondisi
hari hujan rata-rata dari tahun 2013-2017
f. Keadaan Angin
Kecepatan angin rata-rata bulanan 4 knot, sedangkan angin terbesar 13,2 knot yang
terjadi bulan Oktober 2017, secara umum berarah ke Barat.
Kualitas Udara
Untuk mengetahui rona lingkungan kualitas udara di lokasi kegiatan akan
dilakukan pengukuran kualitas udara yang kemudian dianalisis di laboratorium
rujukan. Sedangkan baku mutu digunakan Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan sesuai dengan 4 arah mata angin
akan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur Sound Level Meter.
2.2.1.2. Fisiografi
Batas Wilayah
Kecamatan Padalarang terdiri dari 10 Desa, yaitu:
1. Campakamekar Luas : 441 Ha
2. Tagogapapu Luas : 471 Ha
3. Ciburuy Luas: 390 Ha
4. Padalarang Luas: 517 Ha
5. Kertamulya Luas : 305 Ha
6. Jayamekar Luas: 457 Ha
7. Kertajaya Luas: 372 Ha
8. Cipeundeuy Luas: 579 Ha
9. Cimerang Luas: 541 Ha
10. Laksanamekar Luas : 472 Ha
Daerah perencanaan yang akan digunakan sebagai tambang zirkon berada di daerah
Murung Raya.
2.2.1.3. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian menunjukkan urutan batuan yang terdapat di
daerah tersebut. Menurut Koesoemadinata & Hartono (1981) pada Dam (1994),
stratigrafi umum Cekungan Murung raya.
2.2.1.5. Hidrologi
Rona lingkungan hidup yang distudi meliputi: kualitas dan kuantitas air
permukaan, kualitas dan kuantitas air tanah, air larian (run off).
Hidrogeologi
Berdasarkan telaahan data sumur bor dan interpretasi geolistrik yang dilakukan
Direktorat Geologi Tata Lingkungan (2000), maka pada daerah penelitian terdapat 2
sistem akuifer, yaitu: (1) Akuifer dangkal (tak tertekan), dengan kedalaman akuifer 1,2-
22,5 m dan kedalaman sumur bor mencapai 30 m di bawah muka tanah (bmt) yang
berasal dari Formasi Kosambi dan Formasi Cibeureum; (2) Akuifer dalam (semi
tertekan-tertekan), dengan kedalaman akuifer 35-150 m bmt. Penyebaran sumurbor
paling banyak adalah pada batuan Formasi Cibeureum (gambar peta muka airtanah
Bandung, peta hidrogeologi Bandung).
Berdasarkan Juanda (1995), daerah penelitian merupakan daerah dengan
kerucut penurunan muka air tanah yang sangat mencolok hingga 30 m dan termasuk
ke dalam zona I konservasi airtanah Bandung. Secara geohidrologi, sebagian besar
daerahnya merupakan daerah resapan air dengan akuifer produktif sedang penyebaran
luas dan kecil penyebaran setempat serta akuifer produktif setempat. Namun, akibat
pemanfaatan ruang, terutama untuk pertambangan yang berlebihan yang kurang
memerhatikan asas konservasi dan kelestarian lingkungan hidup, kawasan tersebut
rusak dengan cepat.
Kondisi Fisik Daerah Resapan Air Permukaan dan Air tanah
Kondisi fisik daerah resapan air permukaan merupakan daerah dengan
koefisien permeabilitas rendah karena merupakan daerah dengan tanah lempung
(lanau) berpasir.
Kualitas Air Permukaan
Ada beberapa alternatif sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih
untuk daerah perencanaan pertambangan Zirkon antara lain :
a. Sungai Cilimus yang berasal dari mata air cilamus, dengan debit 0.04
m3/detik.
Sumber air yang digunakan adalah sungai Cisudimampir,karena yang jaraknya
paling dekat dengan dari lokasi perencanaan 5 Km dan debit yang ada cukup besar
untuk memenuhi kebutuhan pertambangan.
Air permukaan yang berfungsi sebagai badan penerima limbah cair kegiatan
penambangan Zirkon adalah saluran air buangan yang kemudian bermuara ke sungai
Cisudimampir. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, saluran Cisudimampir
termasuk kelas II.
