Anda di halaman 1dari 75

KATA PENGANTAR

Rencana kegiatan pertambangan Zirkon yang akan dilakukan oleh PT. Zirkon
Zaman Now Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Murung Raya No.
188.45/78/2010 tanggal 20 April 2010, yang berlokasi di Kecamatan Laung Tuhup dan
Tanah Siang, Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah seluas 21.300
Hektar. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan, maka dokumen studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) yang terdiri dari dokumen Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), dokumen Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL), serta dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (RKL-RPL).
Penyusunan dokumen KA-ANDAL ini dibuat untuk memformulasikan empat
hal pokok, yaitu; mengkonfirmasikan ketepatan dalam penentuan wilayah studi
ANDAL, memformulasikan isu pokok lingkungan dari rencana kegiatan,
mengkonfirmasikan ketepatan dalam penentuan titik sampling, serta
mengkonfirmasikan tentang penggunaan metode perkiraan dan evaluasi dampak
penting yang akan digunakan dalam studi ANDAL.
Penyusunan dokumen ANDAL ini mengikuti ketentuan didalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup. Kami selaku Pimpinan PT. Zirkon Zaman Now
Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
memberikan bantuan dan pengarahan. Semoga dokumen KA-ANDAL ini dapat
bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

PalangkaRaya, 10 November 2017

Pantun Maruly
Kuasa Direktur
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Justifikasi Dilaksanakannya Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional. Hal ini terbukti dengan besarnya peranan sektor energi dan
sumber daya mineral sebagai penyedia sumber energi, sumber devisa, penerimaan
negara, sumber bahan baku industri, wahana alih teknologi, pendukung pengembangan
wilayah, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendorong pertumbuhan sektor lain.
Komoditi yang dihasilkan dari sektor ini masih memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional, menyumbang hampir mencapai 30% dari total pendapatan
negara. Perbaikan iklim investasi mutlak diperlukan guna terus mendukung fungsi
sektor energi dan sumberdaya mineral sebagai tulang punggung penggerak roda
ekonomi nasional dalam tahun-tahun mendatang, mengingat sumberdaya alam ini
sangat potensial dan bernilai ekonomi cukup tinggi. Pada saat yang bersamaan,
kewajiban manusia juga dibutuhkan untuk menjaga kelestarian fungsi dari sumberdaya
alam, sehingga pemanfaatannya dapat terlestarikan. Salah satu jenis kekayaan alam
tersebut adalah bahan galian yang ingin dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sektor pertambangan zirkon.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut dan dalam kerangka semangat
otonomi daerah yang sedang berjalan, maka Pemerintah Kabupaten Murung Raya
membuka diri sebesar-besarnya kepada investor yang berminat untuk memberdayakan
sumberdaya alam tersebut bagi kemaslahatan umum. Partisipasi pihak swasta yang
dalam hal ini berupa kegiatan penambangan batubara serta pengirimannya ke daerah
yang membutuhkan akan sangat menunjang program pemerintah dalam pemanfaatan
sumber daya alam untuk kepentingan pembangunan.
Sejalan dengan tujuan tersebut PT. Zirkon Zaman Now Indonesia adalah salah
satu perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Provinsi Kalimantan
Tengah. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Murung Raya No. 188.45/78/2010
tanggal 20 April 2010, yang berlokasi di Desa Nanokliwon, Cangkang, Muwun,
Tabulang, Olung Oru, Dirung Bakung, dan Saripoi, Kecamatan Laung Tuhup dan
Tanah Siang, Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah seluas 21.300
Hektar.
PT. Zirkon Zaman Now Indonesia sebagai salah satu perusahaan pertambangan
batubara di Kabupaten Murung Raya, berencana untuk mengembangkan usaha di
pertambangan zirkon, dimana melalui usaha ini diharapkan dapat memperluas
lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat sekitar lokasi tambang
melalui multiplier effect yang mengiringi berjalannya roda perekonomian masyarakat,
peningkatan sumber penerimaan bagi pemerintah daerah setempat melalui pajak dan
retribusi resmi yang telah diatur dan ditetapkan di dalam peraturan perundang
undangan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara dijelaskan bahwa di bidang pertambangan mineral dan batubara
disebutkan bahwa Pemerintah termasuk Pemerintah Kabupaten dapat mengelola dan
mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan,
berdaya saing, effisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan
nasional secara berkelanjutan.

1.1.2. Alasan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Dilengkapi AMDAL


Kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, serta Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan menjadi acuan keharusan
bagi setiap kegiatan penambangan yang tingkat produksinya produksinya > 1.000.000
ton/tahun dan/atau luas wilayah IUP-nya > 200 hektar diwajibkan untuk membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai salah satu kewajiban bagi
pemegang izin penambangan. Melalui AMDAL yang benar, diharapkan kerusakan
lingkungan dapat diminimalisir, dan dampak positif yang dihasilkannya dapat
dimaksimalkan serta pemanfaatan batubara juga dapat dilakukan secara optimal.
Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut, maka PT. Zirkon Zaman Now Indonesia
selaku pemrakarsa proyek melakukan studi AMDAL atas kegiatan penambangan
batubara di wilayah yang telah ditetapkan.
Dalam rangka studi AMDAL ini, PT. Zirkon Zaman Now Indonesia akan
melakukan beberapa rangkaian kegiatan, yaitu proses penapisan, pelingkupan, survei
lapangan dan pengujian/analisis laboratorium dan pelaporan. Hasil semua proses
kegiatan tersebut akan terdokumentasi dalam bentuk dokumen KA-ANDAL, ANDAL
serta RKL & RPL secara berturut-turut. Pedoman yang digunakan dalam menyusun
dokumen-dokumen dimaksud adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

1.1.3. Alasan Dokumen AMDAL Dinilai Oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi
Kalimantan Selatan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 Tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan telah mengamanatkan pada Pasal 19 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/kota yang tidak memiliki lisensi, penilaian
dokumen AMDAL yang menjadi kewenangannya dilakukan oleh Komisi Penilai
AMDAL Provinsi. Oleh sebab itu, dokumen AMDAL PT. Zirkon Zaman Now
Indonesia yang berada di wilayah Kabupaten Murung Raya akan dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL Provinsi Kalimantan Tengah.

1.2. Tujuan Rencana Kegiatan


1.2.1. Identifikasi Kebutuhan-Kebutuhan Saat Ini
Kebutuhan-kebutuhan saat ini dikaitkan dengan aspek yang berhubungan dengan
kegiatan pertambangan zirkon, antara lain :
a. Prospek peluang usaha pertambangan zirkon dalam menentukan strategi
peningkatan ekspor non-migas.
b. Banyaknya diversifikasi penggunaan dari zirkon yang berdampak pada tingginya
permintaan dunia akan zirkon.
c. Penciptaan lapangan kerja baru dengan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah
besar dalam lingkup pertambangan zirkon.
Prospek pemasaran zircon untuk dalam maupun luar negeri cukup baik karena
kebutuhannya yang selalu meningkat dan salah satunya didukung oleh potensi
kandungan zirkon yang ada dan kebijakan tentang perdagangan komoditas zirkon yang
kondusif sehingga mendorong zirkon menjadi salah satu komoditas andalan dalam
memberikan sumbangan devisa bagi negara.

1.2.2. Kebutuhan-Kebutuhan Khusus Yang Akan Dipenuhi


Kebutuhan-kebutuhan khusus yang akan dipenuhi menyangkut aspek kebutuhan
akan berkembangnya wilayah dan perekonomian dalam lingkup Provinsi Kalimantan
Selatan khususnya Kabupaten Murung Raya. Aspek yang dikaji dalam menentukan
kebutuhan khusus yang akan dipenuhi menyangkut beberapa hal, antara lain :
a. Memberikan alternatif usaha yang jelas bagi masyarakat, baik melalui bekerja
secara langsung di perusahaan pertambangan batubara, maupun bekerja dengan
peluang kerja dan berusaha yang bermitra dengan perusahaan batubara tersebut.
b. Terbatasnya aksesibilitas saat ini, sangat membatasi mobilitas masyarakat menuju
daerah-daerah lain. Pembuatan jalan utama dan jalan angkut dalam aktivitas
pertambangan, dan kawasan sekitarnya akan meningkatkan aksesibilitas
masyarakat yang berakibat baik pada pengembangan wilayah pedesaan di wilayah
ini.
c. Penyerapan tenaga kerja lokal Provinsi Kalimantan Murung Raya dalam
pertambangan batubara akan mengurangi beban pemerintah daerah dalam bidang
ketenagakerjaan.
PT. Zirkon Zaman Now Indonesia selama melaksanakan kegiatan pertambangan
bahan galian zirkon berkomitmen melaksanakan pertambangan yang berwawasan
lingkungan.
1.2.3. Tujuan dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pertambangan batubara oleh
PT. Zirkon Zaman Now Indonesia, antara lain :
a. Menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara industri berbahan baku zirkon
terbesar dan berkualitas di pasar perdagangan dunia.
b. Memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya industri-industri hilir yang
menggunakan zirkon.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan,
penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kesempatan berusaha bagi masyarakat
setempat.
d. Memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan nasional dengan
pembayaran pajak dari pajak bumi dan bangunan, penjualan produk tambang
batubara, dan pajak alat berat dan kendaraan bermotor yang digunakan dalam
kegiatan pertambangan batubara yang berwawasan lingkungan.

1.2.4. Justifikasi Manfaat Dari Rencana Kegiatan Kepada Masyarakat Sekitar


Dan Peranannya Terhadap Pembangunan Nasional Dan Daerah
Manfaat akan diambil dari kegiatan pertambangan zirkon oleh PT. Zirkon Zaman
Now Indonesia adalah :
a. Peningkatan cadangan devisa Negara melalui keuntungan dari penjualan zirkon.
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat digunakan untuk
membangun infrastruktur, sarana dan prasarana umum yang masih diperlukan bagi
kesejahteraan masyarakat.
c. Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha yang dapat meningkatan
kesejahteraan masyarakat dan perekonomian setempat
d. Mempercepat proses pengembangan wilayah dengan meningkatkan aksesibilitas
dan infrastruktur serta meningkatkan perekonomian lokal.
e. Meningkatkan taraf hidup dan sumberdaya manusia berupa
meningkatnya pengetahuan dan keahlian masyarakat melalui
keterlibatan langsung dalam kegiatan pertambangan batubara dan melalui program
pemberdayaan masyarakat yang akan diimplementasikan oleh pemrakarsa
kegiatan.

