Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, keperawatan, dan tenaga ahli
kesehatan lainnya. Sesuai dengan tipe dan kemampuan, Rumah Sakit Surya Asih
mempunyai tugas dan fungsi yaitu melaksanakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis, pelayanan penyuluhan kesehatan, pelayanan rawat jalan atau
rawat darurat, pelayanan rawat inap, serta melaksanakan pelayanan administratif.
Unit rawat jalan adalah suatu bagian pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pencegahan, pengobatan, serta pemulihan terhadap
penderita dengan waktu kurang dari 24 jam, di mana dalam pelayanannya terkait
dengan kegiatan penunjang lain seperti rehabilitasi medis, laboratorium,
radiologi, dan farmasi.

B. Ruang Lingkup Pelayanan


Unit rawat jalan Rumah Sakit Surya Asih sesuai dengan rumah sakit tipe D
memberikan pelayanan umum dan spesialis dasar yang terdiri dari:
1. Poliklinik Umum
2. Poliklinik Spesialis (terdiri dari spesialis penyakit dalam, kandungan, anak,
bedah umum, ortopedi dan mata).

C. Batasan Operasional
Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang terkait
dengan kerangka pelayanan unit rawat jalan.
1. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya.
2. Rumah sakit Tipe D adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
3. Unit Rawat Jalan adalah bagian pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pencegahan, pengobatan, serta pemulihan terhadap penderita
dengan waktu kurang dari 24 jam di mana dalam pelayanannya terkait

1
dengan kegiatan penunjang lain seperti rehabilitasi medis, laboratorium,
radiologi, dan farmasi.
4. Poliklinik adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan yang meliputi
tindakan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan terhadap pasien umum atau
yang membutuhkan tindakan spesialistik dasar (umum, anak, penyakit dalam,
kebidanan dan kandungan, mata, ortopedi serta bedah umum).

D. Landasan Hukum
Penyelenggaraan unit rawat jalan sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Surya Asih Nomor 007/RSSA/AKR-
KPS/X/2016 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Surya Asih.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Unit Rawat Jalan Rumah Sakit adalah seorang dokter yang bekerja
purna waktu.
2. Kepala Poliklinik adalah seorang perawat yang bekerja purna waktu.
3. Perawat Pelaksana adalah perawat lulus D III Keperawatan.
4. Koordinator Logistik adalah rekan kerja Perawat.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan pada Poliklinik dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Ketenagaan Poliklinik
Poliklinik Jumlah Kualifikasi Tenaga Keterangan
Umum 2 Perawat 2 (merangkap) Adminitrasi dan
BedahUmum Perawat pendaftaran rawat
Penyakit Perawat jalan 3 orang
Dalam
Anak Perawat
Ortopedi Perawat
Obstetri 1 Perawat 2
Ginekologi Bidan
Mata 1 Perawat 1

C. Pengaturan Dinas
Unit rawat jalan memiliki 6 ruang yang dipakai untuk kegiatan pelayanan
poliklinik umum maupun spesialistik dengan jam kerja pagi mulai 08.00 WIB
sampai dengan 12.00 WIB dan sore mulai 17.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB
kecuali tanggal merah/ hari libur nasional.

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
(Terlampir)

B. Standar Fasilitas
1. Alat Medis
Tabel Alat Medis di Unit Rawat Jalan
No. Nama Alat Jumlah
Kondisi
1 Tensimeter 2 Baik
2 Timbangan BB 3 Baik
3 USG 2 Baik
4 Termometer 3 Baik
5 Pengukur tinggi badan 1 Baik
6 Senter/pen light 2 Baik
7 Lampu sorot 1 Baik
8 Lampu baca rontgen 3 Baik
9 Alat cek GDS 1 Baik
10 Pita pengukur/meteran 1 Baik
11 Stetoskop 3 Baik
12 Ganti Verban set 2 Baik
13 Tromol kasa 1 Baik
14 Bengkok 2 Baik
15 Set Eksisi 2 Baik
16 Troli alat 2 Baik
17 Kacamata google 2 Baik
18 Apron 2 Baik
19 Tongue spatel 2 Baik
20 Gunting Besar 2 Baik
21 Bak Instrumen (besar) 2 Baik
22 Bak instrumen (kecil) 3 Baik

4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Penerimaan Pasien
1. Pasien datang di unit rawat jalan, mendaftarkan identitas di bagian Tempat
Penerimaan Pasien (TPP).
2. Pendataan dilakukan dan tujuan poliklinik yang dituju.
3. Data pasien atau kartu pasien sudah berada di masing-masing tujuan
poliklinik.

B. Tata Laksana Pelayanan


1. Poliklinik Umum dan Medical Check Up
Pemeriksaan dan pengobatan layanan pemeriksaan dan pengobatan di
poliklinik umum dilakukan oleh dokter umum setiap hari kerja (Senin
sampai dengan Sabtu) mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.00
WIB, kecuali hari libur. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) jika
diperlukan, pemberian resep, dan edukasi kepada pasien mengenai
problem kesehatan yang akan atau sedang mereka alami.
Layanan perawatan luka dilakukan di ruang rawat luka (poliklinik bedah)
setiap hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu) pukul 07.00 sampai
dengan 12.00 WIB. Pasien rawat luka adalah pasien kontrol setelah
mendapat perawatan pertama di UGD maupun dari poliklinik bedah atau
pasien baru dengan luka yang tidak membutuhkan jahitan.
Medical check up merupakan kegiatan preventif sebagai upaya skrining
atau pemeriksaan awal yang bertujuan menemukan masalah kesehatan
lebih dini. Adapun jenis medical check up antara lain:
1. Check up Paket I
a. Pemeriksaan fisik
b. Vital sign: tinggi badan, berat badan, tekanan darah, nadi, suhu,
visus
c. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, kimia darah (SGOT,
SGPT, kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, gula darah puasa, dan
2 jam, ureum, kreatinin, asam urat), urine lengkap

5
d. Foto Thorax PA
e. EKG menyesuaikan umur
2. Check Up Paket II
a. Pemeriksaan fisik
b. Vital sign: tinggi badan, berat badan, tekanan darah, nadi, suhu,
visus
c. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, kimia darah (SGOT,
SGPT, kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, gula darah puasa, dan 2
jam, ureum, kreatinin, asam urat), urine lengkap
d. Foto Thorax PA
e. EKG
f. USG (abdomen atas/ bawah, mammae, prostat)
g. Pap smear (untuk perempuan) menyesuaikan umur

2. Poliklinik Anak
a. Pelayanan Imunisasi
Layanan imunisasi di poliklinik anak meliputi program imunisasi wajib
dan imunisasi tambahan. Pelaksanaan imunisasi dilakukan setiap hari
kerja jam 09.00 sampai dengan 12.00 WIB, kecuali BCG dan campak
hanya dilakukan setiap hari Rabu pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WIB.
Selain imunisasi wajib, poliklinik anak juga melayani imunisasi lain
seperti: MMR, HiB, tifoid, hepatitis A, dan varicella.
b. Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dan perawatan tali pusat
Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dilakukan setiap hari kerja pukul 07.00
sampai dengan 12.00 WIB oleh dokter spesialis anak, meliputi
penimbangan berat badan, pemeriksaan kondisi umum dan fisik, serta
pemantauan pemberian ASI dan kemampuan minum bayi. Pada saat
perawatan tali pusat, dilakukan juga pemeriksaan tanda-tanda adanya
infeksi tali pusat dan edukasi mengenai cara perawatan tali pusat yang
benar kepada orang tua.

c. Pemeriksaan dan pengobatan


Layanan pemeriksaan dan pengobatan di poliklinik anak dilakukan oleh
dokter spesialis anak setiap hari kerja (Senin, Rabu, Sabtu) mulai pukul
07.00 sampai dengan 12.00 WIB, hari Kamis dan Jumat on call kecuali

6
hari libur. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, penimbangan
berat badan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi) jika diperlukan, pemberian resep, dan edukasi kepada orang tua
(dan pasien) mengenai masalah kesehatan yang akan atau sedang mereka
alami.
d. Tumbuh kembang
Pemeriksaan tumbuh kembang anak dilakukan oleh dokter spesialis anak
meliputi pemeriksaan tinggi badan dan berat badan (status gizi), deteksi
perkembangan dengan menggunakan KPSP, serta alat peraga atau
permainan. Setiap kasus gangguan tumbuh kembang anak akan ditindak-
lanjuti, untuk keluarga disarankan bekerja sama dengan unit rehabilitasi
medis dan atau THT.

3. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan


Pelayanan pasien di poliklinik kebidanan dan kandungan dilakukan oleh
dokter spesialis kebidanan dan kandungan setiap hari kerja mulai pukul
08.00-14.00 WIB dan sore mulai pukul 17.00-20.00 WIB.
a. Pelayanan Kehamilan
Pelayanan konseling pranikah dan imunisasi tetanus toxoid bagi
calon mempelai wanita.
Pemeriksaan kehamilan rutin bagi ibu hamil, meliputi pencatatan
keluhan, penimbangan berat badan dan tinggi badan, pengukuran
tanda vital, pemeriksaan fisik dan kondisi kandungan. Pada kasus
tertentu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG.
Perawatan masa nifas bagi ibu post partum, meliputi pencatatan
keluhan, pemeriksaan fisik, perawatan luka episiotomi atau luka post
operasi.
b. Pelayanan Kebidanan
Usia anak-anak: pemeriksaan trauma organ genital, fluor albus.
Remaja dan usia reproduksi: pemeriksaan gangguan haid, infeksi
organ reproduksi.
Menopause: keluhan organ reproduksi, keluhan sistemik menopause,
keluhan pada payudara.
c. Onkologis

7
Skrining: pemeriksaan awal untuk mendeteksi keganasan ginekologi
dapat melalui pemeriksaan paps smear, kulposkopi, USG, dan
laboratoris penanda tumor (rujuk).
Pengobatan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan
d. Infertilitas
Sasaran: setiap pasangan suami istri usia produktif yang sulit
memperoleh keturunan.
Pemeriksaan kelainan anatomi, infeksi organ reproduksi, dan
kelainan hormonal.
Pengobatan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
e. Pelayanan KB
Sasaran: setiap pasangan suami istri usia produktif untuk mengatur
kehamilan.
Jenis layanan kontrasepsi: IUD, pil KB, implan atau susuk, suntik,
kondom, MOW.

4. Poliklinik Penyakit Dalam


Pelayanan poliklinik penyakit dalam ada 2 mulai dirintis dokter pertama
pelayanan sesuai dengan hari Senin dan Selasa pagi pukul 08.00-10.00
WIB, Rabu dan Kamis pagi pukul 08.00-12.00 WIB dan sore pukul 17.00-
20.00 WIB sedangkan dokter kedua pelayanan pada hari Jumat dan Sabtu
pukul 12.00-14.00 WIB yang telah dijadwalkan. Pasien rawat jalan dengan
tujuan ke poliklinik penyakit dalam atau merupakan pasien rujukan dari
poliklinik umum.

5. Poliklinik Mata
Pelayanan sesuai jam kerja jadwal mulai pukul 09.00- 12.00 WIB, kecuali
hari libur atau tanggal merah. Pelayanan meliputi operasi katarak, glukoma,
degenerasi macula, tes mata minus, buta warna ,neuritisoptik, keratitis, dll.

8
BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat di Poliklinik


Pengertian penyediaan alat kesehatan dan obat di poliklinik adalah
permintaan obat dan alat kesehatan ke unit farmasi atas permintaan dokter.
Prosedur:
1. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada resep rangkap 1 oleh
dokter poliklinik.
2. Resep obat dilengkapi nama dokter, tanggal lahir pasien, nama pasien,
ruangan, dan nomor register.
3. Resep diberikan ke kasir untuk proses administrasi selanjutnya.

B. Perencanaan Peralatan atau Peremajaan


Pengertian suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan
baru, sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak atau
harus diganti karena keausannya.
Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah
agar peralatan dapat digunakan setiap saat tanpa adanya hambatan dan
menunjang proses pelayanan di masing-masing poliklinik.
Prosedur:
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang tidak
dapat digunakan atau tidak dapat diperbaiki dan direncanakan dalam
anggaran rutin atau diganti yang baru.
2. Pengajuan pembelian peralatan baru diketahui Kepala Ruangan kepada
tim pengadaan barang rumah sakit disertai perkiraan harga.
3. Bila sudah terealisasi, Kepala Ruangan menerima alat dan
menandatangani buku penerimaan barang serta menuliskan pada buku
inventaris .

9
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi, dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan
insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan, budaya yang terbuka, dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem
dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen
hal potensial bermasalah.

10
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit
mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Dalam melaksanakan
keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan. Standar
tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien) .
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas.

11
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di
atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit.
8. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

D. Sasaran Keselamatan Pasien di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Surya


Asih
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur: Write Back, Read Back dan Repeat Back (reconfirm).
3. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini
maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

12
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan
keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di
dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2)
disebutkan bahwa Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan
yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat
dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini unit rawat jalan dan perlindungan
terhadap rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen

13
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila:
Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.
Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi.
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
Tidak tersedia alat-alat pengaman.
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan, dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan


Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (HCU), ruang rawat anak, dan ruang bayi.

14
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,


maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya. Pengendalian mutu di unit rawat jalan harus dilakukan demi kepentingan
dan kepuasan dari pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan di unit rawat jalan pada khususnya dan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Surya Asih pada umumnya.
Indikator Mutu Pelayanan Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Surya Asih
mengacu pada Pedoman Indikator Mutu Rumah Sakit Surya Asih yaitu:
1. Waktu Tunggu Di Rawat Jalan
Ruang lingkup: Waktu Tunggu Di Rawat Jalan
Dimensi mutu: Efisiensi dan efektivitas
Tujuan: Tersedianya pelayanan rawat jalan pada hari kerja
Definisi operasional: Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai
pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter.
Kriteria inklusi: -
Kriteria eksklusi: -
Numerator: Jumlah pasien rawat jalan yang menunggu lebih dari 15 menit
Denominator: Jumlah seluruh pasien rawat jalan dalam bulan tersebut
Standar: 1%.

2. Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis yang Ditangani dengan Strategi DOTS


(Directly Observed Treatment Shortcourse)
Ruang lingkup: Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis yang Ditangani dengan
Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
Dimensi mutu: Akses, efisiensi
Tujuan: Terselenggaranya pelayanan rawat jalan bagi pasien tuberkulosis
dengan strategi DOTS
Definisi operasional: Pelayanan rawat jalan tuberkulosis dengan strategi
DOTS adalah pelayanan tuberkulosis dengan 5 strategi penanggulangan
tuberkulosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien
tuberkulosis harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis, pengobatan

15
harus menggunakan paduan obat anti tuberkulosis yang sesuai dengan standar
penanggulangan tuberkulosis nasional, dan semua pasien yang tuberkulosis
yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan
tuberkulosis nasional.
Kriteria inklusi: Pasien tuberkulosis yang diterapi dengan strategi DOTS
Kriteria eksklusi: Pasien tuberkulosis yang tidak diterapi dengan strategi
DOTS
Numerator: Jumlah semua pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani
dengan strategi DOTS
Denominator: Jumlah seluruh pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani
di rumah sakit dalam bulan tersebut
Standar: 100%

3. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan


Ruang lingkup: Ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Surya Asih
Dimensi mutu: Keselamatan pasien
Tujuan: Tercapainya keselamatan pasien rawat jalan
Definisi operasional: Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan
identitas pasien rawat jalan dengan tepat sejak awal pasien datang sampai
dengan pasien pulang terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien
Kriteria inklusi:
- Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir, alamat, nomor
RM) pada berkas rekam medis
- Ketidaktepatan prosedur pemanggilan pasien (pemanggilan dengan dua
nama)
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (konfirmasi dengan
pertanyaan terbuka)
Kriteria eksklusi: -
Numerator: Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator: Jumlah pasien rawat jalan pada bulan tersebut
Standar: 0 % 44

16
4. Insiden Komunikasi Yang Kurang Efektif
Ruang lingkup: Komunikasi lisan atau melalui telepon yang kurang efektif
antar pemberi pelayanan tentang pelaporan kembali hasil pemeriksaan dan
kondisi pasien
Dimensi mutu: Keselamatan pasien
Tujuan: Tercapainya keselamatan pasien melalui komunikasi lisan yang
efektif
Definisi operasional: Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan
yang tidak menggunakan prosedur Write Back, Read Back, dan
Repeat Back (reconfirm)
Kriteria inklusi:
- Kesalahan prosedur komunikasi lisan atau via telepon:
Write Back, Read Back, dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur SBAR
- Prosedur spelling atau ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat
LASA atau NORUM
Kriteria eksklusi: Komunikasi non lisan atau tertulis
Numerator: Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan atau via telepon
Denominator: -
Standar: 0 (SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)

5. Insiden Ketidakpatuhan Cuci Tangan


Ruang lingkup: Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan
Dimensi mutu: Keselamatan pasien
Tujuan: Tercapainya keselamatan pasien melalui kegiatan mencuci tangan
Definisi operasional: Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan
waktu atau 5 momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
Kriteria inklusi:
- Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan
Kriteria eksklusi : -
Numerator: Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Denominator: -
Standar: 0

17
BAB IX
PENUTUP

Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Unit Rawat Jalan, yang
dapat dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan rawat jalan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit Surya Asih. Pedoman ini akan
mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu
sehingga diperlukan suatu evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal
pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan
secara khusus di unit rawat jalan dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan
pada setiap pasien.

18
Denah Ruangan

BANGSAL
GEDUNG
BPJS

RM
PARKIR

POLI MATA

UGD

PENYAKIT
DALAM

POLI

RUANG ANAK RUANG


KASIR
PENDAFTARAN

POLI BEDAH
ORTOPEDI
DAPUR RUANG RAWAT POLI ANAK

KEBIDANAN

FARMASI
DAN
INAP
MUSHOLAH
BANGSAL INTERNA DAN POLI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
BEDAH

19

Anda mungkin juga menyukai