Anda di halaman 1dari 162

RENCANA AKSI NASIONAL

PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA









Draft Perpres RAN-GRK versi Desember 2010


-2-

Draft, 8 Desember 2010

RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN 2010

TENTANG

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat merupakan amanat UUD 1945 yang perlindungan dan
pemenuhannya harus senantiasa diupayakan oleh pemerintah;
b. bahwa dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan Copenhagen Accord
hasil The Conference of Parties ke-15 (COP-15) di Copenhagen dan
memenuhi komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20
Pittsburg menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan
usaha sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional
pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi (business as
usual/BAU), perlu disusun langkah-langkah untuk menurunkan Emisi
Gas Rumah Kaca (GRK);
c. bahwa posisi geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari
perubahan iklim sehingga perlu dilakukan upaya untuk
menanggulangi dampak tersebut melalui upaya mitigasi perubahan
iklim bersama masyarakat global;
d. bahwa upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dan c dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah pelaku ekonomi dan masyarakat sebagai upaya untuk mitigasi
perubahan iklim di Indonesia, baik menggunakan pendanaan yang
bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf d perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);

-3-

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Framework Convention on Climate Change (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3557);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-
bangsa tentang Perubahan Iklim (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4403);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005 2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5058);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5059);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4597);
10. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010
2014;

-4-

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA AKSI
NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-
GRK).

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung
atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan
perubahan komposisi dan konsentrasi GRK di atmosfer secara global
dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang
teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
2. Mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk
mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat
menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari
berbagai sumber emisi.
3. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfer
baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan
kembali radiasi inframerah
4. Serapan Gas Rumah Kaca adalah diserapnya gas rumah kaca yang ada
di atmosfer kembali ke dan disimpan di sistem lahan
5. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-
GRK) adalah dokumen kerja yang menyediakan landasan bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat serta pelaku ekonomi
untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak
langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam periode 2010-
2020 yang sesuai dengan target pembangunan nasional.
6. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-
GRK) adalah dokumen kerja yang menyediakan landasan bagi
Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku ekonomi untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak
langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam periode 2010-
2020 yang sesuai dengan target pembangunan daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut
APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut
APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

-5-

9. Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memantau dan menghitung


tingkat dan status gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi (sources)
dan penyerapnya (sink) akibat kegiatan manusia (antropogenik).
10. Emisi GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area dalam
jangka waktu tertentu.
11. Tingkat emisi GRK adalah tingkat konsentrasi dan komposisi emisi
GRK pada satu waktu tertentu.
12. Terukur (Measurable) adalah tindakan/kegiatan untuk melihat
pencapaian status emisi atau peningkatan serapan GRK yang
dihasilkan dari kegiatan mitigasi perubahan iklim yang bersifat nyata
dan dapat diukur besarannya.
13. Terlaporkan (Reportable) adalah tindakan/kegiatan pelaporan dari
besaran emisi yang diukur dari pelaksanaan kegiatan mitigasi sesuai
dengan format pelaporan yang dilengkapi dengan daftar dokumen-
dokumen pendukung terkait kegiatan mitigasi yang dilakukan
diantaranya bentuk kegiatan mitigasi, teknologi dan sumber
pendanaan yang digunakan guna keperluan proses verifikasi.
14. Terverifikasi (Verifiable) adalah tindakan/kegiatan pengujian terhadap
besaran emisi yang dilaporkan dari pelaksanaan kegiatan mitigasi yang
didukung oleh tersedianya dokumen-dokumen pendukung yang
diperlukan untuk verifikasi.
15. Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.
16. Kegiatan inti adalah kegiatan yang berdampak langsung pada
penurunan emisi GRK dan penyerapan GRK
17. Kegiatan pendukung dalah kegiatan yang tidak berdampak langsung
pada penurunan emisi GRK tapi mendukung pelaksanaan kegiatan
inti

Pasal 2
(1) Menetapkan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca selanjutnya disebut RAN-GRK, yang merupakan dokumen
perencanaan untuk penurunan emisi GRK sebesar 26% dalam
periode tahun 2010-2020 dan sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP 2005-2025) dan Rencana Pembangunan
Jangan Menengah (RPJM) pada periode tersebut.
(2) RAN-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
Lampiran Peraturan Presiden ini yang merupakan satu kesatuan dan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

-6-

(3) Lampiran peraturan presiden ini terdiri atas dua lampiran:


a. Lampiran 1 : Matriks Kegiatan Inti
b. Lampiran 2 : Matriks Kegiatan Pendukung

Pasal 3
(1) Kegiatan dalam RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (2) mencangkup bidang-bidang sebagai berikut:
a. Bidang Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut;
b. Bidang Energi, Industri dan Transportasi;
c. Bidang Pengelolaan Limbah.

(2) Kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun


berdasarkan kriteria:
a. secara langsung menurunkan emisi GRK melalui penghitungan
yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi, dan/atau
merupakan prasyarat bagi pelaksanaan kegiatan yang menurunkan
emisi GRK;
b. menghasilkan penurunan emisi GRK dengan biaya satuan
termurah dan/atau merupakan kegiatan yang terintegrasi untuk
mencapai sasaran prioritas pembangunan secara berkelanjutan (co-
benefit);
c. Secara tidak langsung menurunkan emisi GRK, baik berupa
kebijakan, peningkatan kapasitas manusia dan kelembagaan,
sosialisasi, penelitian tentang potensi penurunan GRK dan
kegiatan lain yang mempunyai andil dalam penurunan GRK;
d. Dalam bidang Kehutanan dan Lahan Gambut perlu
diprioritaskan pada kegiatan pengurangan emisi dari pencegahan
deforestasi dan degradasi hutan, konservasi serta kegiatan-
kegiatan lain yang mendukung potensi penurunan dan
penyerapan emisi GRK;
e. Diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang upaya
pembangunan berkelanjutan yang rendah karbon.

-7-

Pasal 4
(1) RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) menjadi
acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku
ekonomi dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta
monitoring dan evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK.
(2) Untuk mendukung pelaksanaan RAN-GRK, Kementerian/Lembaga
terkait dan Pemerintah Daerah harus melakukan inventarisasi GRK
di bidang atau wilayah masing-masing.
(3) RAN-GRK dapat dikaji ulang (review) secara berkala sesuai dengan
kebutuhan nasional dan perkembangan dinamika global terkini.

(4) Hasil kaji ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dijadikan
rekomendasi untuk penyesuaian matriks kegiatan terhadap lampiran
Peraturan Presiden ini.

(5) Perubahan atas Matriks Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian

Pasal 5
RAN-GRK merupakan acuan dalam penyusunan RAD-GRK.

Pasal 6
Pendanaan RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
bersumber dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Untuk mendukung pelaksanaan RAN-GRK:
(1) Menteri Koordinator Perekonomian bertugas:
a. melakukan koordinasi pelaksanaan dan pemantauan RAN-GRK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dengan melibatkan
para Menteri dan Gubernur yang terkait dengan upaya
penurunan Emisi GRK.

b. melaporkan pelaksanaan RAN-GRK yang terintegrasi kepada


Presiden paling sedikit 1 tahun sekali.

-8-

(2) Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat bersama dengan Menteri


Koordinator Perekonomian bertugas melakukan koordinasi
pelaksanaan dan pemantauan RAN-GRK dalam proses inventarisasi
GRK dan penyusunan pedoman dan metodologi MRV (Measurable,
Reportable Verifiable)

(3) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas


bertugas:
a. Mengkoordinasikan evaluasi dan kaji ulang RAN-GRK yang
terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) di atas
dan melaporkan hasil evaluasi kepada Menteri Koordinator
Perekonomian
b. Menyusun pedoman RAD-GRK yang akan diintegrasikan dalam
upaya pencapaian target nasional penurunan emisi GRK.

(4) Menteri Lingkungan Hidup bertugas:


a. Mengkoordinasikan inventarisasi GRK yang dilakukan oleh
masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
dan melaporkan hasil inventarisasi GRK tersebut kepada Menteri
Koordinator Perekonomian.
b. Menyusun pedoman dan metodologi MRV (Measurable Reportable
Verifiable

(5) Menteri Dalam Negeri bertugas memfasilitasi penyusunan RAD-


GRK bersama-sama dengan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Lingkungan Hidup.

(6) Kementerian/Lembaga bertugas:


a. Melaksanakan RAN-GRK dan inventarisasi GRK pada
Kementerian/Lembaga masing-masing.
b. Memantau pelaksanaan RAN-GRK sebagaimana yang telah
diatur dalam Perpres ini secara berkala.
c. Melaporkan pelaksanaan kegiatan RAN-GRK yang telah
terverifikasi kepada Menteri Koordinator Perekonomian,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas,
dan Menteri Lingkungan Hidup secara berkala, minimal satu
tahun sekali.

Pasal 8
(1) Pemerintah Provinsi harus menyusun Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) yang mengacu pada
RAN-GRK dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah
berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat.
(2) Penyusunan RAD-GRK wajib diselesaikan paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak berlakunya Peraturan Presiden ini.

-9-

(3) RAD-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan


Peraturan Gubernur.
(4) Gubernur menyampaikan RAD-GRK kepada Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
untuk diintegrasikan dalam upaya pencapaian target nasional
penurunan emisi GRK sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)
di atas .

Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan RAN-GRK pada masing-
masing Kementerian/Lembaga diatur oleh Menteri/Pimpinan Lembaga,
sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Pasal 10
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .. Desember, 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

- 10 -

Draft ke 26
03/10/2010

NASKAH AKADEMIS

RENCANA AKSI NASIONAL


PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
2010-2020

REPUBLIK INDONESIA
September, 2010

- 11 -

DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Visi Misi RAN-GRK
1.3 Tujuan dan Sasaran RAN-GRK
1.4 Kerangka Hukum dan Institusi
1.5 Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK dan Perencanaan Pembangunan

2. ANALISIS KONDISI SAAT INI DAN PERMASALAHAN


2.1 Kondisi saat ini
2.2 Permasalahan

3. KERANGKA KEBIJAKAN DAN RUANG LINGKUP


3.1 Kerangka Kebijakan RAN-GRK
3.2 Metodologi Penetapan Kegiatan dan Target Penurunan Emisi
3.3 Prinsip-prinsip RAN-GRK
3.4 Ruang Lingkup RAN-GRK
3.5 Pengembangan RAN-GRK menuju NAMAs

4. STRATEGI NASIONAL PENURUNAN GAS RUMAH KACA


4.1 Arah Kebijakan Umum (cross cutting)
4.2 Arah Kebijakan dan Rencana Aksi Per Bidang
4.2.1 Bidang Kehutanan dan Pengelolaan Lahan Gambut
4.2.1.1 Arah Kebijakan
4.2.1.2 Rencana Aksi
4.2.2 Bidang Pertanian
4.2.2.1 Arah Kebijakan
4.2.2.2 Rencana Aksi
4.2.3 Bidang Energi dan Transportasi
4.2.3.1 Arah Kebijakan
4.2.3.2 Rencana Aksi
4.2.4 Bidang Industri
4.2.4.1 Arah Kebijakan
4.2.4.2 Rencana Aksi
4.2.5 Pengelolaan Limbah
4.2.5.1 Arah Kebijakan
4.2.5.2 Rencana Aksi

5. PENDANAAN
5.1 Kebijakan Pendanaan
5.2 Sumber Pendanaan
5.3 Mekanisme Pendanaan

6. MONITORING, EVALUASI, KAJI ULANG dan PELAPORAN


7. PENYUSUNAN RAD-GRK
8. PENUTUP

- 12 -

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) ini merupakan
dokumen kerja yang menyediakan landasan bagi berbagai Kementerian/Lembaga serta
Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak
langsung akan menurunkan emisi gas rumah kaca dalam kerangka penurunan laju perubahan
iklim global. Emisi gas rumah kaca (GRK) sendiri dihasilkan dari alam dan berbagai kegiatan
pembangunan terutama dari kegiatan di bidang kehutanan, lahan gambut, limbah, pertanian,
transportasi, industri dan energi. Hal ini telah menjadi perhatian banyak pihak terkait dengan
terjadinya perubahan iklim global yang gejala dan dampaknya telah dirasakan oleh berbagai
negara di dunia termasuk Indonesia.

Dokumen ini disusun sebagai bagian dari rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) dan
menengah (RPJM) dalam kerangka kebijakan pembangunan berkelanjutan untuk menanggulangi
dampak perubahan iklim, khususnya untuk menurunkan emisi GRK, terutama untuk beberapa
bidang pembangunan yang prioritas. Penyusunan dokumen ini juga merupakan tindak lanjut dari
komitmen Indonesia terhadap penanggulangan permasalahan perubahan iklim global, yang
disampaikan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di depan pemimpin
negara G-20 pada pertemuan di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009. Berdasarkan
skenario SNC (Second National Communication) tingkat emisi di Indonesia diperkirakan akan
meningkat dari 1,72 Gton CO2e pada tahun 2000 (KLH, 2009) menjadi 2,95 Gton CO2e pada
tahun 2020 (KLH 2009). Perhitungan tersebut akan ditinjau kembali secara periodik dengan
menggunakan metodologi, data dan informasi yang lebih baik. Peningkatan emisi tersebut,
sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan atau aktivitas di bidang kehutanan dan lahan gambut,
pertanian, energi, industri dan transportasi, serta limbah.

- 13 -

Gambar 1.1 Skenario SNC Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 2000-2020

Berdasarkan kondisi tersebut, secara sukarela Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan
emisi GRK sebesar 26 persen pada tahun 2020 dari tingkat emisi BAU (Bussiness as Usual/Tanpa
Rencana Aksi). Bila digunakan skenario SNC target penurunan emisi GRK pada tahun 2020
sebesar 26% adalah 0,767 Gton CO2e, dan kemungkinan tambahan sebesar 15 persen (0,477
Gton CO2e) menjadi 41 persen apabila ada dukungan pendanaan internasional. Besaran angka-
angka penurunan emisi GRK ini juga masih akan diperhitungkan kembali secara lebih akurat
dengan menggunakan metodologi, data dan informasi yang lebih baik.

Dokumen ini diharapkan menjadi rencana aksi yang bersifat terintegrasi, konkrit, terukur dan
dapat diimplementasikan untuk jangka waktu 2010-2020. Selain itu, rencana aksi ini disusun
berdasarkan prinsip terukur, dapat dilaporkan dan dapat diverifikasi (measurable, reportable and
verifiable/MRV), agar dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, sesuai dengan prinsip yang akan
diterapkan oleh UNFCCC untuk kegiatan mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh negara
para pihak.

Untuk merealisasikan tujuan dan target di atas perlu disusun berbagai intervensi dan rencana aksi
yang disesuaikan dengan kebijakan program mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan dan
didukung oleh berbagai Kementerian/Lembaga, antara lain meliputi Kementerian Koordinator
Perekonomian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika serta Pemerintah Daerah.

- 14 -

Dokumen ini berisikan berbagai intervensi kegiatan strategis yang disusun berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) terutama Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 2010-2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005-2025.
Kegiatan penurunan emisi GRK dalam rencana aksi ini disusun dengan memperhatikan sumber
pendanaan dan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, sehingga diharapkan
rencana aksi ini akan dapat dilaksanakan (doable) dan terencana dengan baik. Pembiayaan tahun
2010-2014 didasarkan pada pendanaan yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014, sedangkan
pembiayaan antara tahun 2015-2020 didasarkan pada perkiraan biaya yang diperlukan dalam
kegiatan penurunan emisi GRK tersebut.

Berdasarkan Copenhagen Accord dalam rangkaian kegiatan COP15 UNFCCC di Copenhagen bulan
Desember 2009 lalu, disepakati bahwa dibutuhkan upaya mitigasi global (global coherent mitigation
actions) untuk membatasi peningkatan suhu global 2oC di bawah tingkat pra-industri pada tahun
2050. Untuk itu, diperlukan penurunan emisi GRK baik oleh negara maju (dengan kontribusi
yang signifikan) maupun negara berkembang. Walaupun Copenhagen Accord bukan merupakan
kesepakatan yang mengikat (legally binding), namun Indonesia secara sukarela turut berkontribusi
dalam penurunan emisi GRK. Dalam konteks UNFCCC, rencana aksi ini dipandang sebagai
suatu upaya sukarela Indonesia dalam penurunan emisi GRK dan diharapkan menjadi pendorong
bagi negara-negara lain terutama negara maju untuk menurunkan emisinya.

1.2 VISI MISI

Pada tanggal 5 Februari 2007, pemerintah Indonesia menerbitkan UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode 2005-2025. Misi ke-
enam yang tertera pada dokumen tersebut akan menjadi visi dalam RAN-GRK ini yaitu untuk:

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari. Misi tersebut menekankan pada upaya untuk
adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan
antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa
kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan
ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan
keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

- 15 -

Untuk dapat mencapai visi pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah Indonesia mengambil
kesepakatan bahwa "pembangunan keberlanjutan jangka panjang akan menghadapi tantangan
berupa perubahan iklim dan pemanasan global yang mempengaruhi kehidupan dan kegiatan
manusia ".

Untuk mencapai visi tersebut dilaksanakan dengan misi sebagai berikut:


1. Mempertajam upaya inventarisasi emisi CO2 dan target pengurangan emisi yang akan
disesuaikan pada tahun 2015.
2. Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
terhadap Kementerian dan instansi pemerintah pada 2015 dan mencapai tujuan dari
climate-proofing national policies and regulations pada 2020.
3. Menjadikan RAN GRK sebagai panduan kebijakan untuk menurunkan emisi gas rumah
kaca dari skenario business-as-usual sebesar 26% pada 2020, dengan memanfaatkan
sumber daya lokal hingga 41% dari skenario business-as-usual jika bantuan internasional
tersedia.
4. Mewujudkan keberhasilan implementasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk
membantu mencapai tujuan pembangunan nasional pada 2025.
Meningkatkan sumber energi alternatif, sementara penggunaan energi tak terbaharukan
akan dikurangi secara bertahap pada periode waktu tersebut.

5. Mengurangi risiko secara nyata atas dampak negatif perubahan iklim terhadap berbagai
sektor pembangunan pada tahun 2030 melalui peningkatan kesadaran masyarakat,
penguatan kapasitas masyarakat lokal, peningkatan manajamen pengetahuan, dan
pemanfaatan teknologi yang adaptif.
6. Memastikan bahwa semua sektor yang menyumbangkan emisi gas rumah kaca akan
mengadopsi strategi pembangunan rendah emisi karbon dan menerapkannya dengan
cara-cara yang menunjang aspek pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

1.3 Tujuan dan Sasaran RAN-GRK


Tujuan dari RAN-GRK ini adalah:

1. Merancang program/kegiatan dalam rangka menurunkan emisi GRK terutama di bidang


kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi, industri dan transportasi, serta limbah
dalam skala nasional dan daerah dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan.

- 16 -

2. Memberikan gambaran potensi kegiatan mitigasi nasional dalam rangka menurunkan


emisi GRK yang berkontribusi pada aksi mitigasi global sejalan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Rencana Aksi ini disusun dengan pembiayaan yang terintegrasi antara Kementerian/Lembaga
pemerintah pusat dan daerah, dan terukur serta dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
2010-2020.

Sasaran dari RAN-GRK ini adalah:


1. Sebagai acuan pelaksanaan penurunan emisi GRK oleh bidang-bidang prioritas di tingkat
nasional dan daerah;
2. Sebagai acuan investasi terkait penurunan emisi GRK yang terkoordinasi pada tingkat
nasional dan daerah;
3. Sebagai acuan pengembangan strategi dan rencana aksi penurunan emisi GRK oleh
daerah-daerah di Indonesia.

1.4 Kerangka Hukum dan Institusi


Dasar Hukum yang digunakan untuk penyusunan RAN-GRK terdiri dari:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework
Convention on Climate Change;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan Iklim;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Tahun 2005-2025;
7. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014;

Dalam pelaksanaan RAN-GRK ini, perlu diatur tentang peran berbagai institusi yang
bertanggung jawab untuk kegiatan penurunan emisi GRK di masing-masing bidang serta insitusi
yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pendukung penurunan emisi GRK. Selain itu,
diperlukan pula penetapan institusi yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan berbagai

- 17 -

hal di dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi rencana aksi ini. Untuk itu,
pembagian tugas RAN-GRK adalah sebagai berikut:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan pelaksanaan dan


pemantauan RAN-GRK dengan melibatkan para Menteri dan Gubernur yang terkait
dengan upaya penurunan Emisi GRK, serta melaporkan pelaksanaan RAN-GRK yang
terintegrasi kepada Presiden paling sedikit 1 tahun sekali
2. Menteri PPN/Kepala Bappenas bertugas mengkoordinasikan evaluasi dan kaji ulang
RAN-GRK yang terintegrasi, serta menyusun pedoman RAD-GRK yang akan
diintegrasikan dalam upaya pencapaian target nasional penurunan emisi GRK.
3. Menteri Dalam Negeri bertugas memfasilitasi penyusunan RAD-GRK bersama Menteri
PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Lingkungan Hidup.
4. Menteri Lingkungan Hidup bertugas mengkoordinasikan inventarisasi GRK serta
penyusunan pedoman dan metodologi MRV (Measurment, Reporting and Verification) yang
dilakukan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
5. Kementerian/Lembaga lainnya sesuai tupoksi masing-masing bertugas untuk menjalankan
RAN-GRK sehingga dapat diukur, dilaporkan, diverifikasi, baik dengan pendanaan sendiri
maupun kerjasama dengan dunia internasional, serta melakukan pemantauan pelaksanaan
RAN-GRK dan melaporkan hasilnya secara berkala kepada Menteri Koordinator
Perekonomian, Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Lingkungan Hidup.
6. Pemerintah Provinsi wajib menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAD-GRK) yang mengacu pada RAN-GRK dan sesuai dengan prioritas
pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat.
7. Gubernur menyampaikan RAD-GRK kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri
PPN/Kepala Bappenas untuk diintegrasikan dalam upaya pencapaian target nasional
penurunan emisi GRK.

Untuk pelaksanaan penurunan emisi GRK di daerah perlu disusun Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) di tingkat Provinsi yang penyusunannya
merupakan tanggung jawab daerah masing-masing dengan koordinasi dari Kementerian Dalam
Negeri. RAD-GRK disusun dengan melibatkan dinas teknis terkait dan ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur masing-masing sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan
kemampuan APBD dan masyarakat.

- 18 -

1.5 RAN-GRK dalam Sistem Perencanaan Pembangunan


Rencana Aksi ini disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN 2010-
2014) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN 2005-2025). Gambar 1.2 berikut
menunjukkan hubungan antara RAN-GRK dengan sistem perencanaan pembangunan baik
nasional dan daerah.

Gambar 1.2 Kedudukan RAN-GRK dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Penyusunan RAN-GRK ini tidak terlepas dari prinsip pengarus-utamaan pembangunan


berkelanjutan yang telah diamanatkan oleh RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 (Buku 2
Bab 1), dimana kegiatan pembangunan harus memperhatikan tiga pilar prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan yaitu terkait aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan
hidup.

- 19 -

RAN-GRK

2010 2020

Rencana Pembangunan

2005 2025
RPJP

2004 2009 2014 2019 2025


RPJM RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4

Gambar 1.3 Kerangka Waktu Pelaksanaan RAN-GRK

Pelaksanaan RAN-GRK 2010-2020 ini memenuhi tiga kerangka waktu pembangunan nasional
jangka menengah, yakni dimulai di tahun pertama pada RPJMN ke-2 (tahun 2010-2014), dan
dilanjutkan pada periode 2015-2020 yang berarti merupakan periode RPJMN ke-3 (tahun 2015-
2019) dan periode RPJMN ke-4 (tahun 2020-2024). Adapun kebutuhan pendanaan untuk
pelaksanaan RAN-GRK tahun 2010-2014 telah dialokasikan pada RPJMN 2010-2014, sedangkan
untuk tahun selanjutnya RAN-GRK memberikan arah kebijakan bagi pemerintah dalam
pengurangan emisi GRK dengan biaya/anggaran yang masih bersifat perkiraan (lihat gambar
1.3).

2. ANALISIS KONDISI SAAT INI DAN PERMASALAHAN


2.1. Kondisi saat ini

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau besar dan
kecil, Indonesia mempunyai garis pantai yang sangat panjang; di satu sisi hal ini merupakan aset
nasional tetapi di sisi lainnya, khususnya dalam mengantisipasi perubahan iklim hal ini juga dapat
menjadi beban. Selain itu, karena letak geografis dan kondisi gelogisnya, Indonesia sangat rentan
terhadap berbagai bencana alam. Mata pencarian penduduk yang sebagian besar masih
menggantungkan pada pengelolaan sumber daya alam khususnya dari sektor pertanian menambah
tingkat resiko dari ancaman dampak perubahan iklim. Memperhatikan hal-hal tersebut diatas,
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan
iklim, sehingga sangat wajar jika Indonesia berada di garis depan dalam upaya-upaya internasional
untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Selain sebagai negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia mempunyai
potensi yang besar untuk melakukan upaya mitigasi perubahan iklim. Karena itu Indonesia perlu

- 20 -

mengoptimalkan posisi strategis tersebut dalam berbagai forum di tingkat internasional. Di satu
sisi , Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu dari sepuluh penghasil emisi gas rumah kaca
terbesar, dan dengan demikian memiliki peranan yang penting dalam upaya mitigasi gas rumah
kaca secara global. Di sisi lain, kerawanan terhadap dampak perubahan iklim yang dimiliki
Indonesia menjadikan aspek adaptasi perubahan iklim sebagai salah satu prioritas nasional yang
utama. Sadar akan kedua aspek dari tantangan perubahan iklim, Indonesia menyadari bahwa
mitigasi dan adaptasi harus dijalankan secara simultan oleh semua negara. Untuk itu, Indonesia
memposisikan diri untuk bekerja sama baik secara bilateral maupun multilateral dalam berbagai
upaya internasional menghadapi perubahan iklim.

