PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masyarakat tidak dapat berfungsi tanpa aturan yang memberitahukan
mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain, bagaimana menghindari
untuk menyakiti orang-orang lain, dan bagaimana bergaul dalam kehidupan pada
umunya. Anak-anak dengan remaja memiliki pemahaman berbeda mengenai
peraturan.Begitu juga remaja memiliki pandangan yang berbeda dengan orang tua
dan sebaliknya.Hal ini menunjukkan bahwa adanya perkembangan dalam
penalaran dan moral dari setiap individu.
Dari berbagai individu yang menunjukkan semua perbedaan dari setiap
tingkah dan perilakunya akan dibahas melalui teori-teori tentang perkembangan
moral. Perkembangan moral ini merupakan salah satu topik pembahasan tertua
bagi mereka yang tertarik pada perkembangan manusia atau setiap individu.
Pada zaman ini, kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat, tidak hanya
tentang perilaku moral dan immoral, akan tetapi seharusnya perilaku moral
ditanamkan pada anak-anak.
1.2.Tujuan
1. Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah
perkembangan peserta didik
2. Makalah ini di buat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman pembaca
tentang perkembangan moral remaja usia sekolah menengah.
1.3.Manfaat
1. Mengetahui dan memahami pengertian perkembangan moral remaja
2. Mengetahui dan memahami tahap - tahap perkembangan emosi remaja
3. Mengetahui dan memahami hubungan moral dan tingkah laku
4. Mengetahui dan memahami ciri ciri perkembangan moral
5. Mengetahui dan memahami faktor faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Moral
Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam
tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral
dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar
yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral
adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap
budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
yang disebut dengan immoral.Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang
siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi
dengan orang lain misalnya dengan orang tua, saudara, teman sebaya dan guru,
anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan
dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral
berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar
dan yang salah.Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah
laku.Oleh sebab itu mereka akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan
tersebut akan ternilai sebagai tindakan moral yang ternilai baik atau sebaliknya.
Disamping adanya perkembangan sosial, anak-anak usia pra sekolah juga
mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan
moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang
lain. Saat anak anak dilahirkan tidak memiliki immoral, namun mereka
memiliki potensi moral yang siap dikembangkan. Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain, mereka akan belajar memahami tentang perilaku
mana yang baik dan yang buruk.
2.2.Bentuk bentuk
Berikut ini beberapa proses pembentukan prilaku moral dan sikap anak.
1) Imitasi
Imitasi berarti peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain
yang dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai
mengadakan imitasi sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada
disekitarnya. pada umumnya anak suka menirukan segala sesuatu yang dilakukan
orang tuanya. Misalnya apabila anak melihat ayahnya yang sedang marah
terhadap kakaknya dengan cara memukulnya maka anak akan menirukan
perbuatan ayahnya dengan memukul juga.
2) Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak)
karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling Langgeng dalam
kehidupan orang tersebut. Suatu nilai, norma atau sikap semacam itu selalu
dianggap benar. Misalnya seorang anak yang menilai bahwa memakai kerudung
itu baok dan benar, maka anak akan melakukannya terus sekalipun kadang-kadang
mendapat cemoohan dari orang atau anak lain. Dalam internalisasi faktor yang
paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan pada diri individu atau
anak terhadap pandangan atau nilai tertentu dari orang lain, orang tua, kakak atau
kelompok lain dalam pergaulan sehari-hari.
3) Introvert dan ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berdasarkan
pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri.Orang-orang yang
berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul bahkan
seakan-akan tidak memerlukan bantuan orang lain karena kebutuhannya dapat
dipenuhi sendiri. Sebaliknya Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk
mengarahkan perhatian keluar dari dirinya, sehingga segala minat, sikap dan
keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain. Orang
yang memiliki kecenderungan Ekstrovert ini biasanya mudah bergaul, ramah,
aktif, serta banyak teman.
Menurut para pakar psikologi menyatakan bahwa suatu kepribadian yang
sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua tipe tersebut sehingga kebutuhan
privasi dan refleleksi diri, kedua-duanya dapat dipuaskan sesuai dengan kondisi
dan kemampuannya.
4) Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa
bantuan orang lain Baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada
anak mandiri sering kali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan
segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa
misalnya mandi, makan, waktu sekolah tanpa diantar. Pada umumnya
kemandirian tidak hanya dikaitkan dengan tindakan yang bersifat fisik akan tetapi
juga bertalian dengan sikap psikologis misalnya anak telah mampu mengambil
suatu keputusan berdasarkan daya pikirnya sendiridan bertanggung jawab atas
keputusannya tersebut. Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri
seseorang untu menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari.
5) Ketergantungan
Anak-anak usia 6-12 tahun kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada orang
lain, akan tetapi dengan seiringnya waktu dan bertambahnya usia ketergantungan
itu akan semakin berkurang, kecuali pada anak yang mengalami hambatan fisik
atau mental.
Ketergantungan atau overdevendency ditandai dengan prilaku anak yang bersifat
kekanak-kanakan misalnya untuk mengerjakan sesuatu atau untuk memenuhi
kebutuhannya selalu mengandalkan atau minta bantuan orang lain, dan biasanya
anak yang seperti ini merasa rendah diri, inferior karena tidak bersikap mandiri
dan selalu tergantung pada orang alin.
6) Bakat
Bakat atau aptitude merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan
adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai
kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang
lain.
Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas.
Tahap pertama disebut tahap realisme moral atau moralitas oleh pembatasan
dan tahap kedua disebut tahap moralitas otonomi atau moralitas oleh
kerjasama atau hubungan timbal balik.
Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis
terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua
dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak
mengikuti peraturan yang diberikan oleh mereka tanpa mempertanyakan
kebenarannya.
` Pada tahap kedua, anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang
mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut
hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu
yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.
Perasaan Diri
Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka
berfikir bahwa mereka sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata
lain ketika mereka memiliki efikasi diri yang tinggi mengenai kemampuan mereka
membuat suatu perbedaan.
Contoh: pada masa remaja beberapa anak muda mulai mengintegrasikan
komitmen terhadap nilai-nilai moral kedalam identitas mereka secara keseluruhan.
Mereka menganggap diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian,
yang peduli pada hak-hak dan kebaikan orang lain. Tindakan belarasa yang
mereka lakukan tidak terbatasa hanya pada teman-teman dan orang yang mereka
kenal saja, melainkan juga meluas ke masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Moral merupakan gambaran dari tidakan yang
dilakukan oleh seorang individu, dimana tindakan tersebut dinilai baik atau buruk
yang bertujuan mengendalikan tingkah laku seseorang
Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna, pengaruh, dan
konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga
perilaku remaja, yaitu nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau
kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
suatu yang ingin dicapai, kedua moral yang berasal dari kata Latin Mores yang
artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral
adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana
yang baik dan wajar, ketiga adalah sikap.
Dalam konteksnya hubungan antara nilai, moral, dan sikap adalah jika
ketiganya sudah menyatu dalam superego dan seseorang yang telah mampu
mengembangkan superegonya dengan baik, sikapnya akan cenderung didasarkan
atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam
perilaku yang bermoral.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A. 2006. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Salemba:
Salemba Humanika
Ormord, Jeanne Ellis. 2000. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Bandung: Media Sasana.
Sunarto,Hartono Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Indeks.
Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.