PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI MATA KULIAH PERGURUAN
TINGGI
OLEH:
Kelompok VII
FISIKA DIK E 2015
JURUSAN FISIKA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya semata penulis bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini denagan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Makalah yang berjudul pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah
perguruan tinggi ini akan menjelaskan mengenai defenisi pendidikan
kewarganegaraan, aspek aspek pendidikan kewarganegaraan, pentingnya mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguran tinggi, tujuan mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan dan lain sebagainya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengkaji lebih rinci materi mengenai pentingnya mata
kuliah kewarkan negaraan di perguruan tinggi dan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah filssafat pendidkan
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan isi makalah
ini karenanya penulis memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, Kiranya
makalah ini dapat digunakan seperlunya dalam memahami bulan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. permasalahan ...................................................................................... 2
BAB II : KAJIAN TEORI
1.3. pengertian pendidikan kewarganegaraan ........................................... 3
1.4. alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan harus dipelajari ......... 4
1.5. tujuan pendidikan kewarganegaraan di indonesia .............................. 4
1.6. paradigma pendidikan kewarganegaraan ........................................... 4
1.7. sejarah singkat pendidikan kewarganegaraan .................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menginternalisasikan nilai-nilai pancasila, termasuk nilai-nilai nasionalisme
kepada bangsa indonesia, khususnya kepada generasi muda.
jika dianalisis, perkembangannya sejak tahun 1960 sampai dengan
sekarang, pendidikan kewarganegaraan di indonesia sangat tergantung situasi
politik yang terjadi. Kajian ini menjadi dasar yang sangat menarik untuk
melakukan rehabilitasi kembali nilai nilai pancasila serta revitalisasi fungsi
pelajaran pkn dalam meningkatkan nasionalisme dan menangkal radikalisme yang
menglobal .maka dengan mengangkat masalah ini maka fungsi pengajaran pkn
yakni pengamalan pancasila serta pengawas nasionaloisme berjalan baik
bagiseluruh bangsa khususnya mahasiswa dan mahasiswi di indonesia (Maftuh,
2008: Vol.2 No.2)
1.2. Permasalahan
Samsuri (saputra, 2015: Vol.11 No.1) dalam disertasi doktornya
menemukan bahwa mata pelajaran PPKn (berdasarkan Kurikulum 1994) lebih
banyak menimbulkan kejenuhan dan membosankan bagi peserta didik. Hal ini
disebabkan, materi yang diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif, bahkan
verbalistik. Dalam prakteknya di lapangan tampak sekali ada gejala keinginan
untuk menolak pembelajaran PPKn yang semata-mata menampilkan nilai moral.
Di sisi lain PPKn kehilangan akar akademisnya karena tidak ada teori-teori
keilmuannya yang memadai sebagaimana ilmu politik, kami rasa hal tersebut
merupakan salah satu permasalahan dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi yang belum terevitalisasi.
kondisi politik di negara kesatuan republik indonesia serta tingginya kasus
terorisme menjadi pokok permasalahan utama mengenai revitalisasi mata kuliah
pkn di perguruan tinggi. Akar permasalahan tersebut adalah kurangnya
nasionalisme dan pengamalan serta implementasi nilai nilai pancasila bagi
sebagian bangsa indonesia. Maka untuk menyehatkan nasionalisme dibutuhkan
media yang mampu memulihkan hingga akar permasalahan implementasi nilai
pancasila sebagai ideologi negara.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamati oleh pancasila dan UUD 1945.
4
Indonesia, membentuk kecakapan partisipatif warga yang bermutu dan
bertanggungjawab dalam kehidupan dalam kehidupan bangsa Indonesia,
membentuk kecakapan partispatif warga yang bermutu dan bertanggungjawab
dalam kehidupan bangsa dan bernegara, menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas, aktif dan kritis dan demokratis namun tetap memiliki komitmen menjaga
persatuan dan integritas bangsa, serta mengembangkan kultur demokrasi yang
berkeadaban yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab
(hariyanto, 2013:8).
Sementara itu, menurut (payerli, 2016:9) misi pendidikan kewarganegaraan
di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
pancasila, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung
jawab dan bermoral.
Menurut (arif, 2013:5), mata pelajaran ini bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan:
a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa bangsa lainnya.
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
5
demokratis. Dengan orientasi ini diharapkan mahasiswa tidak hanya sekedar
mengetahui pengetahuan tentang kewarganegaraan tapi juga mampu
mempraktikkan pengetahuan yang mereka peroleh selama mengikuti pendidikan
dalam kehidupan sehari-hari. Secara pedagogis paradigma tersebut berbeda
dengan paradigma feodalistik dengan cirinya yang dogmatic, indoktrinatif dan
bahkan otoriter (hariyanto, 2013:8).
6
kewarganegaraan, isinya meliputi beberapa aspek yaitu, pancasila, persatuan dan
kesatuan, norma,hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga
negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, dan globalisasi.
Tetapi dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang di ubah dengan
UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional nama pendidikan
pancasila tidak dieksplisitkan lagi, sehingga berubah nama menjadi pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan pancasila dimasukkan dalam PKn. Begitu pula
kurikulum 2004 memperkenalkan istilah pengganti PPKn dengan
Kewarganegaraan/ Pendidikan Kewarganegaraan. Perubahan ini juga nampak
diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni
politik,hukum,dan moral.
Perkembangan paradigma PKn di Indonesia antara paradigma lama dan
pardigma baru untuk memberikan istilah PKn yang sejalan denagn tuntutan era
reformasi dan yang sekarang dikembangkan dengan standar isi. Paradigma baru
PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis
pada ilmu politik, hukum, filsafat moral/filsafat pancasila dan memiliki visi yang
kuat nation and character building, citizen empowerment (pemberdayaan warga
negara), yang mampu mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan) yang
memiliki arti penting dalam pembaharuan.
Pendidikan kewarganegaran yang sejalan dengan sistem politik demokratis.
Paradigma baru ini merupakan upaya untuk mengganti paradigma lama
PKn(PPKn), yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi
disesuaikan dengan kepentingan politik rezim., memiliki visi untuk memperkuat
state building (negara otoriter birokratis) yang bermuara pada posisi warga
negara sebagai kaula atau obyek yang sangat lemah ketika berhadapan dengan
penguasa. Akibat dari kondisi tersebut,PKn semakin sulit untuk mengembangkan
karakter warga negara yang demokratis.
Sejarah perkembangan PKn di Indonesia mengalami pergantian nama dari
civics, kewargaan negara, PMP,PPKn, kemudian menjadi PKn. Perubahan ini
juga nampak di ikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar
keilmuan yakni politik, hukum, dan moral. Penanaman nilai nilai karakter dalam
kehidupan sehari hari menjadi kurang terinternalisasi melalui pembelajaran PKn
7
di kelas. Sehingga menyebabkan semakin sulit mengembangkan pendidikan
karakter dikarenakan materi PKn lebih fokus pada materi pendidikan politik dan
hukum.
8
DAFTAR PUSTAKA