Indonesia juga menyadari bahwa penanganan perubahan iklim merupakan bagian tak terpisahkan
dari tantangan pembangunan nasional. Perencanaan atas berbagai aspek perubahan iklim
seharusnya dijalankan bersamaan dengan perencanaan pembangunan ekonomi nasional, sehingga
perencanaan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus terintegrasi dengan perencanaan
pembangunan nasionaldan daerah (provinsi, kabupaten/kota dan lokal).

2.1 Perumusan Masalah


Indonesia memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan secara
kumulatif pada tahun 2020. Untuk itu, perlu diperhitungkan semua sektor dan program utama,
biaya aksi berbeda-beda antara tiap sektor, sehingga dibutuhkan pemeringkatan untuk menakar
dampak ekonomi terhadap pencapaian dalam hal reduksi emisi gas rumah kaca; jumlah
pengurangan emisi dapat meningkat jika skenario yang berbeda digunakan. Untuk itu, diperlukan
untuk semua sektor, penyusunan sebuah inventarisasi gas rumah kaca dan sistem monitoring
merupakan sebuah prasyarat. Dalam rangka mengurangi emisi CO2 secara signifikan ini, relatif
terhadap skenario business-as-usual, sangat esensial untuk memperkuat kapasitas kelembagaan
sektoral dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

Sektor kehutanan mewakili potensi terbesar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan
biaya terendah. Namun untuk memaksimalkan potensi tersebut. Berbagai kegiatan perlu
dijalankan secara tepat agar tidak terjebak dalam skenario business-as-usual.

Isu yang bersifat lintas sektoral, perlu dikaji secara lebih mendalam agar dapat menjamin
efektifitas aksi mitigasi juga secara ekonomi. Walaupun penting untuk mencapai pemahaman
yang jernih atas pengurangan biaya lintas sektor, sama pentingnya juga untuk melihat secara
seksama hambatan dalam implementasi kebijakan dalam tiap sektor. Hanya dengan landasan

- 21 -

tersebut dapat diperoleh dan dikembangkan rangkaian kebijakan yang tepat.

3. KERANGKA KEBIJAKAN DAN RUANG LINGKUP


3.1 Kerangka Kebijakan RAN-GRK

Perubahan iklim akan menghasilkan tantangan yang besar bagi pembangunan yang berkelanjutan
di Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah Indonesia menyusun Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk mencapai tujuan nasional,
target sektoral, tolok ukur serta prioritas aksi dengan mempertimbangkan masalah mitigasi
perubahan iklim bagi sektor-sektor ekonomi yang terkena dampaknya.

Lebih lanjut, RAN GRK diharapkan juga berperan sebagai panduan kebijakan terperinci untuk
implementasi strategi mitigasi perubahan iklim nasional melalui penyusunan rencana kerja
tahunan pemerintah pada periode 2010 2020 dan secara khusus untuk mencapai angka
pengurangan emisi nasional sebesar 26 % dan 41 % untuk penurunan emisi GRK.

3.2 Metodologi Penetapan Kegiatan dan Target Penurunan Emisi


RAN-GRK disusun berdasarkan program dan kegiatan dari Kementerian/Lembaga dalam
RPJMN 2010-2014 dan RPJPN 2005-2025 yang kemudian dibahas antar Kementerian/Lembaga.
Keseluruhan rencana aksi tersebut diupayakan untuk penurunan emisi GRK nasional sebesar
26% pada tahun 2020 dari total emisi bidang-bidang prioritas yang dilakukan selama ini (BAU).
Program/ kegiatan yang diprioritaskan adalah yang pelaksanaannya memakai dana sendiri
(Unilateral NAMAs) baik dari sumber APBN maupun APBD (termasuk pinjaman), swasta dan
masyarakat, berdasarkan beberapa kriteria umum sebagai berikut:

1. Sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan


2. Efektifitas penggunaan biaya dengan prinsip biaya termurah penurunan emisi GRK
secara terintegrasi;
3. Kemudahan dalam implementasi dengan mempertimbangan aspek politik, sosial dan
budaya;
4. Sejalan dengan prioritas pembangunan nasional dan daerah dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan.
5. Berdasarkan pada asas yang saling menguntungkan dengan memprioritaskan program
pembangunan/kegiatan yang memberikan kontribusi pada penurunan emisi GRK (Co-
Benefit)

- 22 -

Untuk memastikan keterlibatan dan rasa kepemilikan RAN GRK oleh tiap Kementerian dan
Lembaga pemerintahan, penyusunan RAN GRK ini disusun secara partisipatoris, dengan
melibatkan masing-masing Kementerian dan lembaga. Aksi prioritas yang dihasilkan ditampilkan
pada RAN GRK merefleksikan visi dan prioritas dari masing masing Kementerian dan
Lembaga negara. Selanjutnya Bappenas melakukan proses analisa dan pengembangan kebijakan
untuk diintegerasikan di dalam perencanaan pembangunan nasional.

Penyusunan prioritas mitigasi gas rumah kaca mengacu pada data yang disepakati dalam rapat di
Kantor Perekonomian pada bulan Desember 2009, dimana data tersebut bersumber dari
Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk itu, data dan informasi tersebut perlu ditelaah kembali
dengan data-data terbaru dengan menggunakan metodologi yang diterima secara internasional
namun disesuaikan dengan kebutuhan nasional terkini dan perkembangan negosiasi di UNFCCC.
Ada dua skenario reduksi emisi yang dikembangkan untuk tiap sektor (kehutanan dan lahan
gambut, pertanian, industri, energi dan transportasi, serta limbah) menjadi dasar perhitungan
penurunan emisi GRK. Untuk memastikan perbandingan dan konsistensi, metodologi yang
terstandarisasi digunakan untuk mengevaluasi dampak dari rancangan upaya mitigasi di semua
sektor prioritas. Metodologi tersebut mencakup elemen berikut:

1 Tingkat emisi GRK Nasional tahun 2020 dan distribusi per sektor berdasarkan data dari KLH
yang disepakati dalam rapat di Kantor Perekonomian pada bulan Desember 2009.

2 Ragam skenario telah dikembangkan untuk dapat mencakup periode waktu RAN-GRK
selama 10-tahun. Pola pembangunan pada tiap sektor telah diterjemahkan ke dalam dua
lintasan emisi (penurunan 26% dan 41%)

3 Skenario mitigasi telah dikembangkan, termasuk intervensi kebijakan dan rencana aksi;

4 Skenario yang dikembangkan dibagi ke dalam dua periode waktu, masing-masing selama
5tahun: 2010 hingga 2014, dan 2015 hingga 2020;

5 Biaya untuk langkah aksi diperkirakan berdasarkan RPJM 2010-2014 dan Renstra K/L,
menghasilkan sebuah sistem untuk mengkalkulasi biaya pengurangan;

6 Reduksi emisi kumulatif dikalkulasikan dalam GCO2e;

7 Skenario yang dipilih ialah yang dianggap paling memungkinkan untuk mengurangi emisi
(termasuk pilihan aksi dan kebijakan), sementara juga tetap memajukan prioritas
pembangunan nasional;

- 23 -

8 Program sektoral dan anggaran telah disusun untuk menggambarkan skenario dan upaya
yang dilakukannya.

3.3 Prinsip-Prinsip RAN-GRK


RAN-GRK disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. RAN- GRK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Pembangunan
Nasional yang Berkelanjutan yang akan disesuaikan dengan perkembangan kebijakan;
2. RAN-GRK tidak menghambat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan
(tetap memprioritaskan kesejahteraan rakyat) dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan;
3. RAN-GRK merupakan rencana aksi yang terintegrasi antara satu bidang dengan bidang
yang lain dengan memperhatikan seluruh aspek pembangunan berkelanjutan seperti daya
dukung dan daya tampung lingkungan serta perencanaan tata ruang dan peruntukan
penggunaan lahan;
4. RAN-GRK merupakan komitmen Indonesia dalam mendukung kepentingan nasional
dan upaya-upaya global penurunan emisi GRK;
5. RAN-GRK berfungsi sebagai sarana koordinasi dalam usaha mengoptimalkan potensi
pendanaan internasional untuk kepentingan Indonesia;
6. RAN GRK merupakan rencana aksi dengan pendekatan baru dalam pembangunan yang
lebih memperhatikan upaya-upaya pengurangan emisi GRK.

3.4 Ruang Lingkup RAN-GRK

Berdasarkan kerangka kebijakan, prinsip serta metodologi penetapan target dan kegiatan RAN-
GRK telah ditetapkan kegiatan-kegiatan inti dan penunjang untuk penurunan emisi gas rumah
kaca dan target per bidang. Tiga bidang utama yang tercakup adalah kehutanan dan lahan
gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri, serta limbah. Target penurunan emisi GRK
per bidang dapat dilihat dalam Tabel 2.1, dengan catatan target angka penurunan dan kegiatan
untuk penurunan emisi GRK ini dapat dikaji ulang sesuai dengan metodologi, data dan informasi
yang lebih baik di masa datang.

- 24 -

Tabel 2.1 Target Penurunan Emisi GRK per Bidang

Dalam penetapan target penurunan emisi, perlu diperhatikan bahwa Business As Usual tingkat
emisi GRK nasional perlu diperhitungkan dengan lebih akurat, mengingat skenario tingkat emisi
Business As Usual untuk beberapa bidang masih perlu dievaluasi. Untuk itu, RAN-GRK perlu
untuk terus secara berkala ditinjau dan dilakukan pemantauan dan evaluasi berdasarkan
perkembangan terkini yang terjadi di Indonesia dan hasil negosiasi internasional di UNFCCC.

Untuk menjabarkan penambahan 15% target penurunan emisi GRK menjadi 41% (dari 26%)
dengan dukungan internasional (Supported NAMAs), dilakukan dengan memilih
program/kegiatan tambahan yang pelaksanaannya tidak menggunakan sumber-sumber dana
dalam negeri seperti APBN/APBD (termasuk hutang pemerintah) serta tidak untuk penurunan
pemisi GRK yang diperdagangkan di pasar karbon. Namun penurunan emisi GRK lebih besar
dari 41%, program/kegiatan yang dilaksanakan mencakup skema mekanisme perdagangan
karbon (atau credited NAMAs).

Selanjutnya mengingat mekanisme internasional untuk program/kegiatan Reducing Emission from


Deforestation and Forest Degradation and Enhancement of Carbon Stocks (REDD+) masih dalam proses
negosiasi, maka dalam pelaksanaan perlu dicermati sumber pendanaan dari program/kegiatan
tersebut untuk menentukan pengelompokan ke dalam skema penurunan emisi GRK dengan
dana sendiri (26%/Unilateral NAMAs), dukungan internasional (41%/Supported NAMAs) atau

- 25 -

pasar karbon (atau Credited NAMAs). Sebagai gambaran, jika program/kegiatan REDD+ untuk
lokasi tertentu didanai oleh APBN/APBD (termasuk hutang pemerintah) maka termasuk dalam
komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi GRK 26%, sedangkan program/kegiatan
REDD+ yang sama dilokasi yang berbeda serta mendapat bantuan pendanaan internasional,
maka termasuk dalam skema target penurunan emisi GRK 41%. Selanjutnya, bila
program/kegiatan REDD+ yang tidak terkait dengan target penurunan emisi Indonesia 26% dan
41% dapat diperjualbelikan dalam pasar karbon.

3.5 Pengembangan RAN-GRK menuju NAMAs

Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs) adalah upaya pengurangan emisi secara sukarela
oleh negara berkembang dalam konteks pembangunan berkelanjutan, sementara kewajiban
pengurangan emisi negara industri (Annex I Countries) disebut Nationally Appropriate Mitigation
Actions or Commitments disingkat NAMAC. Alinea 1 b ii pada Keputusan 1/CP.13 (Bali Action
Plan) mencantumkan bahwa:

Nationally appropriate mitigation actions by developing country Parties in the context of sustainable
development, supported and enabled by technology, financing and capacity-building, in a measurable,
reportable and verifiable manner

NAMAs dapat didukung oleh pendanaan, alih teknologi dan penguatan kapasitas oleh negara
industri yang sifatnya terukur, dilaporkan dan diverifikasi (Measurable Reportanle and
Verifiable/MRV).

Pada dasarnya, Konvensi Perubahan Iklim pada COP 15 di Copenhagen mengenali dua jenis
NAMAs yang akan dilaporkan 2 tahun sekali melalui Nasional Komunikasi (National
Communication), yaitu:
a. NAMAs (Unilateral atau Mitigation Actions by Developing Countries): upaya mitigasi domestik
yang dilakukan dengan sumber daya sendiri. Untuk mendapat pengakuan internasional
(berdasarkan Copenhagen Accord), aksi mitigasi ini memerlukan MRV domestik dengan
konsultasi internasional dan analisis menggunakan suatu panduan yang tetap menjamin
kedaulatan nasional.
b. NAMAs (seeking international support): adalah kegiatan NAMAs yang hanya akan berjalan
bila memperoleh dukungan internasional untuk pendanaan, alih teknologi dan bantuan
peningkatan kapasitas. Aksi mitigasi ini memerlukan MRV sesuai dengan panduan yang
diadopsi oleh COP (UNFCCC). Aksi mitigasi ini akan dicatat bersamaan dengan
dukungan teknologi, finansial, dan peningkatan kapasitas yang terkait.

Untuk upaya mitigasi di luar kedua mekanisme tersebut di atas, sering dikenal sebagai Credited
NAMAs yang dapat diperjual belikan di pasar karbon.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di G20 di Pittsburg (September 2009) menyatakan bahwa
Indonesia akan menurunkan emisi GRK sebesar 26% dari BAU pada tahun 2020 dengan usaha
sendiri, dan dapat meningkat menjadi 41% dengan dukungan internasional. Komitmen ini,

- 26 -

dipertegas kembali pada pidato Presiden di COP-15 Copenhagen (Desember 2009). Untuk
mewujudkan komitmen di atas, maka disusun RAN-GRK yang prinsipnya adalah NAMAs oleh
Indonesia. RAN-GRK ini yang selanjutnya akan dievaluasi dan dikajiulang sesuai kebutuhan
nasional dan perkembangan global terkini, sehingga memenuhi persyaratan dan pengakuan
internasional (UNFCCC).

Sejalan dengan proses tersebut, DNPI sesuai dengan target Copenhagen Accord, telah
menyampaikan surat mengenai posisi Indonesia kepada UNFCCC yang memuat target
penurunan emisi tanpa memerinci aktifitas per sektornya.

Sampai saat ini belum ada kesepakatan secara internasional di UNFCCC mengenai metodologi,
definisi, scope, approach dll terkait dengan NAMAs. Akan tetapi, melihat kecenderungan hasil
negosiasi maka untuk mendapatkan pengakuan internasionl (UNFCCC) bahwa Indonesia sudah
memenuhi janjinya, maka untuk RAN GRK memenuhi standar NAMAs nantinya, Indonesia
perlu untuk membuat Nasional Baseline (akumulasi penjumlahan baseline dari setiap sektos),
skenario mitigasi dengan perhitungan abetement cost, nasional NAMAs registry dan indikator untuk
MRV.

Dalam penyusunan nasional baseline nantinya, akan ditetapkan dengan landasan yang
komprehensif seperti apa yang dapat menjustifikasi baik target nasional maupun sektoral, serta
bagaimana mekanisme dan konsep MRV yang akan digunakan. Karena kerangka waktu RAN-
GRK bersifat jangka menengah, maka perlu disusun tahapan dan trajektori penurunan emisi
pertahun, persektor, sampai dengan tahun 2020 sehingga dapat dimonitor dan dievaluasi secara
berkala.

Diperlukannya kajian secara komprehensif tentang baseline dari emisi nasional maupun berbagai
skenario penurunan dari emisi persektornya. Dari skenario penurunan emisi persektornya
tersebut yang akan diperlukan untuk target penyusunan rencana aksi dan kegiatan-kegiatan yang
akan dimuat dalam RAN-GRK. Dalam kajian komprehensif tersebut diharapkan memberikan
gambaran tentang implikasi target penurunan GRK terhadap pertumbuhan masing-masing
sektor maupun nasional serta perhitungan cost benefitnya.

Penentuan national emissions reduction projection under BAU scenario hanya menggunakan trend
adalah tidak appropriate. CO2 yang ada di atmosphere adalah merupakan kontribusi dari activities of
the each sectors, dimana langgam-nya (its behaviour) akan tidak selalu sama dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh di sektor ketenagalistrikan: komposisi energi primer pada tahun ini atau tahun
2005 akan jauh berbeda dengan tahun 2015 atau 2020, dan seterusnya. Langgam komposisi
energi primer ini tidak sama dari waktu ke waktu, sehingga CO2 yang dikontribusikan akan
berubah. Oleh karena itu simulasi jangka panjang perlu dilakukan tentunya dengan objective
function yang jelas dan tentunya cost effective (non-intervention scenario). Hal yang sama juga akan terjadi
di sektor transportasi, yang akan jauh lebih complex dan dapat bersifat non-linear, misalnya
perubahan mode of transportations, atau adanya constraint of transportation infrastructures. Berikut,
beberapa definisi Baseline, yang mengandung pengertian yang sama dimana tidak satupun cara
projeksi emisi CO2 under BAU scenario (Baseline) disarankan dengan menggunakan trend, sebagai
berikut:

- 27 -

Climate Change: A Glossary of Terms; 4thEdition, April 2007. IPIECA: Baseline: A projected level of
future emissions against which reductions by project activities might be determined, or the emissions that would
occur without policy intervention.
UNFCCC RESOURCE GUIDE, For Preparing the National Communications of Non-Annex I
Parties. Module 4, Measures to Mitigate Climate Change: Baseline Scenarios: Aplausible and consistent
description of how asystem might evolve in the future in the absence of explicit new GHG mitigation policies.
Baseline scenarios are the counter factual situations against which mitigation policies and measures will be
evaluated. A baseline should not beconsidered as a forecast of what will happen in the future, since the future
is in herently unpredictable and depends, in part, on planning and policy adoption. Assessment will typically
require one or more baseline scenarios as baseline are highly uncertain over the long term and may prove
controversial, particularly indeveloping countries.
CLIMATE CHANGE 2007. MITIGATION CLIMATE CHANGE; Working Group III
Contribution to the 4thAssessment Report of the IPCC, Summary for the Policymakers and Technical
Summary: Baseline: The reference for measurable quantities from which analternative outcome can be
measured, e.g. a nonintervention scenario is used as a reference in the analysis of intervention scenarios.
World Energy Outlook 2006; IEA, 2006: The Reference Scenario does not take intoconsideration possible,
potential or even likely future policy actions. Thus, the Reference Scenario projections should not beconsidered
forecasts, but rather a baseline vision of how energy markets woul devolve if governments do nothing beyond
what they have already committed themselves to influence longterm energy trends. Policy Scenario, analyses the
impact of arange of policies and measures that countries in allregions are considering adopting or might
reasonably be expected to adopt some point over the projection period.

4. STRATEGI NASIONAL PENURUNAN EMISI

4.1 Arah Kebijakan Umum (Cross-cutting)

Arah Kebijakan RAN-GRK secara umum harus memperhatikan berbagai isu yang bersifat lintas
bidang, yang dirumuskan sebagai berikut:

1 Penurunan emisi GRK dilakukan melalui: (i) penurunan emisi secara langsung dan
peningkatan kapasitas serapan GRK, dan (ii) kegiatan yang tidak secara langsung
menurunkan emisi GRK seperti kebijakan, peningkatan kapasitas manusia dan kelembagaan,
kerangka regulasi, sosialisasi, penelitian tentang potensi penurunan GRK dan kegiatan lain
yang mempunyai andil dalam penurunan GRK;
2 Penurunan emisi GRK dilakukan melalui rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam,
pencegahan degradasi dan deforestasi hutan dan lahan, efisiensi penggunaan input produksi,
penggunaan dan pengembangan energi baru terbarukan, serta pemanfaatan teknologi hemat
energi dan teknologi bersih lainnya
3 Tidak menghambat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan.

- 28 -

4 Penurunan emisi dilakukan melalui bidang kehutanan dan lahan gambut, pertanian,
energi dan transportasi, industri dan pengelolaan limbah. Pencapaian tujuan penuruan emisi
GRK yang dicapai oleh bidang tertentu tidak menimbulkan hambatan bagi pengembangan
bidang yang lainnya.

4.2 Arah Kebijakan dan Rencana Aksi Nasional Per Bidang


Penurunan emisi dilakukan melalui bidang-bidang prioritas, meliputi kehutanan dan lahan
gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri dan pengelolaan limbah

Mengacu pada klasifikasi sektoral yang dimiliki dalam mekanisme perencanaan pembangunan
nasional, proses penyusunan RAN GRK juga menyertakan beberapa kegiatan yang dirancang
untuk membahas isu lintas sektor terkait dengan perubahan iklim. Hal yang terpenting, isu
penggunaan lahan memerlukan perhatian yang lebih besar pada masa yang akan datang jika
dilihat dari perspektif lintas sektoral mengingat konversi lahan dan tata guna lahan dibahas dalam
sektor pertanian, kehutanan, dan sektor energi. Keterkaitan antar sektor dan saling-
ketergantungan ini akan ditindak lanjuti dalam proses RAN GRK ke depan. Langkah-langkah ke
depan akan mencakup integrasi pemanfaatan tata ruang yang memuat isu perubahan iklim,
penguatan kapasitas kelembagaan, dan pengembangan mekanisme untuk hukum dan perundang-
undangan.

Lingkup Regional. RAN GRK ini juga mempertimbangkan keragaman secara kondisi fisik,
ekonomi, politik dan budaya , Indonesia membutuhkan pendekatan berdasarkan aspek
kewilayahan untuk perencanaan pembangunan nasional. Tawaran kebijakan untuk masalah
perubahan iklim sebab itu dikondisikan dengan karakter khusus yang dimiliki wilayah-wilayah di
Indonesia: Sumatera, Jamali (Jawa, Madura, Bali), Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Papua.

4.2.1 Kehutanan dan Pengelolaan Lahan Gambut


Hutan, selain merupakan sumber emisi karbon dalam konteks perubahan iklim juga merupakan
rosot karbon dan tempat penyimpanan karbon. Praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan
dari hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung, serta pembatasan konversi lahan hutan
menjadi non-hutan dan degradasi kualitas hutan, pengelolaan hutan pada lahan gambut dan
pencegahan kebakaran hutan, berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK. Rehabilitasi hutan
dan lahan gambut dan pembuatan/penanaman hutan produksi di lahan yang terdegradasi akan

- 29 -

meningkatkan kemampuan penyerapan karbon. Hal ini juga akan memberikan dampak positif
terhadap perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan sumber daya air, serta fungsi sosial
ekonomi.

Lahan gambut mempunyai potensi penyimpan karbon yang besar. Luas lahan gambut secara
keseluruhan hanya meliputi kurang lebih 3% dari luas daratan dunia, namun diindikasikan dapat
menyimpan 550 Gton C atau setara dengan dua kali simpanan karbon semua hutan di seluruh
dunia (Joosten, 2009). Bila diambil angka terendah tambatan karbon di atas permukaan gambut
yang berkisar pada angka 150 ton (dalam bentuk biomassa tanaman) per ha maka secara kasar
paling tidak lahan gambut di Indonesia menambat (menyimpan) 3.150 juta ton karbon atau setara
dengan 8,34 giga ton CO2e. Sampai dengan tahun 2005, emisi per tahun yang berasal dari lahan
gambut diperkirakan mencapai 903 juta ton CO2e dan diperkirakan dengan skenario BAU maka
emisinya berubah menjadi 1.387 juta ton CO2e pada tahun 2025.

