Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MESSA NASTI PUTRI

NIM : 16129347
TUGAS APRESIASI SASTRA ANAK
Pengertian, Ciri-Ciri, dan Fungsi Sastra Anak
A. Pengertian Sastra Anak
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk
yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka
dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang
ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak
sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk
anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan.
Menurut Santoso (2003, 8.3) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan usur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisa maupun tertulis yang secara khusus
dapat dipahami oleh anak-anak dan eriidi tentang dunia ayangg akrab dengan anak-anak.
Sementara itu, menurut Sarumpaet (Dalam Santoso, 2003, 8.3), sastra anak adalah karya satra
yan dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis
oleh orang tua yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang
tua.
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi
ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan
alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra
anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai
pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin, 2009)
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui
bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus
mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan
setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)
Menurut Huck dkk (1987:5) isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan
emosional dan psikologi anak itulah yang, antara lain, merupakan karekteristik sastra anak.
Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak
masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku,
berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita
itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam,
yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-
masing mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak dimasukkan karena
menurutnya, drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan ditonton, dan bukan semata-
mata urusan bahasa-sastra (Nurgiyantoro,2005:15).

B. Fungsi sastra anak


Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan
hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal,
memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga
memberi pendidikan moral pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, SastraAnak berfungsi sebagai :
1. Membentuk kepribadian,
2. Menuntut Kecerdasan emosi anak.
Selain dua fungsi di atas, sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini.
1. Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.
2. Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak.
3. Mempercepat perkembangan bahasa anak.
4. Membangkitkan daya imajinasi anak.

C. Ciri Sastra Anak


Menurut Puryanto (2008: 7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit,
menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih
dalam jangkauan anak.
2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak
terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah
wawasan pikiran anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang
dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop,
cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah
situasi masa kini. (Tarigan, 1995: 5)
Menurut Sarumpaet (Dalam Santoso, 2003:8.4), ada 3 ciri yang membedakan antara
sastra anak dengan sastra orang dewasa. 3 Ciri itu yaitu:

1. Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan
amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang
menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau
hal-hal yang bersifat negatif.
2. Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam
putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama,
yaitu baik atau jahat.
3. Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai