Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun
70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya
dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam
tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan
manusia.
Manusia pada hakikatnya adalah murid-murid alam atau lingkungan, karena alam dan
lingkungan mengajari mereka banyak hal. Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung
pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus
mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup
yang merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam bagi manusia adalah segala-galanya,
bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup, berkembang, maupun mati. Akan tetapi juga
mempunyai makna filosofis tersendiri. Alam adalah guru bagi makhluk yang hidup di
dalamnya. Dia dapat mempelajari apa saja yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu
lingkungan merupakan laboratorium alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum
banyak yang menyadari dan memanfaatkannya.
Semakin hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal lingkungannya,
apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk dunia yang berubah, begitu
pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah lingkungan. Dengan merenungkan
munculnya masalah-masalah pembangunan yang mengabaikan prinsip-prinsip ekologi yang
mendapatkan keuntungan jangka pendek guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri
yang semakin hari semakin banyak, telah menyebabkan peranan ekologi semakin menonjol.
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus
dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap
salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah
kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan.
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap
suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian
alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut,
contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia. Untuk lebih memahami
mengenai ilmu ekologi ini, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui dan memahami
konsep-konsep ekologi itu dahulu. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai
konsep-konsep ekologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Ekologi
Istilah ekologi pertama kali dikenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel
(1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal
dan logos, artinya ilmu. Beberapa puluh tahun kemudian, definisi secara luas tentang
ekologi dikemukakan pula oleh beberapa ahli ekologi ;
Miller dalam Darsono (1995:16) Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya
Odum dalam Darsono (1995: 16) Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam,
tentang struktur dan interaksi antara sesame organism dengan lingkungannya dan ekologi
adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan
manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama lain
Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Resosoedarmo dkk, (1985:1)[3] ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Jadi, ekologi adalah ilmu interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Mempelajari
ekologi berarti mempelajari makhluk hidup, lingkungan, dan interaksi antar keduanya.
Seperti tumbuhan, hewan, dan manusia untuk hidup bersama dan salingmemepngaruhi di
dalam lingkungannya. Sedangkan secara umum lingkungan berarti segala sesuatu diluar
individu yang terdiri dari semua benda atau materi, energi, kondisi, keadaan, habitat, ruang
dan proses interaksi yang terjadi di alamnya.
Ekologi dikaitkan dengan lima tingkatan organisasi, yaitu organisme atau individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan ekosfer atau biosfer.

1. Organisme (Individu)
Organisme adalah makhluk yang mempunyai ciriciri metabolisme, tumbuh,
gerak, dan reproduksi. Semua organisme terdiri atas bermacammacam spesies. Setiap
spesies menggambarkan susunan materi hereditas khusus yang disebut gene (gene
pool), yang berbeda dari gene pool spesies lain. Setiap anggota spesies secara potensial
dapat atau mampu mengadakan perkawinan dengan anggota lain dari spesies yang
sama, tetapi secara normal tidak dapat kawin dengan anggota spesies yang berbeda.
Setiap anggota organisme tunggal disebut induvidu. (Harsoyo Purnomo, 2006)
2. Populasi
Kata populasi berasal dari bahasa latin, yaitu populus yang berarti rakyat atau penduduk
(Irwan, 1992). Dalam ilmu ekologi, yang disebut dengan populasi adalah sekelompok
individu yang sejenis atau sama spesiesnya (Irwan, 1991; Heddy, Soemitro dan
soekartomo, 1986; Odum, 1993 ). Menurut Resosoedaermo dkk (1986), populasi
merupakan kelompok organisme sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu
daerah tertentu. Di dalam menyebut suatu populasi harus dilakukan dengan cara
menyebut batas waktu dan tempatnya. Dengan demikian, populasi merupakan
kelompok kolektif organisme dari spesies yang sama yang menempati ruang dan
memiliki ciri yang merupakan milik kelompok. Suatu organisme tidak dapat hidup
sendirian, akan tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme lain, baik dengan
organisme sejenis maupun dengan organisme tidak sejenis dalam suatu tempat tumbuh
atau habitat (Irwan, 1992).
Pada populasi ini memiliki tingkat organisasi yang lebih tinggi daripada individu-
individu organisme dan merupakan kesatuan yang nyata karena memiliki ciri atau
karakteristik unik yang dimiliki populasi dan bukan milik individu dalam populasi
(Resosoedarmo dkk, 1986; Irwan, 1992)
Interaksi yang terjadi antar spesies antar anggota populasi akan mempengaruhi
terhadap kondisi populasi mengingat keaktivan atau tindakan individu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum
(1993) setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya,
bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat
saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah. Oleh karena itu,
dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota populasi
dapat merupakan interaksi yang positif, negatif, dan nol (Irwan, 1992)
Berbagai organisme besar atau kecil yang hidup di suatu tempat tumbuh akan
bergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotik. Menurut
Resosoedarmo dkk (1986), semua komponen komunitas biotik terikat oleh adanya
ketergantungan antara anggota-anggotanya sebagai suatu unit. Komunitas biotik ini
terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bergabung secara erat satu sama
lain, sehingga masing-masing kelompok kecil ini menjadi lebih bersatu. Masing-masing
kelompok kecil dalam komunitas biotik dinamakan populasi. (Irwan, 1992).
3. Komunitas
Komunitas adalah kelompok organisme yang terdiri atas sejumlah jenis yang
berbeda, yang secara bersama-sama menempati habitat atau area yang sama, dan terjadi
interaksi. Komunitas juga didefinisikan sebagai sekumpulan populasi ynag berbeda baik
populasi tumbuhan maupun populasi hewan yang hidup dan berinteraksi pada suatu area
dan pada suatu waktu (Harsoyo Purnomo, 2006).
Niche
Setiap organisme dan populasi dalam komunitas memiliki habitat dan niche. Niche
(relung) adalah peran ekologi suatu spesies dalam komunitas atau deskripsi peran
total struktur dan fungsi spesies di dalam ekosistem atau dengan kata lain
status/profesi atau peran fungsional suatu organisme di lingkungan (Harsoyo
Purnomo, 2006)
Habitat
Habitat adalah tempat atau komunitas organisme hidup, tumbuh, dan berkembang
secara alami atau tempat hidup berbagai jenis organisme yang membentuk suatu
komunitas. Habitat juga dapat diartikan tempat/alamat suatu organisme dapat
ditemukan. Analogi umum: habitat = alamat dalam ekosistem; sedangkan niche =
cara menempatinya, atau cara hidup= jabatan
4. Ekosistem (Sistem Ekologi)
Kajian ekologi pada ekosistem meliputi semua faktor-faktor biotik dan abiotik. Di
mana faktor biotik dan abiotik tersebut merupakan dua komponen utama penyusun
ekosistem. Komponen biotik meliputi semua komponen yang hidup di alam, yang
memiliki ciri-ciri antara lain dapat bereproduksi, tumbuh, peka terhadap rangsang, dan
membutuhkan energi untuk kelangsungan hidupnya. Contoh komponen biotik antara
lain manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Sedangkan komponen abiotik
merupakan komponen tak hidup yang ada di alam. Contohnya antara lain cahaya, tanah,
air, suhu, kelembaban, dan lain sebagainya. Komponen biotik dan abiotik saling
mangadakan interaksi, akibat dari interaksi-interaksi tersebut akan terbentuk suatu
system. Sistem inilah yang disebut ekosistem (ekologycal system).
Berdasarkan kemampuan penyediaan energi, komponen biotik dibedakan menjadi
dua, yaitu autotrof dan heterotrof.
a. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan sendiri dalam hal kebutuhan
materi maupun energi yang diperlukan untuk organisme itu sendiri. Contohnya
antara lain tumbuhan, ganggang, dan bakteri.
b. Heterotrof adalah organisme yang penyediaan energinya itu mengambil dari
organisme lainnya atau dengan kata lain organisme yang sumber energinya
tergantung dari organisme lainnya, contohnya antara lain manusia dan hewan.

Dalam suatu ekosistem, mahluk hidup mempunyai peran atau fungsi masing
masing yaitu sebagai produsen, konsumen, atau decomposer.
a. Produsen yaitu organisme yang mampu memproduksi makanannya dengan cara
mengubah bahanbahan anorganik menjadi bahan organic melalui proses fotosintesis
atau kemosintesis. Contohnya adalah tumbuhan dan ganggang.
b. Konsumen yaitu organisme yang hanya bisa memanfaatkan bahan organic yang
sudah jadi sebagai sumber energinya yang berasal dari penghasil bahan organic
tersebut (produsen).
c. Dekomposer adalah organisme yang mampu mengubah bahan-bahan organic yang
sudah mati menjadi bahan-bahan anorganik yang lebih sederhana.
d. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produsen merupakan organisme autotrof,
sedangkan konsumen dan decomposer merupakan organisme heterotrof.

Kaidah-kaidah ekosistem :
a. Bahwa suatu ekosistem itu diatur / dikendalikan secara alamiah.
b. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan
berimbang. Di atas kemampuan mana ia tidak lagi terkendali, dengan akibat
menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan (krisis lingkungan) yang tidak lagi
berada dalam keadaan lestari bagi kehidupan.
c. Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu interaksi, saling
mempengaruhi yang bersifat timbal balik (crucial inter-relationship).
d. Interaksi dilakukan antar unsur-unsur (komponen-komponen) lingkungan, yaitu
dapat antar:
Komponen-komponen biotik dengan komponen-komponen abiotis dilain pihak.
Komponen-komponen biotis sendiri.
Sesama komponen-komponen abiotis pula.

e. Interaksi itu senantiasa terkendali menurut suatu dynamika yang stabil untuk
mencapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan
terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesamggupannya.
f. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping sifat-sifat yang
fundamental (umum) yang secara bersama-sama dengan lain ekosistem yang ada
melakukan peranan terhadap keseluruhan ekosistem alam di bumi kita.
g. Bahwa setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat,
waktu atau masa waktu, dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan
diantara ekosistem-ekosistem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifatnya yang
khas.
h. Antara satu dengan yang lain masing-masing ekosistem juga melibatkan dirinya
untuk memilih interaksinya pula secara tertentu. (Slamet Riyadi, 1981).

5. Ekosfer (Ekosistem global)


Ekosfer adalah bagian bumi tempat semua organisme hidup berada dan
berinteraksi; atau bagian bumi dan atmosfer yang dapat menunjang kehidupan
organisme. Ekosfer disebut juga dengan istilah biosfer atau ecumene. Ekosfer terdiri
atas atmosfer, hidrosfer, dan lithosfer. Atmosfer meliputi udara atau gas dan partikel-
partikel yang tersebar di atas permukaan bumi. Hidrosfer meliputi seluruh perairan di
bumi, yaitu laut, badan air yang lebih kecil, dan air tanah; air beku (es di daerah kutub,
es terapung, lapisan tanah beku di lingkaran arktik / permafrost); dan sejumlah kecil uap
air. Lithosfer meliputi tanah, batu-batuan / kerak bumi, dan magma. (Harsoyo Purnomo,
2006)
Dalam ekosistem pasti terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara
komponen yang satu dengan yang lain. Interaksi yang terjadi bisa berupa interaksi yang
saling menguntungkan, merugikan, atau tidak berpengaruh terhadap satu dengan yang
lainnya. Jenis-jenis interaksi tersebut antara lain:
a. Simbiosis, terbagi menjadi tiga jenis : mutualisme (saling menguntungkan), parasitisme
(saling merugikan), komensalisme (yang satu diuntungkan yang lain tidak dirugikan).
b. Kompetisi, yaitu saling bersaing untuk mempertahankan hidup. Contoh : padi dengan
gulma.
c. Netralisme, yaitu interaksi antar individu yang saling lepas atau tidak saling
mempengaruhi. Contoh : kambing dengan kucing.
d. Predatorisme, yaitu interaksi antar organisme yang satu memakan yang lain. Contoh :
harimau memakan rusa.