Tabel 2.3 Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Cengkang
Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu
Zat padat tersuspensi Mg/ L 213 50
Ph - 6.7 69
Detergent sebagai Mg/ L 2.35 200
MBAS
Minyak dan lemak Mg/ L 1.91 1000
BOD Mg/ L 1580 3
COD Mg/ L 2788.41 25
Sumber: Data primer, Hasil Analisa Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan,
1 Maret 2009
Baku Mutu: Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001, kelas II
Berdasarkan hasil analisa di atas parameter yang melebihi Baku Mutu adalah
zat padat tersuspensi, BOD dan COD, hal ini disebabkan oleh kegiatan domestik dari
hulu saluran tersebut.
Dari tabel tersebut dapat dilihat, bahwa analisa kualitas air sumur penduduk
parameter yang melebihi baku mutu adalah Besi (Fe), Mangan (Mn), dan zat organic
(KMnO4), hal ini dipengaruhi oleh sifat tanah setempat dan kemungkinan dari limbah
domestik di sekitar lokasi kegiatan. Sedangkan sumur di lokasi kegiatan parameter
yang melebihi baku mutu adalah Kekeruhan, Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Hal ini
dipengaruhi oleh sifat tanah di sekitar lokasi kegiatan.
Kuantitas Air Tanah
Air tanah dangkal diketahui berdasarkan pengamatan sumur gali penduduk
muka air tanah berkisar antara 1,1-30 m bmt namun pada daerah dengan pengambilan
intensif, muka air tanah memiliki kedalaman 34,5 m bmt dan 69,5 m bmt. Air tanah
dalam diketahui berdasarkan pengamatan pada sumur produksi, sumur pantau dan
survey geolistrik. Kedalaman sumur bor berkisar antara 60-200 m dengan muka air
tanah berkisar antara 1,1-70 m bmt.
Air Larian
Adanya penambangan pasir mengakibatkan adanya air larian (run off),
walaupun kuantitas air larian sebelum dan sesudah ada kegiatan relatif sama. Adapun
penghitungan air larian adalah sebagai berikut:
- Areal penambangan : 15 Ha
- Curah hujan rata-rata : 172,20 mm (R24)
- Duration hujan : 2 jam (t)
- Run off coeffisien : 0,80 (C)
Rumus yang dipakai untuk menghitung intensitas curah hujan adalah DR. Monorabe:
i = 29,85 m3/ dt/ ha
Debit limpahan air hujan yang jatuh pada areal Pasar Andir dipakai rumus metode
rasional:
Qp = K.C.I.A
Qp = Debit puncak banjir
K = Faktor konveksi = 0,00278
C = Koefisien pengaliran = 0,8
I = Intensitas curah hujan = 29,85
A = Luas areal penambangan = 15 Ha
Maka, debit puncak banjir (Qp) sebesar 0,995 m3/ dt.
Dari pengukuran air larian ini didapat debit yang dihasilkan dari suatu kegiatan untuk
menentukan jumlah debit air aliran yang mempengaruhi aliran sungai terdekat.
1 Burung Gereja
2 Semut
3 Capung
4 Tikus
5 Kucing
6 Lalat
7 Anjing
8 Cacing
Pekerjaan Responden
Seperti halnya pendidikan, pekerjaan juga mempunyai hubungan dengan pendapat
seseorang terhadap sesuatu hal. Untuk melihat pekerjaan responden, datanya disajikan
dalam Tabel 2.12.
Pensiunan 4
Total 100
< 500.000 4
500.000 750.000 32
750.000 1.000.000 44
>1.000.000 20
Total 100
Data di atas menunjukkan bahwa lebih dari 44% reponden mengeluarkan biaya
hidup berkisar antara 750.000 1.000.000 sebulan. Jumlah tersebut sama dengan
jumlah penghasilan responden pada setiap bulannya. Hal ini berarti bahwa warga
masyarakat yang ada di lokasi proyek mampu mengatur penghasilan dengan baik,
sehingga apa yang dikeluarkan untuk kepentingan rumah tangga sesuai dengan apa
yang diperolehnya. Hal ini merupakan nilai positif yang perlu diperkuat, sehingga
merka tidak hidup dalam budaya konsumtif yang akan menjebak mereka pada pola
hidup besar pasak dari pada tiang yang pada umumnya dimiliki oleh orang-orang kota.
Tabel di bawah akan menunjukkan sebagian besar sumber utama air responden yang
dikonsumsi berasal dari sumur bor dan membeli. Hal ini berarti di lokasi proyek
tersebut belum ada saluran air dari PAM. 36 % responden menyatakan bahwa sumber
air minumnya diperoleh dengan cara membeli, baik air mineral dalam kemasan atau
dari penjual air dorong dari PAM.
Sumur gali 1 4
Membeli 9 36
Total 25 100
Hal ini disebabkan oleh kondisi air di lokasi proyek yang tidak layak untuk
diminum. Berikut gambaran kondisi air di lokasi proyek yang disajikan di dalam Tabel
2.17.
Baik 1 4
Valid Berbau 20 80
Berwarna 4 16
Total 25 100
Sumur gali 2 8
Valid
Sumur bor 23 92
Total 25 100
Kebutuhan Air
Frekuensi Persentase (%)
Bersih Responden
Cukup 3 12
Valid
Kurang 22 88
Total 25 100
Sistem Pembuangan
Frekuensi Persentase (%)
Air Kotor
Drainase kota 1 4
Valid
Disalurkan ke kali 24 96
Total 25 100
Total 25 100
Total 25 100
Wilayah Banjir
Setengah dari responden menyatakan bahwa di wilayahnya sering terjadi
banjir. Berdasarkan hasil observasi lapangan bahwa saluran air pembuangan yang ada
memang kecil dan tidak ada tanah kosong untuk penyerapan air, sehingga run off
menjadi tinggi dan meluber dari saluran air yang ada lalu masuk ke rumah penduduk.
2.3. Pelingkupan
2.3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat
adanya rencana kegiatan di lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini
adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen rencana kegiatan
dengan komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh
tim pelaksana kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua
dampak mungkin saja terjadi atau situasi terburuk. Dengan demikian,
segala macam dampak yang terpikir akan dicatat. Beberapa alat bantu
yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dampak potensial di
antaranya adalah sebagai berikut :
Checklist
Matriks
Bagan alir
Alat bantu yang paling mudah dan sering digunakan adalah
matriks. Matriks digunakan untuk menunjukkan interaksi antara
komponen kegiatan dengan komponen lingkungan hidup di lokasi
kegiatan. Hal ini dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari tahap
identifikasi rona lingkungan awal dan deskripsi rencana kegiatan.
Matriks disusun dengan menempatkan komponen kegiatan dan
komponen lingkungan, masing-masing, pada satu sisi pada matriks.
Untuk mengisi ruang dalam matriks, isi masing-masing baris
disandingkan dengan isi masing-masing kolom. Jika diperkirakan terjadi
interaksi antara kedua komponen tersebut,maka sel akan diisi dengan
suatu tanda. Sedangkan jika tidak terdapat interaksi, maka sel dibiarkan
kosong.
Gambar di belakang ini merupakan matrix yang disusun untuk
mengidentifikasi dampak potensial.
