Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009).

Menurut World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi masalah


kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita
masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, Berdasarkan
data yang didapat jumlah pasien harga diri rendah (HDR) di Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan November dan Desember tahun 2014
didapatkan hasil 1161 orang pasien jiwa. Waham (2,3%), Halusinasi (76,6 %),
HDR (2,7 %), DPD (1,2 %), RBD (0,3 %), Isolasi Sosial (10,9 %), PK (4,0 %),
RPK (1,5 %). Yang berarti bahwa pasien harga diri rendah apabila tidak segera
diterapkan penerapan komunikasi 9 terapeutik terhadap peningkatan harga diri
klien akan menyebabkan isolasi sosial.

Selain itu, jelas bahwa dampak harga diri rendah (HDR) yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan dan bahkan berdampak kebunuh diri.

berdasarkan tinggi nya anggka prevalensi pasien yang mengalami


gangguan jiwa khususnya penderita halusinasi dan besarnya dampak negatif yang
dapat di timbulkan,maka penulis tertarik untuk melakukan kajian asuhan
keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi.
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 tujuan umum

mahasiswa mampu untuk mengetahui,memahami,serta dapat


melaksanakan asuhan kepewaratan jiwa dengan harga diri rendah sesuai dengan
konsep.

1.2.2 tujuan khusus

mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :

1. defenisi harga diri rendah


2. etiologi
3. tanda dan gejala(manifestasi klinis)
4. rentang respon
5. penatalaksanaan
6. proses keperawatan :pengkajian,pohon masalah,diagnosa
keperawatan,intervensi keperawatan

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan Asuhan Keperawatan ini dengan menggambarkan
masalah yang terjadi dan didapat pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter
serta tim kesehatan lainnya.

2. Observasi partisipasi aktif


Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri

4. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan
hasil pemeriksaan klien.

1.4 sistematika penulisan

untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada penulisan ini penulis


menggunakan sistematika yaitu sebagai berikut :

BAB I :pendahuluan ;meliputi :latar belakang masalah,tujuan


penulisan,ruang lingkup,dan sistematika penulisan.

BAB II :konsep medis meliputi :pengertian,etiologi,mansifestasi


penatalaksanaan dan konsep asuhan kepewatan meliputi
pengkajian,pohonmasalah,diagnosa,intervensi keperawatan

BAB III :tinjauan kasus berisi tentang pengakajian, diagnosa,


intervensi, implementasi dan evaluasi dari kasus.

BAB IV :berisi tentang pembahasan dari pengkajian, intervensi,


implemnatsi dan evaluasi anatara kasus dan teori.

Daftar pustaka
Bab 2
Tinjauan Teoritis
2.1 konsep medis
2.2.1 defenisi
harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri ;merupakan bagian dari
kebutuhan manusia(maslow ) .pandangan seseorang tentang dirinya secara
keseluruhan,berupa positif atau negatif ,most of the time I feel really good about
my self,harga diri didapat dari orang yang di cintai,mendapat perhatian dan
respek dari orang lain (farida,dkk 2010)

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)

2.2.2 Etiologi

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan


harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :

1. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
(Stuart & Sundeen, 2006)
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga
diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009) Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya
koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,2008)
2.2.3 manifestasi klinis
Tanda dan gejala Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
aMengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
2.2.4 Penatalaksanaan

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan


sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

1. Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran


yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan
yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine
HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol
(mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
(Hawari,2001)
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 5 joule/detik.
(Maramis, 2005)
2.2 konsep asuhan keperawatan
2.2.1 pengkajian
a) Data subjektif: Pasien mengatakan saya tidak bisa, tidak mampu,
bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri (Townsend,
1998).
b) Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
2.2.2 pohon masalah

Resiko Perilaku
Kekerasan

effect
Gangguan Persepsi
Sensori

Harga Diri Rendah


cord

Koping Individu Tidak Efektif cause


Traumatik Tumbuh kembang

sumber :Yosep (2009).

2.2.3 diagnosa keperawatan

1. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah


2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu inefektif
2.2.4 rencana tindakan

SP 1 klien :mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


klien

SP 2 klien : membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat


dilakukan

SP 3 klien :membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan


dilatih

SP 4 klien : melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal


pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian

(Eko prabowo,konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa,2014:213-214)

Anda mungkin juga menyukai