Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Kandungan Wanita
2.1.1. Alat kandungan luar
Alat kandungan luar dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat
dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi alat kandungan luar
dikhususkan untuk kopulasi (koitus). Menurut mocthtar (1998), yang termasuk
alat kandungan luar adalah:
1. Mons veneris
Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut
kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa. Pada wanita rambut ini
tumbuh membentuk sudut lengkung sedangkan pada pria membentuk
sudut runcing ke atas.
2. Bibir besar kemaluan (labia majora)
Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita
menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.
3. Bibir kecil kemaluan (labia minor )
Bagian dalam dari bibir besar berwarna merah jambu. Disini dijumpai
frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.
4. Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang
mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sanpai ke belakang
dibatasi perineum.
5. Vestibulum
Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan
dan kiri. Disini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar Bartholini) dan
kelenjar vestibulum minor.
6. Introitus vagina
Pintu masuk ke vagina.
7. Selaput dara (hymen)

Universitas Sumatera Utara


Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang
membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak
berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan
robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula
himen atau sisa himen.
8. Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Disekitar
lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene.
9. Perineum
Terletak di antara vulva dan anus.

2.1.2. Alat Kandungan Dalam


Menurut Wiknjosastro (1998) yang termasuk alat kandungan dalam adalah:
1. Liang Sanggama (vagina )
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak
diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut
rahim. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna ruganum.
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan forniks lateral
kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks anterior, dan forniks posterior.
Saluran darah vagina diperoleh dan arteria uterina, arteria vesikalis inferior,
arteria hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus interna.
2. Rahim (uterus)
Adalah struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum
sedangkan rongga dalamnnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil diantara pear, mempunyai
rongga yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu: badan rahim (korpus uteri), leher
rahim (serviks uteri) dan rongga rahim (kavum uteri).
3. Saluran Telur (tuba falopii)
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13
cm, diameter 3-8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral
yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran

Universitas Sumatera Utara


dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur
dan hasil konsepsi. Fungsi saluran telur adalah sebagai saluran telur,
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, tempat terjadinya
pembuahan (konsepsi= fertilisasi).
4. Indung Telur (ovarium)
Terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan kiri rahim, dilapisi
mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya
seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm
1,5-2 cm 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh
mesovarium, ligamentum ovarika dan ligamentum infundibolopelvikum.

Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel


telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama adalah
menghasilkan sel telur (ovum), menghasilkan hormon-hormon
(progesteron dan estrogen), dan ikut serta mengatur haid.

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Sumber: Britanica, 2007

Universitas Sumatera Utara


2.2. Fertilisasi pada wanita
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam
saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang
menggembung dari tuba falopii (Vander, 2001).
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi=fertilisasi) (Heffner & Schust,
2005).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh
rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim
untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari.
Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan
harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sela mani), pembuahan
(konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi (Mochtar, 1998).

2.3. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usahausaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat
ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi
syarat syarat sebagai berikut: (1) dapat dipercaya; (2) tidak menimbulkan efek
yang mengganggu kesehatan; (3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan;
(4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus; (5) tidak memerlukan motivasi
terus-menerus; (6) mudah menggunakannya; (7) murah sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakatnya (Sarwono, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.4. Metode Kontrasepsi
2.4.1. Metode sederhana
2.4.1.1 Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat
2.4.1.1.1. Sanggama Terputus
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira kira
1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik penis keluar dari vagina (Sarwono.2008).
Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena
faktor jasmani emosional tidak dapat menggunakan cara ini. Selanjutnya,
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Menurut sarwono (2008)
kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung sperma.
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
c) Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan.

2.4.1.1.2. Pantang Berkala


Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan sanggama pada
masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir
encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka
yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut
harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan massa aman. Sebagai contoh
jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36- 11 = 25. Maka konsepsi dapat terjadi

Universitas Sumatera Utara


hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama
sampai hari ke 0 daur haid (Samra-Latif, 2011).
Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia,
dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini
sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat
terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur (Sarwono,
2008).

2.4.1.2. Kontrasepsi dengan Menggunakan Alat


2.4.1.2.1. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom sudah digunakan di
Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama kondom
yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit
kelamin. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
pembuahan dapat dicegah (Sarwono,2008).