Indonesia memiliki sekitar 21 juta hektar lahan gambut, tersebar di Provinsi NAD, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Papua, dan Papua Barat. Lahan gambut terutama di Sumatera (7,2
juta ha), Kalimantan (5,8 juta ha) dan Papua (8 juta ha) mempunyai kedalaman yang berbeda-
beda. Kondisi pada tahun 2006 menunjukkan lebih dari 55% lahan gambut masih berupa hutan 1,
sementara sisanya didominasi oleh lahan pertanian (14%) dan semak belukar/rumput (20%).
Pada tahun tersebut, terdapat izin kehutanan dan perkebunan untuk menggunakan lahan gambut
dengan total sekitar 5,6 juta hektar lahan gambut. Sesuai dengan data 2006 maka luas lahan
gambut yang merupakan kawasan hutan adalah seluas 12,3 juta ha terdiri dari hutan konservasi
seluas 2,34 juta ha, hutan lindung seluas 1,02 juta ha, dan hutan produksi seluas 8,95 juta ha. Luas
lahan gambut yang merupakan perkebunan seluas 1,42 juta ha, dimanfaatkan sebagai pertanian
seluas 1,23 juta ha, dan sisanya sebesar 4,66 juta ha dipergunakan untuk kegiatan lain. Untuk itu
rencana aksi penurunan emisi GRK di lahan gambut merupakan bagian tidak terpisahkan dari
penurunan emisi GRK dari bidang kehutanan.

Upaya-upaya penurunan emisi GRK di bidang kehutanan dan lahan gambut memerlukan
pengelolaan secara khusus yang terutama dilakukan melalui KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan).
Untuk itu pengembangan KPH merupakan prioritas sebagai unit pengelola dalam menjalankan
praktek manajemen hutan termasuk lahan gambut yang berkelanjutan. Emisi di bidang

1 Tidak berarti berada di kawasan hutan

- 30 -

kehutanan (termasuk lahan gambut) per tahun diperkirakan mencapai 1,24 giga ton CO2e,
sedangkan kemampuan menyerap karbon dari atmosfer diperkirakan hanya mencapai 0,707 giga
ton CO2e pada tahun 2020. Skenario rencana aksi bidang kehutanan disusun dengan
memperhatikan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Disamping dengan melajukan
peningkatan potensi serapan karbon melalui aksi penanaman, potensi reduksi emisi melalui
praktek-praktek pengelolaan Hutan Produksi secara lestari, serta meningkatkan peran kawasan
konservasi dan hutan lindung dalam menjaga stok karbon di hutan.

Walaupun terdapat keterbatasan data dan informasi yang akurat mengenai lahan gambut,
Rencana aksi Kehutanan dan Lahan Gambut ini disusun dengan menetapkan angka deforestasi
untuk mengakomodasikan kepentingan industri kehutanan sebesar 1,125 juta ha per tahun, emisi
tahunan 1,24 giga ton CO2e, rehabilitasi hutan seluas 500.000 ha per tahun, serta penurunan hot-
spot sebesar 20% dari rata-rata jumlah hotspot selama 2004-2009. Untuk mendukung kegiatan
rehabilitasi hutan maka akan ditetapkan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH (Forest Management
Unit) per tahun sebagai forest administration.

4.2.1.1 Arah Kebijakan


Kebijakan penurunan emisi GRK di bidang Kehutanan di arahkan dengan mensinergikan
program-program bidang kehutanan seperti: (i) mensinergikan kebijakan, perencanaan, dan
program (termasuk tata ruang dan penguatan kelembagaan) para pemangku kepentingan di
bidang kehutanan seperti dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Daerah (ii) mempertajam kebijakan dan
menyusun langkah-langkah pengurangan emisi karbon dari bidang kehutanan yang secara efektif
dapat menyelesaikan permasalahan yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan; (iii)
mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan (sustainable forest management), (iv) merevitalisasi
ekosistem hutan yang terdegradasi dengan melibatkan masyarakat luas, (v) menekan laju
deforestasi dari berbagai gangguan seperti illegal logging, kebakaran hutan, konversi kawasan hutan
untuk kepentingan non-hutan, (vi) mengembangkan hutan tanaman untuk pemenuhan
permintaan hasil hutan kayu untuk keperluan industri kehutanan.

Sementara itu, mengingat besarnya peranan lahan gambut terhadap pemanasan global, sebaiknya
seluruh kawasan gambut dapat dikonservasi untuk menghindarkan degradasi yang akan
meningkatkan emisi karbon. Namun demikian, selama ini lahan gambut sudah digunakan untuk
berbagai kepentingan yang menyangkut masyarakat luas, maka pemerintah perlu menerapkan
kebijakan seimbang antara penggunaan untuk keperluan ekonomi dan kepentingan konservasi.
Untuk itu diperlukan kebijakan antara lain: (i) konsolidasi dan rencana terintegrasi pemangku

- 31 -

kepentingan terkait seperti aktifitas kehutanan, aktifitas pertanian, dan aktifitas infrastruktur; (ii)
review dan revisi rencana tata ruang wilayah untuk mencari kemungkinan land-use swap dari
pemanfaatan lahan gambut ke areal non lahan gambut (lahan mineral); (iii) perbaikan pengelolaan
lahan gambut yang berada dalam kawasan hutan maupun kawasan non-hutan dengan membatasi
penggunaan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter, dan pengelolaan secara terpadu
pada lahan gambut dengan kedalaman kurang dari 3 meter sesuai dengan fungsi kawasan dan
karakteristik gambut pada areal tersebut; (iv) pembukaan lahan gambut diperbolehkan, harus
dilakukan dengan metode pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan air berkelanjutan; (v)
penerapan pengelolaan tanah (soil) dan rehabilitasi lahan gambut yang mengalami kerusakan
melalui pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, rehabilitasi dan pengelolaan lahan
gambut yang terlantar dengan pengawasan dan penegakan hukum yang ketat.

4.2.1.2 Rencana Aksi

Rencana Aksi Nasional di bidang kehutanan dan lahan gambut disusun berdasarkan RPJMN
2010-2014, RPJPN 2005-2025 dan usulan dari K/L terkait, serta perhitungan target penurunan
emisi GRK bidang kehutanan dan lahan gambut sebesar 0.672 giga ton CO2e pada tahun 2020
untuk target 26% secara Nasional.

Bentuk intervensi yang perlu ditempuh untuk mengurangi emisi yang berasal dari kehutanan dan
lahan gambut adalah: (a) mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan gambut, (b)
rehabilitasi hutan dan lahan gambut melalui reboisasi dan penghijauan dengan tanaman
penambat karbon tinggi, (c) pengaturan tata air pada kawasan lahan gambut secara integratif, (d)
pemanfaatan dan pengelolaan hutan dan lahan gambut yang terdegradasi, dan (e) peningkatan
upaya perlindungan dan konservasi kawasan-kawasan konservasi dan hutan lindung

Kegiatan-kegiatan dalam rencana aksi, selain kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, untuk
meningkatkan carbon stock meliputi Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa, Pembangunan
Hutan Tanaman (Hutan Tanaman Industri/HTI dan Hutan Tanaman Rakyat/HTR) dan Hutan
Rakyat, pemberian HPH Restorasi Ekosistem, Hutan Rakyat Kemitraan dan Hutan Rakyat
dengan target kurang lebih 18,8 juta ha hingga tahun 2020.

Untuk menekan serendah mungkin emisi yang berasal deforestasi maka bidang kehutanan
berupaya untuk menekan perubahan kawasan hutan menjadi tidak berhutan secara permanen.

- 32 -

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan yang telah
dikonversi untuk kepentingan lain, khususnya perkebunan dan transmigrasi.

Mengingat hal-hal tersebut di atas dan potensi emisi dari kehutanan dan lahan gambut yang
sangat besar, maka diperlukan upaya penurunan melalui Rencana Aksi yang terintegrasi antar
K/L dan para pihak. Rencana aksi untuk kehutanan dan lahan gambut difokuskan kepada:

1. Rehabilitasi hutan, lahan gambut dan lahan kritis di DAS prioritas, fasilitasi
pengembangan hutan kota, konservasi hutan dan/lahan terdegradasi rawan terbakar
melalui pemberian insentif kepada masyarakatmelalui penanaman tanaman kayu,
2. Pengembangan perhutanan sosial melalui fasilitasi penetapan areal kerja dan pengelolaan
hutan kemasyarakatan (HKm), fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan, fasilitasi
penetapan areal kerja hutan desa,
3. Pengendalian kebakaran hutan dan pemberantasan illegal logging-pencegahan kehilangan
kayu,
4. Penanganan perambahan hutan dan lahan gambut dan penanganan konflik kawasan
lindung dan konservasi,
5. Pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH),
6. Peningkatan pengelolaan hutan alam produksi melalui pengelolaan LOA (Logged Over
Area) oleh pemegang IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) dan
pengelolaan LOA yang terdegradasi oleh IUPHHK-RE, serta peningkatan pembangunan
hutan tanaman,
7. Penerapan penyiapan lahan tanpa membakar, perbaikan tata air kawasan lahan gambut
secara integratif antar pengguna lahan gambut serta pengelolaan lahan gambut untuk
pertanian berkelanjutan,
8. Kebijakan rehabilitasi kawasan lahan gambut yang rusak melalui reboisasi dan
penghijauan, perbaikan kualitas pengelolaan lahan gambut yang rusak, dan pencegahan
dan penanggulangan kebakaran lahan gambut,
9. Peningkatan rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa termasuk lahan
bergambut,
10. Pengendalian Tata Ruang melalui penetapan wilayah KPHK dan konsolidasi hutan yang
berada di luar kawasan hutan, meningkatkan konservasi pada lahan gambut yang belum
diberikan ijin pemanfaatan, penerapan land-swap bagi pemegang ijin/hak yang berada di
dalam kawasan lahan gambut dan belum memanfaatkannya ke lokasi lain di luar kawasan
lahan gambut (mineral soil),

- 33 -

11. Pengendalian kerusakan ekosistem lahan gambut, penyusunan kriteria baku kerusakan
gambut, dan penyusunan masterplan pengelolaan ekosistem gambut provinsi.

Rencana Aksi ini didukung oleh kegiatan:


1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian kerusakan ekosistem gambut,
2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi kondisi ekosistem gambut,
3. Survey dan pengumpulan data hidrologi dan hidrogeologi pada lahan bergambut,
4. Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat Penyusunan Perencanaan Lahan Rawa
Berkelanjutan melalui kegiatan Water Management for Climate Change Mitigation and Adaptive
Development of Lowlands (WACLIMAD) yang bertujuan untuk melakukan identifikasi lahan
rawa (termasuk gambut sekitar 30%) yang dapat dibudidayakan dan yang harus
dikonservasi,
5. Penelitian sistem tata air pada lahan bergambut,
6. Penyusunan Perpres Kawasan Strategis Nasional (KSN) & Rencana Tata Ruang (RTR)
Pulau,
7. Penyusunan rencana tata ruang wilayah sungai,
8. Audit tata ruang (stock taking) wilayah provinsi,
9. Pendataan dan informasi bidang penataan ruang,
10. Monitoring evaluasi RTRW nasional dan pulau dan program infrastruktur nasional,
11. Percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota berbasis Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di 31 Provinsi dan 497 kab/kota selama 5 tahun.

Dukungan lain untuk Rencana Aksi ini antara lain melalui:


1. Fasilitasi kemitraan di 24 propinsi,
2. Fasilitasi kelompok ijin usaha pengelolaan HKm di 24 propinsi,
3. Penurunan jumlah hotspot di Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan sebesar 20% per tahun,
4. Peningkatan Hasil Hutan Kayu/ Bukan Kayu/ Jasa Lingkungan,
5. Peningkatan Jumlah Unit IUPHHK Bersertifikat PHPL dari Tahun 2009,
6. Peningkatan Produksi Penebangan Bersertifikat Legalitas Kayu,
7. Pembuatan Peta Areal Kerja Pencadangan (IUPHHK-HT, HA, RE, HKm, HTR dan
Hutan Desa) ,
8. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan,
9. Penyelesaian permohonan Ijin Pakai pakai KH dengan kompensasi PNBP,
10. Data dan Informasi Penggunaan KH,

- 34 -

11. Kebijakan bidang Planologi Kehutanan dan Peraturan perundangan pengendalian dan
penertiban penggunaan KH tanpa ijin,
12. Pelepasan Kawasan Hutan secara hati-hati (prudensial) dan sesuai dengan RTRWP yang
berlaku,
13. Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan,
14. Data dan Informasi Geospasial dan tematik kehutanan Tingkat Nasional,
15. Data dan Informasi potensi kayu di KH Tingkat Nasional,
16. Data dan Informasi penggunaan karbon KH Tingkat Nasional,
17. Basis data spasial Sumber Daya Hutan yang terintegrasi di pusat dan daerah,
18. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perubahan Iklim,
19. Iptek dasar dan terapan bidang landscape hutan, perubahan iklim, dan kebijakan
kehutanan,
20. Penurunan jumlah Hot spot, di P. Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan,
21. Peningkatan kapasitas Aparatur dan Masyarakat,
22. Penyelesaian kasus perambahan hutan,
23. Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),
24. Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL),
25. Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK),
26. Peraturan perundang-undangan penyelenggaraan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH),
27. Fasilitasi dukungan kelembagaan ketahanan pangan,
28. Pengawasan pemanfaatan ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang terpadu dan bersifat lintas K/L,
29. Penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi, metodologi MRV pada areal
pertanian di lahan gambut.

4.2.2 Bidang Pertanian


Bidang pertanian secara umum merupakan bidang yang secara significant akan terkena dampak
perubahan iklim. Namun, di sisi lain, bidang pertanian juga menghasilkan emisi GRK. Apabila
tanpa Rencana Aksi (Business As Usual/BAU) di lahan padi sawah non gambut akan
menghasilkan emisi CH4 dan N2O dalam kondisi tergenang (anaerobic), sedangkan padi sawah
di lahan gambut emisi GRK yang dikeluarkan terutama CH4. Untuk perkebunan di lahan gambut
karena kondisi yang dibutuhkan aerobic, maka emisi GRK terbesar adalah CO2.

- 35 -

Emisi kumulatif GRK di bidang pertanian apabila tanpa dilakukan rencana aksi (BAU)
diperkirakan sebesar 117 juta ton CO2e. Oleh karena itu, untuk mendukung pemenuhan target
penurunan emisi GRK Indonesia sebesar 26% atau 41% hingga tahun 2020, diperlukan beberapa
kebijakan di bidang pertanian untuk menurunkan emisi GRK.

4.2.2.1 Arah Kebijakan


Kebijakan pembangunan pertanian diarahkan untuk meminimalisasi dampak negatif dari
perubahan iklim dan berkontribusi dalam penurunan emisi GRK, yang dilakukan melalui (i)
mensinergikan dan mengintegrasikan kebijakan, perencanaan, dan program pada seluruh
pemangku kepentingan di bidang pertanian seperti, dengan Kementerian Pekerjaan Umum
(misalnya untuk ketersediaan air dan infrastruktur), Kementerian Kehutanan (misalnya untuk
REDD+), dan Pemerintah Daerah (misalnya perijinan peruntukkan lahan dan pengembangan
wilayah); (ii) mempertajam kebijakan dan menyusun langkah-langkah pengurangan emisi karbon
di bidang pertanian sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan perkembangan global dengan tetap
memprioritaskan ketahanan pangan; (iii) meningkatkan pemahaman petani dan pelaku pertanian
lainnya dalam mengantisipasi perubahan iklim untuk menjamin pencapaian program ketahanan
pangan; (iv) meningkatkan kemampuan para pelaku usaha di bidang pertanian untuk beradaptasi
dengan perubahan iklim; (v) merakit dan menerapkan teknologi tepat guna dalam mitigasi emisi
GRK; dan (vi) meningkatkan kinerja litbang dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

4.2.2.2 Rencana Aksi

Penurunan emisi GRK pada lahan pertanian (sawah dan perkebunan) dan pemanfaatan limbah
pada sub sektor peternakan, dilakukan dengan beberapa introduksi teknologi sebagai berikut:
1. Pada lahan sawah non-gambut, teknologi reduksi emisi CH4 dilakukan antara lain melalui
penerapan System of Rice Intensification (SRI) disertai dengan sistem pengairan berselang
(intermittent irrigation), penggunaan varietas unggul baru (VUB) rendah emisi, dan berbagai
teknik budidaya lainnya seperti olah tanah minimum, sistem tebar langsung, penggunaan
herbisida dan pupuk organik. Cara ini memiliki potensi menekan emisi CH4 dari lahan
sawah berkisar antara 10-50%, dengan rata-rata tersebar pada kisaran 20%.
2. Pada lahan gambut yang digunakan untuk usaha tani perkebunan diarahkan pada lokasi
yang berasal dari lahan alang-alang dan bukan membuka hutan, dan proses penyiapan
lahannya dilakukan dengan tanpa bakar serta dilakukan penambahan bahan amelioran
(kaya kation ber-valensi tinggi) yang dapat menurunkan emisi CO2.

- 36 -

3. Teknologi mitigasi peternakan dilakukan melalui perbaikan teknologi pakan ternak


(ransum dan suplemen/konsentrat), pengelolaan kotoran ternak menjadi biogas dan
kompos, dan pemuliaan untuk memperoleh bibit ternak yang adaptif dengan fermentasi
enterik rendah emisi. Total penurunan emisi melalui perbaikan teknologi ini dapat
mencapai sekitar 4.691 ton CO2e.

Untuk itu, Rencana Aksi Nasional di bidang Pertanian yang disusun berdasarkan RPJMN 2010-
2014, RPJPN 2005-2025, dan usulan dari K/L terkait serta perhitungan target penurunan emisi
GRK bidang Pertanian sebesar 0.008 Giga Ton CO2e pada tahun 2020 difokuskan pada kegiatan:

1. Penyiapan lahan tanpa bakar dan optimalisasi pemanfaatan lahan terutama untuk
wilayah/provinsi di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah.
2. Penerapan teknologi budidaya tanaman untuk mengurangi gas rumah kaca (GRK).
3. Pemanfaatan pupuk organik dan bio-pestisida dalam budidaya tanaman untuk mencegah
laju peningkatan emisi GRK melalui penggunaan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO).
4. Pengembangan areal perkebunan (sawit, karet, kakao) di lahan yang tidak berhutan/lahan
terlantar/lahan terdegradasi (APL).
5. Pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk biogas, biofuel dan
pupuk organik.
6. Penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) melalui pembuatan kompos, arang dan
briket arang di provinsi Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat.
7. Perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi.

Rencana aksi ini didukung dengan kegiatan:


1. Penelitian sistem pengelolaan air pada daerah irigasi
2. Penelitian metode pengurangan emisi gas rumah kaca di waduk
3. Penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi, metodologi MRV bidang
pertanian

4.2.3 Bidang Energi dan Transportasi


Bidang Energi, termasuk tenaga listrik dan transportasi, merupakan salah satu penyumbang
emisi GRK yang cukup besar dengan kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dari

- 37 -

tahun ke tahun. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan bahan
bakar minyak untuk transportasi menyebabkan emisi GRK dari bidang energi dan transportasi
cukup besar. Peraturan Presiden No 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional
mengamanatkan pengurangan minyak bumi dalam porto folio energi primer nasional pada tahun
2025, dan pemanfaatan sumber energi yang lebih bersih ditingkatkan. Pemanfaatan energi bersih
ini diharapkan dapat menyumbang penurunan emisi GRK, disamping meningkatkan kemandirian
energi, menciptakan lapangan kerja. Pemanfaatan gas terutama dilakukan untuk pengganti BBM
pada pembangkit tenaga listrik dan pada bahan bakar kendaraan bermotor. Pemanfaatan tenaga
matahari, air, angin dan panas bumi terutama ditujukan untuk menggangti BBM dan batubara
pada pembangkit tenaga listrik. Pemanfaatan Bahan bakar berbasis nabati ditujukan untuk
mengganti bahan BBM kendaraan bermotor. Penurunan emisi GRK tidak hanya dilakukan pada
sisi penyediaan energi tetapi juga disisi pemanfataan energi, melalui pengelolaan energi yang lebih
baik dan penghematan penggunaan energi. Potensi penghematan energi di setiap sektor
pengguna energi, seperti sektor industri, transportasi, dan rumah tangga, sukup besar.

Penurunan emisi GRK di bidang energi dilakukan melalui penerapan komitmen efisiensi
pemanfaatan energi (demand side) dan penerapan mandatori penyediaan energi baru dan
terbarukan (EBT) dan pemanfaatan teknologi pembangkit energi (listrik) yang bersih dan efisien
(supply side). Efisiensi pemanfaatan energi dapat dilakukan diberbagai proses dari rantai energi,
dimulai dari usaha pencarian sumberdaya energi, produksi, pengolahan, distribusi hingga
pemanfaatannya. Rantai energi ini dapat disederhanakan ke dalam tiga bagian utama, yaitu
kegiatan pencarian energi untuk menghasilkan energi primer, kegiatan konversi energi primer
menjadi energi yang dapat digunakan, serta pemanfaatan energi. Pemanfaatan energi meliputi
berbagai bidang, antara sebagai bahan bakar dalam pembangkit tenaga listrik, bahan baku di
sektor industri, seperti pupuk, baja, dan petrokimia, bahan bakar di sektor transportasi, rumah
tangga dan sebagainya.

Komitmen efisiensi energi sampai dengan tahun 2020 didasarkan atas kebutuhan energi tanpa
mitigasi (BAU), yakni sebesar 1.936,6 juta setara barel minyak atau SBM, yang terdiri dari
kebutuhan untuk rumah tangga (12%), transportasi (30%), industri (53%), dan komersial (4%)
(Rancangan Blue Print, Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi,
ESDM, 2010). Potensi efisiensi atau penghematan dalam penggunaan energi sangat besar, sekitar
15-30% di sektor industri, 25% di sektor transportasi, dan 10-20% di sektor rumah tangga dan
komersial (Survey Potensi Konservasi Energi DJLPE, ESDM, 2008).

- 38 -

Sedangkan, penyediaan EBT masih terbatas, yakni 30,3 juta SBM dari panas bumi dan 56,5 juta
SBM dari tenaga air (BAU) (Rancangan Blue Print, Pengembangan Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi, ESDM, 2010). Potensi penyediaan EBT cukup besar dan dapat
meyumbang sekitar 20% dari kebutuhan enegi nasional secara keseluruhan. Sumber-sumber
energi dari panas bumi, nabati, hidro atau sumber energi air, nuklir, dan tenaga surya, angin,
biogas dan biomas merupakan sumber-sumber EBT yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan. Sumber energi panas bumi dan air merupakan dua sumber EBT yang sangat
besar dalam menyumbang penyediaan energi, khsusunya untuk pembangkit tenaga listrik, dan
dalam pengurangan emisi GRK.

Penerapan teknologi energi bersih diarahkan untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan dan
teknologi yang mengkonsumsi energi secara efisien dan menghasilkan karbon yang rendah.
Peranan teknologi bersih ini menjadi penting mengingat potensi emisi GRK dari sektor energi,
terutama listrik, cukup besar. Kenaikan ini terutama dihasilkan oleh adanya pengembangan
pengembangan tenaga listirk uap (PLTU) batubara dari program percepatan penyediaan listrik
10.000 MW tahap pertama, dan pengembangan kurang lebih 4.000 MW PLTU batubara dari
program percepatan penyediaan listrik tahap kedua. Jumlah emisi GRK tersebut digunakan
sebagai bagian dari jumlah emisi skenario (BAU) yang digunakan dalam perhitungan penurunan
emisi GRK, dengan asumsi bahwa skenario ini disusun berdasarkan tingkat proyeksi emisi masa
depan tanpa adanya intervensi kebijakan apapun terkait dengan target penurunan emisi GRK.

Emisi GRK (BAU) di sektor energi pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 1.400 juta ton
dengan potensi pengurangan emisi mencapai 166,33 juta ton (17,53%), dimana sektor
transportasi menyumbang 43,88 juta ton (21,23 %), rumah tangga 3,83 juta ton (12,11 %),
industri 54,47 juta ton (19,96 %), komersial 2,26 juta ton (6,54 %), dan pembangkitan tenaga
listrik 61,88 juta ton (15,34%) (Rancangan Blue Print, Pengembangan Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi, ESDM, 2010). Penurunan emisi GRK melaui upaya efisiensi pemanfaan
energi dilakukan dengan mengacu kepada Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN),
dilengkapi dengan Roadmap Konservasi Energi untuk masing-masing sektor pengguna, yang
meliputi antara lain sosialisasi dan kampanye tentang perlunya penghematan energi, pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan pengembangan teknologi energi rendah energi. Efisiensi, disektor
industri, dilakukan dengan melakukan audit penggunaan energi, labelisasi efieisnsi, penerapan
standar konservasi energi untuk bangunan gedung, dan sebagainya, di sektor transportasi dengan
menerapkan sistem transportasi masal yang efisien, di sektor komersial dengan menerapkan
standar konservasi energi untuk bangunan gedung, dan di sektor kelistrikan dengan menerapkan
sistem pembangkitan yang efisien. Penerapan sistem pembangkit yang efsien dapat menyumbang

- 39 -

penurunan emisis GRK dengan porsi yang besar. Hal ini mengingat emisi GRK di bidang energi
umumnya berasal dari kegiatn pembangkitan listrik. Disamping itu, upaya mitigasinya dapat
dilakukan dengan relatif mudah dan cukup terukur.

