PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia no.36 tahun 2009
tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas
kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa palayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan ratarata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah
menjadikan pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir,
sekarang menjadi sesuatu yang dapat diterima secara umum.
Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di kamar
bedah meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis,
sosial pasien dan mengimplementasikan asuhan yang bersifat
individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan dalam
rangka memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan,
kesejahteraan pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan operasi.
Dengan demikan Pelayanan Bedah ini sangat penting sehingga
pada akhirnya dapat mengurangi atau menurunkan angka kematian,
kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin khususnya, dan
peningkatan mutu pelayanan di kamar bedah pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kamar operasi perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam
tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien pada
umum nya dan rumah sakit citama bogor pada khususnya.
1
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup ini diterapkan kepada semua perawat, penata/dokter anestesi, dan
dokter bedah yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur bedah. Pada
setiap prosedur invasif, terdapat tiga ruang lingkup penting yang harus selalu
berinteraksi dan bekerjasama secara efektif dan efisien, yaitu:
1. Kamar operasi atau ruang prosedur.
2. Pasien itu sendiri.
3. Tim bedah.
C. Batasan operasional
2
Durasi operasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) emergensi : prosedur yang mengancam nyawa atau
tungkai dan harus selesai dikerjakan dalam
30 menit
2) prioritas : prosedur yang harus dikerjakan dalam 30
menit sampai 4 jam
3) urgent : prosedur yang harus dikerjakan dalam 4 jam
sampai 24 jam
4) non-urgent : prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam
Dalam kaitannya dengan kamar operasi yang diperuntukkan
untuk kejadian urgent, hanya kasus emergensi, prioritas, dan urgent
yang diperkenankan menggunakan kamar tersebut. Untuk itu, petugas
penjadwalan kamar operasi perlu dibekali pengetahuan khusus /
pelatihan mengenai hal ini.
3. Penjadwalan secara Efektif
Jadwal sedapat mungkin diatur agar tidak penuh di awal minggu
dan kosong di hari-hari berikutnya. Pemulangan pasien-pasien
postoperatif dikoordinasikan dengan dokternya agar tidak selalu
menunggu waktu visit dokter. Hal ini dimaksudkan untuk
mengefisienkan waktu perawatan pasien dan ranjang pasien tersebut
dapat segera dialokasikan untuk pasien lain yang membutuhkan.
Dalam hal terjadi banyak kasus urgent dalam waktu yang
bersamaan, pasien diprioritaskan berdasarkan kegawatdaruratannya
dan dipertimbangkan berdasarkan masing-masing keilmuan. Ada
empat prinsip dalam menyusun prioritas pasien untuk kamar operasi,
yaitu: keselamatan pasien, akses dokter bedah dan pasien ke tempat
tindakan, memaksimalkan efisiensi kamar bedah, dan meminimalkan
waktu tunggu pasien.
Ada beberapa cara untuk memaksimalkan jadwal kamar
operasi, antara lain:
Menggunakan proses paralel, misalnya induksi anestesi dapat
mulai dilakukan di kamar lain sementara menunggu proses
pemindahan pasien sebelumnya ke ruang pemulihan
Menggunakan klinik preoperatif untuk memastikan pasien siap
menjalani operasi
Kerjasama yang baik dalam tim bedah
Memanfaatkan teknologi untuk menangani proses, misalnya
tracking infrared, telepon seluler, whiteboard elektronik, dan lain-
lain
On-time dalam memulai operasi
3
4. Memonitor performa kamar operasi / ruang tindakan
Sebelum prosedur dimulai, harus dilakukan persiapan ruangan.
Hal ini meliputi menciptakan lapangan steril, menyiapkan alat-alat, dan
memeriksa kelengkapannya.
1) Penciptaan lapangan steril:
menempatkan duk steril di sekeliling situs operasi dan pada
tempat alat-alat
semua personel harus mengenakan pakaian steril
hanya alat steril dan orang-orang yang telah steril yang
diperbolehkan memasuki lapangan steril
jangan menempatkan alat-alat steril di dekat pintu yang
terbuka
jendela harus ditutup
letakkan alat steril hanya pada lapangan steril
pastikan tangan telah discrub sebelum menyentuh alat steril
orang yang telah steril tidak diperkenankan menyentuh alat-
alat tidak steril atau pergi ke tempat yang tidak steril
perlu diingat bahwa ujung kemasan dari alat-alat steril
adalah tidak steril
perlu diingat bahwa sekali batas steril telah dilewati, hal ini
telah dianggap terkontaminasi
jika ada keraguan tentang status sterilitas sesuatu alat atau
area, harus dianggap telah terkontaminasi
2) Persiapan alat:
Ada empat tahap proses persiapan alat, yaitu: pencucian
dan dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan
atau pemindahan ke lapangan steril.
Ada beberapa jenis sterilisasi, yaitu menggunakan
steam, ethylene oxide, ozone, dan gas plasma.
3) Persiapan perlengkapan anestesi
4) Memastikan kualitas udara dan ventilasi:
Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure
Udara harus masuk ke ruangan melalui ventilasi langit-langit
yang tinggi dan keluar dari ruangan melalui exhaust air
outlet dekat lantai yang berseberangan dengan ventilasi
masuk.
Mengatur agar sedikitnya terjadi 15 kali pertukaran udara
per jamnya, di mana 3 di antaranya harus udara segar.
Penyaringan udara yang diresirkulasi dan udara segar
melalui filter yang baik dengan efisiensi minimum 90%.
4
Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat,
personel tim bedah, dan pasien; selebihnya pintu dijaga agar
selalu tertutup.
5) Mengatur lalu-lintas:
Zona dibagi menjadi 3, yaitu:
Unrestricted zone: hanya orang-orang yang berkepentingan
yang boleh berada di zona ini, tetapi baju luar biasa
diperbolehkan
Semirestricted zone: zona ini adalah area yang terhubung
dengan kamar operasi (contohnya: lorong, kantor, kamar
alat), orang-orang yang berada di sini harus mengenakan
pakaian scrub dengan lengan panjang, penutup rambut, dan
sepatu bersih atau penutup sepatu
Restricted zone: zona ini terdiri dari kamar operasi dan area
cuci tangan, orang-orang yang memasuki zona ini harus
mengenakan kostum bedah lengkap termasuk masker.
Mereka yang tidak discrub harus mengenakan jaket
berlengan panjang lengkap dengan kancing tertutup. Masker
khususnya harus dikenakan di ruangan dengan peralatan
steril yang terbuka
5. Manajemen Pasien
Adalah Beberapa poin penting dalam mengkaji faktor risiko
pasien:
1) Alergi
2) Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah tinggi,
asma, masalah jantung atau pernapasan)
3) Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan risiko
infeksi)
4) Penggunaan alkohol dan narkotika
5) Pengalaman pribadi pasien dengan sedasi dan anestesi
sebelumnya
6) Berat badan
7) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
8) Ada tidaknya risiko untuk anestesi dan sedasi
9) Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anestesi dan sedasi
10) Kecemasan pasien
11) Delirium
12) Status nutrisi
13) Risiko potensial untuk deep vein thrombosis
5
Obat-obatan yang diberikan pada pasien harus dilabel dengan
mencakup informasi seperti di bawah ini:
1) Nama
2) Kekuatan
3) Jumlah/konsentrasi
4) Tanggal kadaluwarsa
5) Pelarut dan volumenya
6) Tanggal diberikan
6. Manajemen Tim Bedah
1) Rekomendasi standar:
Kostum bedah harus terbuat dari bahan yang ringan dan
memungkinkan untuk bernapas. Kostum tidak terbuat dari
kapas karena kapas mudah terbakar dan memiliki banyak
pori yang bisa dilewati mikroorganisme
Sepatu proteksi harus tertutup bagian depannya, bertumit
rendah, bersol anti selip, dan dibersihkan secara berkala
Sebelum memegang kostum bedah atau memasuki tempat
kostum bedah, semua personel harus mencuci tangan
dengan sabun dan air, antiseptik dan air, atau antiseptic
hand rub
Kostum bedah harus diganti setiap harinya atau setiap kali
terkontaminasi atau basah. Bila kostum terdiri dari 2 bagian,
atasan harus selalu dimasukkan ke dalam bawahan dan
ukuran harus pas
Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka
Dalam kasus-kasus tertentu yang berisiko terciprat
(misalnya kasus trauma), tim bedah harus mengenakan alat-
alat proteksi tambahan
Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung
Kostum bedah harus dilaundry di fasilitas laundry yang
terakreditasi
Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan
perihal kostum bedah ini
2) Beberapa prinsip penggunaan sarung tangan:
Sarung tangan harus menjadi barrier yang efektif terhadap
material infeksius, termasuk darah dan cairan tubuh
Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan
pasien atau setiap sarung tangan tersebut rusak
Sarung tangan tidak boleh dicuci atau direuse
6
Untuk prosedur invasif, tenaga kesehatan harus memakai
dua lapis sarung tangan, satu di atas yang lain Wrong Site,
Wrong Procedure, Wrong Person Surgery
3) Beberapa hal yang berpotensi untuk menimbulkan kekeliruan
untuk wrong surgery:
Lebih dari satu dokter bedah terlibat
Dilakukan lebih dari satu prosedur
Pasien memiliki beberapa karakteristik khusus, seperti
deformitas fisik atau obesitas masif
Ada beberapa pasien yang memiliki nama yang sama atau
prosedur yang sama atau di waktu yang bersamaan
7
terdokumentasikan, minimal berbentuk suatu pernyataan bahwa time-
out telah dilakukan dan tercapai kata sepakat
D. Landasan hukum
1. Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Surat keputusan menteri kesehatan RI No.436/Menkes/SK/VI/1993
tentang berlakunya standar di rumah sakit
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
7. Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Tahun 2012.
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
NAMA JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN
Ka.Perawat Sarjana - D3 keperawatan 1
Instalasi Kamar Keperawatan - Sertifikasi
Operasi Training Health
Service
management
- Sertifikasi
HIPKABI Elementary
Basic Surgical
Operating Room
- Sertifikasi
HIPKABI
Manajemen kamar
9
Perawat D III - Ijazah D III Jumlah kebutuhan
pelaksana Keperawatan - Pelatihan penata 2
anesthesia anesthesia Tenaga yang ad
- Sertifikasi a0
pelatihan intern
Analisa Data
Dasar perhitungan tenaga:
1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah Kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi terdiri dari asisten, instrumen, sirkulair
(3 orang/tim)
5. Ketergantungan pasien
a. Operasi khusus ( 5-6 jam per satu operasi)
b. Operasi besar ( 5 jam per satu operasi)
c. Operasi sedang ( 2 jam per satu operasi)
d. Operasi kecil ( 1 jam per satu operasi)
= {(4x2)+(2x1)} x 3
7
={8+2}x3
7
10
= 10 x 3
7
= 4 x 1 ok
= 4 orang + cadangan 1 orang
Di Instalasi Kamar Operasi tenaga perawat ruang pulih sadar belum ada.
Yang bertanggung jawab di ruang penerimaan dan Recovery room adalah
tenaga
Perawat anestesi
Kekurangan tenaga untuk ruang penerimaan dan recovery room 1 orang.
Dengan jumlah operasi rata-rata 2-3, tenaga perawat 1 tim ( 3 orang /tim + 1
Perawat anesthesi ) di Instalasi Kamar Operasi diharapkan cukup.
Dengan pertimbangan:
1. Operasi cyto/emergency
2. Jumlah operasi yang tidak menentu setiap hari
3. Pergantian libur/ tidak oncall tiap minggunya
4. Oncall hari minggu dan hari besar
maka jumlah tenaga perawat di Instalasi Kamar Operasi kurang 1 perawat
sirkuler, 1 perawat anastesi/ perawat RR
11
B. Uraian Tugas
1) Nama Jabatan : Kepala Unit Fungsional Kamar Bedah
a. Bekerja dengan CTAT
b. Mengadakan breafing unit dan mengikuti breafing umum
c. Mengikuti rapat divisi dan umum
d. Memastikan pelaksanaan SOP sudah tepat
e. Memastikan pelaksanaan asuhan keperawatan sudah tepat
f. Memastikan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan dengan tepat
g. Memastikan pemeliharaan alat medis dan non medis sudah dilakukan
h. Memastikan kebersihan ruangan tetap terjaga
i. Membuat rencana kerja dan melaksanakannya
j. Membuat laporan rekapitulasi kinerja setiap bulan
k. Melakukan laporan evaluasi kinerja setiap bulan
12
c. Setelah Pembedahan
Menutup luka dengan teknik steril
Membersihkan bagian tubuh pasien yang dioperasi
Melengkapi keperluan PA
Memberi edukasi kepada pasien dan keluarga
Membantu transfer pasien dari ruang operasi ke ruang pulih sadar
Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan
Memeriksa dan menghitung semua instrument sesuai inventaris
sebelum disteril kembali.
13
c. Setelah Pembedahan
Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan
persiapan awal
Menfiksasi drain dan kateter
Mengganti alat, linen, baju pasien serta memindahkan pasien dari
meja operasi ke brankar
Membereskan dan merapikan kamar operasi
Membersihkan dan mencuci alat ( bila on call )
Mengepak set instrumen ( bila oncall )
Membantu mensterilkan alat
14
b. Saat pembedahan
Bersama asisten bedah mengatur posisi pasien, memasang arde
cauter, suction dan lampu
Mengikat tali baju yang dipakai tim bedah
Membantu mengukur, mencatat kehilangan darah, cairan
dengan mengetahui jumlah produksi urine, jumlah darah, jumlah
cairan yang hilang
Memenuhi kebutuhan selama operasi berlangsung
Bekerjasama dengan asisten anestesi dalam memantau kondisi
pasien selama pembedahan
Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada dokter
anesthesi
Menghubungi petugas penunjang medis (radiologi, laboratorium
dan farmasi, perawat ruangan)
Melayani kebutuhan instrumen steril, bahan habis pakai dan lain-
lain yang diperlukan selama pembedahan berlangsung
Menyiapakan bahan pemeriksaan laboratorium patologi
Bekerja sama dengan perawat instrumen dalam menghitung
jumlah pemakaian instrument, bahan habis pakai (alat steril,
kassa, ringsponges, jarum dan lain-lain) sesuai jumlah awal
persiapan
c. Setelah Pembedahan
Mendampingi dokter bedah menulis laporan operasi dan
menulis instruksi post operasi, kelengkapan status pasien
Mengecek kelengkapan semua berkas-berkas post operasi
Membantu asisten anesthesia dan dokter membangunkan pasien
sampai pasien sadar
Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan
persiapan awal
Membantu memindahkan pasien dari meja operasi ke brankar
Mengecek dan mencatat pemakaian obat, bahan habis pakai, alat
dokter dan alat kesehatan di lembaran pemakaian
Melakukan serah terima dengan petugas recovery room
Membereskan dan merapikan kamar operasi
Mengambil linen dan instumen kotor
Membersihkan dan mencuci linen
Mencatat semua pemakaian instrument steril
Mengingatkan kembali petugas instrument untuk melengkapi
pemakaian alat dan kelengkapan tanda tangan
Membantu mengerjakan administrasi pasien
15
5) Nama jabatan : Perawat Penata anesthesi
a. Pre anestesi
1) Serah terima pasien
Memanggil pasien calon operasi 45 sebelum operasi.
Serah terima pasien di ruang premedikasi dengan perawat
ruangan.
Mengkaji ulang persiapan dan keadaan pasien saat serah terima
dari ruangan.
Untuk pasien anak anak saat serah terima sebaiknya di
dampingi oleh orang tua sampai menjelang operasi.
Mempersiapkan administrasi dan kelengkapan rekam medik
pasien.
Mengukur tanda tanda vital dan mendokumentasikan dalam
rekam medik pasien.
2) Sebelum pembiusan
Menyiapkan obat dan cairan yang diperlukan, termasuk
obat-obat emergensi.
Menyiapkan mesin anestesi, monitor jantung dan mesin suction
serta melakukan test terlebih dulu sebelum digunakan.
Menyiapkan peralatan intubasi beserta perlengkapannya.
Menyiapkan kelengkapan meja operasi antara lain standar infus,
tali pengikat, bantal kepala.
Mengecek kesediaan gas O2 dan N2O serta O2 dorong.
b. Anestesi
1) Selama pembedahan
Mengobservasi tanda tanda vital pasien setiap 5 selama
pembedahan.
Memberikan obat anestesi sesuai instruksi dokter.
16
c. Post anestesi
1) Setelah pembedahan
Mempertahankan jalan nafas pasien.
Memantau tanda tanda vital pasien untuk mengetahui
sirkulasi pernafasan, dan keseimbangan cairan.
Memantau tingkat kesadaran dan reflex pasien.
Menilai respon pasien terhadap efek obat anestesi.
Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar/recovery atas
perintah dokter spesialis anestesi.
Merapikan dan membersihkan alat alat anestesi ke tempat
semula agar siap digunakan lagi.
17
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
18
Standar fasilitas
19
Duk Bolong / hijau / bulat / 60 x 40
Duk Bolong / hijau / bulat / 60 x 60
Duk Bolong / hijau / bulat / 80 x 80 / d. 15cm
Duk Bolong / hijau / bulat / 90 x 12
Duk Double / hijau / 40 x 50\
Duk face towel
Duk Kaki / hijau / 100 x 160
Jas Operasi / hijau-Kuning tua / linen-parasit
Jas operasi disposible
Kantong Mayo
Universal drapes set disposible
20
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
21
C. Hubungan Kerja dengan Instalasi Gawat Darurat
Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan
dilakukan
Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi Instalasi Kamar Operasi untuk
menanyakan tarif operasi
Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi Instalasi Kamar Operasi bila
pasien telah siap untuk di antar Instalasi Kamar Operasi
Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi perawat Instalasi Kamar Operasi
yang berjaga melalui operator jika ada rencana operasi sito
Petugas Instalasi Kamar Operasi menghubungi petugas Instalasi Gawat Darurat
jika Instalasi Kamar Operasi siap digunakan.
Petugas Instalasi Gawat Darurat mengantar pasien ke Instalasi Kamar Operasi
Petugas Instalasi Kamar Operasi memeriksa kelengkapan status rekam medis
pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil pemeriksaan
laboratorium, foto rontage, EKG dan lain-lainnya
22
E. Hubungan Kerja dengan HCU
Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
dan perawatan setelah dilakukan operasi
Perawat Instalasi Kamar Operasi memesan tempat bila pasien memerlukan
ruang HCU
Perawat Instalasi Kamar Operasi memberi tahu perawat HCU untuk
mengantarkan tempat tidur pasien dan perangkat yang digunakan
Perawat Instalasi Kamar Operasi menghubungi perawat HCU untuk menjemput
pasien dan melakukan serah terima status pasien
Perawat HCU mengecek kelengkapan status pasien meliputi instruksi dokter,
laporan operasi, laporan anestesi dan specimen jika ada
23
N. Hubungan kerja dengan operator telepon
Berkoordinasi berkaitan dengan pemanggilan tim oncall Instalasi KamarOperasi
Bagian/instalasi yang membutuhkan tim operasi menghubungi melalaui
operator
24
BAB V
LOGISTIK
25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus-
menerus tentunya mempunyai resiko terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja .
II. Tujuan
Untuk menghindari dan melindungi petugas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja .
27
d. Permukaan meja, lantai harus didekontaminasi dengan desinfektan
kimiawi setelah ada tumpahan bahan infeksius
e. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3 dengan
sesuai prosedur
f. Monitoring paparan radiasi dengan personal monitor
g. Prosedur penanganan needle stick injury dan cairan tubuh lainnya
h. Pelatihan Pencegahan & pengendalian Infeksi RS
i. Penanaman budaya safety
j. Memberikan pendidikan untuk setiap prosedur dan bahan berbahaya
yang baru.
28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
B. Penanganan Limbah
1. Pengelolaan Bahan Kotor dan Bersih
Yang dimaksud dengan bahan kotor adalah Instrumen, bahan linen,
limbah padat, limbah cair, yang telah digunakan pembedahan dan akan dibawa
ke tempat pencucian / laundry, CSSD dan sanitasi. Bahanbahan tersebut
dikeluarkan melalui koridor belakang kamar bedah. Dan dilakukan serah terima
langsung dengan petugas CSSD di ruang serah terima (ujung koridor)
Pemilahan bahan kotor meliputi :
1) Instrumen
Instrument kotor yang telah digunakan di pisah (instrumen tajam, instrumen
packing pisah, peralatan penunjang misalnya cauter, bor, dll ) kemudian di
masukan ke dalam kom dan langsung di dekontaminasi. Kemudian dibawa
dengan menggunakan trolley di koridor belakang ke ruang serah terima
untuk diserah terimakan ke petugas CSSD
2) Bahan Linen
Linen oprasi yang telah dipakai dipisahkan yang bersih dan yang kotor,
sebelum di masukan ke ember kotor dipisahkan dulu satusatu untuk
menghindari ada peralatan atau kotoran kertas / plastik yang tertinggal.
Kemudian dibawa ke ruang serah terima untuk diserahterimakan dengan
29
petugas CSSD. Untuk pasien dengan kasus infeksi mengunakan bahan
disposible.
2. Pengelolaan limbah padat
Limbah seperti kasa, kapas, plester, spuite, jarum, potongan organ tubuh
dan segala bahan yang telah digunakan dikatakan limbah padat infeksius. Cara
pembuangannya : Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, dll.
Dikemas dalam kantong plastik warna kuning. Limbah yang terkontaminasi
(infeksius) dikemas dalam kantong plastik warna merah
Limbah tajam dibuang langsung ke kontainer tahan tusuk Limbah jaringan
tubuh diserahkan ke ruangan atau dikembalikan ke unit PA. Semua limbah
kecuali jaringan tubuh dibawa lewat koridor belakang kemudian
diserahterimakan dengan petugas CSSD, dan langsung dibawa ke bawah untuk
dimusnahkan.
3. Pengelolaan Limbah Cair
Yang di maksud limbah cair disini adalah cairan dari suction, sisa cairan
desinfektan, air bekas cuci tangan, cairan bekas operasi. Cairan-cairan tersebut
langsung di salurkan ke IPAL.
C. Sistem Pelaporan
1. Komite PMKP(Peningkatan Mutu Keselamatan Pasien) melakukan pencatatan
dan pelaporan yang meliputi : kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) dan Sentinel Event yang terjadi sehubungan dengan
kesalahan identifikasi pasien.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden mengacu pada Buku Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI
3. KKPRS membuat form monitoring implementasi SKP.4 yang hasilnya
direkapitulasi setiap tahun kemudian dilaporkan kepada Direksi dan unit terkait.
4. Hal yang dilaporkan dalam laporan tahunan Keselamatan Pasien:
1) Kejadian nyaris cedera
2) Kejadian tidak diharapkan
30
3) Sentinel events
4) Indikator keselamatan pasien
5. Waktu pelaporan :
1) Setiap terjadi Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dilaporkan ke Komite
PMKP dalam waktu 1 x 24 jam.
2) Indikator keselamatan pasien dilaporkan setiap bulan ke Komite PMKP
31
BAB IX
PENUTUP
Demikian telah disusun suatu pedoman pelayanan Instalasi Kamar Operasi yang
dapat di pakai sebagai acuan di dalam pelayanan di Instalasi Kamar Operasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit Citama .
Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari
waktu ke waktu sehingga di perlukan data evaluasi secara teratur dan berkelanjutan
dalam hal pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan
pelayanan secara khusus di instalasi kamar operasi dapat mengutamakan
keselamatan dan kepuasan pasien demi mencegah kecacatan dan kematian
32