Jenis jenis kondom yang sekarang tersedia beragam tipe (Gebbie, 2005):
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat
(garis tengah sekitar 3,0 3,5 cm, panjang 15 20 cm, tebal 0,03 0,08 mm)
dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan tepi bulat di ujungnya yang
terbuka. Kondom dikemas secara individual, digulung sampai ke tepi, dan disegel
secara kedap udara dalam kertas timah impermeabel. Apabila kemasan terbuka atau
robek, maka kondom di dalamnya cepat rusak.
2) Selama bertahun tahun hanya tersedia satu ukuran tetapi sekarang diketahui adanya
kebutuhan untuk kondom berukuran lebih besar dan lebih kecil dan keduanya saat
ini sudah tersedia.
3) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, juga diperkenalkan variasi yang
berpelumas, mengandung spermisida, berwarna, memiliki rasa, beraroma, dan
bertekstur.

Universitas Sumatera Utara


4) Tersedia kondom alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan
tidak dipralubrikasi, bagi mereka yang mengalami hipersensitivitas.
5) Kondom yang lebih tebal dan melebihi Standar Inggris dipasarkan terutama untuk
hubungan intim peranus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan
tambahan terhadap infeksi HIV.

Cara Kerja Kondom


Seperti semua metode barier lainnya, kondom mencegah spermatozoa mencapai
saluran genital atas wanita (Gebbie, 2005).
Keunggulan Kondom (Gebbie, 2005):
1) Efektif apabila digunakan secara benar dan konsisten.
2) Tersedia luas, murah, dan sering diberikan secara gratis. Tidak ada persyaratan untuk
berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
3) Mudah digunakan dan tanpa disertai efek samping lokal atau sistemik.
4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual, termasuk
infeksi HIV. Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak dapat ditembus oleh
organnisme yang ditularkan melalui hubungan seks termasuk virus.
5) Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
6) Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi dini.

Kekurangan Kondom (Gebbie, 2005):


1) Penampian tidak menarik
2) Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu berhubungan intim, terutama transmisi
kehangatan tubuh.
3) Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuang sesudahnya, yang bagi sebagian
pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.
4) Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah lanjut usia
mendapati bahwa pemakian kondom membantu mempertahankan ereksi mereka.

2.4.2.2.2 Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia yang di gunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma. Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel

Universitas Sumatera Utara


telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa ), tablet vaginal atau krim.
Metode ini tidak mengganggu produksi ASI, mudah digunakan dan tidak
memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus. Perlu ditekankan bahwa pemakaian
spermisida sebagai tindakan kontraseptif tunggal tidak dianjurkan dan peran
utama zat ini adalah meningkatkan efek kontraseptif dari metode barier yang lain
(Sarwono, 2008).

Jenis jenis spermisida (Manuaba, 1998):


1) Krim dan jeli
Pada bentuk krim, bahan kimia dimasukkan ke dalam suatu bahan dasar sabun
stearat, sedangkan pada bentuk jeli dimasukkan ke dalam bahan dasar yang larut
air. Kedua bentuk ini mencair pada suhu tubuh dan cepat menyebar ke seluruh
vagina.
2) Pesarium vagina
Bahan dasar terdiri dari gelatin, gliserin, tau lilin. Pesarium dikemas dalam kertas
timah dan mudah digunakan. Karena cepat menyebar ke seluruh vagina, bentuk
ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan krim atau jeli tetapi para wanita
sering mendapati presarium ini lebih nyaman.
3) Tisu spermisida
Tisu spermisida ini berupa sejenis lembaran segi empat semi transparan larut air
yang cepat larut di vagina untuk membebaskan nonoksinol-9.

Cara kerja spermisida (Gebbie, 2005)


Kerja spermisida bersifat ganda:
1) Bahan dasar preparat secara fisik menghambat pergerakan sperma.
2) Bahan kimia aktif mematikan sperma tanpa merusak jaringan tubuh yang lain.

Keuntungan spermisida(Gebbie,2005):
1) Memberi tambahan pelumnas apabila ada masalah kekeringan vagina.
2) Mudah diperoleh tanpa resep.
3) Tidak ada bukti toksisitas topikal vagina dan penyerapan sistemik, kalaupun ada,
sangat terbatas.

