Anda di halaman 1dari 2

Semua pasien obstetrik berpotensi memerlukan tidakan anestesi, baik yang

direncanakan atau emergensi. Pasien yang memerlukan tindakan anestesi untuk


persalinan atau operasi sesar harus menjalani evaluasi preanestetik. Pilihan anestesi
untuk operasi sesar ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk indikasi untuk
persalinan operasi berdasarkan kegawatdaruratan, kondisi pasien dan obstetrik, serta
keterampilan ahli anestesi.1

Pada kasus ini, pasien seorang perempuan usia 38 tahun dengan diagnosis
G4P3A0H2 gravid 28-29 minggu + PEB dalam reg. MgSO4 maintenance, JHTIU
presentasi kepala + bekas SC 1x dengan pada pemeriksaan CTG didapatkan hasil non
reaktif/Fetal Distress, maka pada pasien ini digunakan anestesi umum sebagai pilihan
jenis anestesi pada pasien ini. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan
ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan risiko yang tidak
diinginkan dari pasien2, sehingga dapat menjadi pilihan anestesi pada kasus ini.

Anastesi pada pasien ini menggunakan propofol 100 mg dan ketamin 500 mg.
Efek pemberian anestesi umum intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara
cepat. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,
metabolisme otak, dan tekanan intrakranial akan menurun. Ketamin mempunyai sifat
analgesik, anestetik, dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat
kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Tidak menyebabkan
relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Untuk induksi
ketamin secara intravena dengan dosis 2 mg/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium
operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan
dosis ulangan setengah dari semula.4 dalam sebuah studi dikatakan bahwa penggunaan
ketamin tidak berkaitan dengan reduksi pada perfusi uteri, karena ketamin
meningkatkan aliran darah.5

Anastesi gas sebagai maintanance pada pasien ini ialah sevoflurane, N2O, dan
O2. N2O sering digunakan pada partus, yaitu diberikan 100% N2O pada waktu
kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan
100% O2 pada waktu relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia.3 Dalam literatur
lain disebutkan bahwa 50% NO dalam oksigen dengan agen volatil konsentrasi
rendah di atas 0,75 MAC (1% sevoflurane, 0,75% isoflurane, atau 3% desflurane)
digunakan untuk anestesi rumatan. Agen volatile dosis rendah digunakan untuk
memastikan pasien amnesia tapi secara umum tidak cukup untuk menyebabkan
relaksasi uterin yang berlebihan atau pencegah kontraksi uterus yang disebabkan oleh
oksitosin.1 Roculax (rocuronium) digunakan sebagai muscle relaxant durasi
intermediet (atacurium, cisatracurium, atau rocuronium) untuk relaksasi, namun dapat
mnyebabkan prolong blokade neuromuskular pada pasien yang menerima MgSO4.1

Tindakan aseptik pada pasien seksio sesaria dilakukan sebelum tindakan anestesi
dilakukan. Hal ini dikarenakan agar pasien dapat segera ditindak setelah tindakan
anestesi dilakukan. Seperti obat anestesi umum lainnya, kecuali muscle relaxant,
dapat mempengaruhi janin melalui uteroplasental, dan dalam beberapa kasus dapat
meningkatkan kejadian depresi neonatus, maka bayi harus dilahirkan segera setelah
ETT dilakukan. Bayi yang preterm lebih mudah mengalami depresi akibat anestesi
dibandingkan bayi cukup bulan, apalagi dengan proses lahir melalui seksio sesaria.
Kebanyakan obat anestesi akan menurunkan tekanan nadi dan berujung kepada
menurunnya keluar dan masuknya aliran darah ke dan dari plasenta. Penurunan
tekanan darah sistolik ibu akan meningkatkan terjadinya bradikardia pada janin.
Walaupun penurunan tekanan darah ibu ini bersifat sementara, namun dapat
menyebabkan terjadinya meningkatnya tingkat keasaman darah pada janin.5

Pemberian midazolam serta fentanil pada pasien seksio sesaria dilakukan setelah
bayi dilahirkan. Hal ini disebabkan karena fentanil dan midazolam dapat melewati
sawar plasenta dan dapat memberikan efek kepada janin. Midazolam dapat masuk ke
plasenta dengan cepat dengan perbandingan midazolam dari vena umbilikus ke vena
ibu 0,66 dan telah dilaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara midazolam
dan thiopental pada hemodinamik ibu. Bagaimanapun beberapa studi menduga bahwa
midazolam berhubungan dengan kejadian APGAR score yang rendah.1,5

Anda mungkin juga menyukai