1.3. Pelaksanaan Studi


1.3.1. Pemrakarsa dan Penanggung jawab Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pemrakarsa Kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
selanjutnya disebut Studi AMDAL ini adalah salah satu Perusahaan Swasta Nasional
dengan kegiatan utamanya adalah Pertambangan Zirkon. Adapun identitas pemrakarsa
dan sekaligus penanggung jawab kegiatan adalah :
a. Nama Perusahaan : PT. Zirkon Zaman Now Indonesia
b. Luas Areal : 21.300 Hektar
c. Lokasi Areal : Kecamatan Laung Tuhup dan Tanah Siang,
Kabupaten Murung Raya Provinsi
Kalimantan Tengah
d. Alamat Kantor : Jln. Sangaji No. 06 RT/RW. 02/III Puruk
Cahu, Kal-Teng
e. Direktur : Pantun Maruly

1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL


Dalam rangka pelaksanaan Studi AMDAL yang komperehensip dan
mendalam, maka diperlukan komposisi pelaksana (Tim Penyusun) dari berbagai
bidang/keahlian yang ditunjuk oleh pemrakarsa, seperti yang diuraikan pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1. Susunan Tim Studi AMDAL Pertambangan Zirkon PT.
Zirkon Zaman Now Indonesia
Jabatan
No. Dalam Nama Bidang Keahlian Alamat
Tim
A. Tim Penyusun
AMDAL
KTPA Jl. B. Koetin
Ayu (000581/SKPA/LSKINTAKINDO/IV/2012), No.
1. Ketua Lusi (AMDAL A, B dan C) 63 Palangka
Natallia Bidang Kualitas air, Bidang Ilmu Raya
Lingkungan
ATPA Jl. Siam No.
Elis (000587/SKPA/LSKINTAKINDO/IV/2012), 14
2. Anggota
Malinda (AMDAL A, B dan C) Palangkaraya,
Bidang Biologi
ATPA (000363/SKPA/LSK- Jl. Kerinci
INTAKINDO/VIII/2012), No.
Efa
3. Anggota Bidang Hidrologi, Kualitas Air dan Biota 426c
Octavia
Perairan Palangka
Raya
Jabatan
No. Dalam Nama Bidang Keahlian Alamat
Tim
B. Tenaga Ahli

Jl. Virgo No.


29
4. Tim Studi Maratus Sholihah Bidang Flora dan Fauna
Amaco
Palangka Raya
Jl. Galaxi Raya
5. Tim Studi Elistia Tri Falupi Tanah dan Agronomi No. 35 Amaco
Palangka Raya
Bidang Pertambangan Jl. Kecipir No.
6. Tim Studi Tiara Nasution dan Geologi 48
Banjarbaru
Jl. Garuda XI
Gg.
7. Tim Studi I made Bhismahayana Bidang Sosekbud
II No. 30
Palangka Raya
Jl. Bukit Raya
Bidang Kesmas dan XII
8. Tim Studi Xandro Ariesdewa
Kesling No. 10
Palangka Raya
C. ASISSTEN PENYUSUN

Jl. Siam No. 14


1. Anju Meifan Sipayung Sertifikat AMDAL B
Palangkaraya
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1. Lingkup Rencana Usaha atau Kegiatan


Proses rencana kegiatan biasanya merupakan proses bertahap dimana pada
setiap tahap, pemrakarsa harus mengkaji sejumlah alternative konsep kegiatan. Pada
tahap awal perencanaan, alternative yang dikaji sifatnya makro (berhubungan dengan
desain dasar kegiatan) dan ditahap perencanaan seterusnya, alternatif yang
dipertimbangkan sifatnya lebih mikro atau rinci.
Peraturan menganjurkan agar proses pelingkupan menyertakan alternatif yang sedang
dipertimbangkan pemrakarsa. Alternatif rencana kegiatan yang dimaksud dapat terdiri
dari alternatif:
Proses atau teknologi yang digunakan
Input atau bahan yang digunakan
Tata letak bangunan atau sarana pendukung
Pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak
Penjadwalan atau pentahapan kegiatan

Proses pertambangan yang terjadi di pertambangan pasir ini meliputi:


Tahap pra-konstruksi, yaitu tahap yang berkaitan dengan perencanaan awal
dalam membangun suatu usaha pertambangan.
Tahap konstruksi, yaitu tahap pembangunan awal yang meliputi pembangunan
konstruksi dan segala fasilitas penunjang kegiatan pertambangan pada lokasi
pertambangan.
Tahap operasi, yaitu tahap dimana telah berlangsungnya kegiatan kegiatan
pertambangan.
Tahap pasca operasi, yaitu tahap segala kegiatan yang dilakukan setelah
kegiatan pertambangan telah selesai dilakukan.

Dalam mengevaluasi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan


pertambangan diperlukan suatu metode yang tepat dan runut. Metode yang
digunakan dalam mengevaluasi dampak yang besar dan penting dalam perencanaan
kegiatan pertambangan zirkon di Padalarang adalah sebagai berikut:
1. Penelurusan hubungan kausatif antara komponen kegiatan dengan komponen
lingkungan yang diduga akan terkena dampak.
2. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan yang akan
terkena dampak.
3. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan dan perubahan
lingkungan yang mungkin akan terjadi.
4. Luas persebaran masing masing dampak baik di dalam wilayah kajian
maupun di luar wilayah kajian.
5. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan
baik yang positif maupun negatif, terutama dari aspek pendekatan teknologi,
ekonomi, dan institusi.
6. Perumusan arahan yang dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Luas wilayah pertambangan yang direncanakan adalah sebesar 12 ha dengan


keseluruhan luas wilayah sebesar 15 ha. Dengan luas tersebut, diharapkan produksi
zirkon yang dihasilkan sebesar 9000 ton/tahun.
Rancangan Kegiatan
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Survey Lokasi
Lokasi yang di survey adalah wilayah Provinsi Kalimantan Tengah
tepatnya di Murung Raya. Tujuan dari dilakukannya kegiatan survey ini
adalah untuk mengetahui kondisi lokasi yang akan dijadikan wilayah
pertambangan, mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh
masyarakat setempat, dan mengetahui kondisi ekonomi dan social dari
masyarakat.
b. Administrasi
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan awal yang
dibutuhkan untuk mendapatkan izin melakukan proyek. Persyaratan awal
yang dibutuhkan seperti rencana tata ruang wilayah dan izin ke pada pihak
PemDa berupa:
Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
c. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
membebaskan lahan yang akan dijadikan lokasi pertambangan bebas dari
segala aktivitas apapun. Berdasarkan peta lokasi pertambangan, tempat
yang akan dibangun pertambangan berada dekat dengan perumahan
penduduk. Untuk itu dilakukan relokasi penduduk ke tempat yang lebih
aman.

2. Tahap Konstruksi
Secara umum, tahap persiapan konstruksi dari usaha pertambangan
akan dibagi menjadi:
1. Pengadaan Alat dan Bahan
Pada tahap ini ditentukan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan konstruksi dari pertambangan. Bahan yang akan digunakan
adalah pipa-pipa untuk sistem perpipaan, aspal untuk perkerasan jalan, dan
sebagainya. Alat yang digunakan adalah Alat Pengaman Diri untuk para
pekerja, Alat-alat berat untuk membangun fasilitas dan infrastruktur, dan
lain-lain.
2. Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Pembukaan lahan ini merupakan aktivitas pembebasan/pembersihan lahan
melalui kegiatan pembabatan hutan, pepohonan, dan segala jenis tumbuhan
pada suatu lahan yang selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan
konstruksi sebagai awal tahap persiapan penambangan.
3. Manajemen Tanah
Manajemen tanah terdiri dari dua hal yaitu metode pengupasan dan
pemindahan top soil.
a. Pengupasan tanah pucuk
Tanah pucuk atau yang biasa disebut top soil merupakan lapisan tanah
penutup yang paling atas. Lapisan tanah ini memiliki kandungan unsur
hara (seperti humus) yang cukup tinggi yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya vegetasi. Oleh karena itu pada tahap penimbunan
(dumping), jenis tanah ini dipisahkan dari yang lain (OB/IB) karena
pada akhir / penutupan tambang, tanah ini dipergunakan pada tahap
reklamasi.
b. Pengangkutan tanah pucuk
Setelah tanah pucuk dikupas, tanah ini kemudian dimasukkan ke
dalam dump truck untuk dipindahkan sementara ke suatu tempat.
Tanah pucuk ini akan digunakan untuk revegetasi lahan pertambangan
setelah proses penambangan selesai.
4. Pembangunan Fasilitas dan Infrastruktur
Pembangunan fasilitas dan infrastrukur adalah tahap pembangunan segala
infrastruktur dan fasilitas yang menunjang aktivitas penambangan, seperti
kantor, perumahan bagi para pekerja, stasiun bahan bakar,
bengkel/workshop, jalan sebagai akses ke pertambangan yang dilakukan
setelah aktivitas pembukaan lahan.

3. Tahap Operasi
Tahap operasi yang berlangsung pada pertambangan zirkon adalah
mining. Untuk proses penambangan zirkon digunakan excavator untuk
menggali pasir karena zirkon relatif lunak sehingga dapat diatasi oleh gigi
gigi gali excavator. Zirkon dimuat dengan menggunakan excavator yang lebih
kecil dibandingkan overburden. Zirkon kemudian akan dimuat ke dalam dump
truck dan diangkut menuju stock pile. Dari stock pile, Zirkon akan dibawa
menuju gudang supplier dengan menggunakan truk gandeng.

Peledakan
Urutan pengerjaan peledakan dimulai dari membuat lubang tembak
dengan cara melakukan pemboran jenjang secara vertikal dengan mesin bor.
Setelah lubang tembak tersedia, peledak primer yang sudah dirangkai dengan
detonator dimasukkan ke dalam lubang tembak sebelum truk pengangkut
bahan peledak datang ke lokasi dan mengisi lubang tembak tersebut dengan
bahan peledak. Operator di lapangan terus memantau pengisian lubang tembak
dengan bantuan tali yang dimasukkan ke dalam untuk indikator ketinggian
bahan peledak yang sudah masuk ke dalam lubang tembak. Setelah itu material
sisa hasil pengeboran dimasukkan ke dalam lubang tembak sebagai steming.

Pemuatan
Pada overburden, proses pemuatan material menggunakan excavator yang
lebih besar dibandingkan dengan zirkon. Proses pemberaian overburden
sebagian besar menggunakan peledakan. Material hasil peledakan dimuat ke
dalam dump truck dengan menggunakan excavator, akan tetapi pada jenjang
tertentu digunakan excavator yang disebutkan di atas. Excavator dengan
kapasitas besar hanya dapat bekerja optimum pada lapisan yang relatif datar.
Penanganan overburden berbeda dengan zirkon. Pada overburden, alat angkut
yang digunakan memiliki kapasitas yang lebih besar.

Penimbunan
Penimbunan overburden tidak bisa menggunakan metode yang
sembarangan. Kestabilan lereng penimbunan harus diperhatikan. Tambang
yang direncanakan menggunakan metode backfilling pada sistem
penambangannya. Maka dari itu, overburden yang ditimbun akan diambil
kembali untuk selanjutnya ditimbun pada area lain saat akan menambang blok
berikutnya. Hal ini bertujuan agar tidak terlalu besar bukaan dari hasil kegiatan
penambangan.

Ekskavasi Zirkon
Setelah lapisan zirkon terekspose, maka proses pengupasan overburden
oleh excavator berkapasitas besar selesai. Kemudian pengambilan zircon
dilakukan oleh alat berkapasitas kecil. Hal ini dilakukan karena lapisan pasir
relatif tipis sehingga tidak efisien jika digunakan loader berkapasitas besar.

Pemuatan
Alat yang digunakan dalam penanganan zirkon relatif lebih kecil
dibandingkan dengan overburden hal ini dikarenakan penerapan selective
mining dan clean mining. Diterapkannya selective dan clean mining tidak lepas
dari lapisan zircon yang terdapat di area tambang. Dalam proses pemuatan
zircon ke dalam alat angkut, digunakan excavator yang lebih kecil.

Pengangkutan
Untuk pengangkutan Zirkon digunakan dump truck. Sedangkan untuk
mengangkut Zirkon dari stock pile ke gudang supplier, digunakan truk
gandeng yang sering disebut dengan dolly.

4. Tahap Pasca Operasi


Setelah dilakukan proses operasi maka kita perlu melakukan tindakan-
tindakan pasca operasi untuk mencegah atau mereduksi dampak lingkungan
yang mungkin akan timbul. Rencana penutupan tambang salah satunya
dilakukan dengan cara penanaman kembali tumbuh-tumbuhan atau biasa
disebut dengan revegetasi.
Kebijakan atau peraturan yang mengatur tentang pasca operasi
petambangan antara lain:
UU No. 11/1967, psl. 30 : kewajiban mengembalikan tanah apabila telah
selesai melakukan penambangan sehingga tidak menimbulkan bahaya
penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat
PP No. 75/2001 tentang perubahan kedua PP 32/1969:
Wajib melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda
maupun bangungan-bangunan dan keadaan tanah di sekitarnya yang
dapat membahayakan keamanan umum (psl 46(4))
Menteri, Gubernur , Bupati .... dapat menetapkan pengaturan keamanan
bangunan dan pengendalian keadaan tanah yang harus dipenuhi dan
ditaati oleh pemegang KP sebelum meninggalkan bekas wilayah KP
(psl 46(5))
Pengawasan meliputi seluruh tahapan kegiatan, keselamatan
pertambangan, perlindungan lingkungan pertambangan termasuk
reklamasi lahan pasca tambang, konservasi dan nilai tambang (psl
64(3))
Kepmen Pertambangan&Energi No. 103.K/008/MPE/1004 tentang
Pengawasan dan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan & Energi
Kepmen P&E No. 1211.K/008/MPE/1995 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada kegiatan
Pertambangan Umum se-lambat2nya 1 tahun sebelum berakhir
Sedangkan perencanaan penutupan tambang:
Dokumen Rencana Penutupan Tambang meliputi:
Gambaran rona akhir tambang
Hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan
Program penutupan tambang
Pemantauan
Organisasi dan finansial
Tahap- tahap Rencana penutupan tambang:
a. Profil wilayah
b. Deskripsi kegiatan pertambangan
c. Gambaran rona akhir tambang
d. Hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders)
e. Program penutupan tambang
f. Pemantauan
g. Organisasi
h. Rencana biaya penutupan

2.2. Rona Lingkungan Hidup


Kegiatan penambangan Zirkon ini merupakan kegiatan yang diperkirakan
mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Berarti akan
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap komponen lingkungan.
Komponen lingkungan yang akan ditelaah yaitu komponen yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting oleh rencana kegiatan. Adapun komponen
lingkungan yang akan ditelaah ini dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu
komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosekbud, dan kesehatan
masyarakat.

2.2.1. Komponen Lingkungan Fisik Kimia


Komponen fisik kimia yang diperkirakan terkena dampak dari rencana kegiatan
adalah sebagai berikut.

2.2.1.1. Iklim
Komponen Iklim
Data iklim didapat dari stasiun BMG kota Murung Raya 2017 yang meliputi suhu
udara kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, dan keadaan angin.
a. Tipe Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (Wisnu Broto et all, 1983) tipe iklim
di wilayah sekitar lokasi kegiatan adalah tipe B (basah).

b. Suhu Udara
Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota
Murung Raya, 2014) suhu udara rata-rata berkisar antara 23,9C 24,5C. Suhu
minimum terendah tercatat 17,9C pada bulan Juli. Suhu maksimum tertinggi
tercatat 29,44C terjadi pada bulan September. Untuk lebih jelasnya mengenai
suhu.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara erat kaitannya dengan suhu udara, apabila suhu udara tinggi,
maka kelembaban udara akan turun atau sebaliknya. Untuk wilayah sekitar lokasi
kegiatan, kelembaban rata-rata terendah 69,4% yang terjadi pada bulan Agustus,
sedangkan kelembaban rata-rata tertinggi 88,8% terjadi pada bulan Januari. Untuk
lebih jelasnya kondisi kelembaban udara rata-rata dari tahun 2013-2017.

d. Curah Hujan
Curah hujan yang terjadi berkisar antara 41,54 mm sampai dengan 302,86 mm.
Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan November. Untuk lebih jelasnya data mengenai curah hujan rata-
rata antara tahun 2013-2017 .
e. Hari Hujan
Hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebanyak 4 hari, sedangkan hari
hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 25 hari. Untuk lebih jelasnya kondisi
hari hujan rata-rata dari tahun 2013-2017
f. Keadaan Angin
Kecepatan angin rata-rata bulanan 4 knot, sedangkan angin terbesar 13,2 knot yang
terjadi bulan Oktober 2017, secara umum berarah ke Barat.

Kualitas Udara
Untuk mengetahui rona lingkungan kualitas udara di lokasi kegiatan akan
dilakukan pengukuran kualitas udara yang kemudian dianalisis di laboratorium
rujukan. Sedangkan baku mutu digunakan Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan sesuai dengan 4 arah mata angin
akan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur Sound Level Meter.
2.2.1.2. Fisiografi
Batas Wilayah
Kecamatan Padalarang terdiri dari 10 Desa, yaitu:
1. Campakamekar Luas : 441 Ha
2. Tagogapapu Luas : 471 Ha
3. Ciburuy Luas: 390 Ha
4. Padalarang Luas: 517 Ha
5. Kertamulya Luas : 305 Ha
6. Jayamekar Luas: 457 Ha
7. Kertajaya Luas: 372 Ha
8. Cipeundeuy Luas: 579 Ha
9. Cimerang Luas: 541 Ha
10. Laksanamekar Luas : 472 Ha

Daerah perencanaan yang akan digunakan sebagai tambang zirkon berada di daerah
Murung Raya.

2.2.1.3. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian menunjukkan urutan batuan yang terdapat di
daerah tersebut. Menurut Koesoemadinata & Hartono (1981) pada Dam (1994),
stratigrafi umum Cekungan Murung raya.

2.2.1.4. Struktur Geologi


Berdasarkan pengamatan geologi-geologi terdahulu sejumlah sesar dan lineasi
memotong Cekungan Murung Raya dan perbukitan sekitarnya. Sesar paling jelas dan
paling mudah dikenal adalah Sesar Lembang yang berarah Barat-Timur yang
memisahkan dataran Murung Raya dengan daerah dataran tinggi (sub cekungan)
Lembang dan Gunung Api Tangkuban Perahu (DAM, 1994). Pada peta geologi,
daerah penelitian terletak pada daerah sebaran batuan Formasi Cibeureum (Gambar
Peta Geologi Alzwar, 1989).
Umur Formasi Batuan
Endapan Sungai Material tak terkonsolidasikan dengan
ukuran butir lempung sampai bongkah.
Ketebalan 5 m.
Holosen Batas Erosional
Formasi Lava Basaltik dengan kekar kolom,
Cikidang konglomerat volkanik, tuf kasar, breksi
volkanik. Ketebalan 0 - 65 m
Formasi Batulempung, batulanau, dan batupasir
Kosambi dari produk volkanik. Ketebalan 0 - 80 m.
Atas
Formasi Perlapisan breksi tufaan dengan fragmen
Cibeureum scoria, basalt, andesit, dan pumice.
Pleistosen Batas Erosional
Formasi Konglomerat dan breksi volkanik, tuf dan
Bawah Cikapundung lava andesitic. Secara umum berwarna
lebih terang daripada formasi lainnya.
Ketebalan 0 -350 m.

2.2.1.5. Hidrologi
Rona lingkungan hidup yang distudi meliputi: kualitas dan kuantitas air
permukaan, kualitas dan kuantitas air tanah, air larian (run off).

Hidrogeologi
Berdasarkan telaahan data sumur bor dan interpretasi geolistrik yang dilakukan
Direktorat Geologi Tata Lingkungan (2000), maka pada daerah penelitian terdapat 2
sistem akuifer, yaitu: (1) Akuifer dangkal (tak tertekan), dengan kedalaman akuifer 1,2-
22,5 m dan kedalaman sumur bor mencapai 30 m di bawah muka tanah (bmt) yang
berasal dari Formasi Kosambi dan Formasi Cibeureum; (2) Akuifer dalam (semi
tertekan-tertekan), dengan kedalaman akuifer 35-150 m bmt. Penyebaran sumurbor
paling banyak adalah pada batuan Formasi Cibeureum (gambar peta muka airtanah
Bandung, peta hidrogeologi Bandung).
Berdasarkan Juanda (1995), daerah penelitian merupakan daerah dengan
kerucut penurunan muka air tanah yang sangat mencolok hingga 30 m dan termasuk
ke dalam zona I konservasi airtanah Bandung. Secara geohidrologi, sebagian besar
daerahnya merupakan daerah resapan air dengan akuifer produktif sedang penyebaran
luas dan kecil penyebaran setempat serta akuifer produktif setempat. Namun, akibat
pemanfaatan ruang, terutama untuk pertambangan yang berlebihan yang kurang
memerhatikan asas konservasi dan kelestarian lingkungan hidup, kawasan tersebut
rusak dengan cepat.
Kondisi Fisik Daerah Resapan Air Permukaan dan Air tanah
Kondisi fisik daerah resapan air permukaan merupakan daerah dengan
koefisien permeabilitas rendah karena merupakan daerah dengan tanah lempung
(lanau) berpasir.
Kualitas Air Permukaan
Ada beberapa alternatif sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih
untuk daerah perencanaan pertambangan Zirkon antara lain :
a. Sungai Cilimus yang berasal dari mata air cilamus, dengan debit 0.04
m3/detik.
Sumber air yang digunakan adalah sungai Cisudimampir,karena yang jaraknya
paling dekat dengan dari lokasi perencanaan 5 Km dan debit yang ada cukup besar
untuk memenuhi kebutuhan pertambangan.
Air permukaan yang berfungsi sebagai badan penerima limbah cair kegiatan
penambangan Zirkon adalah saluran air buangan yang kemudian bermuara ke sungai
Cisudimampir. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, saluran Cisudimampir
termasuk kelas II.
Tabel 2.3 Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Cengkang
Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu
Zat padat tersuspensi Mg/ L 213 50
Ph - 6.7 69
Detergent sebagai Mg/ L 2.35 200
MBAS
Minyak dan lemak Mg/ L 1.91 1000
BOD Mg/ L 1580 3
COD Mg/ L 2788.41 25
Sumber: Data primer, Hasil Analisa Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan,
1 Maret 2009
Baku Mutu: Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001, kelas II

Berdasarkan hasil analisa di atas parameter yang melebihi Baku Mutu adalah
zat padat tersuspensi, BOD dan COD, hal ini disebabkan oleh kegiatan domestik dari
hulu saluran tersebut.