tanah
tanah
KIMIA
Getaran
Kualitas
GEOFISIK
Kestabilan
kesuburan
Kebisingan
KOMPONEN
Kualitas udara
dan
-
LINGKUNGAN
Survey lapangan
Pembebasan lahan
PRA KONSTRUKSI
Pengadaan alat dan bahan
Pembukaan lahan
Pembangunan akses jalan
KONSTRUKSI
Pembangunan fasilitas dan
infrastruktur
Pemuatan overburden
Penimbunan
OPERASI
Ekskavasi pasir
Pemuatan pasir
Pengangkutan
Revegetasi
Pemindahan peralatan
Penutupan tambang
PASCA OPERASI
Pemantauan
Hidrologi
Hidrogeologi
Kualitas air
Fisiografi
Geologi
Tata ruang
BIOLOGI
Flora
Fauna
SOSIAL,
EKONOMI,
BUDAYA
Demografi
Perubahan
mata
pencaharian
Kesempatan
kerja
Konflik sosial
Persepsi sikap
masyarakat
Keamanan
dan ketertiban
umum
Pola
kepemilikan
lahan
Kesehatan
masyarakat
Bertambahnya Perubahan
Jumlah Penduduk pendapatan Naiknya Terjadinya Terganggunya Terganggunya
bulanan pendapatan Kesenjangan Sosial ketertiban umum keamanan
masyarakat penduduk
Bertambahnya
kepadatan wilayah
Terganggunya Kenyamanan
Naiknya citra masyarakat
daerah
Pembebasan Lahan
Terganggunya Kenyamanan
masyarakat
2.3.1.2. Konstruksi
KONSTRUKSI
Penurunan
kualitas air
Meningkatnya
polusi udara di
daerah
Peningkatan Kesehata
Sedimentasi n
Persepsi
Masyarak
2.3.1.3. Operasi
OPERASI
Peningkatan debu
di kawasan
Penurunan pertambangan
Keanekaragama
Konsentrasi
n flora dan fauna
pencemar
meningkat Penurunan Terganggunya
Peningkatan Peningkatan
kesehatan flora dan fauna
Run-off Kebisingan
masyarakat
terganggu
Meningkatnya
Kenyamanan Terganggunya polusi udara di
masyarakat flora dan fauna daerah
Peningkatan Penurunan terganggu permukiman Timbulny
Erosi kualitas Air a Getaran
sungai
Peningkatan Kesehatan
Sedimentasi Masyarakat
2.3.1.4. Pasca Operasi
PASCA OPERASI
PENUTUPAN TAMBANG
PEMANTAUAN
REVEGETASI
Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan dampak
lingkungan suatu rencana kegiatan, yaitu :
2.4.1. Batas proyek
Batas proyek merupakan lokasi di mana seluruh komponen rencana
kegiatan akan dilakukan, terutama komponen yang menjadi sumber
dampak. Batas proyek ditetapkan berdasarkan batas kepemilikan lahan yang
dimiliki oleh pemrakarsa. Berikut adalah peta batas proyek pertambangan
pasir tersebut.
2.4.2. Batas ekologis
Batas ekologis ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana proses
alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar.. Batas ekologis ini mengarah pada
penentuan lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan analisis
persebaran dampak.
Berikut adalah batas ekologis dari proyek pertambangan pasir.
Batas tersebut ditentukan berdasarkan kecepatan dan pola arah
aliran angin terhadap pola vegetasi dan kontur lahan sekitar tambang
sehingga dapat berpengaruh terhadap pemukiman sekitar. Selain itu batas
ekologis ini juga ditentukan berdasarkan pola arah aliran sungai dan
penggunaan air baku sungai yang ada di sekitar lokasi proyek tambang
Zirkon.
2.4.3. Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang di mana masyarakat yang terkena
dampak limbah emisi atau kerusakan lingkungan. Batas sosial ini
dipengaruhi identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak sosial,
ekonomi, dan kesehatan masyarakat
Berikut adalah peta batas sosial proyek tambang pasir.
2.4.4. Batas administratif
Batas administratif merupakan ruang di mana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang
tersebut.
BAB III
METODE STUDI
Dominansi (m2/Ha)
Frekuensi
Jumlah petak terisi suatu jenis
F=
Jumlah petak contoh seluruhnya
Rumus diatas digunakan untuk menghitung Nilai Dominansi (SDR) dan Indeks
Nilai Penting (INP). Nilai dominansi dengan menggunakan persamaan :
FR + DR + KR
SDR (%) =
3
INP = KR + DR + FR
- ni ni
H = Log
N N
dimana :
H = Indeks Keanekaan Shannon
ni = Jumlah individu dari jenis i
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis
2C
S=
A+B
dimana :
S = Indeks kesamaan Sorensen
A = Jumlah jenis yang ada pada daerah A
B = Jumlah jenis yang ada pada daerah B
C = Jumlah jenis yang ada pada daerah A dan B
Analisis data :
Ni
Di = x 100
N
dimana :
Di = Indeks kelimpahan dari jenis i
Ni = Jumlah individu dari jenis I
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis
penilaian :
a. Jenis dominan lebih dari 5%
b. Sub dominan 2% - 5%
c. Tidak dominan 0% - 2%
- ni ni
H = Log
N N
dimana :
H = Indeks Keanekaan Shannon
ni = Jumlah individu dari jenis i
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis
2C
S=
A+B
dimana :
S = Indeks kesamaan Sorensen
A = Jumlah jenis yang ada pada daerah A
B = Jumlah jenis yang ada pada daerah B
C = Jumlah jenis yang ada pada daerah A dan B
3.1.3 Hidrologi
Komponen hidrologi yang dianalisis meliputi kualitas dan kuantitas air
permukaan serta kondisi fisik dan kualitas air tanah.
a. Air Tanah
Pengamatan kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali. Data diperoleh
dari hasil data sekunder. Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur
penduduk di daerah proyek dan sekitarnya. Analisis kualitas air tanah dangkal
dilakukan dengan metoda seperti pada Tabel 3.2. Parameter kualitas air tanah
tersebut dibandingkan dengan baku mutu.
b. Air Permukaan
Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia dan biologi air
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Pencemaran Air untuk menentukan status mutu air bagi peruntukan tertentu dan baku
mutu yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah (Tabel
3.3). Contoh air diambil dengan menggunakan "botol sampler". Penentuan lokasi
titik sampel air didasarkan pada lokasi sumber air baik air permukaan maupun air
tanah yang akan digunakan untuk kegiatan dan operasional PLTU dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Tabel 3.2
Metoda Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk
A. FISIKA
1 Bau - Pengamatan
2 Zat padat Terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik/Timbangan Analitik
NTU
3 Kekeruhan Turbidimeter
B. KIMIA
1 pH - Pengukuran/pH meter
2 Besi (Fe) mg/L Spektrofotometrik/AAS
3 Chlorida (Cl) mg/L Titrimetrik/Buret
4 Mangan (Mn) mg/L Spektrofotometrik/AAS
5 Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
6 Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
7 Sulfat (SO4) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
8 Zat organik (KMnO4) mg/L Titrimetrik/buret
9 Flourida (F) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
10 Kesadahan (CaCo3) mg/L Tritrimetri/Buret
11 Detergent mg/L Metode MBAS
12 Zat Organik mg/L Titrasi Permanganometri
13 Sisa Klor mg/L Titrasi Argentometri
No Parameter Satuan Metoda/Peralatan
14 C. MIKROBIOLOGI
15 Koli Fekal MPN/100 ml Pengenceran/tabung fermentasi
16 Total koli MPN/100 ml Pengenceran/tabung fermentasi
Tabel 3.3
Metoda Kualitas Air Sungai
Fisik
1. Suhu Air C Termometer
2. Zat padat tersuspensi mg/l Gravimetrik, dry weight
3. Daya Hantar Listrik umhos/cm SCT-meter
4. pH - pH meter digital
Kimia
6. COD mg/l Permangometrik
7. BOD5(20C) mg/l Winkler, Titrimetrik
8, Minyak & Lemak mg/l Ekstraksi-Soxhlet
Metoda Perhitungan:
Perhitungan Debit
Pengukuran debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.
Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sampel
kualitas air sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas
sungai di daerah studi. Pendekatan persamaan empirik digunakan untuk
memperkirakan debit sesaat sungai (Sostrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu:
Q = k x A x V
dimana :
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas penampang sungai (m2)
V = Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)
k = Faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran sungai
Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air
dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai.
Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air
sungai dengan menggunakan pelampung permukaan, selanjutnya
dibandingkan dengan data sekunder.
Air Larian
Perkiraan kenaikan air larian disebabkan oleh pendirian suatu bangunan di
lahan tertentu, hal ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Q = ( CR - CP ) I A
dimana :
Q = Debit aliran (m3/hari-hujan)
I = Intensitas hujan (m/hari-hujan)
A = Luas seluruh daerah bangunan (m2)
CR = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
CP = Koefisien air larian sebelum dibangun
Harga CR adalah :
(C1.a + C2.b + C3.c + ......)
CR =
(a + b + c)
dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan
2. Data Primer
Metoda pengumpulan data sosial yang digunakan adalah sebagai berikut :
A. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan metoda pengumpulan data primer pada
sejumlah responden terpilih melalui kegiatan wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan yang disebarkan kepada
beberapa sampel masyarakat secara merata di Kecamatan laung Tahup dan Tanah
Siang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait proyek pertambangan.
