Anda di halaman 1dari 12

Pendidikan kewarganegaraan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI MATA KULIAH PERGURUAN
TINGGI

OLEH:
Kelompok VII
FISIKA DIK E 2015

Ahong Risky Sitohang (4152121048)


Berta Panggabean (4152121050)
Novita Sihombing (4152121054)
Tursina Clarita (4153121064)
Wella Febrindah Gurning (4153121076)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya semata penulis bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini denagan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Makalah yang berjudul pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah
perguruan tinggi ini akan menjelaskan mengenai defenisi pendidikan
kewarganegaraan, aspek aspek pendidikan kewarganegaraan, pentingnya mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguran tinggi, tujuan mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan dan lain sebagainya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengkaji lebih rinci materi mengenai pentingnya mata
kuliah kewarkan negaraan di perguruan tinggi dan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah filssafat pendidkan
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan isi makalah
ini karenanya penulis memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, Kiranya
makalah ini dapat digunakan seperlunya dalam memahami bulan.

Medan, september 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar isi ......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. permasalahan ...................................................................................... 2
BAB II : KAJIAN TEORI
1.3. pengertian pendidikan kewarganegaraan ........................................... 3
1.4. alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan harus dipelajari ......... 4
1.5. tujuan pendidikan kewarganegaraan di indonesia .............................. 4
1.6. paradigma pendidikan kewarganegaraan ........................................... 4
1.7. sejarah singkat pendidikan kewarganegaraan .................................... 6

Daftar pustaka ................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sampai dengan tujuh puluh tahun indonesia merdeka dan seratus
sembilan puluh tahun kebangkitan nasional saat ini ,namun bangsa indonesia
masih mengalami tantangan yang begitu hebat yakni sangat kurangnya
penghayatan dan impelementasi nilai- nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Faktanya pengamalan dan implementasi nilai nilai
pancasila di indonesia dinodai oleh situasi dan kepentingan politik sejumlah
golongan elit politik.
hal ini didasari pada lima aspek yang menjadi bukti kurangnya
pengamalan nilai - nilai sebagai falsafah negara kesatuan republik indonesia
antara lain sebagai berikut
Pertama, nilai-nilai pancasila sepertinya masih belum membumi, masih
belum diamalkan secara baik oleh bangsa indonesia. Pancasila seakan hanya
menjadi simbol saja, tanpa terimplementasi secara nyata baik pada tataran
kehidupan kenegaraan maupun pada tataran kehidupan masyarakat. Kedua,
kehidupan masyarakat indonesia, khususnya generasi muda pada era globalisasi
ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari nilai-nilai budaya luar, sehingga
mulai banyak sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai pancasila.
Ketiga, nilai-nilai nasionalisme pun oleh sebagian pihak dipandang mengalami
erosi pada saat ini, terutama di kalangan generasi muda. Keempat,
berkembangnya paham keagamaan yang tidak memandang penting nasionalisme
dan negara kebangsaan indonesia, dan lebih memandang penting universalisme.
Pendukung paham ini juga menolak demokrasi sebagai sebuah sistem
pemerintahan yang dipandang baik dan pada ujungnya tidak memandang
pancasila sebagai sebuah ideologi yang penting dan tepat bagi bangsa kita. Paham
ini bukan hanya berkembang di masyarakat, tetapi juga berkembang di kalangan
mahasiswa di perguruan tinggi, dan kelima, masih perlu dipertanyakan peran
pendidikan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal dalam

1
menginternalisasikan nilai-nilai pancasila, termasuk nilai-nilai nasionalisme
kepada bangsa indonesia, khususnya kepada generasi muda.
jika dianalisis, perkembangannya sejak tahun 1960 sampai dengan
sekarang, pendidikan kewarganegaraan di indonesia sangat tergantung situasi
politik yang terjadi. Kajian ini menjadi dasar yang sangat menarik untuk
melakukan rehabilitasi kembali nilai nilai pancasila serta revitalisasi fungsi
pelajaran pkn dalam meningkatkan nasionalisme dan menangkal radikalisme yang
menglobal .maka dengan mengangkat masalah ini maka fungsi pengajaran pkn
yakni pengamalan pancasila serta pengawas nasionaloisme berjalan baik
bagiseluruh bangsa khususnya mahasiswa dan mahasiswi di indonesia (Maftuh,
2008: Vol.2 No.2)

1.2. Permasalahan
Samsuri (saputra, 2015: Vol.11 No.1) dalam disertasi doktornya
menemukan bahwa mata pelajaran PPKn (berdasarkan Kurikulum 1994) lebih
banyak menimbulkan kejenuhan dan membosankan bagi peserta didik. Hal ini
disebabkan, materi yang diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif, bahkan
verbalistik. Dalam prakteknya di lapangan tampak sekali ada gejala keinginan
untuk menolak pembelajaran PPKn yang semata-mata menampilkan nilai moral.
Di sisi lain PPKn kehilangan akar akademisnya karena tidak ada teori-teori
keilmuannya yang memadai sebagaimana ilmu politik, kami rasa hal tersebut
merupakan salah satu permasalahan dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi yang belum terevitalisasi.
kondisi politik di negara kesatuan republik indonesia serta tingginya kasus
terorisme menjadi pokok permasalahan utama mengenai revitalisasi mata kuliah
pkn di perguruan tinggi. Akar permasalahan tersebut adalah kurangnya
nasionalisme dan pengamalan serta implementasi nilai nilai pancasila bagi
sebagian bangsa indonesia. Maka untuk menyehatkan nasionalisme dibutuhkan
media yang mampu memulihkan hingga akar permasalahan implementasi nilai
pancasila sebagai ideologi negara.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


M numan somantri mengatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses
guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 (nurwandani, 2016:7).
Cholisin berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
pendidikan politik yang fokus materinya mengenai peranan warga negara dalam
kehidupan bernegara yang semuanya itu diproses dalam rangka untuk membina
peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Sejalan dengan
pendapat Cholisin di atas, Soedijarto juga mengartikan Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut
serta dalam membangun sistem politik yang demokratis. Sementara itu, berkaitan
dengan konsep Pendidikan Kewargaan, Azra memandang bahwa secara substantif
istilah Pendidikan Kewargaan tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga
negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibanannya dalam konteks
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah
Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga
negara menjadi warga dunia (arif, 2011:3)
Kemudian pada (setiawan, 2017:1) dipaparkan bahwa pengertian
pendidikan kewarganegaraan menurut peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

3
untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamati oleh pancasila dan UUD 1945.

2.2. Alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan harus dipelajari


di Indonesia, sejak tahun 1960 Pendidikan Kewarganegaraan (Civics)
merupakan mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi. Sejak saat itu pula, Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai mata pelajaran, selalu ada dalam kurikulum yang berlaku dan dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional. Dalam dua undang-undang sistem
pendidikan nasional terakhir, yaitu UU No. 2 tahun 1989 dan UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Kewarganegaraan selalu
dinyatakan sebagai program atau mata pelajaran yang harus ada pada setiap
jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi (maftuh,
2008: Vol.2 No.2)
Undang-Undang Sisdiknas jelas menjelaskan bahwa eksistensi Pendidikan
Kewarganegaraan (selanjutnya disingkat dengan PKn) dalam kurikulum
pendidikan tinggi adalah berdiri sendiri sebagai sebuah mata kuliah (juliardi,
2010: Vol.3 No.1).
Dalam (silvia & dadang, 2015: Vol.24 No.2) Pendidikan kewarganegaraan
di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan
dan penyelengaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu
realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang
harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta
tanah air.

2.3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia


Menurut (zuriah, 2010: Vol.23 No.2) Pendidikan kewarganegaraan
dikembangkan dalam tradisi Citizenship Education yang tujuannya sesuai dengan
tujuan nasional negara
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membangun karakter bangsa

4
Indonesia, membentuk kecakapan partisipatif warga yang bermutu dan
bertanggungjawab dalam kehidupan dalam kehidupan bangsa Indonesia,
membentuk kecakapan partispatif warga yang bermutu dan bertanggungjawab
dalam kehidupan bangsa dan bernegara, menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas, aktif dan kritis dan demokratis namun tetap memiliki komitmen menjaga
persatuan dan integritas bangsa, serta mengembangkan kultur demokrasi yang
berkeadaban yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab
(hariyanto, 2013:8).
Sementara itu, menurut (payerli, 2016:9) misi pendidikan kewarganegaraan
di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
pancasila, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung
jawab dan bermoral.
Menurut (arif, 2013:5), mata pelajaran ini bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan:
a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa bangsa lainnya.
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.

2.4. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) mengembangkan
paradigma demokratis yakni orientasi yang menentukan pada upaya
pemberdayaan mahasiswa sebagai bagian warga negara Indonesia secara

5
demokratis. Dengan orientasi ini diharapkan mahasiswa tidak hanya sekedar
mengetahui pengetahuan tentang kewarganegaraan tapi juga mampu
mempraktikkan pengetahuan yang mereka peroleh selama mengikuti pendidikan
dalam kehidupan sehari-hari. Secara pedagogis paradigma tersebut berbeda
dengan paradigma feodalistik dengan cirinya yang dogmatic, indoktrinatif dan
bahkan otoriter (hariyanto, 2013:8).