Universitas Sumatera Utara


Kekurangan spermisida (Gebbie, 2005):
1) Angka kegagalan terlalu tinggi apabila digunakan tersendiri.
2) Pesarium tidak cocok untuk negara tropis karena dapat meleleh. Namun pesarium
yang meleleh akan kembali memadat di dalam kemasannya apabila didinginkan,
serta masih mempertahankan aktivitasnya.
3) Kadang kadang menimbulkan keluhan bau tidak sedap, rasa menyengat, atau
rasa tidak nyaman di vagina.
4) Pemakaian spermisida yang melebihi dosis normal dapat menyebabkan iritasi dan
ulserasi mukosa vagina dan efek ini tampaknya berkaitan dengan dosis. Epitel
vagina yang rusak dapat mempermudah masuknya organisme yang ditularkan
melalui hubungan intim misalnya HIV.
5) Kurang efektif dalam penggunaanya karena harus menunggu waktu 10 15
menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan efektivitas
pemakian hanya 1-2 jam saja.
Efek samping spermisida (Gebbie, 2005):
1) Alergi (pada salah satu pasangan).
2) Busa aerosol jangan digunakan bersama diafragma, karena apabila terbentuk
tekanan di vagina maka diafragma dapat terlepas.

2.4.2. Metode Modren


2.4.2.1.Kontrasepsi Hormonal
2.4.2.1.1.Pil
2.4.2.1.1.1. Pil kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahanperubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma
tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada
motilitas tuba fallopi dan uterus. Dewasa ini terdapat banyak macam pil
kombinasi, tergantung dari jenis dan dosis estrogen serta jenis progesteron yang
dipakai (Sarwono, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil
dalam satu bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus,
diminum mulai hari kelima haid satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam
bungkus kedua diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil
kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap malam secara terusmenerus. Tidak
semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi (Sarwono, 2008).
Menurut kishen (2005) wanita yang mempunyai masalah kesehatan sebagai
berikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi:
a) Menderita hepatitis atau penyakit kuning.
b) Menderita gejala stroke atau penyakit jantung.
c) Mempunyai masalah pembekuan darah.
d) Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko serangan
jantung atau pecah pembuluh darah otak.
e) Menderita diabetes atau epilepsi.

Efek samping pil kombinasi (Sarwono2008):


Hormon hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah
proses biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika kadangkadang timbul efek sampingan. Efek tersebut pada
umumnya ditemukan pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil
dengan kelebihan progesteron.
Efek efek sampingan yang masih dapat dianggap ringan ialah sebagai berikut
(Sarwono, 2008):
1) Efek karena kelebihan estrogen
Efek efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang kadang disertai muntah,
diare, dan rasa perut kembung.
2) Efek karena kelebihan progesteron
Progesteron dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan, akne, alopesia,
kadang kadang mamma mengecil, fluor albus, hipomenorea.

Universitas Sumatera Utara


3) Efek sampingan yang berat
Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk tromboflebitis,
emboli paru paru, dan trombosis otak.

2.4.2.1.1.2. Mini Pil


Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin
saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan
pil kombinasi. Mini pil ini bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan
mulai hari ini pertama sampai hari kelima masa haid (Sarwono, 2008).
Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi
produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan
kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami
gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan
ektopik cukup tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
(Heffner & Schust, 2005).
Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang termasuk ke
dalam(Kishen, 2005):
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya
c) Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara.
d) Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma uterus.
e) Mempunyai riwayat sroke karena progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah.
f) Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis yang
berumur di atas 20 tahun.
g) Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.

2.4.2.1.2.Suntikan Progestin
Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-Terat mengandung
hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan

Universitas Sumatera Utara


suntikan di berikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali. Suntikan ini
mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi sehingga menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan(Sarwono, 2008).
Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka
panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangggu
pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang
tidak teratur atau bercakbercak darah, berat badan meningkat, dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang
hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi
(Sarwono, 2008).

