Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MESSA NASTI PUTRI

NIM : 16129347
TUGAS APRSIASI SASTRA ANAK
Menulis Pantun dan Syair Serta Strategi Pembelanjarannya
A. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris bersajak ab-ab atau aa-aa.
Dua baris pertama sampiran, dua baris terakhir berupa isi. Pantun merupakan salah
satu jenis puisi lama yang memiliki beberapa ciri: 1) dalam setiap bait terdiri atas
empat baris, 2) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga
dan keempat adalah isi, 3) jumlah suku kata setiap baris antara delapan sampai dua
belas suku kata, dan 4) rima akhir setiap bait adalah a-b-a-b (Sugiarto, 2008:08-10).
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti petuntun. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal
sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa
Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat
larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun
yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah
dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris
masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua
yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris
terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
B. Ciri-Ciri Pantun
Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh
diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi
lama lainnya. Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
1. Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
3. Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Syarat-syarat Menulis Pantun Sugiarto (2010:10) syarat-syarat pantun tersebut
dibagi menjadi empat sebagai berikut:
1. Setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris). Yaitu sebuah pantun tidak
boleh lebih dan tidak boleh kurang barisnya dari empat baris.
Contoh : Pergi saja ke laut
Aru Cari tupai di dalam kota
Ikuti saja nasehat guru
Agar tercapai cita-cita
2. Terdiri dari 8-12 suku kata pada tiap larik atau baris.
Dalam kalimat Pergi saja ke laut Aru terdapat sembilan suku kata, yaitu
per-gi-sa-ja-ke-la-ut-a-ru. Begitu juga dalam kalimat Cari tupai di dalam kota
juga terdapat sembilan suku kata, yaitu ca-ri-tu-pai-di-da-lam-ko-ta.
3. Bersajak ab-ab Yaitu maksud sajak atau rima disini adalah kemiripan
pengucapan atau persamaan bunyi pengucapan antar baris 1 dengan baris 3
dan baris 2 dengan baris 4.
Contoh : Pergi saja ke laut Aru (a)
Cari tupai di dalam kota (b)
Ikuti saja nasehat guru (a)
Agar tercapai cita-cita (b)
Pantun di atas dianggap benar karena baris 1 dengan baris 3 memiliki
kemiripan bunyi atau mempunyai sajak yang sama yaitu (a). Begitu juga
pada baris 2 dengan baris 4 memiliki kemiripan bunyi atau mempunyai sajak
yang sama yaitu (b).
4. Baris 1 dan baris 2 disebut sampiran, sedangkan baris 3 dengan baris 4
disebut isi pantun.
Contoh sampiran : Pergi saja ke laut Aru (baris 1)
Cari tupai di dalam kota (baris 2)
Dua baris di atas merupakan sampiran dari sebuah pantun. Sampiran itu
sendiri adalah kiasan yang dijadikan isi di dalam pantun.
Contoh isi : Ikuti saja nasehat guru (baris 3)
Agar tercapai cita-cita (baris 4)
Dua baris di atas merupakan isi pantun tersebut. Isi pantun adalah apa yang
akan disampaikan si penulis dalam pantun yang dibuatnya.
C. Jenis-Jenis Pantun
Terdapat beberapa macam dasar pengelompokan pantun. Berdasarkan bentuknya,
Rizal (2010:16-20) mengelompokkan pantun menjadi pantun biasa, karmina, talibun,
dan pantun berkait. Pendapat tersebut didukung oleh Supardo (1969:47) dan Samidi
(1962:97). Pendapat tersebut beralasan pada keberadaan sampiran dan isi di dalam
puisi-puisi lama tersebut. Selain itu, keempat puisi lama tersebut juga memuat
informasi yang lengkap di dalam satu bait.
1. Pantun biasa
Pantun adalah salah satu puisi lama yang berisi nasihat, awalnya berupa
sastra lisan tetapi lama kelamaan pantun juga dikenal sebagai salah satu
bentuk sastra tulisan. Tujuan dari pantun adalah untuk menyampaikan
sesuatu dengan lebih santun dan arif. Ciri-cirinya adalah : 1) Setiap bait
terdiri atas empat baris, 2) Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku
kata, 3) Baris pertama dan kedua merupakan sampiran sedangkan baris
ketiga dan keempat adalah isi, 4) Umumnya bersajak/ berima ab-ab.
Contoh : Gunung Daik timang-timangan
Tempat beruk berulang ali
Budi yang baik kenang-kenangan
Budi yang buruk buang sekali
2. Karmina/ pantun kilat
Pantun Kilat atau karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris :
Baris pertama merupakan sampuran dan baris kedua merupakan isi. Apabila
dituliskan dalam empat baris sebait ciri-cirinya adalah : 1) tiap barisnya
terdiri atas 4 sampai dengan 5 suku kata, 2) Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi, 3)
bersajak/berima ab-ab. Apabila dituliskan dalam dua baris sebait ciri-cirinya
adalah : 1) Tiap-tiap barisnya terdiri atas 8 sampai dengan 10 suku kata, 2)
Baris pertama merupakan sampiran, baris kedus merupakan isi, 3)
bersajak/berima aa.
Contoh : Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak ingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin
3. Talibun
Talibun adalah Pantun yang susunannya terdiri atas ena, delapan,
ataupun sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni
terdiri atas sambiran dan isi. Jika talibun itu enam baris maka tiga baris
pertama merupakan sampiran, sedangkan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Ciri-cirinya adalah : 1) setiap bait terdiri atas lebih dari 4 baris tetapi selalu
genap jumlahnya (6, 8, 10 dst), 2) setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan
12 suku kata, 3) separuh bait yang pertama merupakan sampiran dan separuh
bait kedua merupakan isi, 4) bersajak abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan
seterusnya.
Contoh : Kalau anak pergi ke pekan
Mari beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi bejalan
Ibu cari sanak pun dari
Induk Semang cari dahulu
4. Pantun berkait
Pantun Berkait disebut juga pantun berantai atau seloka. Pantun berkait
adalah yang terdiri atas beberapa bait, dan bait yang satu dengan bait dengan
yang lainnya sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait
pertama dipakai kembali pada garis pertama dan ketiga dari bait kedua.
Demikian pula hubungan antara bait kedua dengan ketiga, ketiga dengan
keempat, dan seterusnya. Ciri-cirinya adalah : 1) Setiap Setiap bait terdiri
atas 4 baris, 2) Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata, 3)
Bersajak ab-ab, 4) Baris kedua pada bait pertama menjadi baris pertama pada
bait kedua, 5) Baris keempat pada bait pertama menjadi baris ketiga pada
bait kedua.
Contoh : Sarang Garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah tuan
Buah kemuning dalam puan
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari Indragiri
Kabu-kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlah tahu
Berdasarkan isi atau temanya, pantun dibedakan menjadi lima macam.
Pantun-pantun tersebut meliputi pantun anak-anak, pantun remaja/dewasa, pantun
orang tua, pantun teka-teki, dan pantun jenaka (Sugiarto, 2009:14). Pantun anak-anak
menggambarkan perasaan anak-anak (Fatoni dan Fatimah, 1986:53). Pantun
remaja/dewasa berisi kehidupan remaja/dewasa. Tema cinta sangat dominan dalam
pantun remaja/dewasa. Oleh karena itu, H.C. Klinkert menyebut pantun
sebagai minnezangen (lagu cinta kasih). Pantun remaja/dewasa dibedakan menjadi
pantun dagang atau pantun nasib, pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun
berceraian, dan pantun beriba hati (Sugiarto 2009:14).
Pantun orang tua berisi pendidikan, ajaran agama, dan petuah hidup (Supardo
1969:49). Pantun orang tua terdiri atas pantun nasihat, pantun adat, pantun agama,
pantun budi, pantun kepahlawanan, pantun kias, dan pantun peribahasa (Sugiarto
2009:15). Pantun teka-teki merupakan pantun yang digunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Di dalam pantun teka-teki terdapat sebuah pertanyaan (teka-teki) yang
harus dipecahkan oleh lawan bicara. Jawaban atas teka-teki tersebut disampaikan
dalam bentuk pantun (Surana dalam Susanti, 2009:20).
Pantun jenaka merupakan pantun yang digunakan para pemuda untuk bersenda
gurau. Pantun ini biasanya berisi lelucon atau cerita-cerita yang bersifat ringan (Fatoni
dan Fatimah, 1986:55). Sesuai dengan pengelompokan pantun berdasarkan isi, pantun
yang akan dikembangkan di dalam buku pengayaan menulis pantun berbasis
nilai-nilai karakter bagi peserta didik sekolah dasar yaitu pantun anak, pantun nasihat,
pantun jenaka, dan pantun teka-teki. Pantun anak dipilih karena pantun tersebut sesuai
dengan perkembangan peserta didik sekolah dasar. Pantun nasihat dipilih karena
paling mudah dijadikan sarana penyampaian nilai-nilai karakter yang bisa diteladani
pembaca.
Adapun pantun teka-teki dan pantun jenaka berfungsi sebagai variasi sekaligus
pelengkap. Pantun-pantun tersebut berisi topik yang dekat dengan dunia anak,
disajikan dengan bahasa yang sesuai dengan perkembangan anak, dan disampaikan
melalui karya-karya tokoh cerita berusia anak-anak.
D. Penilaian dalam Menulis Pantun
Penilaian yang akan dilakukan dalam menulis pantun menurut Sunaryo
(2008:75-76) adalah:
1. Kesesuaian dengan syarat pantun, merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam penilaian menulis pantun yang mana di dalamnya terdapat satu bait
terdiri dari empat baris, bersajak ab-ab, baris 1 baris dan baris 2 merupakan
sampiran sedangkan baris 3 dan baris 4 merupakan isi.
2. Kemenarikan isi pantun, bahasa yang kreatif dan pilihan kata yang tepat di
dalam penulisan pantun perlu diperhatikan agar pantun memiliki makna
ataupun pesan sehingga terlihat lebih menarik.
3. Diksi, ketepatan pilihan kata yang disesuaikan dengan syarat-syarat pantun
sehingga dapat memperindah isi pantun.
E. Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke
Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah Syair
berasal dari bahasa arab yaitu Syiir atau Syuur yang berarti perasaan yang
menyadari, kemudian kata Syuur berkembang menjadi Syiru yang berarti puisi
dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi
sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri
Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah
Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain:
Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
F. Ciri-Ciri Syair
Ciri-ciri syair, diantaranya yaitu :
1. Setiap bait terdiri dari empat baris.
2. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
3. Bersajak a-a-a-a.
4. Semua baris adalah isi.
5. Bahasanya biasanya kiasan.
G. Contoh Syair
Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamit syah padaku sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik majelis usulnya syahdam
Tiga belas tahun umurnya ada.
Paras elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina
Syair Agama (Syair Kiamat)
Bismillah itu permulaan kalam,
Dengan nama Allah Khalikulalam,
Dipermulai kitab diperbuat nazam,
Supaya ingat mukmin dan Islam.
Sudah memuji Tuhan yang kaya,
Salawatkan rasul Nabi yang mulia,
Itulah penghulu segala Anbia,
Sekalian Islam jin dan manusia.
Barang yang maksiat beroleh bala,
Kerana murka Allah Taala,
Di dalam neraka ia tersula,
Badannya hancur tiada terkala.
Dijadikan dunia oleh Tuhanmu,
Bukan di sini akan tempatmu,
Sekadar ibadah dengan ilmu,
Serta amalkan dengan yakinmu.
Barang bercinta akannya mati,
Tidaklah lupa berbuat bakti,
Siang dan malam diamat-amati,
Seumur hidup tidak berhenti.
Harta itu cari olehmu,
Sambil dengan menuntut ilmu,
Serta amalkan dengan baktimu,
Supaya jangan jadi selemu.

Anda mungkin juga menyukai