2.5. Sejarah Singkat Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Numan Soemantri (setiawan, 2017:2), sejarah singkat sejarah
perkembangan PKn sesudah kemerdekaan di awali dengan pendidikan moral di
indonesia yang berisi nilai nilai kemasyarakatan, adat dan agama. Pada tahun
1957, pembelajaran kewarganegaraan membahas cara memperoleh dan
kehilangan kewarganegaraan. Pada tahun 1961, istilah kewarganegaraan berubah
menjadi civics yang membahas tentang sejarah nasional, sejarah proklamasi,UUD
1945, Pancasila, pidato-pidato kenegaraan presiden, pembinaan persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pembelajaran civics dilaksanakan dengan metode indoktrinasi. Pada tahun
1968, pemerintah menetapkan kurikulum yang baru dengan mengganti nama
pelajaran Kewargaan Negara menjadi pendidikan Kewargaan Negara /PKn.
Kemudian diadakan seminar Nasional pengajaran dan pendidikan civics di
Tawangmangu Surakarta tahun 1972 yang menghasilkan antara lain; menetapkan
istilah Ilmu Kewargaan Negara (IKN) sebagai pengganti civics,dan Pendidikan
Kewargaan negara sebagai pengganti isitialh civic education.
Pada kurikulum tahun 1989, pendidikan kewarganegaraan diatur dalam
undang undang No.2 Tahun 1989 tentang SPN Pasal 39 ayat 2, yaitu Pancasila
yang mengarah pada moral , tentunya diharapkan diwujudkan dalam kehidupan
sehari hari. Kemudian kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan
kurikulum kurikulum sebelumnya. Kurikulum 1994 sebagai upaya dalam
melaksanakan UU No.2 tahun 1989, yaitu memilih mengintegrasikan antara
pengajaran pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan menjadi PPKn.
Kurikulum Tahun 2004 / kurikulum KBK yang juga membawa perubahan nama
dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menjadi pendidikan

6
kewarganegaraan, isinya meliputi beberapa aspek yaitu, pancasila, persatuan dan
kesatuan, norma,hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga
negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, dan globalisasi.
Tetapi dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang di ubah dengan
UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional nama pendidikan
pancasila tidak dieksplisitkan lagi, sehingga berubah nama menjadi pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan pancasila dimasukkan dalam PKn. Begitu pula
kurikulum 2004 memperkenalkan istilah pengganti PPKn dengan
Kewarganegaraan/ Pendidikan Kewarganegaraan. Perubahan ini juga nampak
diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni
politik,hukum,dan moral.
Perkembangan paradigma PKn di Indonesia antara paradigma lama dan
pardigma baru untuk memberikan istilah PKn yang sejalan denagn tuntutan era
reformasi dan yang sekarang dikembangkan dengan standar isi. Paradigma baru
PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis
pada ilmu politik, hukum, filsafat moral/filsafat pancasila dan memiliki visi yang
kuat nation and character building, citizen empowerment (pemberdayaan warga
negara), yang mampu mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan) yang
memiliki arti penting dalam pembaharuan.
Pendidikan kewarganegaran yang sejalan dengan sistem politik demokratis.
Paradigma baru ini merupakan upaya untuk mengganti paradigma lama
PKn(PPKn), yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi
disesuaikan dengan kepentingan politik rezim., memiliki visi untuk memperkuat
state building (negara otoriter birokratis) yang bermuara pada posisi warga
negara sebagai kaula atau obyek yang sangat lemah ketika berhadapan dengan
penguasa. Akibat dari kondisi tersebut,PKn semakin sulit untuk mengembangkan
karakter warga negara yang demokratis.
Sejarah perkembangan PKn di Indonesia mengalami pergantian nama dari
civics, kewargaan negara, PMP,PPKn, kemudian menjadi PKn. Perubahan ini
juga nampak di ikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar
keilmuan yakni politik, hukum, dan moral. Penanaman nilai nilai karakter dalam
kehidupan sehari hari menjadi kurang terinternalisasi melalui pembelajaran PKn

7
di kelas. Sehingga menyebabkan semakin sulit mengembangkan pendidikan
karakter dikarenakan materi PKn lebih fokus pada materi pendidikan politik dan
hukum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arif, D baehaqi. 2012. Pendidikan kewarganegaraan civic eduction. Yokyakarta:


universitas ahmad dahlan.
Hariyanto, erie. 2013. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Surabaya:
pena salsabila.
Juliardi, budi. 2010. Upaya peningkatan aktifitas mahasiswa dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi: jurnal pelangi. Vol.3
No.1.
Maftuh, bunyamin. 2008. Internalisasi nilai-nilai pancasila dan nasionalisme
melalui pendidikan kewarganegaraan:educationist journal. Vol.2 No.2.
Nurwardani, paristiyanti., Dkk. 2016. Pendidikan kewarganegaraan untuk
perguruan tinggi. Jakarta: direktorat jendral pembelajaran dan
kemahasiswaan kementrian riset teknologi dan pendidikan tinggi.
Payerli, 2016. Pendidikan kewarganegaraan. Medan: unimed press.
Saputra, edi. 2015. Peranan metode diskusi dalam pembentukan karakter
mahasiswa melalui mata kuliah pendidikan kewarganegaraan: jurnal
tingkap. Vol.11 No.1.
Setiawan, deny. 2017. Pendidikan kewarganegaraan. Medan: madenatera.
Silvia S, sofyan., dadang sundawa. 2015. Hubungan mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat
nasionalisme mahasiswa: jurnal pendidikan ilmu sosial. Vol.24 No.2.
Zuriah, nurul. 2010. Pendidikan kewarganegaraan multikultural sebagai wahana
pendidikan hukum dan kesadaran berkonstitusi: jurnal wawasan hukum.
Vol.23 No.2.

Anda mungkin juga menyukai