Prilaku Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kehamilan Resiko Tinggi Diwilayah Kerja
Puskesmas Prapat Janji Di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan
Oleh :
dr. Annisa Rachmi Siregar
dr. Arlinda Syafutri
dr. Hendra Sitepu
dr. Riri Permatasari
dr. Suri Mahdalela
dr. Wahyu Harimurti Indiarto
Pendamping :
dr.Emi Juniarti Br Barus
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Prawirohardjo, 2002: 89).
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam
keadaan ibu dan janin.
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu
(AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa
derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas
kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada ibu melahirkan
adalah penolong oleh tenaga kesehatan (Azwar, 2009). Pada tahun 2010 sekitar 800
perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak,
termasuk pendarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, gangguan hipertensi, dan aborsi
tidak aman. Dari 800 kematian, 440 terjadi di sub-Sahara Afrika dan 230 di Asia Selatan.
Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab yang
berhubungan dengan kehamilan selama hidupnya adalah sekitar 25 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu biasanya terjadi
selama masa kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa
memperhatikan lama kehamilan yang disebabkan atau dipicu oleh kehamilannya atau
penanganan kehamilannya (Prawirohardjo, 2009). Jumlah kematian ibu saat melahirkan
mencapai 40.000 orang per bulan di dunia, dan sepanjang tahun 2008 angka tesebut telah
turun sebesar 10% menjadi 36.000 kematian setiap bulannya Menurut (WHO)World
Health Organization.
Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi
sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi
adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. namun
bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti
peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester
pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi
blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung
sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis
yaitu abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa (Mansjor,dkk,2001:252).
Menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian
akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 50% kematian ibu disebabkan
oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi
yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya,
penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia dan keadaan terlalu
muda atau tua juga terlalu sering dan banyak (Prawirohardjo, 2003: 6).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah
bagaimanakah insidensi kehamilan resiko tinggi dan melihat sikap serta prilaku masyarakat
khususnya para ibu produktif yang bertujuan merubah sikap masyarakat untuk menurunkan
angka kematian.
.
1.1 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu akibat penyakit beresiko
tinggi pada kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki resiko
berdasarkan kriteria kehamilan resiko tinggi.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan kematian ibu dan anak.
c. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat terutama remaja pra nikah
1.2 MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit yang dapat timbul pada kehamilan
2. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Dan Dinas Kesehatan)
Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program pemberantasan penyakit yang
beresiko tinggi pada kehamilan terutama untuk menentukan kebijakan dalam
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program KIA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan (25%), infeksi pasca
persalinan (15%), aborsi tidak aman (13%), gangguan tekanan darah tinggi (12%), partus lama
(8%), penyebab obstetrik langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (19%)
(Bappenas, 2007). Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010,
penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium
(8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (5%), partus lama / macet (5%), dan lain-
lain (11%).
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan 3T (tiga terlambat)
diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan
persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam
keadaan emergensi (Kemenkes RI, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara selama empat tahun terakhir yaitu tahun
2007-2010 dinilai cukup tinggi yakni melebihi AKI secara nasional yakni 228/100.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2007 AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat
menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000 kelahiran hidup.
Angkanya mencapai 249/100.000 kelahiran hidup per Agustus 2010 (Dinas Kesehatan Sumatera
Utara, 2010).
Namun, Angka kematian ibu hamil maupun melahirkan di Sumut mengalami penurunan.
Pada akhir tahun 2014 (per oktober) terdapat 152 ibu meninggal dunia, sementara pada tahun
2013 jumlah kematian mencapai 249 orang dan 274 ibu meninggal pada tahun 2012. Hal ini
dalam rangka pemenuhan capaian Program Millenium Development Goals (MDG's) 2015 yaitu
102 per 100 ribu kelahiran.Sampai Oktober 2014, sebanyak 152 orang dari total 206.990 bayi
yang lahir hidup di Sumatera utara . Untuk jumlah kasus kematian ibu tertinggi yakni terjadi di
Kabupaten Labusel (17 kasus) dengan jumlah ibu hamil 6.548, jumlah lahir hidup 6.125 dan
Kabupaten Labura (17 kematian ibu) dengan jumlah ibu hamil 8.541, jumlah lahir hidup 6.755.
Lalu diikuti Kabupaten Labuhan Batu 16 kasus, 9.763 ibu hamil, 8.318 jumlah lahir hidup.
Asahan 15 kasus dengan 15.584 ibu hamil, 13.579 jumlah lahir hidup, Medan 53.933 ibu hamil,
9 jumlah kematian ibu.Penyebab terbesar kematian ibu pada 4 tahun terakhir karena pendarahan
sebanyak 50 orang, eklampsia 43 orang, lain-lain 41 orang, infeksi 10 orang, partus macet 5
orang dan abortus 3 orang.
b. Komplikasi medis
Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas
penyakit hati, penyakit paru dan penyakit-penyakit lain dalam kehamilan
MENURUT BACKETT
Faktor resiko itu bisa bersifat biologis, genetika, lingkungan atau psikososial.
Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu:
1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan
2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria.
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain
4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakitendemis, dan lain-lain.
5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan.
Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu dengan
kehamilan risiko tinggi mendapat pertolongan yang semestinya.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semu elemen-
elemen termasuk host yang lain. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan,
terutama lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah
satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.
2.1.5 KOMPLIKASI KEHAMILAN RESIKO TINGGI
komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi yang dapat terjadi pada janin
maupun pada ibu Antara lain:
1) Bayi
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
c) Janin mati dalam kandungan.
2) Ibu
a) Keguguran (abortus).
b) Persalinan tidak lancar / macet.
c) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
d) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
e) Keracunan pada kehamilan
13
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa
kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada
janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down.
4. Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin, seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang.
Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat
yang diderita janin.
Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui
lewat USG.
5. Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena
hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis
dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia,
dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada
minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24
sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
6. Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh
pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan
metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem plasenta semisal
kekurangan oksigen.
14
7. Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang
digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam
kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.
8. Biopsi kulit janin
Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit
yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas
satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu
2.1.9 PROGNOSIS
Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada ringan beratnya penyakit yang dialami ibu. Ada beberapa kondisi
yang tidak memungkinkan untuk seorang ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan membawa beresiko pada bayi yang
dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang
tidak stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari hormon thyroid yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan
sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu dengan
pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam batas yang terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama
kehamilan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya.
Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh kehamilan itu
sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis ulcerative akan menunjukkan kondisi
dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan
ataupun dapat membaik selama kehamilannya . hal yang sama juga bisa dialami oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan
15
mengalami perbaikan selama kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang merasa tidak berpengaruh pada
kehamilannya. Kondisi ini memang sulit untuk diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi kondisi yang
demikian, pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik sebaiknya harus kontrol secara rutin selama kehamilannya.
Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus (penyakit yang disebabkan
perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan peradangan pada jaringan penyokong dan organ organ) atau dengan penyakit ginjal
mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan
dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan
nutrisi ke bayi melalui plasenta, hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat berkembang dan
mengalami pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir
meninggal.
Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes dapat menyebabkan
keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula dalam darahnya dengan hati-hati dan
mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan
membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani
kehamilan.
Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan yaitu dengan sering berkunjung ke penyedia layanan kesehatan
dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah medis biasanya berusaha untuk melakukan pola hidup sehat, dan biasanya
kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita
dengan masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut sebelum memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang
mendapatkan perawatan dari perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus penyakit jantung berat, misalnya,
risiko ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan kata lain mutlak tidak
boleh hamil.
16
METODE
TEMPAT
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TANGGAL METODE
KEGIATAN
2. PELAKSANAAN
a. Pertemuan
kelas ibu hamil
b.Home visite
1) Penyuluhan
1) Memberikan info kesehatan 1) Lisan dg
Ibu hamil
kepada peserta. presentasi
17
2) Pelatihan kelas ibu
hamil 2) Meningkatkan kemandirian 2)pelatihan dan
ibu hamil
peserta praktek
3) Pembagian
kuisioner 3) Menilai tingkat pengetahuan ibu hamil
3)Membagikan
peserta
pada peserta
5)pembagian asam
5)Mencegah angka kecatatan 5)Membagikan pada
folat dan tablet besi
bayi dan mencegah kematian peserta
ibu akibat anemia
18
BAB III
PROFIL
19
20
3.2. DATA DEMOGRAFIK
Jumlah penduduk yang besar bukan hanya merupakan modal tetapi juga merupakan
beban didalam pembangunan,karenanya pembangunan diarahkan kepada peningkatan
kualitas sumber daya manusua seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Penduduk yang ada diwilayah kerja puskesmas Prapat Janji berdasarkan hasil
pendataan puskesmas sampai dengan akhir tahun 2010 berjumlah 32.942 jiwa dengan
kepala keluarga(KK) berjumlah 9.450 KK yang tersebar didua kecamatan yaitu
kecamatan buntu Pane berjumlah 20.363 jiwa dan 6.369 KK,selanjutnya untuk kecamatan
Setia Janji berjumlah 12.579 jiwa dengan 3.081 KK.
Masalah kependudukan tidak hanya terfokus kepada masslah kepadatan dan
penyebaran penduduk,namun telah bergeser kepadda masalah kualitas seperti halnya
kemiskinan dan jender.Bderbagai program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan
oleh berbagai dinas instasi berwenang dibawah koordinasi pemerintah daerah,baik
melalui bantuan langsung maupun tidak langsung dengan sumber dana dari pemerintahan
pusat dengan program-program jaminan kesehatan masyarakat dimani ini merupakann
bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat terutama pada masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan.
21