Kapan dikatakan ekosistem seimbang? Dalam suatu ekosistem yang masih alami dan
belum terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen
penyusun ekosistem tersebut keadaan ini disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem
untuk dapat menahan berbagai perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh. Ekosistem
yang dikatakan seimbang adalah apabila semua komponen baik biotik maupun abiotik
berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan.
Dalam ekosistem terjadi peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai
makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-masing anggotanya harus
sesuai dengan aturan ekosistem.

B. Keseimbangan Ekosistem
Dalam suatu ekosistem harus ada keseimbangan antara produsen dan konsumen.
Kehidupan dapat tetap berlangsung jika jumlah produsen lebih besar dari konsumen tingkat
I. Konsumen tingkat I lebih banyak dari konsumen tingkat II dan seterusnya.
Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa adanya aliran energi, rantai
makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan pengendalian.
Bagaimanakah ekosistem yang tidak seimbang? Ketidakseimbangan ekosistem terjadi
apabila semua komponen biotik maupun abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya
baik jumlah maupun perananya dalam lingkungan. Sehingga dapat dikatakan tidak seimbang
jika salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak. Misalnya populasi tikus di sawah
sedikit karena terus diburu oleh para petani akan mengakibatkan populasi ular menurun
karena kehabisan makanan berupa tikus.
1. Faktor Penyebab Terganggunya Keseimbangan Ekosistem
Terdapat dua faktor penting yang menyebabkan tergangunya ekosistem. Yaitu : faktor
alam dan faktor manusia. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi keseimbangan
ekosistem.
a. Faktor yang terjadi akibat bencana alam. Misalnya : banjir, gempa bumi, gunung
meletus, tsunami dan lain sebagainya. Jika suatu lingkungan terkena bencana
biasanya akan terdapat salah satu komponen yang rusak sehingga menyebabkan
lingkungan menjadi tidak seimbang.
b. Faktor yang terjadi karena ulah tangan manusia. Aktivitas manusia dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Berikut ini beberapa kegiatan
manusia yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
Penebangan Pohon secara Liar dan Pembakaran Hutan
Perhatikan alat-alat rumah tangga yang ada di rumahmu. Apakah ada yang berasal
dari kayu? Jenis kayu yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, contohnya meranti, kamper, jati, dan mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut
diambil dari hutan. Adanya penebangan hutan secara liar dapat menimbulkan
kerusakan pada tempat hidup tumbuhan dan habitat hewan. Akibatnya banyak
jenis tumbuhan yang menjadi berkurang dan lama-lama menjadi langka. Hal ini
terjadi karena pengambilan secara terus-menerus tetapi tidak dilakukan
penanaman kembali. Tumbuhan yang menjadi langka akibat kerusakan habitatnya
misalnya pohon jati, bunga anggrek, dan bunga rafflesia. Hutan mempunyai peran
yang sangat penting bagi ekosistem. Di dalam hutan hidup berbagai jenis hewan
dan tumbuhan. Hutan menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan
bagi hewan-hewan tersebut. Jika pohon-pohon ditebang terus, sumber makanan
untuk hewan-hewan yang hidup di pohon tersebut juga akan berkurang atau tidak
ada, karena itu banyak hewan yang kekurangan makanan. Akibatnya banyak
hewan yang musnah dan menjadi langka. Selain menebang pohon, manusia
kadang-kadang membuka lahan pertanian dan perumahan dengan cara membakar
hutan. Akibatnya lapisan tanah dapat terbakar, tanah menjadi kering dan tidak
subur. Hewan-hewan tanah tidak dapat hidup, hewan-hewan besar banyak yang
mencari makan ke tempat lain bahkan sampai ke pemukiman manusia. Hal ini
juga dapat merusak keseimbangan ekosistem.

Perburuan Hewan secara Terus-Menerus


Apakah fungsi hewan bagi manusia? Banyak kegiatan manusia yang merusak
keseimbangan ekosistem misalnya penangkapan ikan di laut dengan racun atau
peledak. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang. Terumbu karang
merupakan tempat hidup ikan-ikan kecil yang merupakan makanan ikan yang
lebih besar. Penangkan ikan dengan kapalkapal pukat harimau dapat
menimbulkan penurunan jumlah ikan di laut. Sebab dengan pukat harimau ikan
kecil akan ikut terjaring.
Penangkapan secara liar pada beberapa hewan, seperti penyu, cendrawasih, badak,
dan harimau dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut menjadi langka. Manusia
ada yang berburu hewan hanya untuk bersenang-senang. Juga ada yang
memanfaatkan sebagai bahan makanan, hiasan, atau pakaian.

Penggunaan Pupuk yang Berlebihan


Apa yang dilakukan petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya? Para petani
biasanya melakukan beberapa cara agar hasil pertaniannya tetap baik dan banyak.
Cara-cara yang dilakukan oleh para petani itu di antaranya dengan pemupukan
dan pemberantasan hama. Pupuk tanaman yang digunakan para petani ada dua
macam, yaitu pupuk alami dan pupuk buatan.
Pupuk alami adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan alami, misalnya dari
kotoran hewan atau dari daun-daunan yang telah membusuk. Pupuk alami dikenal
dengan sebutan pupuk kandang atau pupuk kompos. Pupuk buatan adalah pupuk
yang dibuat dari bahan kimia. Contoh pupuk buatan adalah urea, NPK, dan ZA.
Penggunaan pupuk buatan harus sesuai dengan aturan pemakaian karena dapat
mempengaruhi ekosistem. Pupuk buatan yang berlebihan jika kena air hujan akan
larut dan terbawa air ke sungai atau danau. Akibatnya di tempat tersebut terjadi
penumpukan unsur hara sehingga gulma tumbuh subur..
Untuk memberantas hama, para petani menggunakan pestisida atau insektisida.
Contoh penggunaan insektisida yang merusak ekosistem adalah penggunaannya
tidak tepat waktu, jumlahnya berlebihan, dan jenis insektisidanya tidak sesuai.
Penggunaan insektisida dan pestisida ini harus sesuai dengan ketentuan agar tidak
membunuh makhluk hidup yang lain, seperti burung atau hewan lainnya yang
tidak merusak tanaman.

Pembuangan Limbah dan Sampah


Sebagian besar aktivitas yang dilakukan manusia pasti menghasilkan sampah atau
limbah. Mulai dari limbah rumah tangga, pertanian, transportasi, sampai limbah
industri. Plastik yang digunakan sebagai pembungkus merupakan contoh limbah
rumah tangga. Pestisida jika digunakan berlebihan dapat menjadi limbah
pertanian. Asap kendaraan merupakan limbah transportasi. Adapun contoh limbah
industri berupa limbah cair dan asap. Sampah dan limbah tersebut ada yang
mudah diuraikan dan ada pula yang sulit diuraikan. Jika pengolahan sampah tidak
dilakukan dengan benar, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan.

2. Dampak Ketidakseimbangan Ekosistem Terhadap Makhluk Hidup


Perubahan lingkungan dapat terjadi oleh aktivitas manusia atau kejadian alam seperti
letusan gunung berapi, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Perubahan lingkungan yang
terjadi, baik yang dilakukan oleh manusia atau kejadian alam dapat bersifat positif,
artinya bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan bersifat negatif yang merugikan bagi
kehidupan manusia. Perubahan lingkungan terjadi apabila ada perubahan dalam daur
biologi atau daur biogeokimia.
Penebangan pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan akibat yang saling
berantai antara faktor biotik dan abiotik. Penebangan hutan berarti menghilangkan
sebagian besar produsen dalam suatu ekosistem. Karena itu akan menyebabkan
kepunahan sebagian flora dan fauna yang ada di hutan tersebut. Pengaruh yang lainnya,
dengan pembukaan hutan akan menyebabkan perubahan dalam daur hidrologi. Bila hujan
turun pada tanah yang terbuka, maka air akan langsung masuk ke dalam tanah yang
memiliki kesuburan yang tinggi. Dengan tidak adanya pohon yang menahan air hujan
yang meresap ke dalam tanah akan menyebabkan aliran air di permukaan tanah menjadi
besar. Adanya aliran yang besar dan cepat akan mengikis permukaan tanah yang subur.
Hilangnya kesuburan tanah akan mengurangi populasi cacing tanah yang berperan
membantu menyuburkan tanah. Kurangnya resapan air di dalam tanah akan
menyebabkan kekeringan di musim kemarau. Dengan penebangan pohon, menyebabkan
dasar hutan lebih banyak menerima cahaya matahari dan suhu akan naik, yang dapat
menyebabkan lebih cepatnya penguraian sampah organik sebagai sumber zat hara tanah.
Penguraian sampah organik di tanah secara drastis akan mengganggu daur nitrogen.
Ekosistem yang tidak seimbang akan membawa dampak buruk terhadap makhluk
hidup yang ada di dalamnya. Dampak tersebut sudah pasti sangat merugikan. Berikut ini
beberapa dampak akibat terganggunya keseimbangan ekosistem bagi makhluk hidup,
diantaranya:
a. Kepunahan suatu spesies atau populasi
Jika gajah terus diburu untuk diambil gadingnya, tidak hanya akan menyebabkan
populasi gajah semakin berkurang tetapi dapat menyebabkan spesies gajah akan hilang
dari muka bumi. Kebiasaan manusia dalam memburu hewan-hewan dan tumbuhan-
tumbuhan tersebut merupakan suatu ancaman terhadap kelangsungan hidup hewan dan
tumbuhan.
b. Kerusakan atau bencana
Yang paling dominan merasakan dampak dari bencana adalah manusia. Manusia akan
selalu merasa khawatir dan takut jika bumi ini mengalami terus-menerus bencana.
Bencana sangat merugikan manusia. Manusia bisa kehilangan segala-galanya akibat
bencana. Kehilangan harta benda, tempat tinggal bahkan kehilangan nyawa.
c. Munculnya anomali (keanehan) ekosistem
Keanehan-keanehan sering muncul akibat ekosistem yang tidak seimbang. Seperti
yang terdapat dalam artikel di atas.

Saat ini gejala-gejala seperti di atas sudah sangat jelas terlihat di depan mata kita.
Dan hal ini sudah jelas pula pertanda bahwa ekosistem kita sudah tidak seimbang lagi.
Kita (manusia) sebagai salah satu komponen dalam ekosistem hendaknya harus semakin
menyadari bahwa pentingnya peranan lingkungan terhadap kelangsungan hidup makhluk
hidup di sekitarnya.
Dengan menjaga ekosistem kita tetap seimbang akan sangat berperan besar dalam
menyelamatkan makhluk hidup dari kehancuran dan kepunahan.

3. Upaya Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem


Untuk menjaga agar ekosistem kita tetap seimbang maka diperlukan usaha-usaha yang
nyata yang dapat kita lakukan. Beberapa usaha untuk menjaga keseimbangan ekosistem
diantaranya:
a. Bidang Kehutanan
Kerusakan hutan yang semakin parah dan meluas, perlu diantisipasi dengan berbagai
upaya. Beberapa usaha yang perlu dilakukan antara lain:
1) Penebangan pohon dan penanaman kembali agar dilakukan dengan seimbang
sehingga hutan tetap lestari.
2) Memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar, dan memberikan
hukuman yang berat kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
3) Penebangan pohon harus dilakukan secara bijaksana. Pohon yang ditebang
hendaknya yang besar dan tua agar pohon-pohon yang kecil dapat tumbuh subur
kembali.
4) Melakukan reboisasi (penanaman hutan kembali) pada kawasan-kawasan yang
hutannya telah gundul, dan merehabilitasi kembali hutan-hutan yang telah rusak.
5) Memperluas hutan lindung, taman nasional, dan sejenisnya sehingga fungsi hutan
sebagai pengatur air, pencegah erosi, pengawetan tanah, tempat perlindungan
flora dan fauna dapat tetap terpelihara dan lestari.

b. Bidang Pertanian
1) Mengubah sistem pertanian berladang (berpindah-pindah) menjadi pertanian
menetap seperti sawah, perkebunan, tegalan, dan sebagainya.
2) Pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras
(sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil.
3) Mengurangi penggunaan pestisida yang banyak digunakan untuk pemberantasan
hama tanaman dengan cara memperbanyak predator (binatang pemakan) hama
tanaman karena pemakaian pestisida dapat mencemarkan air dan tanah.
4) Menemukan jenis-jenis tanaman yang tahan hama sehingga dengan demikian
penggunaan pestisida dapat dihindarkan.

c. Bidang Industri
1) Limbah-limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun perairan harus
dinetralkan terlebih dahulu sehingga limbah yang dibuang tersebut telah bebas
dari bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, setiap industri diwajibkan membuat
pengolahan limbah industri.
2) Untuk mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh asap industri yang
berasal dari pembakaran yang menghasilkan CO (Karbon monooksida) dan
CO2 (karbon dioksida), diwajibkan melakukan penghijauan di lingkungan
sekitarnya. Penghijauan yaitu menanami lahan atau halaman-halaman dengan
tumbuhan hijau.
3) Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi dengan sumber energi yang
lebih ramah lingkungan seperti energi listrik yang dihasilkan PLTA, energi panas
bumi, sinar matahari, dan sebagainya.
4) Melakukan daur ulang (recycling) terhadap barang-barang bekas yang tidak
terpakai seperti kertas, plastik, aluminium, best, dan sebagainya. Dengan
demikian selain memanfaatkan limbah barang bekas, keperluan bahan baku yang
biasanya diambil dari alam dapat dikurangi.
5) Menciptakan teknologi yang hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan
6) Menetapkan kawasan-kawasan industri yang jauh dari permukiman penduduk.
d. Bidang Perairan
1) Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda
lainnya ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat pembuangan
sampah.
2) Perlu dibuat aturan-aturan yang ketat untuk penggalian pasir di laut sehingga
tidak merusak lingkungan perairan laut sekitarnya.
3) Pengambilan karang di laut yang menjadi tempat berkembang biak ikan-ikan
harus dilarang.
4) Perlu dibuat aturan-aturan penangkapan ikan di sungai/laut seperti larangan
penggunaan bom ikan, pemakaian pukat harimau di laut yang dapat menjaring
ikan sampai sekecil-kecilnya, dan sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keseimbangan ekosistem tidak


bersifat statis, melainkan dapat berubah-ubah (dinamis), perubahan ini dapat terjadi secara
alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan ekosistem diantaranya (1) penebangan pohon secara liar dan
pembakaran hutan, (2) perburuan hewan secara terus-menerus, dan (3) penggunaan pupuk yang
berlebihan. Untuk menanggulangi rusaknya keseimbangan ekosistem, dapat dilakukan dengan
upaya-upaya berikut (1) pembuatan suaka margasatwa, (2) pembuatan cagar alam, (3)
perlindungan hutan, (4) pembuatan taman nasional, (5) pembuatan taman laut, (6) pembuatan
kebun binatang, dan (7) penerapan pertanian organik.
B. Saran
Ekosistem merupakan suatu kawasan yang terdiri dari unsur hayati dan non hayati, di mana di
dalamnya terdapat berbagai macam habitat degan segala relung dan populasinya. Oleh karena
itu, upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem harus terus digalakan sehingga tidak ada
komponen yang terganggu dan keberlangsungan kehidupan makhluk hidup pun terjamin.

Anda mungkin juga menyukai