B. Wawancara mendalam (Indepth interview)
Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat, baik formal
maupun non formal dengan menggunakan pedoman wawancara.
C. Observasi/Pengamatan Lapangan
Observasi/pengamatan lapangan merupakan kegiatan pengamatan terhadap
obyek studi secara langsung.
3. Penarikan Sampel
Metoda penarikan sampel yang digunakan adalah metoda Stratified Random
Sampling.
Metoda Stratifield Random Sampling yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ni
ni = x n
N
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
i = strata ke i
Dalam memiilih metode yang tepat harus memilih, kelebihan dan kelemahan dari
tiap metode baik dari fungsi maupun cara kerjanya. Metode yang digunakan
perkiraan dampak penting terhadap kegiatan pertambangan zircon di Desa
nanokliwon, Cangkang, Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan
Saripoi, Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang. menggunakan metode
Checklist Sederhana karena metode ini dianggap paling mudah, dan dapat
menghemat waktu. Pada dasarnya berbentuk daftar dari komponen lingkungan
yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan ataupun merugikan
terhadap tahapan pembangunan yaitu :
a. Tahap Pra-Konstruksi
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Operasi
d. Tahap Pasca-Operasi
Berdasarkan tabel checklist tersebut dapat pula disusun suatu daftar dampak
lingkungan proyek yang dikelompokkan ke dalam tingkatan pembangunan proyek
dengan uraiannya agar dapat dilihat urutan dari dampak sebagai berikut:
a. Tahap Pra-Konstruksi
Dampak pada tahap ini termasuk ke dalam dampak saat pembebasan
lahan, penjelasan terhadap dampak terhadap tiap komponennya telah
dijelaskan pada bab 2.3
b. Tahap Konstruksi
Pengadaan alat dan bahan, pembukaan lahan, pembangunan lahan ,
pembangunan akses jalan dan pembangunan fasilitas infrastruktur
adalah pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan dampak penting
dan besar.
c. Tahap Operasi
Pada tahap ini banyak sekali pekerjaan yang dapat menimbulkan
dampak besar dan penting, antara lain adalah Pengupasan lahan pucuk,
pengangkutan tanah pucuk, pengeboran, pemuatan overburden,
penimbunan, ekskavasi zircon dan pemuatan zircon. Dampak yang
ditimbulkan sebagian besar berpengaruh kepada kesehatan masyarakat,
dan kenyamanan.
d. Tahap Pasca Operasi
Proses yang termasuk ke dalam tahap ini sebagian besar menimbulkan
dampak yang positif terhadap komponen lingkungan, seperti revegetasi,
namun terdapat juga dampak negatifnya antara lain adalah pada saat
pemindahal alat-alat.
Proses penentuan dampak yang akan terjadi dilihat dari berbagai macam
perspektif, seperti :
a. Proses kegiatannya
Proses kegiatan sangat menentukan seberapa luas dampak akan tersebar
b. Alat-alat yang digunakan
c. Lama pekerjaan
Komponen Lingkungan yang dikaji adalah :
a. Komponen Geofisik-Kimia
b. Komponen Biologi
c. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya
4.1 Pemrakarsa
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa perencanaan
penambangan zircon di Kecamatan Padalarang, Kota Bandung, yaitu:
Nama Proyek : Pembangunan Pertambangan Zircon Desa
nanokliwon, Cangkang. Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan
Saripoi, Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang Propinsi Kalimantan
Tengah.
Pemilik Proyek : PT. Zircon Zaman Now
Pemrakarsa : PT. Zircon Zaman Now
Alamat : Jln. Sangaji No. 06 RT/RW. 02/III Puruk Cahu,
Kal-Teng
4.2 Penyusun Studi Amdal
Sebagai penanggungjawab penyusunan studi ANDAL Pembangunan
Pertambangan Zircon di Padalarang adalah :
Nama Konsultan : PT Maju Mundur Bersama
Penanggung Jawab : Ayu Lusi Natallia
Alamat : Jl. G Obos V, Gg Sejahtera No. 126 Kal-Teng