2.4.2.1.3. Implant / Susuk


Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita
dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan
pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu
proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga
menekan ovulasi (Sarwono, 2008).
Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu (Sarwono,
2008):
a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini
efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira kira 40 mm,
diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama kerjanya 3
tahun.
c) Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas


dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu
produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang
paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri
kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening,
mengalami gangguan haid (terjadinya spotting. Perdarahan haid memanjang atau
lebih sering berdarah) (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau disangka
hamil, penderita panyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus, kelainan
kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik (Sarwono,
2008).

2.4.2.1.4. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )


AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah cara pencegahan kehamilan
yang sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak
terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan (Wulansari, 2007) . Setelah dirahim,
AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian
AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai
oleh semua wanita umur reproduksi (Sarwono, 2008).
Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk
mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servik alis. Segera
setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi. Biasanya
rasa nyeri ini dapat berangsur angsur hilang dengan sedirinya. Rasa nyeri dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan

Universitas Sumatera Utara


berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil (Sarwono, 2008).

Gambar 2.2. Berbagai Contoh AKDR


Sumber: Lautner, 2011

Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan


merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak
mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan setelah
menopause, tidak ada interaksi dengan obat obat dan membantu mencegah
kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perubahan siklus
haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan berat saat haid
sehingga memungkinkan menyebabkan anemia (Sarwono, 2008).

Cara Kerja AKDR:


Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja
ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual
untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke
dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol betadine
atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks di jepit bibir depan porsio
uteri, dan dimasukkan sonde kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan
panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam

Universitas Sumatera Utara


uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada
cunam serviks (Manuaba, 2009).
Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros
kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih
dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur
perlahanlahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah
tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm keluar dari ostium uteri,
dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2008).

Efek samping AKDR (Meera,2005)


a) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikitsedikit yang
cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang
sedikit sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika terjadi perdarahan
banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti
dengan AKDR yang berukuran kecil.

b) Rasa nyeri dan kejang di perut


Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsurangsur hilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika.
c) Ketidakteraturan menstruasi
Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn
antarmenstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak darah
pra dan pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga sering terjadi.

Menurut Leveno (2004) terdapat beberapa keuntungan penggunaan AKDR seperti


progesteron dan AKDR yang mengandung levonogestrel mengurangi darah haid
dan dapat digunakan untuk mengobati menoragia. Selain itu, berkurangnya

Universitas Sumatera Utara


pengeluaran darah sering disertai oleh berkurangnya disminore. Wanita yang
mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan norplant
sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah penghentian penggunaan,
kesuburan tidak berkurang.
Kerugian pemakaian AKDR(Sarwono, 2008)
1. Pola perdarahan menstruasi
2. Infeksi
3. Ekspulsi
4. Perforasi

2.5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


2.5.1. Umur
Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga
periode yaitu, reproduksi muda (1519 tahun), reproduksi sehat (2035) dan
reproduksi tua (3645 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidimiologi
yang menyatakan bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun
bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20
35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang
digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Glasier,
2005).
Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan perilaku seseorang
termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua
mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan
dengan yang muda (Ginting, 2010)
2.5.2. Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak
dan mencari solusi dalam kehidupannya. Orang yang mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan lebih
mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya dengan menentukan
pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta peningkatan
kesejahteraan keluarga (Glasier, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide
atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan
terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita
terhadap manfaat mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang
tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah (Ginting, 2010).
2.5.3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Ginting,2010).
2.5.4. Keterjangkauan Biaya Pelayanan
Faktor faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepi
diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan
kesehatan yang terjangkau. Keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan
membayar berhubungan dengan masalah ekonomi, sehingga daya beli individu
juga mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli
individu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah (Glasier,
2005).
2.5.5. Ketersediaan Pelayanan Alat Kontrasepsi
Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam tersedia atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Untuk dapat digunakan, pertama kali
suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh (Glasier, 2005).
2.5.6. Presepsi Tentang Nilai Anak
Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari hari dapat diketahui
dari kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang,
kepada anak nilai nilai dalam keluarga disosialisasikan, sebagai ahli waris dan
juga menjadi tempat orangtua menggantungkan harapan (Ginting, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai