Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini pemahaman individu dan masyarakat tentang aspek sosial
budaya yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan sangat rendah padahal
di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk
menyampaikan informasi baik itu melalui media elektronik maupun media cetak.
Bagi individu individu yang mengetahui dampak ataupun pemahaman tentang
pentingnya aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku dan status
kesehatan secara menyeluruh namun tidak memperhatikan langsung konsekuensi
yang didapat, mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu merasa menyesal ketika
mengetahui dan mendapatkan hasil kesehatan yang tidak sesuai harapannya.
Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan
medis mulai mengarah ke community medicine, yang mencangkup kesehatan
mental, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan dari pembangunan sosial ini
yakni memberikan kesempatan pada masyarakat untuk hidup wajar baik itu
berupa mental, fisik, dan sosial yang menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar
untuk ikut memecahkan masalah kesehatan. Upaya kesehatan memuat usaha-
usaha terencana untuk merubah tingkah laku individu, kelompok, dan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan yang bertujuan
merubah perilaku ke arah yang menguntungkan kesehatan serta dipengaruhi oleh
lingkungan sosial budaya di mana individu tersebut hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kesehatan dan kebudayaan?
2. Apa saja wujud kebudayaan?
3. Apa saja aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan?
4. Bagaimana hubungan budaya dengan kesehatan?
5. Bagaimana implementasi sosio budaya dalam asuhan keperawatan?
6. Bagaimana pandangan sehat-sakit dalam asuhan keperawatan?
7. Bagaimana pencegahan penyakit dalam pemberian asuhan keperawatan?

1
8. Bagaimana pengaruh budaya pada kesehatan dan perilaku kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kesehatan dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui wujud kebudayaan.
3. Untuk mengetahui aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
4. Untuk mengetahui hubungan budaya dengan kesehatan.
5. Untuk mengetahui implementasi sosio budaya dalam asuhan keperawatan.
6. Untuk mengetahui pandangan sehat-sakit dalam asuhan keperawatan.
7. Untuk mengetahui pencegahan penyakit dalam pemberian asuhan
keperawatan.
8. Untuk mengetahui pengaruh budaya pada kesehatan dan perilaku
kesehatan.

D. Manfaat

Bagi penulis, adapun manfaat yang diharapkan dan dirasakan setelah


mengerjakan makalah ini adalah dapat menambah pengetahuan kami
mengenai mata kuliah Antropologi mulai dari definisi kesehatan dan
kebudayaan, wujud kebudayaan, aspek budaya yang mempengaruhi perilaku
kesehatan, hubungan budaya dengan kesehatan, implementasi sosio budaya
dalam asuhan keperawatan, pandangan sehat-sakit dalam asuhan keperawatan,
pencegahan penyakit dalam pemberian asuhan keperawatan, pengaruh budaya
pada kesehatan dan perilaku kesehatan.
Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai materi pendukung ataupun acuan
dalam pemahaman materi antropologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan danKebudayaan


Menurut Riyash (2007) kesehatan adalah suatu kondisi perasaan yang
sempurna baik fisik, mental/kejiwaan, maupun lingkungan (sosial). Bukan
hanya merujuk pada kondisi terbebasnya seseorang dari penyakit atau
gangguan kesehatan. Kesehatan merupakan ungkapan yang menunjukkan
kondisi perasaan tertentu pada seseorang, baik yang bersifat subyektif maupun
obyektif.
Menurut Dolove (2015) kesehatan merupakan keadaan bahagia,
sejahtera daari tubuh kita dan juga sosial yang memungkinkan setiap manusia
untuk hidup produktif secara sosial maupun ekonomis.Bagaimana
pemeliharaan kesehatan itu yaitu sebuah upaya penanggulangan dan juga
pencegahan dari gangguan kesehatan yang membutuhkan pemeriksaan,
pengobatan, dan atau perawatan termasuk juga kehamilan serta persalinan.
Pendidikan kesehatan merupakan sebuah proses untuk membantu seseorang
dengan bergerak secara sendiri-sendiri maupun juga secara kolektif.
Tujuannya adalah untuk membuat sebuah keputusan berdasarkan informasi
pengetahuan mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatan kepada
dirinya ataupun orang lain.
Menurut Maulana (2007) kesehatan adalah hak asasi manusia dan
merupakan investasi. Kesehatan adalah faktor penting untuk menungkatkan
kualitas hidup manusia, secara sosial dan ekonomi.
Zohrah (2012) kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of
man) dan bahwa kebudayaan itu merupakan:
1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
4. Abstraksi dan perilaku

3
5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di
mana sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
6. Sebuah gudang pusat pembelajaran
7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang
berulang-ulang
8. Perilaku yang dipelajari
9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan
orang lain
11. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku.

Menurut Afrizayanda (2011) dalam makalahnya yang berjudul


Budaya Kesehatan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat.
Adapun kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks,yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adatistiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

4
3. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
4. Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut: Budaya merupakan pengalaman yang
bersifat universal sehingga tidak ada dua budayayang sama persis. Budaya
bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. Budaya diisi dan
ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

B. Wujud kebudayaan
Menurut Zohrah (2012) wujud kebudayaan ialah sebagai berikut:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari
kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada
didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu
hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem
social ini bersifat konkrit, serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa
diobservasi, di lihat dan didokumentasikan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut
kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan
4. seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua
manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya
manusia seperti candi, computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing
baju.

5
C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Menurut Sunjaya (2017) ada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi perilaku
kesehatan, yaitu:
1. Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit
Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda
dengan konsep sehat dan sakit versi sistem medis modern (penyakit
disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa).
2. Kepercayaan
Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku
kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-
kadang memberi pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat
fatalistik atau fatalism adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai
oleh nasib. Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap
bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak
Allah. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan
saat sakit.
3. Pendidikan
Masih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-
petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya
tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan khayalaknya.
4. Nilai Kebudayaan
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang
mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu.
Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi
masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak.
Contoh :
a. Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan
menjadi amis

6
b. Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini
menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.
Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan
penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi
kanibalisme.
Sifat Etnosentris merupakan sikap yang memandang kebudayaan
sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Etnosentrisme merupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada
masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan
pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti
contoh, Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu
tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat
sedangkan masyarakat tidak. Selain itu, budaya yang diajarkan sejak awal
seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau
anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam
masyarakat.
5. Norma
Merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok
dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali
tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan
norma (sebagai standar untuk menilai perilaku) antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang
normal (normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Contohnya Bila
wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat
memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal
mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada
diberas putih.
6. Inovasi Kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan
sesuatu perubahan selalu dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti
perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang petugas kesehatan jika

7
akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi
contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas
kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan
diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya
petugas kesehatan yang benar.

D. Hubungan budaya dengan kesehatan


Menurut Wulandari (2014) budaya mengartikan apa yang baik dan
buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat. Secara langsung budaya
mempengaruhi kebiasaan sehari-hari. Berikut merupakan cara budaya
memengaruhi kesehatan, yaitu :
1. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang diambil
dalam penambahan atau pengurangan risiko. Contoh: dalam pemilihan
makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian), metode dalam
memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki di China.
2. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima. Contoh:
variasi kadar penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk
ketergantungan terhadap penyembuhan diri sendiri dan penyembuhan
tradisonal.
3. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit dan intervensinya
Contoh: perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap
pengobatan, penerimaan terhadap hasil yang merugikan.
4. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi
mengenali gejala-gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan
gejala. Contoh: perbedaan budaya dalam mencari perawatan.

E. Implementasi Sosio Budaya Dalam Asuhan Keperawatan


Menurut Rianti (2015) dalam makalahnya yang berjudul Implementasi Sosio
Budaya Dalam Asuhan Keperawatan berbagai upaya dilakukan oleh perawat
untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsur
sosial dan kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada

8
tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur sosial masyarakat seperti umur,
jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, dan unsur budaya. Sistem kepercayaan
tertentu berkaitan dengan pemilihan menu makanan. Pemeluk beragama islam
tidak akan makan daging babi, meskipun diolah dengan baik. Secara medis sudah
terbukti bahwa daging babi yang dikonsumsi mentah atau setengah matang dapat
menularkan cacing pita (Taenia solium). Perawat tidak dapat menganjurkan
masyarakat yang beragama islam untuk makan daging babi. Sangat penting bagi
perawat untuk mempelajari sistem organisasi di masyarakat.
Dengan mempelajari organisasi masyarakat, perawat akan mengetahui
organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa,
kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Perawat
akan menemukan key person untuk dijadikan kader kesehatan. Dengan
pengetahuan tersebut maka perawat dapat menentukan strategi pendekatan yang
lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat menuju
perilaku sehat dan perbaikan status kesehatan masyrakat.
Perawat harus memiliki pengetahuan tentang kesehatan masyarakat.
Dengan menguasai pengetahuan tersebut, akan membantu mereka dalam
menentukan pengetahuan mana yang perlu ditingkatkan, diubah, dan pengetahuan
mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan. Sebagai
contoh, hasil penelitian Sudarti Kresno (2008) menunjukkan bahwa konsep
masyarakat tentang penyebab penyakit diare berbeda dengan konsep medis.
Menurut masyarakat, penyebab penyakit diare pada bayi adalah karena bayi
tersebut sedang mengalami proses peningkatan kepandaiannya. Bayi yang semula
hanya bisa merangkak kemudian meningkat bisa berdiri, maka dalam proses
perubahan tersebut, bayi akan mengalami diare dan hal tersebut dianggap wajar
sehingga tidak perlu diobati. Selain itu, bayi yang baru tumbuh gigi juga bisa
mengakibatkan diare. Masyarakat juga berpendapat bahwa penyakit disebabkan
oleh guna-guna, gangguan roh halus, pergantian cuaca, atau dosa manusia.
Penelitian yang dilakukan di pedesaan daerah Kabupaten Soe, Nusa Tenggara
Timur, menunjukkan bahwa bayi yang sakit disebabkan oleh dosa kedua orang
tuanyasehingga untuk menyembuhkan anak yang sakit ISPA, kedua orang tuanya

9
harus mengutarakan dosa-dosa mereka dan meminta maaf. Pertama kali mereka
mencari pertolongan pengobatan kepada tim doa, dan jika tidak sembuh,
kemudian mereka mencari pertolongan pengobatan ke pelayanan kesehatan
(Sudarti Kresno, 2008). Petugas kesehatan perlu mempelajari bahasa lokal dan
istilah lokal tentang penyakit. Penguasaan bahasa lokal, tidak hanya sekedar untuk
memudahkan berkomunikasi dengan masyarakat. Umumnya masyarakat
mempunyai istilah lokal tentang suatu penyakit yang berbeda dengan istilah
penyakit yang digunakan perawat.
Berikut ini kami uraikan beberapa pertimbangan umum yang terkait dalam
memenuhi kebutuhan dasar nutrisi pada manusia.
1. Untuk menjaga fungsi metabolisme tubuh diperlukan kecukupan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, elektrolit, dan elemen-
elemen lain. Tabel ini menunjukkan fungsi nutrient ini. Nutrient ini
dianjurkan setiap hari, yaitu yang mengandung lima kelompok makanan,
sedangkan kelompok keenam yaitu lemak, minyak dan gula dianjurkan
untuk dimakan sewaktu-waktu, kelompok ini tidak boleh melebihi 30%
dari masukan kalori seluruhnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi meliputi usia,
aktivitas, jenis kelamin, status kesehatan, dan metabolism tubuh.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi masukan nutrisi meliputi yang
bersangkutan (nafsu makan, kemampuan mengunyah, dan menelan,
kemampuan fungsional, status psikologis, dan budaya) dan struktural
(sosialisasi, keuangan, kemampuan memperoleh dan menyiapkan
makanan, fasilitas, dan transportasi).
4. Tubuh memerlukan zat gizi minimal untuk kesehatan dan pertumbuhan.
Selama rentang kehidupan kebutuhan individu bervariasi.
5. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolism menyebabkan
penurunan berat badan, memburuknya kesehatan, dan penurunan
kemampuan tubuh memperbaiki sel-sel yang rusak. Metabolism akan
meningkat pada keadaan trauma, infeksi dan kanker.

10
Karbohidrat Sumber aktifitas utama untuk aktifitas sel; diperlukan
sebagai.
a. Transpor substrat, menjamin fungsi selular.
b. Sekresi hormone khusus.
c. Kontraksi otot.
d. Menghemat protein untuk fungsi lainnya.
Protein Dasar struktur tubuh (darah, otot, rambut, kuku, tendon
kulit; diperlukan sebagai.
a. Permulaan terjadinya reaksi kimia.
b. Transportasi apoprotein.
c. Pemeliharaan antibody.
d. Mempertahankan tekanan osmotik.
e. Mempertahankan sistem buffer.
f. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
g. Detoksifikasi substrat yang merugikan.
Lemak Mempertahankan fungsi tubuh, menyediakan sumber
energy, diperlukan sebagai.
a. Sumber energy pilihan (lipolysis).
b. Melindungi organ internal.
c. Bantalan organ internal.
d. Mengabsorpsi vitamin larut lemak.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan transkultural menurut beberapa ahli


terkait masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar nutrisi.

1. Selama beberapa abad diet telah digunakan di beberapa Negara untuk


penatalaksanaan kondisi penyakit yang spesifik, meningkatkan kesehatan
selama kehamilan, merangsang pertumbuhan bayi dan anak, serta
digunakan untuk memperpanjang umur harapan hidup
2. Pada beberapa budaya, sehat dipandang sebagai suatu pernyataan
keseimbangan antara cairan-cairan tubuh (darah, flegma, empedu hitam,

11
empedu kuning). Keadaan sakit disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
cairan hormonal yang menyebabkan kekeringan yang berlebihan,
menggigil, panas atau basah. Sebagai contoh, nyeri perut bagian atas
diyakini disebabkan oleh makanan yang berlebihan, diidentitikasi sebagai
menggigil. Makanan, tumbuhan, dan obat-obatan diklasifikasikan seperti
panas, basah, dingin, basah atau kering. Makanan, tumbuhan, dan obat-
obatan digunakan untuk mempertahankan tubuh dalam keseimbangan
yang alami. Misalnya buah pisang diklasifikasikan sebagai suatu makanan
yang dingin, tetapi jagung, diklasifikasikan sebagai makanan yang panas.
3. Kekurangan laktosa pada orang dewasa dilaporkan banyak terjadi pada
penduduk di dunia. Sejumlah 94% terjadi pada orang Asia, 90% pada
orang negro Afrika, 79% pada orang Indian Amerika, 75% pada orang
Amerika kulit hitam 50% pada orang Amerika-Meksiko, dan 17% pada
orang amerika kulit putih.
4. Latihan nutrisi dapat digolongkan sebagai kegiatan yang menguntungkan,
murni dan penuh kehangatan. Manfaat dan kemurnian harus didukung
dengan sensitifitas dan penjelasan pengaruh mentalnya.
5. Makan secara berkelompok dapat dianjurkan pada beberapa situasi
(rehabilitas jangka panjang, kesehatan mental) dapat menjadi konflik
budaya (contoh, laki-laki makan bersama wanita).
6. Makan digunakan oleh orang Italia untuk meningkatkan kesehatan fisik
dan psikologis. Anggur merupakan makanan yang sering digunakan
bersama pada saatmakan.
7. Mempertahankan diet yang halal pada orang Yahudi adalah sebuah
kemungkinan walaupun di dapurnya terdapat makanan yang tidak halal.
Ikan dengan siripnya merupakan diet yang dibutuhkan. Piring kertas
disposible akan digunakan,sehingga hidangan daging dan susu tidak
bercampur.

12
F. Pandangan Sehat-Sakit

Menurut Riyanti (2015) persepsi sehat-sakit yang berbeda antara


masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat
tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap
penyakit serta terkait dengan social budaya masyarakat setempat. Budaya
masyarakat Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat berbeda.
Masyarakat Jawa terkadang lebih memilih berobat pada orang pintar atau dukun
dari pada ke dokter atau masyarakat Madura yang lebih meminta disuntik duakali
saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi masyarakat dalam mencari
pengobatan ketika mereka sakit.
Individu yang merasa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, akan
mencari orang pintar atau dukun yang dianggap mampu mengusir makhluk
halus yang dipersepsikan sebagai penyebab sakit. Perbedaan seperti ini biasanya
menimbulkan masalah tersendiri bagi perawat atau petugas kesehatan dalam
menerapkan program kesehatan.
Penyakit merupakan sesuatu yang bersifat objekti, sedangkan sakit lebih
bersifat subjekti. Pengalaman sakit lebih menekankan akan perasaan tidak enak,
merasa sakit atau terdapat kekurangan pada individu yang merasa sakit. Di
negara-negara Eropa atau Amerika yang tergolong sebagai negara maju, memiliki
kesadaran kesehatan yang cukup tinggi. Masyarakat di negara maju ini cenderung
takut terkena penyakit, sehingga jika merasa terdapat kelainan pada tubuh mereka
maka akan segera pergi ke pelayanan kesehatan. Padahal, setelah diperiksa secara
seksama oleh perawat dan dokter, tidak terdapat kelainan. Keluhan psikosomatis
seperti ini lebih banyak dirasakan oleh masyarakat negara maju atau orang kaya
daripada negara berkembang atau masyarakat marginal. Keadaan sehat sakit
sangat terkait dengan subjektifitas seseorang. Penggolongan status kesehatan
individu dapat dilihat dari:

Tingkat Dimensi Sehat


Psikologi Medis Sosial
Normally well Baik Baik Baik

13
Pessimistic Sakit Baik Baik
Socially ill Baik Baik Sakit
Hypocondriacal Sakit Baik Sakit
Medically ill Baik Sakit Baik
Martyr Sakit Sakit Baik
Optimistic Sakit Sakit Sakit
Seriously ill Sakit Sakit Sakit

G. Pencegahan Penyakit
Menurut Riyanti (2015) bagi seorang perawat, pemahaman tentang sejarah
alamiah penyakit atau (natural history diseases) sangat diperlukan. Sejarah
alamiah penyakit mula-mula individu (host) kontak pertama dengan penyakit
(agen), agen akan mengalami inkubasi pada tubuh host. Selama periode ini, pada
host terjadi hubungan secara patologis yang tidak atau belum dirasakan oleh host.
Pada saat sampai pada titik mulai timbul tanda dan gejala klinis yang dirasakan
oleh individu. Individu mulai mencara perawat atau dokter untuk mengatasi
keluhan penyakit yang dirasakan individu. Ketika individu menjalani proses
penyembuhan penyakit maka akan ada tiga kemungkinan yaitu individu akan
sembuh total, individu akan cacat, terdapat gejala sisa, atau individu akan
meninggal dunia.

H. Pengaruh Budaya pada Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Menurut Mashudi (2012) dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar
Sosiologi Keperawatan: Konsep dan Aplikasi terdapat beberapa tradisi di dalam
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
1. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis dalam masyarakat mampu memengaruhi status
kesehatan. Beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang
beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan dan sakit atau
mati adalah takdir sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera

14
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit, atau
menyelamatkan seseorang dan kematian. Sikap seperti ini perlu dihindari
karena hal ini memberi kesan bahwa kita merasa tidak berdaya.
2. Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan
Sikap enthnocentris adalah sikap yang memandang kebudayaannya
sendiri paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan lain. Misalnya,
orang Barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,
merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang
berkembang. Tetapi disisi lain, semua anggota dan busaya lainnya
menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang
terbaik. Menurut pandangan kaum relativitas tidak benar menilai budaya
lain menggunakan kacamata budaya sendirim karena kdua budaya tersebut
berbeda. Oleh karena itu, perawat kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa perawat adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan, dan merasa pendidikan perawat
mengikutsertakan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat. Dalam hal ini perawat memang lebih menguasai tentang
masalah kesehatan, tetapi masyarakat lebih mengetahui keadaan dirinya.
3. Pengaruh perasaan bangga pada status kesehatan
Bangga terhadap budaya boleh berlaku pada semua orang. Hla
tersebut berkaitan dengan sikap ethnocentris. Contohnya, di Surabaya
perawat melakukan berbagai upaya perbaikan gizi di kelurahan
Wonokusumo tahun 2008, masalah yang ditemukan penulis adalah masih
banyak masyarakat yang enggan membawa bayinya ke Posyandu untuk
dilakukan penimbangan dan diberikan makanan tambahan, padahal
pemerintah bersma Puskesmas memiliki program perbaikan gizi. Setelah
dilakukan pendekatan dengan keluarga, baru diteahui bahwa terdapat
anggapan bahwa kalau anaknya dibawa ke Posyandu dan ditimbang
mereka menganggap anaknya seperti beras yang ditimbang.

15
4. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma yang
berlaku di masyarakat sangat memengaruhi perilaku kesehatan dan
anggota masyarakat yang mendukung norma tersebut. Misalnya, upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena adanya norma yang melarang hubunagn antara dokter
sebagai pemberi pelayanan dengan ibu hamil sebaagai penggunan
pelayanan. Masalah tersebut juga terjadi masyarakat yang beragama Islam
di Indonesia pada awal program KB diperkenalkan kepada masyarakat. Di
daerah Serpong sekitar tahun 1976, akseptor KB menurun pada Puskesmas
yang pelayanan KB-nya ditangani oleh seorang dokter spesialis obstetri
ginekologi pria.
5. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Terdapat perilaku kesehatan yang menguntungkan dan merugikan
bidang kesehatan. Perilaku yang merugikan kesehatan, misalnya adanya
penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat
mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika
dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat lebih memberikan niali
yang tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih enak dan
lebih bersih. Contoh lain, masih banyaknya petuga skesehatan yang
merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok
terhadap tubuh. Mereka memberikan nilai tinggi untuk perilaku merokok
karena rokok memberikan kenikmatan, karena bahaya merokok tidak
dapat segera dirasakan.
6. Pengaruh proses sosialisasi unsur budaya terhadap perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak diajarkan
bagaimana cara makan, bahan makanan apa yang dapat dimakan, cara
buang air kecil dan besar, dan kebiasaan lain. Kebiasaan tersebut akan
terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan tua. Kebiasaan tersebut
sangat memengaruhi perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah. Misalnya,
manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit utnk diubah

16
kebiasaan makannya setelah dewasa. Oleh karena itu, upaya menganjurkan
masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang beraneka ragam harus
dimulai sejak kecil
7. Pengaruh konsekuensi dan inovasi terhadap perilaku kesehatan
Suatu proses perubahan akan menghasilkan sebuah konsekuensi.
Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan pada masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,
menganalasis faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan, dan
berusaha untuk memprediksi perubahan yang terjadi, Misalnya,
masyarakat menggunakan kayu untuk memasak sehingga dapur penuh
dengan asap dan mengakibatkan banyak ibu yang sakit ISPA. Menyadari
keadaan tersebut akan membahayakan kesehatan penduduk, perawat
bersama ahli teknik berkolaborasi menciptakan cerobong asap. Setelah
diterapkan ternyata timbul konsekuensi dan akibat yang sebelumnya tidak
terpikirkan. Di rumah penduduk menjadi banyak semut putih, padahal
semut tersebut mati jika terkena asap. Adanya cerobong asap
menyebabkan populasi semut putih semakin banyak sehingga semakin
banyak uang yang dikeluarkan untuk perbaikan rumahnya. Oleh karena
itu, ide cerobong asap tidak bisa diterima bukan karena masyarakat yang
kolot, ketidaktahuan tentang manfaat cerobong asap, biaya cerobong assap
yang murah, tetapi karena kerugian pemasangan cerobong asap lebih
tinggi daripada keuntungannya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kesehatan merupakan ungkapan yang menunjukkan kondisi perasaan tertentu
pada seseorang, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Wujud kebudayaan itu sendiri berupa ; Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb, Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat, disebut juga sistem social, Wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan
penjelasan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua
manusia dalam masyarakat.
Aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan berupa persepsi masyarakat
terhadap sehat dan sakit, kepercayaan, pendidikan, nilai kebudayaan, norma, dan inovasi
kesehatan.
Hubungan budaya dengan kesehatan. Budaya berhubungan dengan kebiasaan
atau praktik sosial yang diambil dalam penambahan atau pengurangan risiko.
Contoh: dalam pemilihan makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian),
metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki di
China.
Implementasi Sosio Budaya Dalam Asuhan Keperawatan. Dengan
mempelajari organisasi masyarakat, perawat akan mengetahui organisasi apa saja
yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang
menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani.
Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat
menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit dapat

18
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan
social budaya masyarakat setempat.
Ketika individu menjalani proses penyembuhan penyakit maka akan ada tiga
kemungkinan yaitu individu akan sembuh total, individu akan cacat, terdapat
gejala sisa, atau individu akan meninggal dunia.
Pengaruh budaya pada kesehatan dan perilaku kesehatan berupa sikap
fatalistis, pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan, pengaruh
perasaan bangga pada status kesehatan, pengaruh norma terhadap perilaku
kesehatan, pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan, pengaruh proses sosialisasi
unsur budaya terhadap perilaku kesehatan, pengaruh konsekuensi dan inovasi
terhadap perilaku kesehatan

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis ungkapkan pada kesempatan ini ialah
kepada pembaca, agar dapat menggunakan makalah ini sebagai acuan materi
ataupun materi pendukung dalam pembelajaran pada mata pelajaran Antrolopogi.
Jangan lupa kaji lebih dalam mengenai materi ini untuk pengetahuan lebih
sempurna. Tak lupa kami sarankan untuk mengirimkan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfrizayanda, R. 2011. Budaya Kesehatan. (Online)


https://www.scribd.com/doc/53550131/BUDAYA/KESEHATAN.
Diakses pada 19 Maret 2017
Dolove. 2015. Definisi Kesihatan. (Online) dikutip dari
http://www.kakdolop.com/2015/03/definisi-kesehatan-secara-umum.html.
Diakses pada 19 Maret 2017
Mashudi, Sugeng. 2012. Buku Ajar Sosiologi Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: EGC
Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta. EGC
Riyanti, Irma. 2015. IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN. (Online):
https://www.academia.edu/12580166/IMPLEMENTASI_SOSIO_BUDA
YA_DALAM_ASUHAN_KEPERAWATAN. Diakses pada 20 Maret
2017
Riyash. 2007. Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah. Jakarta. Gema Insani Press
Sanjaya, Desny. 2017. Aspek Sosial Budaya dalam Kesehatan. (Online) dikutip
dari http://www.academia.edu/9725129/Aspek_Sosial_Budaya_dalam_
Kesehatan. Diakses pada 19 Maret 2017.
Wulandari, M. 2014. Hubungan Ilmu Sosial dan Perilaku dengan Kesehatan
Masyarakat. (Online) Dikutip dari http://www.academia.edu/8526739/
Hubungan_Ilmu_Sosial_dan_Perilaku_dengan_Kesehatan_Masyarakat.
Diakses pada 19 Maret 2017.
Zohra. 2012. Pengaruh Ragam Budaya Indonesia. (Online) dikutip dari
Http://Www.Zohrah.Id/2012/08/Pengaruh-Ragam-Budaya-
Indonesia.Html. Diakses pada 19 Maret 2017

20

Anda mungkin juga menyukai