Kualitas Air tanah


Untuk keperluan sehari-hari penduduk yang bermukim di sekitar lokasi ini
memanfaatkan sumber air yang berasal dari sumur dangkal/sumur gali. Sedangkan
untuk kegiatan penambangan pasir menggunakan sumber air dari sumur dangkal.
Tabel 2.4 Hasil Analisa Kualitas Air Tanah
No Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Baku Mutu
. Sumur di Lokasi Sumur Air Bersih
Kegiatan Penduduk
Fisika
1 Bau - Tidak berbau Tidak Tidak
berbau berbau
2 Zat padat terlarut (TDS) Mg/ L 536 626 1500
3 Kekeruhan NTU 65 2 25
Kimia Anorganik
4 Besi Mg/ L 10.38 1.22 1
5 Fluorida Mg/ L 0.64 0.4 1.5
6 Kesadahan CaCO3 Mg/ L 229.11 192.05 500
7 Klorida Mg/ L 102.73 119.99 600
8 Mangan Mg/ L 0.68 0.94 0.5
9 Nitrat, sebagai N Mg/ L 0 0 10
10 Nitrit, sebagai N Mg/ L 0.001 0 1
11 pH - 7.12 6.8 6.5 - 9
12 Sulfat Mg/ L 35.5 43.26 400
Kimia Organik
13 Detergent Mg/ L 0 0 0.5
14 Zat Organik (KMnO4) Mg/ L 3.39 11.85 10
15 Sisa klor Mg/ L 0 0 0.2 0.5
Sumber: Data primer Hasil Analisa Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan,
5 Maret 2008
Baku Mutu: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990,
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Dari tabel tersebut dapat dilihat, bahwa analisa kualitas air sumur penduduk
parameter yang melebihi baku mutu adalah Besi (Fe), Mangan (Mn), dan zat organic
(KMnO4), hal ini dipengaruhi oleh sifat tanah setempat dan kemungkinan dari limbah
domestik di sekitar lokasi kegiatan. Sedangkan sumur di lokasi kegiatan parameter
yang melebihi baku mutu adalah Kekeruhan, Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Hal ini
dipengaruhi oleh sifat tanah di sekitar lokasi kegiatan.
Kuantitas Air Tanah
Air tanah dangkal diketahui berdasarkan pengamatan sumur gali penduduk
muka air tanah berkisar antara 1,1-30 m bmt namun pada daerah dengan pengambilan
intensif, muka air tanah memiliki kedalaman 34,5 m bmt dan 69,5 m bmt. Air tanah
dalam diketahui berdasarkan pengamatan pada sumur produksi, sumur pantau dan
survey geolistrik. Kedalaman sumur bor berkisar antara 60-200 m dengan muka air
tanah berkisar antara 1,1-70 m bmt.

Air Larian
Adanya penambangan pasir mengakibatkan adanya air larian (run off),
walaupun kuantitas air larian sebelum dan sesudah ada kegiatan relatif sama. Adapun
penghitungan air larian adalah sebagai berikut:
- Areal penambangan : 15 Ha
- Curah hujan rata-rata : 172,20 mm (R24)
- Duration hujan : 2 jam (t)
- Run off coeffisien : 0,80 (C)
Rumus yang dipakai untuk menghitung intensitas curah hujan adalah DR. Monorabe:
i = 29,85 m3/ dt/ ha
Debit limpahan air hujan yang jatuh pada areal Pasar Andir dipakai rumus metode
rasional:

Qp = K.C.I.A
Qp = Debit puncak banjir
K = Faktor konveksi = 0,00278
C = Koefisien pengaliran = 0,8
I = Intensitas curah hujan = 29,85
A = Luas areal penambangan = 15 Ha
Maka, debit puncak banjir (Qp) sebesar 0,995 m3/ dt.
Dari pengukuran air larian ini didapat debit yang dihasilkan dari suatu kegiatan untuk
menentukan jumlah debit air aliran yang mempengaruhi aliran sungai terdekat.

2.2.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah


Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan lahan Pertambangan Pasir daerah Bentang (Galian
Kondisi Lahan Eksisting
Lahan merupakan lahan Pertambangan Zirkon yang dikuasai oleh Pemerintah
Kota Murung Raa. Topografi lahan relatif datar dengan sebagian berbukit-bukit.
Ketinggian tapak dengan sekitarnya relatif sama.
Rencana Tata Ruang
Penataan ruang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Murung Raya Tahun 2013-2017 yang menyatakan bahwa di lokasi kegiatan dan
sekitarnya diperuntukkan untuk kegiatan militer dan perdagangan.
Sistem Transportasi
Pembangunan pertambangan dipertimbangkan tidak akan mengganggu arus lalu
lintas di Lokasi penambangan. Hal ini dikarenakan lokasi penambangan yang jauh dari
jalan utama sehingga tidak akan menyebabkan kemacetan di akses jalan. Gangguan
yang ada di transportasi kemungkinan dikarenakan adanya truk besar yang lalu lalang
untuk mengangkut pasir.
Gambar 2.12 Contoh Truk di Sekitar Lokasi Pertambangan

2.2.2. Komponen Lingkungan Biologi


2.2.2.1. Flora
Lokasi penambangan berada di kawasan Nanokliwon yang sebagian besar floranya
adalah merupakan flora liar. Lokasi ini juga bukan merupakan hutan lindung atau suaka
margasatwa. Di sekitar lokasi sebagian besar berupa persawahan dan tanaman liar atau
alang-alang, serta banyak pohon pisang.
Gambar 2.13 Contoh Flora yang Ada di Lokasi

2.2.2.2. Fauna Darat


Jenis fauna yang tercatat dari hasil pengamatan langsung di lapangan adalah
berupa jenis aves dan insekta.
Tabel 2.5 Jenis Fauna di Lokasi Kegiatan
No. Nama Fauna

1 Burung Gereja

2 Semut

3 Capung

4 Tikus

5 Kucing

6 Lalat

7 Anjing

8 Cacing

Sumber: Data primer hasil pengamatan di lapangan, Februari 2017


2.2.3. Komponen Sosial
2.2.3.1. Demografi
Berdasarkan monografi Nanokliwon, jumlah seluruh penduduknya adalah
15373 jiwa. Penduduk tersebut tersebar di 10 kelurahan, dengan mendiami wilayah
seluas 4544 hektar. Apabila dilihat dari kepadatannya, Nanokliwon termasuk wilayah
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk relatif rendah, yaitu kurang lebih 39.4 jiwa
per hektar.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Apabila dilihat dari komposisi jenis kelamin penduduk Nanokliwon adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Persen Jumlah Penduduk
(jiwa)
Laki-laki 33.5
5842
Perempuan 66.5 9531
Jumlah 100 15373
Sumber: Data sekunder Kecamatan Padalarang tahun 2017

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin cukup signifikan untuk


diangkat dalam prakiraan dampak, mengingat sering kali perempuan menjadi sasaran
yang paling banyak terkena dampak, dan dampak tersebut sering kali terabaikan untuk
dianalisis. Padahal baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama
untuuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut, baik dalam mobilisasi kerja,
kesempatan berusaha atau dalam pengambilan keputusan dalam prakiraan dampak
proses penentuan kegiatan tersebut.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk desa nanokliwon adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Mata Jumlah
Pencaharian (Jiwa) Persentase
Buruh 3618 23,53
Karyawan
Swasta 2954 19,2
Petani 2395 15,57
Pedagang 2033 13,21
Buruh Tani 1893 12,35
PNS 730 4,81
Jasa 316 2,04
Tukang Batu 234 1,51
Pengrajin 226 1,47
Industri RT 213 1,37
TNI/Polri 161 1,05
Peternak 131 0,85
Lainnya 469 3,05
Total 15373
Sumber: Data sekunder Kecamatan Padalarang tahun 2017

2.2.4. Komponen Budaya


Sebagian besar penduduk desa Jayamekar beragama Islam. Di dalam desa
Jayamekar terdapat majelis talim dan sekelompok orang yang berpengaruh di desa
tersebut. Kelompok ini merupakan suatu potensi untuk dijadikan wahana dalam
mengadakan pertemuan dengan warga. Biasanya mereka memiliki jadwal pertemuan
rutin dan memiliki pembimbing yang ditokohkan, sehingga pertemuan tersebut
merupakan kesempatan yang baik untuk saran sosialisasi kegiatan, dan sarana dalam
proses pengambilan keputusan yang bisa mewakili warganya.

Tabel 2.8 Komposisi Pemeluk Agama di Desa Jayamekar


Agama Jumlah %
Islam 14.930 97,02
Protestan 262 1,75
Katholik 174 1,16
Hindu 4 0,03
Budha 6 0,04
Kepercayaan 3 0,01
Sumber: Data sekunder Kecamatan Padalarang tahun 2017
Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Desa Nanokliwon
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di desa perencanaan dapat dilihat pada Tabel
2.9.
Tabel 2.9Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Desa Nanokliwon
Fasilitas Perdagangan dan Jumlah
Jasa
Koperasi 1
Pasar 1
Toko/Kios/Warung 155
Bank 2
Stasiun -
Telepon Umum 1
Rumah Makan 1
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Fasilitas Umum Rekreasi dan Keluarga


Fasilitas umum, rekreasi dan olahraga yang terdapat di wilayah Kecamatan Laung
Tuhup yang melayani warga-warga yang berada di sepuluh desa yang ada di dalamnya
diantaranya ditunjukkan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Laung Tuhup


Fasilitas Umum, Rekreasi dan Jumlah
Keluarga
Fasilitas Pemerintahan
Kantor Desa 10
Kantor Kecamatan 1
Instansi Otonom 8
Instandi BUMN/BUMD 7
Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
Hotel 1
Situ Ciburuy 1
Sanggar Kebudayaan 1
Bioskop 1
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

2.2.5. Gambaran Kondisi Sosial Ekonomi, Keamanan, Kesehatan, Tanggapan


dan Harapan Warga Masyarakat terhadap Kegiatan Penambangan Zirkon
Untuk memperoleh gambaran tentang dampak dari kegiatan penambangan,
terlebih dahulu dilakukan survey. Survey tersebut bertujuan untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang kondisi sosial, ekonomi, keamanan dan kesehatan
masyarakat yang tinggal di sekitar daerah yang direncanakan. Di samping untuk
mengetahui kondisi tersebut juga studi ini bertujuan untuk menggali tanggapan dan
harapan warga masyarakat terhadap kegiatan penambangan Zirkon yang akan
dilaksanakan. Melalui survey diharapkan bisa memperoleh informasi langsung dari
warga masyarakat. Mayarakat sangat penting untuk dimintai tanggapan, mengingat
mereka secara langsung akan terkena dampak kegiatan tersebut.
2.2.5.1. Karakteristik Responden
Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan
aksesibilitas mereka terhadap sumber informasi yang selanjutnya berpengaruh
terhadap pendapatnya tentang sesuatu hal. Berikut disajikan tingkat pendidikan
responden.
Tabel 2.11 Pendidikan Responden
Tingkat Persen
Pendidikan
SLTP 4
SLTA 84
PT 12
Total 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan bahwa 84% responden berpendidikan SLTA. Ini


berarti bahwa tingkat pendidikan tersebut cukup tinggi. Dengan tingkat pendidikan
tingkat SLTA, warga masyarakat cenderung kritis artinya tidak mudah menerima
sesuatu yang baru, melainkan melalui pengkajian terlebih dahulu. Namun di pihak lain
bisa kooperatif apabila sesuatu yang baru tersebut ternyata memberikan manfaat bagi
kehidupannya.

Pekerjaan Responden
Seperti halnya pendidikan, pekerjaan juga mempunyai hubungan dengan pendapat
seseorang terhadap sesuatu hal. Untuk melihat pekerjaan responden, datanya disajikan
dalam Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Pekerjaan Responden


Pekerjaan Persen
Karyawan swasta 24
Pedagang 52
Wiraswasta 12

Pensiunan 4

Lainnya dan ibu rumah tangga 8

Total 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Padalarang tahun 2009


Tabel di atas menunjukkan bahwa 52% responden memiliki pekerjaan
pedagang. Hal ini tentu saja sesuai dengan lokasi di mana mereka tinggal. Mereka
tinggal di lingkungan Nanokliwon, pusat keramaian dan pusat perdagangan. Oleh
karena itu tidak heran apabila sebagian besar pekerjaan responden berdagang.

2.2.5.2. Kondisi Sosial Ekonomi Responden


Kondisi ekonomi responden digambarkan dengan aspek penghasilan setiap
bulan, pengeluaran tiap bulan, jumlah anggota dalam keluarga, minat untuk terlibat dan
peluang usaha menurut kaca mata responden apabila Pasar Andir sudah direnovasi.
Berikut ini gambaran kondisi ekonomi responden.
Penghasilan Responden Setiap Bulan
Penghasilan responden memiliki hubungan yang erat dengan jenis pekerjaan
pada tabel sebelumnya. Berikut disajikan gambaran tentang penghasilan responden:
Tabel 2.13 Penghasilan Responden Per Bulan
Penghasilan Persen
< 500.000 4
500.0 750.000 32
750.000 1.000.000 36
>1.000.000 28
Total 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa 36% responden berpenghasilan kurang dari
750.000 1.000.000. Apabila dilihat dari indicator kemiskinan dari Badan Pusat
Statistik Jawa Barat, penghasilan tersebut tidak termasuk dalam kategori miskin.
Berdasarkan BPS tahun 2000 batas garis kemiskinan untuk Kalimantan tengah adalah
83.790 per kapita per bulan. Sedangkan untuk Kota Murung Raya sendiri adalah
88.931 per kapita per bulan. Apabila jumlah anggota keluarga rata-rata 5 orang dalam
satu keluarga berarti keluarga yang berpenghasilan 444.655. Berarti penghasilan
responden yang berkisar 750.000 1.000.000 termasuk dalam kategori relatif cukup.
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Jumlah anggota keluarga bisa menggambarkan jumlah tanggungan dalam
keluarga. Berikut data tentang jumlah anggota keluarga responden.
Tabel 2.14 Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga Persen
<2 16
35 84
Total 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Luhup tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa 84% responden memiliki jumlah anggota
kelurga 3 5 orang. Hal ini bisa menunjukkan bahwa KB di lokasi proyek cukup
berhasil dan berarti pula bahwa beban keluarga mereka relatif ringan. Namun
demikian, dengan penghasilan responden yang relatif rendah, maka mereka akan sulit
untuk mencapai kesejahteraan keluarga yang lebih baik.

Pengeluaran Rata-rata Keluarga dalam Sebulan


Pengeluaran responden dalam sebulan juga perlu diketahui untuk melihat pola
hidup responden. Besar kecilnya pengeluaran apabila dibandingkan dengan
penghasilan dalam satu bulan bisa mencerminkan pola hidup responden itu sendiri.
Berikut disajikan tabel tentang pengeluaran responden dalam satu bulan.
Tabel 2.15 Pengeluaran Keluarga Tiap Bulan
Pengeluaran Persen

< 500.000 4

500.000 750.000 32

750.000 1.000.000 44
>1.000.000 20

Total 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Data di atas menunjukkan bahwa lebih dari 44% reponden mengeluarkan biaya
hidup berkisar antara 750.000 1.000.000 sebulan. Jumlah tersebut sama dengan
jumlah penghasilan responden pada setiap bulannya. Hal ini berarti bahwa warga
masyarakat yang ada di lokasi proyek mampu mengatur penghasilan dengan baik,
sehingga apa yang dikeluarkan untuk kepentingan rumah tangga sesuai dengan apa
yang diperolehnya. Hal ini merupakan nilai positif yang perlu diperkuat, sehingga
merka tidak hidup dalam budaya konsumtif yang akan menjebak mereka pada pola
hidup besar pasak dari pada tiang yang pada umumnya dimiliki oleh orang-orang kota.

2.2.5.3. Kesehatan Lingkungan

Sumber Air untuk Dikonsumsi

Tabel di bawah akan menunjukkan sebagian besar sumber utama air responden yang
dikonsumsi berasal dari sumur bor dan membeli. Hal ini berarti di lokasi proyek
tersebut belum ada saluran air dari PAM. 36 % responden menyatakan bahwa sumber
air minumnya diperoleh dengan cara membeli, baik air mineral dalam kemasan atau
dari penjual air dorong dari PAM.

Tabel 2.16 Sumber Air Bersih Responden

Sumber Air Bersih


Frekuensi Persentase (%)
Responden

Sumur gali 1 4

Valid Sumur bor 15 60

Membeli 9 36
Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Hal ini disebabkan oleh kondisi air di lokasi proyek yang tidak layak untuk
diminum. Berikut gambaran kondisi air di lokasi proyek yang disajikan di dalam Tabel
2.17.

Tabel 2.17 Kondisi Air

Kondisi Air Frekuensi Persentase (%)

Baik 1 4

Valid Berbau 20 80

Berwarna 4 16

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Terlihat bahwa kondisi air di lokasi sekitar pertambangan berbau sehingga


tidak enak jika diminum dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Hal ini dapat
dilihat dari kualitas air yang mangan dan besinya relatif tinggi.

Sumber Air di Luar Konsumsi

Tabel 2.18 Sumber Air Untuk Keperluan Lain

Sumber Air untuk


Frekuensi Persentase (%)
Keperluan Lain

Sumur gali 2 8
Valid
Sumur bor 23 92

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017


Tabel di atas menunjukkan bahwa 92% responden menggunakan sumur bor.
Namun kebutuhan air bersih responden masih kurang. Hal ini terlihat pada tabel berikut
:

Tabel 2.19 Kebutuhan Air Bersih Responden

Kebutuhan Air
Frekuensi Persentase (%)
Bersih Responden

Cukup 3 12
Valid
Kurang 22 88

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Sebanyak 88% responden menyatakan bahwa kebutuhan airnya masih kurang,


apalagi saat musim kemarau. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, mengingat
air merupakan kebutuhan yang vital bagi kebutuhan manusia.

Sistem Pembuangan Air Kotor

Tabel 2.20 Sistem Pembuangan Air Kotor

Sistem Pembuangan
Frekuensi Persentase (%)
Air Kotor

Drainase kota 1 4
Valid
Disalurkan ke kali 24 96

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan 96% responden menyatakan bahwa sistem


pembuangan air kotornya dengan cara disalurkan ke kali. Hal ini mengkhawatirkan
karena kecenderungan air permukaan tercemar sangat tinggi. Jika sistem drainase di
lingkungan warga tidak baik dan tersumbat, akan menimbulkan banjir.

Jenis Pembuangan Sampah


Tabel di bawah menunjukkan 96% responden menyatakan bahwa tempat
pembuangan sampah yang digunakan adalah tong / bak sampah. Hal ini berarti warga
sangat bergantung pada pengelolaan sampah pada pihak lain. Jika pengelola setempat
tidak memberikan pelayanan dengan baik, lingkungan akan menjadi kotor dan bau.
Tong sampah yang dipilih karena mereka tidak memiliki lahan untuk menyimpan.
Tabel 2.21 Tempat Pembuangan Sampah

Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase (%)

Tong / bak sampah 24 96


Valid
Sungai / selokan 1 4

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Laung Tuhup tahun 2017

Cara Pengolahan Sampah

Tabel 2.22 Cara Pengolahan Sampah

Cara Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase (%)

Diangkut oleh pengelola


13 52
Valid Langsung dibuang ke
12 48
TPS

Total 25 100

Sumber: Data sekunder Kecamatan Laung Tuhup tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan 52% responden menyatakan bahwa sistem


pengolahan sampah dilakukan dengan cara diangkut oleh pengelola.
Jenis Bangunan Tempat Tinggal
Tabel 2.23 Jenis Bangunan Rumah
Jenis Bangunan Rumah Frekuensi Persentase (%)
Permanen 24 96
Valid
Tidak permanen 1 4
Total 25 100
Sumber: Data sekunder Kecamatan laung Tuhup tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden permanen.
Rumah sering kali dijadikan sebagai simbol kekayaan dan bahkan status sosial. Mereka
yang rumahnya bagus, permanen (tembok), bisa dikatakan orang kaya atau orang
terhormat. Padahal masih ada faktor lain yang dinilai dari konsep rumah sehat, antara
lain : cukup ventilasi, udara cukup, sinar matahari masuk, memiliki pekarangan yang
bisa berfungsi sevagai resapan air, dan sebagainya.

Pekarangan Terbuka Hijau


Berdasarkan hasil observasi di lapangan perumahan di lokasi proyek memang
padat dan rapat. Hampir tidak ada rumah yang berhalaman, bahkan keluar pintu rumah
langsung jalan umum (gang). Hal ini berarti bahwa lokasi proyek dapat dikatakan
sebagai pemukiman kumuh. Yaitu suatu pemukiman yang tidak memiliki standar
kesehatan, kurang ventilasi, padat hunian, sistem pembuangan limbah domestik yang
tidak memadai, keterbatasan air, bermain, dan umum sangat terbatas, jarak satu rumah
dengan yang lainnya tidak ada.

Wilayah Banjir
Setengah dari responden menyatakan bahwa di wilayahnya sering terjadi
banjir. Berdasarkan hasil observasi lapangan bahwa saluran air pembuangan yang ada
memang kecil dan tidak ada tanah kosong untuk penyerapan air, sehingga run off
menjadi tinggi dan meluber dari saluran air yang ada lalu masuk ke rumah penduduk.

Ketinggian Air Saat Banjir


Ketinggian air saat banjir adalah < 0,5 meter. Relatif tidak tinggi tetapi cukup
mengganggu.

Lama Air Banjir Surut


Setengah dari responden menyatakan banjir berlangsung kurang dari satu hari.
Ini berarti banjir hanya lewat di wilayah tersebut, sebagai imbas dari wilayah yang
lebih atas.

2.2.5.4. Tanggapan Responden Terhadap Proyek


Tanggapan merupakan suatu pendapat pribadi yang disampaikan oleh
seseorang. Sebelum mengetahui tanggapan responden terhadap adanya penambangan
pasir, perlu juga diketahui pengetahuan responden tentang rencana proyek.

Pengetahuan Responden Tentang Proyek


Warga masyarakat maupun pedagang PKL yang ada di lokasi proyek telah
mengetahui akan rencana proyek.

Dampak Negatif yang Dikhawatirkan Responden dengan Adanya Proyek


Hal utama yang dikhawatirkan responden dengan adanya penambangan pasir
adalah gangguan keamanan dan kenyamanan. Gangguan keamanan terutama akan
banyak terjadi pada saat proses pembongkaran dan pembebasan lasan. Kondisi ini akan
diperparah oleh oknum yang memanfaatkan pungutan liar sementara dan para preman
pemalak.
Kekurangan air bersih juga menjadi kekhawatiran warga. Air bersih yang ada
sudah tidak layak dikonsumsi dan apabila pasar diperbaiki maka kebutuhan air semakin
meningkat sehingga persediaan air bagi warga masyarakat semakin berkurang.

Dampak Positif dari Proyek


Dampak positif dari adanya penambangan pasir adalah meningkatnya tarif
hidup masyarakat sekitar karena adanya pertambangan ini. Masyarakat yang tadinya
tidak mempunyai pekerjaan sekarang dapat menjadi buruh atau pekerja pertambangan.
Hal ini juga secara tidak langsung menjadikan desa Nanokliwon menjadi lebih maju
karena mempunyai pendapan sendiri.

Alasan Responden Tidak Mendukung


Sebagian besar responden menyatakan keberatannya disebabkan karena jika
adanya proses pertambangan, mereka akan takut apabila terjadi bising yang berlebih,
serta debu atau asap yang dihasilkan selama proses penggalian itu berlangsung.
Masyarakat juga keberatan karena takut lahan mereka diambil serta lahan-lahan seperti
kebun diambil.

2.3. Pelingkupan
2.3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat
adanya rencana kegiatan di lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini
adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen rencana kegiatan
dengan komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh
tim pelaksana kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua
dampak mungkin saja terjadi atau situasi terburuk. Dengan demikian,
segala macam dampak yang terpikir akan dicatat. Beberapa alat bantu
yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dampak potensial di
antaranya adalah sebagai berikut :
Checklist
Matriks
Bagan alir
Alat bantu yang paling mudah dan sering digunakan adalah
matriks. Matriks digunakan untuk menunjukkan interaksi antara
komponen kegiatan dengan komponen lingkungan hidup di lokasi
kegiatan. Hal ini dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari tahap
identifikasi rona lingkungan awal dan deskripsi rencana kegiatan.
Matriks disusun dengan menempatkan komponen kegiatan dan
komponen lingkungan, masing-masing, pada satu sisi pada matriks.
Untuk mengisi ruang dalam matriks, isi masing-masing baris
disandingkan dengan isi masing-masing kolom. Jika diperkirakan terjadi
interaksi antara kedua komponen tersebut,maka sel akan diisi dengan
suatu tanda. Sedangkan jika tidak terdapat interaksi, maka sel dibiarkan
kosong.
Gambar di belakang ini merupakan matrix yang disusun untuk
mengidentifikasi dampak potensial.
tanah
tanah
KIMIA

Getaran

Kualitas
GEOFISIK

Kestabilan

kesuburan
Kebisingan
KOMPONEN

Kualitas udara

dan
-
LINGKUNGAN
Survey lapangan

Perolehan izin usaha

Pembebasan lahan
PRA KONSTRUKSI

Penerimaan tenaga kerja




Pengadaan alat dan bahan






Pembukaan lahan






Pembangunan akses jalan
KONSTRUKSI




Pembangunan fasilitas dan
infrastruktur

Pengupasan tanah pucuk

Pengangkutan tanah pucuk

Pengeboran dan peledakan




Pemuatan overburden




Penimbunan
OPERASI

Ekskavasi pasir




Pemuatan pasir


Pengangkutan


Revegetasi


Pemindahan peralatan

Penanganan tenaga kerja






Penutupan tambang
PASCA OPERASI

Pemantauan
Hidrologi
Hidrogeologi
Kualitas air
Fisiografi
Geologi
Tata ruang
BIOLOGI
Flora
Fauna
SOSIAL,
EKONOMI,
BUDAYA
Demografi
Perubahan
mata
pencaharian
Kesempatan

kerja
Konflik sosial
Persepsi sikap

masyarakat
Keamanan
dan ketertiban
umum
Pola
kepemilikan
lahan
Kesehatan
masyarakat

Tabel 2.24 Metode Checklist untuk Mengidentifikasi Dampak


2.3.1.1. Pra Konstruksi

Penerimaan tenaga kerja

Demografi Perubahan Mata Kesempatan Kerja Konflik Sosial Keamanan dan


Pencaharian ketertiban umum

Bertambahnya Perubahan
Jumlah Penduduk pendapatan Naiknya Terjadinya Terganggunya Terganggunya
bulanan pendapatan Kesenjangan Sosial ketertiban umum keamanan
masyarakat penduduk

Bertambahnya
kepadatan wilayah
Terganggunya Kenyamanan
Naiknya citra masyarakat
daerah
Pembebasan Lahan

Perubaha Perubahan Konflik Sosial Keamanan dan


n tata mata Ketertiban
ruang pencaharian Umum

Terganggunya Perubahan Resahnya Terganggunya Tergangguny


habitat flora dan pendapatan masyarakat ketertiban umum a keamanan
fauna bulanan
masyarakat

Terganggunya Kenyamanan
masyarakat
2.3.1.2. Konstruksi

KONSTRUKSI

Pembangunan Pembukaan Pembangunan Akses


Pengadaan Alat dan
Fasilitas dan lahan Jalan
Bahan

Peningkatan Peningkata Kestabilan Penurunan Peningkatan Konsentrasi


Kadar Emisi n tanah kualitas Run-off CO2, CO,
Gas Buang Kebisingan terganggu tanah NOx
meningkat

Konsentrasi CO2, Kenyamanan Penurunan Peningkata Penurunan Meningkatny


CO, NOx masyarakat Keanekaragam n Erosi kualitas Air a polusi
meningkat terganggu an flora dan sungai udara

Penurunan
kualitas air
Meningkatnya
polusi udara di
daerah

Peningkatan Kesehata
Sedimentasi n

Persepsi
Masyarak
2.3.1.3. Operasi
OPERASI

Pengupasan Pemuatan Pengeboran Penimbunan Ekskavasi,


Tanah dan pemuatan, dan
Pucuk Pengangkuta pengangkutan
n Tanah Zirkon
Penurunan Peningkatan
kualitas Kadar Emisi
tanah Gas Buang

Peningkatan debu
di kawasan
Penurunan pertambangan
Keanekaragama
Konsentrasi
n flora dan fauna
pencemar
meningkat Penurunan Terganggunya
Peningkatan Peningkatan
kesehatan flora dan fauna
Run-off Kebisingan
masyarakat
terganggu

Meningkatnya
Kenyamanan Terganggunya polusi udara di
masyarakat flora dan fauna daerah
Peningkatan Penurunan terganggu permukiman Timbulny
Erosi kualitas Air a Getaran
sungai

Penurunan Kenyamanan Terganggunya


kualitas air tanah masyarakat flora dan
terganggu fauna

Peningkatan Kesehatan
Sedimentasi Masyarakat
2.3.1.4. Pasca Operasi

PASCA OPERASI

PENANGANAN TENAGA KERJA


PEMINDAHAN PERALATAN

PENUTUPAN TAMBANG

PEMANTAUAN
REVEGETASI

Flora, Fauna, Konflik sosial,


Peningkatan Kualitas
Tata Ruang kesempatan kerja,
Pasca Operasi
keamanan dan
ketertiban
Kebisingan,
Geologi,
Getaran
kesempatan kerja,
konflik sosial,
demografi
2.3.2. Evaluasi Dampak Potensial
Setelah mengidentifikasi semua dampak yang berpotensial terjadi,
maka langkah berikutnya adalah melakukan seleksi untuk membedakan
mana yang perlu dikaji dalam ANDAL, dan mana yang tidak. Inilah esensi
dari langkah yang disebut sebagai evaluasu dampak potensial.
Dampak yang akan dikaji dalam ANDAL sebaiknya adalah dampak-
dampak yang memang perlu dikaji secara mendalam. Dengan berjalannya
waktu dan pembangunan di Indonesa, seharusnya pengalaman dan
pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan, dampak lingkungan serta efektifitas
upaya pengelolaannya sudah cukup berkembang. Denga demikian,
seharusnya jumlah dampak yang dikaji perlu dilakukan secara tajam agar
membuang sumber daya kajian yang sering terbatas.
Berikut adalah criteria dampak potensial dapat terdiri dari 4
pertanyaan, yaitu:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarkat sekitar (nilai sosial dan
ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis)
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut,
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau
dilampaui oleh dampak tersebut.

Tabel 2.25 Evaluasi Dampak Potensial untuk Kegiatan Pertambangan Zirkon


KRITERI DIKAJI
KOMPONEN LINGKUNGAN
SUMBER DAMPAK A DALAM
PENERIMA DAMPAK 1 2 3 4 ANDAL?
Penambangan Zirkon Perubahan bentang
Lahan YA
terbuka alam
Peningkatan fungsi
Pembukaan lahan Lahan TIDAK
lahan penambangan
Perubahan nilai fisik
Pengupasan tanah pucuk Lahan TIDAK
alam
Kenyamana Peningkatan
Pengeboran area tambang TIDAK
n kebisingan
Perubahan pola
Perubahan fungsi lahan lahan YA
penggunaan alam
Terbukanya kesempatan Pola hidup Perubahan pola mata
YA
kerja masyarakat pencaharian
Kenyamana
Peningkatan
Pengoperasian alat berat n TIDAK
kebisingan
masyarakat
Perubahan tutupan Penurunan fungsi
flora TIDAK
vegetasi biologi lahan

= memenuhi kriteria dampak potensial


2.4. Pelingkupan Wilayah Studi

Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan dampak
lingkungan suatu rencana kegiatan, yaitu :
2.4.1. Batas proyek
Batas proyek merupakan lokasi di mana seluruh komponen rencana
kegiatan akan dilakukan, terutama komponen yang menjadi sumber
dampak. Batas proyek ditetapkan berdasarkan batas kepemilikan lahan yang
dimiliki oleh pemrakarsa. Berikut adalah peta batas proyek pertambangan
pasir tersebut.
2.4.2. Batas ekologis
Batas ekologis ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana proses
alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar.. Batas ekologis ini mengarah pada
penentuan lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan analisis
persebaran dampak.
Berikut adalah batas ekologis dari proyek pertambangan pasir.
Batas tersebut ditentukan berdasarkan kecepatan dan pola arah
aliran angin terhadap pola vegetasi dan kontur lahan sekitar tambang
sehingga dapat berpengaruh terhadap pemukiman sekitar. Selain itu batas
ekologis ini juga ditentukan berdasarkan pola arah aliran sungai dan
penggunaan air baku sungai yang ada di sekitar lokasi proyek tambang
Zirkon.
2.4.3. Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang di mana masyarakat yang terkena
dampak limbah emisi atau kerusakan lingkungan. Batas sosial ini
dipengaruhi identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak sosial,
ekonomi, dan kesehatan masyarakat
Berikut adalah peta batas sosial proyek tambang pasir.
2.4.4. Batas administratif
Batas administratif merupakan ruang di mana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang
tersebut.
BAB III
METODE STUDI

3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Sebagai dasar penyusunan Analisis Dampak Lingkungan, dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer yang
diambil di antaranya adalah :
1. Hasil observasi secara langsung dilapangan
2. Hasil wawancara dengan pemrakarsa proyek
3. Hasil wawancara dengan penduduk dan tokoh masyarakat
4. Hasil pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium
Sedangkan metode pengambilan data sekunder yang diambil diantaranya adalah :
1. Studi Pustaka
2. Studi perbandingan dengan proyek sejenis
3. Data-data dari instansi terkait
4. Studi literature
3.1.1 Komponen Lingkungan Fisik Kimia
3.1.1.1 Iklim
Iklim beserta komponennya didapatkan dari Badan Meteorologi dan
Geofisika. Data yang didapatkan dat BMG adalah data tahun 2009, yaitu data
paling baru agar perkiraan dampak dapat akurat. Iklim dan komponennya
dipergunakan untuk memperkirakan dampak yang akan terjadi kepada kualitas
udara. Parameter yang dilihat dan diperhitungkan adalah arah angin, tipe iklim,
curah hujan, hari hujan dan keadaan angin.

3.1.1.2 Kualitas Udara dan kebisingan


Untuk mengetahui kualitas udara yang terdapat di sekitar lokasi pertambangan
zircon, dilakukan suatu pengukuran berbagai jenis pencemar udara. Parameter
udara yang diukur adalah kecepatan angin, suhu, kelembaban, cuaca, SO 2, NO2,
NH3, H2S, Debu, Pb, dan CO. Berikut akan dijabarkan mengenai metode yang
digunakan beserta peralatan yang digunakan dalam mengukur kualitas udara.
Parameter kualitas udara yang telah diukur, selanjutnya dianalisis di laboratorium
dan hasilnya akan dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional yang
tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Untuk intensitas bising akan
dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996. Parameter dan metoda
pengukuran kualitas udara dapat dilihat pada gambar 3.1

No Parameter Metoda Peralatan


1 Kecepatan Pengukuran langsung anemometer
angin
2 Suhu Pengukuran langsung termometer
3 Kelembaban Pengukuran langsung sling psychrometer
4 Cuaca Pengukuran langsung -
5 Gas SO2 Pararosanilin Gas Sampler
6 Gas NOX Saltzman Gas Sampler
7 Gas NO2 Saltzman Gas Sampler
8 Gas CO NDIR NDIR Analizer
9 Gas CO2 NDIR NDIR Analizer
10 Gas H2S Mercury Thiocianate Gas Sampler
11 Gas NH3 Indofenol-spectrofotmetri Gas Sampler
12 Debu < 100 Gravimetrik High Volume Dust Sampler
13 Debu < 10 Gravimetrik Low Volume Sampler
14 Pb Gravimetrik High Volume Sampler
15 Gas O3 AAS Gas Sampler
16 Kebisingan NBKI-spectrofotmetri Sound Level Meter
17 Sound Level Meter

Penentuan lokasi titik sampel pengamatan kualitas udara didasarkan pada:


Hubungan kegiatan dengan lokasi sekitarnya.
Kemungkinan penyebaran limbah gas ke lokasi terdekat terutama permukiman
sesuai dengan arah angin dominan.

3.1.2 Aspek Biologi


3.1.2.1 Flora Darat
Tahap-tahap dalam pengkajian aspek flora meliputi :
1. Pengamatan Pendahuluan
Pengamatan pendahuluan terdiri atas pengamatan sepintas secara menyeluruh
terhadap tipe komunitas vegetasi di dalam dan sekitar lokasi di Desa nanokliwon,
Cangkang, Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan Saripoi,
Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang. sehingga diperoleh gambaran umum
mengenai garis besar kelompok, posisi flora dan bagaimana hubungannya
dengan lingkungannya secara timbal balik. Pengumpulan data dilakukan dengan
inventarisasi dan wawancara dengan penduduk. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui jenis tumbuhan yang mempunyai manfaat khusus dan mempunyai
nilai ekonomis. Selain itu dilakukan inventarisasi jenis tumbuhan yang endemik,
langka dan dilindungi undang-undang. Dalam kasus ini, tidak ada flora darat
yang dilindungi oleh undang-undang.

2. Pengamatan Petak Contoh


Untuk memperoleh gambaran yang mendekati kebenaran mengenai sifat-sifat
dari populasi suatu vegetasi dengan sejumlah petak contoh yang relatif sedikit
yang dapat mewakili dari keadaan seluruh vegetasi yang diamati. Dengan
populasi vegetasi yang beragam dan stratum yang berbeda-beda fisionominya,
maka distribusi petak contoh yang digunakan adalah sampling bertingkat dengan
memakai metoda kuadrat. Parameter yang didapat dalam analisis vegetasi yaitu
persentase penyebaran, kerapatan, frekuensi dan dominansi, baik mutlak
maupun relatif. Hasil tersebut digunakan untuk menghitung SDR (perbandingan
nilai penting), Indeks Nilai Penting, Indeks Kesamaan (Similarity Index) dan
Indeks Keanekaan.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kerapatan (batang/Ha)
Jumlah individu suatu jenis
K =
Luas areal seluruh petak contoh

Kerapatan Relatif (%)

Kerapatan suatu jenis


KR = x 100 %
Total kerapatan seluruh jenis

Dominansi (m2/Ha)

Basal area suatu jenis


D=
Luas seluruh petak contoh

Dominansi Relatif (%)

Dominansi suatu jenis


DR = x 100 %
Total dominansi seluruh jenis

Frekuensi
Jumlah petak terisi suatu jenis
F=
Jumlah petak contoh seluruhnya

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi suatu jenis


FR = x 100 %
Total frekuensi seluruh jenis

Rumus diatas digunakan untuk menghitung Nilai Dominansi (SDR) dan Indeks
Nilai Penting (INP). Nilai dominansi dengan menggunakan persamaan :
FR + DR + KR
SDR (%) =
3

Nilai INP menggambarkan struktur vegetasi pada daerah dengan menggunakan


persamaan :

INP = KR + DR + FR

Keanekaan jenis (H) dari Shannon and Wienner :

- ni ni
H = Log
N N
dimana :
H = Indeks Keanekaan Shannon
ni = Jumlah individu dari jenis i
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis

Untuk membandingkan kesamaan jenis vegetasi yang tercatat di dalam dan


di luar daerah proyek dengan menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen
(1996) dalam Odum (1975) dengan menggunakan persamaan :

2C
S=
A+B

dimana :
S = Indeks kesamaan Sorensen
A = Jumlah jenis yang ada pada daerah A
B = Jumlah jenis yang ada pada daerah B
C = Jumlah jenis yang ada pada daerah A dan B

3.1.2.2 Fauna Darat


Tahap-tahap dan cara memperoleh data fauna meliputi :
1. Pengamatan pendahuluan, yang terdiri atas pengamatan sepintas secara
menyeluruh terhadap tipe komunitas/habitat di dalam dan di sekitar daerah,
daftar jenis satwa, status kelangkaan jenis, pola migrasi dan struktur
habitatnya. Data jenis fauna yang dikumpulkan mencakup satwa dari kelas
mamalia, aves, reptilia, amphibia dan serangga.
2. Pengumpulan data jenis satwa dilakukan dengan inventarisasi jenis dan
wawancara dengan penduduk. Inventarisasi dilakukan dengan penjelajahan
di berbagai tipe habitat yang ada di daerah yang diteliti. Wawancara
dilakukan untuk melengkapi data bagi satwa yang jarang dan sulit ditemukan,
dan mengetahui jenis satwa yang mempunyai nilai ekonomis. Dicatat pula
jenis satwa yang endemik, langka dan dilindungi undang-undang.
Pengumpulan data populasi, metoda yang digunakan yaitu IPA (Indices
Ponctoes dAbondance, Blondel et al., 1970).

Analisis data :

Indeks kelimpahan (Jorgensen, 1974), rumus :

Ni
Di = x 100
N
dimana :
Di = Indeks kelimpahan dari jenis i
Ni = Jumlah individu dari jenis I
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis
penilaian :
a. Jenis dominan lebih dari 5%
b. Sub dominan 2% - 5%
c. Tidak dominan 0% - 2%

Indeks Keanekaan (Shannon-Wienner), rumus :

- ni ni
H = Log
N N

dimana :
H = Indeks Keanekaan Shannon
ni = Jumlah individu dari jenis i
N = Jumlah total individu dari seluruh jenis

Indeks Kesamaan (Sorensen Index), rumus :

2C
S=
A+B

dimana :
S = Indeks kesamaan Sorensen
A = Jumlah jenis yang ada pada daerah A
B = Jumlah jenis yang ada pada daerah B
C = Jumlah jenis yang ada pada daerah A dan B

3.1.3 Hidrologi
Komponen hidrologi yang dianalisis meliputi kualitas dan kuantitas air
permukaan serta kondisi fisik dan kualitas air tanah.
a. Air Tanah
Pengamatan kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali. Data diperoleh
dari hasil data sekunder. Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur
penduduk di daerah proyek dan sekitarnya. Analisis kualitas air tanah dangkal
dilakukan dengan metoda seperti pada Tabel 3.2. Parameter kualitas air tanah
tersebut dibandingkan dengan baku mutu.
b. Air Permukaan
Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia dan biologi air
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Pencemaran Air untuk menentukan status mutu air bagi peruntukan tertentu dan baku
mutu yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah (Tabel
3.3). Contoh air diambil dengan menggunakan "botol sampler". Penentuan lokasi
titik sampel air didasarkan pada lokasi sumber air baik air permukaan maupun air
tanah yang akan digunakan untuk kegiatan dan operasional PLTU dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Tabel 3.2
Metoda Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk

No Parameter Satuan Metoda/Peralatan

A. FISIKA
1 Bau - Pengamatan
2 Zat padat Terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik/Timbangan Analitik
NTU
3 Kekeruhan Turbidimeter
B. KIMIA
1 pH - Pengukuran/pH meter
2 Besi (Fe) mg/L Spektrofotometrik/AAS
3 Chlorida (Cl) mg/L Titrimetrik/Buret
4 Mangan (Mn) mg/L Spektrofotometrik/AAS
5 Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
6 Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
7 Sulfat (SO4) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
8 Zat organik (KMnO4) mg/L Titrimetrik/buret
9 Flourida (F) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
10 Kesadahan (CaCo3) mg/L Tritrimetri/Buret
11 Detergent mg/L Metode MBAS
12 Zat Organik mg/L Titrasi Permanganometri
13 Sisa Klor mg/L Titrasi Argentometri
No Parameter Satuan Metoda/Peralatan

14 C. MIKROBIOLOGI
15 Koli Fekal MPN/100 ml Pengenceran/tabung fermentasi
16 Total koli MPN/100 ml Pengenceran/tabung fermentasi

Tabel 3.3
Metoda Kualitas Air Sungai

No. Parameter Satuan Metoda dan Alat Pengukuran

Fisik
1. Suhu Air C Termometer
2. Zat padat tersuspensi mg/l Gravimetrik, dry weight
3. Daya Hantar Listrik umhos/cm SCT-meter
4. pH - pH meter digital

Kimia
6. COD mg/l Permangometrik
7. BOD5(20C) mg/l Winkler, Titrimetrik
8, Minyak & Lemak mg/l Ekstraksi-Soxhlet

Keterangan : Baku mutu mengacu pada SK Gubernur Kalimantan Tengah


No. 38 Tahun 1991 Golongan B,C,D
Lokasi pengukuran dan pengambilan contoh air sungai tersebut ditentukan
berdasarkan pertimbangan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Hubungan antara kegiatan Pertambangan zircon dengan kegiatan lain
disekitarnya.
b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh limbah dari Pertambangan
zircon
Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan
dibandingkan dengan baku mutu menurut SK. Gubernur Kalimantan Tengah No. 38
Tahun 1991 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sumber Air di
Kalimantan Tengah, sedangkan untuk kualitas air tanah akan dibandingkan dengan
daftar persyaratan Kualitas Air Bersih yang terdapat di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.

Metoda Perhitungan:
Perhitungan Debit
Pengukuran debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.
Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sampel
kualitas air sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas
sungai di daerah studi. Pendekatan persamaan empirik digunakan untuk
memperkirakan debit sesaat sungai (Sostrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu:

Q = k x A x V
dimana :
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas penampang sungai (m2)
V = Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)
k = Faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran sungai

Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air
dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai.
Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air
sungai dengan menggunakan pelampung permukaan, selanjutnya
dibandingkan dengan data sekunder.
Air Larian
Perkiraan kenaikan air larian disebabkan oleh pendirian suatu bangunan di
lahan tertentu, hal ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Q = ( CR - CP ) I A
dimana :
Q = Debit aliran (m3/hari-hujan)
I = Intensitas hujan (m/hari-hujan)
A = Luas seluruh daerah bangunan (m2)
CR = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
CP = Koefisien air larian sebelum dibangun

Harga CR adalah :
(C1.a + C2.b + C3.c + ......)
CR =
(a + b + c)
dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan

Analisis neraca air mempergunakan persamaan sebagai berikut:


P = ET + R + I
dimana:
P = Besarnya curah hujan tahunan (mm)
ET = Besarnya evapotranspirasi (mm)
R = Besarnya run off (mm)
I = Besarnya infiltrasi (mm)
3.1.4 Aspek Sosial Ekonomi Budaya
3.1.4.1 Metoda Pengumpulan Data
1. Studi Kepustakaan dan Data Sekunder
Studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengkaji teori, konsep, variabel dan
parameter-parameter sosekbud yang ditelaah dalam studi ini. Disamping itu, kajian
kepustakaan juga dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi sosekbud dari
hasil penelitian para ahli. Kajian kepustakaan yang digunakan dalam studi ini
terdiri atas berbagai publikasi ilmiah, baik kajian teoritis murni maupun hasil-hasil
penelitian/kajian empiris.
Studi data sekunder dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
yang mencakup aspek demografi, ekonomi dan kesehatan masyarakat baik pada
tingkat desa, kecamatan.
Data demografi didapat dari data Desa nanokliwon, Cangkang, Muwun,
Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan Saripoi, Kecamatan laung Tahup dan
Tanah Siang. dalam angka dan berbagai studi kependudukan dan sosial ekonomi
lainnya yang dipandang perlu untuk di dapat..
Data komponen budaya yang diperlukan adalah Komposisi pemeluk agama.
Data ekonomi social yang dirasa perlu antara lain adalah fasilitas perdagangan dan
jasa serta fasilitas umum rekreasi keluarga. Sedangkan data kesehatan masyarakat
yang diperlukan diantaranya adalah data jumlah dan jenis fasilitas kesehatan,
cakupan tenaga dokter/paramedis, insidensi dan prevalensi penyakit.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan daftar
isian dan check list yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang
diperlukan dikumpulkan dari:
Kantor Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang.
Publikasi lainnya yang terkait dengan studi ini.

2. Data Primer
Metoda pengumpulan data sosial yang digunakan adalah sebagai berikut :
A. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan metoda pengumpulan data primer pada
sejumlah responden terpilih melalui kegiatan wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan yang disebarkan kepada
beberapa sampel masyarakat secara merata di Kecamatan laung Tahup dan Tanah
Siang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait proyek pertambangan.
B. Wawancara mendalam (Indepth interview)
Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat, baik formal
maupun non formal dengan menggunakan pedoman wawancara.
C. Observasi/Pengamatan Lapangan
Observasi/pengamatan lapangan merupakan kegiatan pengamatan terhadap
obyek studi secara langsung.

3. Penarikan Sampel
Metoda penarikan sampel yang digunakan adalah metoda Stratified Random
Sampling.
Metoda Stratifield Random Sampling yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ni
ni = x n
N
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
i = strata ke i

3.1.4.2 Metoda Analisis


Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif
digunakan dalam analisis sosial budaya yang meliputi parameter persepsi dan sikap
masyarakat/persepsi dan sikap tokoh-tokoh desa melalui wawancara mendalam.

3.1.5 Kesehatan Masyarakat


Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah :
Sanitasi/Kesehatan Lingkungan
a. Sumber air untuk dikonsumsi
b. Sumber air di luar konsumsi
c. Cakupan Sistem Pembuangan Air Kotor
d. Sistem pembuangan sampah domestik beserta pengolahan sampah
e. Gangguan kenyamanan yang banyak muncul

3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting


Metode-metode yang dapat digunakan untuk memproyeksikan dampak
besar dan penting dari pelaksanaan proyek terhadap lingkungan sekitar antar lain :
1. Metode perhitungan matematis
Hasil yang didapat dari metode ini yaitu proyeksi sebaran dampak dari
proyek, seperti proyeksi pertambahan jumlah penduduk, sebaran pencemar
di lingkungan sekitar kawasan, dll.
2. Metode simulasi visual dan peta
Hasil yang didapat dari metode ini yaitu penggambaran dari sebaran dampak
proyek, seperti sebaran penduduk dan pertumbuhannya, sebaran zat-zat
pencemar yang ditimbulkan.
3. Metode analogi
Hasil-hasil dari studi kasus pada proyek-proyek serupa terdahulu dipakai
untuk membantu memperkirakan dampak penting yang mungkin
ditimbulkan pada proyek baru ini.
4. Penilaian ahli profesional

Dalam memiilih metode yang tepat harus memilih, kelebihan dan kelemahan dari
tiap metode baik dari fungsi maupun cara kerjanya. Metode yang digunakan
perkiraan dampak penting terhadap kegiatan pertambangan zircon di Desa
nanokliwon, Cangkang, Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan
Saripoi, Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang. menggunakan metode
Checklist Sederhana karena metode ini dianggap paling mudah, dan dapat
menghemat waktu. Pada dasarnya berbentuk daftar dari komponen lingkungan
yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan ataupun merugikan
terhadap tahapan pembangunan yaitu :
a. Tahap Pra-Konstruksi
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Operasi
d. Tahap Pasca-Operasi

Berdasarkan tabel checklist tersebut dapat pula disusun suatu daftar dampak
lingkungan proyek yang dikelompokkan ke dalam tingkatan pembangunan proyek
dengan uraiannya agar dapat dilihat urutan dari dampak sebagai berikut:
a. Tahap Pra-Konstruksi
Dampak pada tahap ini termasuk ke dalam dampak saat pembebasan
lahan, penjelasan terhadap dampak terhadap tiap komponennya telah
dijelaskan pada bab 2.3
b. Tahap Konstruksi
Pengadaan alat dan bahan, pembukaan lahan, pembangunan lahan ,
pembangunan akses jalan dan pembangunan fasilitas infrastruktur
adalah pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan dampak penting
dan besar.
c. Tahap Operasi
Pada tahap ini banyak sekali pekerjaan yang dapat menimbulkan
dampak besar dan penting, antara lain adalah Pengupasan lahan pucuk,
pengangkutan tanah pucuk, pengeboran, pemuatan overburden,
penimbunan, ekskavasi zircon dan pemuatan zircon. Dampak yang
ditimbulkan sebagian besar berpengaruh kepada kesehatan masyarakat,
dan kenyamanan.
d. Tahap Pasca Operasi
Proses yang termasuk ke dalam tahap ini sebagian besar menimbulkan
dampak yang positif terhadap komponen lingkungan, seperti revegetasi,
namun terdapat juga dampak negatifnya antara lain adalah pada saat
pemindahal alat-alat.
Proses penentuan dampak yang akan terjadi dilihat dari berbagai macam
perspektif, seperti :
a. Proses kegiatannya
Proses kegiatan sangat menentukan seberapa luas dampak akan tersebar
b. Alat-alat yang digunakan
c. Lama pekerjaan
Komponen Lingkungan yang dikaji adalah :
a. Komponen Geofisik-Kimia
b. Komponen Biologi
c. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya

3.3 Metode Evaluasi Dampak Penting


Untuk memperkirakan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena
dampak, dilakukan pembuatan simple checklist yang menandai komponen-
komponen kegiatan yang memiliki pengaruh terhaap komponen lingkungan.
Metode prakiraan dampak dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagai
berikut:
Pendekatan secara model matematis merupakan perkiraan dampak yang
paling baik bila tersedia cukup data dan model yang sesuai dengan data yang
ada.
Pendekatan secara standar baku mutu lingkungan merupakan perkiraan
dampak dengan menggunakan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Pendekatan secara analogi merupakan perkiraan dampak dengan mencari
persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.
Profesional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga ahli
berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan dengan
fenomena di lapangan.
Dalam menentukan dampak penting pada laporan ini digunakan pendekatan
secara standar baku mutu lingkungan dengan melihat analogi terhadap kasus-kasus
serupa yang pernah terjadi sebelumnya.
Dalam evaluasi dampak yang terjadi digunakan metode checklist, dengan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang akan menghasilkan dampak terhadap
lingkungan.
Secara garis besar pentingnya suatu dampak adalah bila kondisi berikut tercapai :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Dampak dapat dikatakan penting jika manusia yang terkena dampak negatif
langsung jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang
menerima manfaat positif langsung proyek.
2. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak dikatakan penting jika sebarannya dua kali atau lebih luas dari luas
wilayah perencanaan atau telah melewati batas-batas administratif kabupaten.
3. Lamanya dampak berlangsung
Dampak dikatakan penting jika dampak berlangsung selama minimal satu
tahapan kegiatan proyek.
4. Intensitas dampak
Dampak dikatakan penting jika intensitas dampak negatif telah menyebabkan
kemerosotan daya toleransi lingkungan secara drastis dalam waktu yang singkat
dan ruang yang luas.
5. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak
Dampak dikatan penting jika komponen-komponen lingkungan yang terkena
dampak sekunder atau tersier lebih banyak atau sama dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak penting.
6. Sifat kumulatif dampak
Dampak dikatakan penting jika akumulasi dampak terjadi terus menerus
sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan dan menimbulkan ruang yang
relatif luas bahkan terjadi fenomena sinergetik (saling memperkuat di wilayah
sebarannya).
7. Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya (Irreversibel) dampak tersebut.
Dampak dikatakan penting jika komponen lingkungan yang terkena dampak
tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

Untuk beberapa aspek, evaluasi dilakukan melalui perbandingan dengan


standar kualitas lingkungan yang berlaku.
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI

4.1 Pemrakarsa
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa perencanaan
penambangan zircon di Kecamatan Padalarang, Kota Bandung, yaitu:
Nama Proyek : Pembangunan Pertambangan Zircon Desa
nanokliwon, Cangkang. Muwun, Tabulang, Olung Oru, Dikung Bakung, dan
Saripoi, Kecamatan laung Tahup dan Tanah Siang Propinsi Kalimantan
Tengah.
Pemilik Proyek : PT. Zircon Zaman Now
Pemrakarsa : PT. Zircon Zaman Now
Alamat : Jln. Sangaji No. 06 RT/RW. 02/III Puruk Cahu,
Kal-Teng
4.2 Penyusun Studi Amdal
Sebagai penanggungjawab penyusunan studi ANDAL Pembangunan
Pertambangan Zircon di Padalarang adalah :
Nama Konsultan : PT Maju Mundur Bersama
Penanggung Jawab : Ayu Lusi Natallia
Alamat : Jl. G Obos V, Gg Sejahtera No. 126 Kal-Teng

Sedangkan tim penyusunan studi AMDAL Pembangunan Pertambangan


Zircon di Gunung Bentang, Padalarang adalah :
Ketua Tim : Ayu Lusi Natallia
Ahli Kualitas Udara : Efa Octavia J
Ahli Bid. Klimatologi : Elis Malinda
Ahli Bid. Kebisingan : Maratus Sholihah
Ahli Hidrologi : Tiara Nauli Mustika E.N
Ahli Kualitas Air : Elistia Tri P
Ahli Biologi : I made Bhismahayana
Ahli Sosial-Ekonomi : Pantun Maruli V.

4.3 Biaya Studi


Besarnya biaya Studi yang dibutuhkan didalam penyusunan studi ANDAL
didasarkan atas lingkup studi yang akan ditelaah. Adapun rincian rencana
pengeluaran biaya adalah digunakan untuk sebagai berikut :
1. Biaya survey
2. Biaya wawancara dengan responden/Komunikasi
3. Biaya untuk Tenaga Ahli
4. Biaya pengamatan/observasi lapangan
5. Biaya penelitian
6. Biaya Administrasi
7. dan biaya lainnya

Berikut ini adalah rincian biaya :


- Tenaga Ahli : Rp. 270.000.000,00
- Biaya Akomodasi : Rp. 100.000.000,00
- Transportasi : Rp. 60.000.000,00
- Komunikasi : Rp. 10.000.000,00
- Administrasi : Rp. 10.000.000,00
Total : Rp 450.000.000,00
- Biaya tak Terduga : 10% * total
: Rp. 45.000.000,00
- Total Biaya : Rp. 495.000.000,00

4.4 Waktu Studi


Jangka waktu pelaksanaan studi AMDAL sejak tahap persiapan hingga
penyerahan laporan ke instansi yang bertanggung jawab adalah 1 tahun. Hal ini
dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
a. Asumsi perkembangan dari proyek ini sangat cepat sehingga dampaknya pun
dapat diketahui dengan cepat pula.
b. Waktu satu tahun maksimum merupakan waktu yang cukup lama dalam melihat
reaksi warga terhadap proyek penambangan zircon ini.

Anda mungkin juga menyukai