Pertumbuhan konsumsi energi bidang transportasi saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun,
sesuai dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi,
kendaraan umum, dan pertumbuhan pergerakan (trip) penumpang dan barang, baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan. Saat ini sektor transportasi mengkonsumsi sekitar 48% dari
konsumsi nasional energi primer, khususnya minyak bumi. Dari total konsumsi energi sektor
tansportasi ini, hampir seluruhnya (88%) diserap oleh transportasi jalan, dan sisanya diserap oleh
moda transportasi lainnya, seperti transportasi udara (7%), transportasi perkeretaapian (4%),
serta transportasi laut, sungai, danau dan penyebrangan (1%) (ICCSR, 2010).

Emisi GRK yang dihasilkan bidang transportasi tahun 2009 mencapai sekitar 67 juta ton CO2,
dan setiap tahunnya tumbuh dengan laju sekitar 8-12%. Emisi GRK ini umumnya dihasilkan dari
moda transportasi jalan, khususnya di daerah perkotaan seperti Jabodetabek, Surabaya, Medan,
Bandung dan Semarang yang memiliki tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi.

4.2.3.1 Arah Kebijakan

Penurunan GRK dilakukan dengan tetap menitikberatkan adanya penjaminan ketersediaan energi
guna memenuhi kebutuhan energi secara nasional. Oleh sebab itu upaya penurunan GRK
difokuskan terhadap upaya memaksimalkan efisiensi dan/atau konservasi energi,
mengoptimalkan penyediaan dan mengutamakan pemanfaatan EBT, dan menerapkan teknologi
energi bersih, serta pengembangan penelitian pemanfaatan teknologi nuklir dan Carbon Capture
Storage (CCS). Komitmen efisiensi dalam pemanfaatan energi diterapkan pada seluruh sektor
pengguna energi, yakni sektor transportasi, industri, rumah tangga, dan komersial. Pemanfaatan
EBT dilakukan melalui penerapaan mandatori penyediaan dan pemanfaatan EBT sebesar 20%
dalam bauran energi nasional. Sedangkan penerapan teknologi bersih terutama dilakukan dalam
proses konversi energi dari energi primer ke listrik pembangkit tenaga listrik.

Kebijakan penurunan emisi GRK di bidang energi dikelompokkan pada tiga kebijakan utama,
yaitu: (i) konservasi energi yang dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi mulai
dari sisi hulu sampai hilir; (ii) diversifikasi energi yang dilakukan untuk meningkatkan pangsa
penggunaan EBT; dan (iii) fuel switching dengan memanfaatkan bahan bakar yang lebih bersih
terutama untuk rumah tangga dan transportasi. Peningkatan efisiensi energi terutama
dilaksanakan dengan menerapkan manajemen atau pengelolaan energi yang lebih baik,

- 40 -

menggunakan teknologi/sistem yang lebih efisien, menerapkan standarisasi unjuk kerja peralatan,
labeling, dan komitmen efisiensi energi. Insentif diperkenalkan kepada masyarakat, terutama
kepada pelaku penyedia energi, untuk dapat melakukan efisiensi, menggunakan teknologi energi
bersih, dan memanfaatkan energi baru terbarukan. Fuel switching dilakukan dengan mensubtitusi
bahan bakar nilai karbon tinggi dengan bahan bakar karbon rendah, seperti Compressed Natural
Gas (CNG) untuk sektor transportasi dan Liquified Petroleu Gas (LPG) untuk rumah tangga.
Untuk melaksanakan langkah-langkah kebijakan tersebut, bebagai kegiatan pendukung perlu
dilakukan, antara lain penerapan skim insentif dan disinsentive untuk penggunaan teknologi
bersih, dan teknologi yang berkaitan dengan energi baru dan terbarukan, sistem pricing (feed-in
tariff, green energy certificate) untuk memperhitungkan biaya eksternal energi seperti biaya lingkungan,
carbon tax, biaya pengganti (avoidance costs), dan sebagainya.

Dengan terkonsentrasinya emisi GRK di sektor transportasi jalan di daerah perkotaan, maka
upaya pengurangan emisi GRK dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut: a)
(Avoidance) pengurangan kebutuhan akan perjalanan terutama daerah perkotaan (trip demand
management) melalui penata-gunaan lahan di daerah perkotaan dan dalam jangka panjang melalui
pola pembangunan perkotaan yang memungkinkan masyarakat mengakses sarana prasarana
esensial tanpa melakukan perjalanan yang berlebihan; b) (Shifting) pergeseran pola penggunaan
kendaran pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi yang tinggi) ke pola transportasi
rendah karbon seperti, sarana transportasi tidak bermotor, transportasi publik, transportasi air,
dan sebagainya c) (Improvement) peningkatan efisiensi energi dan pengurangan pengeluaran
karbon pada kendaraan bermotor melalui pengembangan teknologi kendaraan bermotor dan
penggunaan bahan bakar rendah emisi; dan d) (green tranport) melakukan penghijauan di
sepanjang jalan.

4.2.3.2 Rencana Aksi

Rencana Aksi Nasional di bidang energi dan transportasi disusun dengan mengacu kepada
RPJMN 2010-2014, RPJPN 2005-2025 dan usulan dari Kementrian/Lembaga terkait serta
perhitungan target penurunan emisi GRK bidang energi dan transportasi sebesar 0.038 giga ton
CO2e (0.03 giga ton CO2e dari bidang energi dan 0.008 giga ton CO2e dari bidang transportasi)
pada tahun 2020. Rencana aksi penurunan emisi di bidang energi dan transportasi difokuskan
pada upaya-upaya (i) efisiensi energi, sebagai upaya untuk mengurangi pemakaian energi demi
mengurangi emisi. Efisiensi dilakukan melalui penggunaan teknologi yang lebih efisien maupun
pengurangan konsumsi energi; (ii) fuel switching melalui penggunaan energi yang lebih bersih,

- 41 -

seperti gas (CNG dan LPG); dan (iii) peningkatan penggunaan energi EBT; (iv) Reklamasi lahan
pasca tambang; (v) pengurangan penggunaan kendaraan pribadi dan peningkatan penggunaan
angkutan umum melalui Transportation Demand Management (TDM), Traffic Impact Control (TIC) dan
mengurangi kemacetan lalu lintas melalui Intelligent Transport System (ITS) (vi) penggunaan
transportasi tidak bermotor (vii) peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil melalui
perbaikan sistem transportasi massal (MRT, BRT dan sistem transit) dan perbaikan teknologi
kendaraan bermotor.

Untuk memenuhi target penurunan emisi GRK tersebut, RAN-GRK bidang energi dan
transportasi difokuskan kedalam rencana aksi sebagai berikut :

1. Peningkatan efisiensi energi


a. Audit energi pada 1003 objek pada tahun 2010-2014 dan pada 5910 objek
(gedung dan industri)
b. Program lampu hemat energi
2. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT)
a. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi
3. Penerapan Fuel Switching
a. Pemanfaatan biogas
b. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan
c. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa
d. Pembangunan kilang mini plant LPG
4. Reklamasi lahan pasca tambang
5. Pemanfaatan sistem transportasi pintar (intelligent transportation system - ITS),
a. Pembangunan ITS Jabodetabek
b. Pembangunan ITS di kota Medan, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang,
Semarang, Balikpapan, Denpasar, Yogyakarta, Padang, Pekanbaru dan
Banjarmasin
6. Pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan,
a. Penerapan pengendalian dampak lalu lintas (traffic impact control/ TIC)
b. Manajemen parkir
c. Congestion Charging dan Road Pricing (dikombinasikan dengan angkutan umum
massal cepat)
d. Reformasi sistem transit (Bus Rapid Transit (BRT)/ Semi BRT)
e. Peremajaan armada angkutan umum
f. Pemasangan Converter Kit (gasifikasi angkutan umum)

- 42 -

g. Program pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving)


h. Non-motorized transport (pedestian dan jalur sepeda)
7. Pembangunan KA listrik (railway electrification);
a. Pengembangan KA Perkotaan Bandung (jalur ganda elektrifikasi, pengadaan
KRL)
b. Pembangunan double-double track Manggarai-Cikarang, DKI Jakarta
c. Pengadaan Kereta Api Listrik (KRL)
d. Pembangunan jalur KA Bandara Soekarno-Hatta
8. Pengembangan sistem transportasi masal perkotaan, seperti Bus Rapid Transit (BRT), Mass
Rapid Transit (MRT) dan pembangunan monorail Jakarta

Rencana aksi tersebut didukung oleh kegiatan :


1. Monitoring pasokan gas bumi untuk konsumen hulu, dan penyiapan rekomendasi alokasi
gas bumi
2. Pemantauan implementasi kebijakan pengurangan volume pembakaran gas flare
3. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi
4. Penyediaan 50 regulasi panas bumi dan air tanah
5. Penyusunan klasifikasi data potensi dan cadangan panas bumi untuk ketenagalistrikan
dan pemanfaatan langsung energi panas bumi
6. Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi
7. Penetapan prosentase penggunaan BBN dalam pemakaian bahan bakar total
8. Penetapan prosentase pengalihan pemakaian minyak tanah ke LPG
9. Penelitian sistem pembangkit listrik tenaga gelombang dan arus laut
10. Pengujian seluruh kendaraan bermotor termasuk kendaraan pribadi dan sepeda motor
11. Penetapan standar emisi CO2 untuk mobil penumpang
12. Penetapan standar emisi CO2 untuk sepeda motor
13. Pengembangan sistem logistik modern
14. Car Labelling (pemasangan label emisi pada kendaraan)
15. Melaksanakan pembatasan kecepatan pada jalan tol
16. Pengaturan pajak dan harga bahan bakar
17. Pengaturan pajak kendaraan (berdasarkan emisi CO2)
18. Peningkatan kualitas kebersihan daratan dan perairan kolam pelabuhan dari sampah,
sanitary dan B3 (termasuk minyak)
19. Peningkatan kebersihan, keteduhan dan keasrian lingkungan dalam kawasan pelabuhan

- 43 -

20. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan kawasan pelabuhan


21. Implementasi eco-airport
22. Penelitian sistem pembangkit listrik tenaga gelombang dan arus laut
23. Penanaman pohon di sepanjang jalan
24. Pembangunan/peningkatan dan preservasi jalan

4.2.4 Bidang Industri


Industri merupakan sektor penyumbang emisi GRK yang berasal dari 3 sumber (IPCC) yaitu dari
penggunaan energi, proses produksi dan limbah. Industri mengkonsumsi energi sebesar 47.2%
dari seluruh total konsumsi energi final dalam tahun 2008 (Pusdatin ESDM 2008). Dalam tahun
2000 emisi GRK yang dihasilkan oleh industri manufaktur dari penggunaan energinya
merupakan sumber terbesar ke-9 dari total emisi GRK di Indonesia (diluar emisi dari sektor
LULUCF).

Indonesia merupakan produser semen terbesar ke-10 di dunia (tahun 2005) dan memproduksi 37
juta ton semen per tahun. Industri semen merupakan sumber emisi GRK terbesar dari sub-
sektor industri karena menghasilkan GRK dari 2 sumber yaitu penggunaan energi dan proses
kalsinasi dalam produksinya dan merupakan sumber emisi terbesar ke-10 dari sumber emisi GRK
Indonesia (SNC, 2009) diluar emisi dari Land Use Change and Forestry (LUCF).

Berdasarkan Keputusan Presiden no. 28/2008 sasaran kebijakan nasional untuk pertumbuhan
ekonomi bidang industri ditetapkan menjadi 7.5% pada 2025, sedangkan pihak perusahaan
semen memperkirakan pertumbuhan industri semen sebesar 5% - 8% p.a. pada 2025.
Pemerintah Indonesia memprediksikan bahwa GDP akan tumbuh sebesar 7% pertahun. Secara
umum industri semen Indonesia mempunyai intensitas emisi GRK sebesar 0,833 ton CO2/ton
semen dan rasio rerata clinker-semen diambil 0.90t clinker/t semen (2008). Di akhir September
2009, Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan keputusan bahwa pengurangan emisi GRK
dari industri semen merupakan prioritas bagi bidang industri dalam 20 tahun ke depan.

4.2.4.1 Arah Kebijakan


Kebijakan bidang industri dalam rangka mendukung mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan
mengarahkan agar sektor industri besar seperti semen, baja, pulp dan kertas, tekstil, dan lain-lain
dapat melakukan program penurunan emisi GRK secara bertahap melalui 3 program yaitu

- 44 -

melakukan efisiensi energi dengan menggunakan teknologi mesin yang lebih efisien,
menggunakan bahan bakar alternatif, dan melakukan efisiensi dalam proses produksi.

4.2.4.2 Rencana Aksi


Rencana Aksi Nasional di bidang industri disusun berdasarkan RPJMN 2010-2014, RPJPN 2005-
2025 dan usulan dari K/L terkait serta perhitungan target penurunan emisi GRK bidang industri
sebesar 0.001 giga ton CO2e pada tahun 2020 dengan melakukan kegiatan pada efisiensi energi
dan penggunaan energi baru dan terbarukan. Dalam bidang ini pemerintah lebih banyak berperan
sebagai fasilitator dimana investasi penurunan emisi GRK lebih banyak dilakukan oleh pihak
swasta.

Untuk itu, rencana aksi di bidang industri difokuskan pada industri semen dan baja dengan
kegiatan:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengurangan emisi CO2 di industri semen dan baja ;
2. Fasilitasi dan insentif pengembangan teknologi low carbon dan ramah lingkungan di
industri semen dan baja di 25 perusahaan industri;
3. Konservasi dan Audit Energi industri semen dan baja pada 50 perusahaan industri

Rencana aksi tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


1. Penyusunan dan pengembangan roadmap/peta jalan Green Industry dan
implementasinya
2. Peningkatan capacity building bagi aparat pemerintah dan pelaku industri
3. Fasilitasi dan pemberian insentif untuk penumbuhan industri pengelolaan limbah industri
4. Implementasi standard of EURO IV untuk kendaraan bermotor baru
5. Inventori potensi emisi CO2 pada sektor industri
6. Pemantauan dan evaluasi program mitigasi pada 50 perusahaan per tahun
7. Program konservasi dan audit energi
8. Penyusunan roadmap emisi CO2 sektor industri

4.2.5 Pengelolaan Limbah


Penduduk Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 218,8 juta (BPS, 2006) dan tingkat produksi
sampah adalah sebesar 0,6 kg/orang/hari untuk daerah perkotaan dan 0,3 kg/orang/hari untuk

- 45 -

daerah perdesaan. Jumlah sampah dari rumah tangga mencapai 33,5 juta ton per tahun dengan
proporsi sampah di perkotaan sebesar 50% dikelola oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan
sebagian besar lainnya dikelola oleh masyarakat sendiri melalui komposting, pembakaran sampah,
open dumping dan penimbunan sampah (dikubur). Sebagian kecil lainnya (1%) dibuang ke sungai
atau tempat-tempat lainnya. Sedangkan di daerah perdesaan, hanya 20% sampah yang dikelola
oleh pemerintah daerah, 80% lainnya dikelola oleh masyarakat sendiri.

Pada kegiatan pengelolaan limbah sampah terdapat 4 komponen kegiatan utama yaitu reduksi
sampah yang dilakukan melalui penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), transportasi/pengangkutan
sampah, pemrosesan akhir, serta kegiatan pengelolaan sampah lainnya. Penyusunan RAN-GRK
untuk menghitung penurunan emisi dilakukan dengan beberapa asumsi kondisi tanpa Rencana
Aksi adalah sebagai berikut:

1. Transportasi/pengangkutan sampah pada tahun 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%


dengan peningkatan sebesar 2,5% per tahun
2. Reduksi sampah tidak terjadi, timbulan sampah perkotaan meningkat dari 0,6
kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,2 kg/orang/hari tahun 2030 dan untuk sampah
perdesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,55 kg/orang/hari
3. Timbulan sampah yang dibuang di lokasi open dumping sebesar 45% dan tidak ada
konversi dari open dumping menjadi controlled atau sanitary landfill

Emisi GRK dari bidang limbah (limbah cair domestik dan sampah rumah tangga) sendiri pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar 34.987 ribu ton CO2e, dan diperkirakan akan terus meningkat
dengan kondisi tanpa Rencana Aksi (BAU) hingga 52.381 ribu ton CO2e pada tahun 2020.

4.2.5.1 Arah Kebijakan


Kebijakan pengelolaan limbah sampah dalam rangka mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan
pengelolaan sampah dengan penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), fasilitasi prasarana
pengumpulan/pengangkutan sampah, pembangunan/ peningkatan Tempat Pemrosesan akhir
(TPA) sampah menjadi sanitary landfill dan juga pengembangan TPA yang terpadu dengan
teknologi pemanfaatan GRK untuk energi. Sementara dalam pengelolaan limbah cair domestik
dilakukan melalui pembangunan dan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana air limbah
terpadu terutama bagi kawasan perkotaan.,

- 46 -

4.2.5.2 Rencana Aksi


Rencana Aksi Nasional di bidang limbah disusun berdasarkan RPJMN 2010-2014, RPJPN 2005-
2025 dan usulan dari K/L terkait serta perhitungan target penurunan emisi GRK bidang limbah
sebesar 0.048 Giga Ton CO2 pada tahun 2020 dengan penekanan kegiatan pada pengelolaan
sampah dengan 3R.

Rencana Aksi di bidang limbah difokuskan pada kegiatan:


1. Pembangunan/peningkatan sarana dan prasarana air limbah dengan sistem off site dan on
site untuk 16 kota (off-site) dan 11.000 lokasi (on-site) hingga tahun 2020 yang melayani
hingga 70% penduduk
2. Pembangunan/ peningkatan TPA dan pengelolaan sampah terpadu 3R di 240 kota
3. Pemanfaatan limbah hasil pembukaan lahan sebesar 1800 Ha untuk bahan pembuatan
kompos, arang dan briket arang yang akan dilakukan di Jambi, Sumatera Selatan dan
Kalimantan Timur.

Rencana Aksi ini didukung oleh kegiatan:


1. Inventarisasi GRK khususnya di bidang limbah yang akan dilakukan dalam 372 kota
selama 5 tahun
2. Pengawasan kegiatan pembakaran terbuka sampah di 372 kota selama 10 tahun
3. Peningkatan kapasitas pengelolaan persampahan untuk 150 kab/kota, meliputi
penyusunan NSPK pengembangan pengelolaan persampahan, pendampingan
penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang berkaitan dengan pengelolaan
persampahan, pembinaan kelembagaan dalam rangka meningkatkan kemampuan
pengelola persampahan.

5. PENDANAAN
Komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sebesar 26% secara BAU pada tahun
2020 tidak terlepas dari kemampuan pemerintah untuk memobilisasi sumber pendanaan dalam
negeri untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan dalam mendukung komitmen tersebut.
Sementara itu, pencapaian komitmen tambahan pengurangan emisi karbon hingga 41% dari
BAU memerlukan mobilisasi pendanaan yang bersumber dari luar negeri.

- 47 -

Mobilisasi sumber pendanaan tersebut didasarkan pada kebutuhan penurunan emisi gas rumah
kaca melalui kegiatan yang mendukung seperti telah diidentifikasi sebelumnya. Bab ini akan
membahas mengenai kebijakan pendanaan secara umum, pemenuhan kebutuhan pendanaan,
serta sumber dan mekanisme pembiayaan kegiatan tersebut.

5.1 Kebijakan Pendanaan


Kebijakan pendanaan untuk mendukung komitmen penurunan emisi gas rumah kaca secara
sukarela merupakan bagian dari kebijakan yang telah ditetapkan dalam menghadapi perubahan
iklim seperti yang diamanatkan di dalam RPJMN 2010-2014. Di dalam perencanaan jangka
menengah, isu perubahan iklim telah mendapatkan prioritas pendanaan melalui mekanisme
APBN. Sementara itu, untuk membantu komitmen 41%, kebijakan pendanaan diarahkan untuk
memanfaatkan sumber dana yang disalurkan baik melalui mekanisme UNFCCC maupun di luar
mekanisme UNFCCC (melalui kerja sama bilateral dan multilateral). Untuk aksi mitigasi di atas
target 41%, pendanaannya dapat menggunakan skema pasar karbon.

Di samping itu, kebijakan pendanaan perubahan iklim tidak hanya dari segi pembiayaan kegiatan,
tetapi juga dapat dilakukan dari segi kebijakan fiskal yang mendorong penurunan emisi GRK
dengan memberikan nilai terhadap karbon. Hal ini dipandang sebagai upaya kebijakan perubahan
iklim yang biayanya rendah dan menghasilkan revenue untuk jangka panjang. Kebijakan fiskal ini
dapat berupa (1) penjualan hak mengemisi (emission trading) dan (2) pajak karbon (carbon tax/levy).
Pada kebijakan pertama, pemerintah menetapkan besarnya emisi GRK yang diperkirakan akan
terjadi dan menjual hak membuang emisi kepada pihak-pihak tertentu. Sementara pada kebijakan
kedua, pemerintah menetapkan besarnya harga setiap emisi karbon beserta pajaknya.

5.2 Sumber Pendanaan


Pendanaan kegiatan penurunan emisi GRK dipenuhi dengan sumber dari dalam dan luar negeri.
Pendanaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama dalam pendanaan RAN bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan rancangan RPJMN 2010-2014.
Meskipun demikian, komitmen 26% yang dilakukan dengan upaya sendiri (unilateral) tidak hanya
meliputi pendanaan pemerintah pusat, melainkan termasuk sumber pendanaan dalam negeri
lainnya, seperti APBD, hutang pemerintah, investasi swasta (perbankan dan non-perbankan),
dan corporate social responsibility (CSR).

Beberapa sumber pendanaan terkait penurunan emaisi GRK di antaranya adalah:

- 48 -

1. APBN
a. Rupiah Murni
b. Hibah Luar dan Dalam Negeri
c. Pinjaman Luar Negeri
d. Debt to Nature Swap
e. Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)
f. Green Fund
2. Swasta Dalam Negeri
a. Perbankan
b. Non-Bank
c. Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Dana Internasional (Global Fund)
a. Global Environment Fund
b. Copenhagen Green Climate Fund
c. Skema Fund lainnya yang dikembangkan di forum-forum internasional

- 49 -

Tabel 5.1 Perkiraan sumber pendanaan untuk penanganan perubahan iklim di


Indonesia
Sumber Dana Pelaksana Mekanisme Jumlah Potensi Jumlah Sektor
Pendanaan sd 2009
Rupiah Murni Pemerintah APBN 1,7 Triliun Rupiah Sesuai RPJMN 2010- Mitigation dan Adaptation
2014
Loan Pemerintah APBN Jepang USD 400 Masuk ke dalam Mitigation dan Adaptation
Juta, Perancis USD resource envelope K/L
300 juta
Debt to Nature Swap Pemerintah APBN US USD 19,6 juta EUR 20 Juta dari Kehutanan dan Konservasi
Pemerintah Jerman energi
Jerman EUR 25 Juta

Green Economy (BKF) Pemerintah APBN Kebijakan Fiskal

Green Fund (PIP MoF) Swasta APBN 500 milyar 1 triliun 500 milyar 1 triliun Dana bergulir
APBN

Rupiah Rupiah

Grant Pemerintah dan


Swasta

Bilateral/Multilateral Pemerintah APBN Sesuai dengan perjanjian


dan/atau Swasta hibah

ICCTF Pemerintah dan APBN DFiD GBP 10 Juta Jerman 10 juta Euro Dana inovasi
Swasta (melalui
pemerintah)
Ausaid AUD 2 Juta Belanda 40 juta Euro Dana transformasi (bergulir)
DFiD GBP 50 Juta

Perbankan Swasta Mengikuti mekanisme Dana Investasi


SWASTA DALAM

pasar
NEGERI

Non-Perbankan Swasta Mengikuti mekanisme Dana Investasi


pasar
CSR Swasta Swasta Mitigasi dan Adaptasi

Global Environment Facility US$ 90 Juta melalui


SCCF
Global Fund

Copenhagen Green Climate Pemerintah dan UNFCCC - none - USD 30 Miliar (2012) Mitigasi dan Adaptasi
Fund Swasta (NGO)
USD 100 Miliar (2020)

1. Sumber Dana APBN


Sumber pendanaan terkait APBN dapat berupa rupiah murni maupun PHLN. Berdasarkan
perencanaan di dalam RPJM 2010-2014 perkiraan resource envelope untuk 2010-2014 terkait
penurunan emisi GRK yang tersedia adalah sekitar Rp37,889 triliun (Buku 2 Bab I Lintas Bidang
Perubahan Iklim Kelompok Mitigasi). Melalui komitmen yang sama, pada periode 2015-2020,
pemerintah perlu menyediakan resource envelope yang cukup untuk mencapai penurunan 26%.

Pinjaman luar negeri mengikuti mekanisme yang telah diatur di dalam peraturan yang sama
seperti dalam pengelolaan hibah luar negeri. Sampai tahun 2009, pinjaman luar negeri yang telah
diterima dalam bentuk program loan untuk perubahan iklim adalah dari Pemerintah Jepang sebesar

- 50 -

US$400 juta dan Pemerintah Perancis sebesar US$300 juta. Dalam pemanfaatan sumber ini perlu
dipertimbangkan kondisi persyaratan yang ditetapkan oleh peminjam sehingga dapat mengurangi
resiko pinjaman dan biayai pinjaman (cost of borrowing). Debt to nature swap (DNS) merupakan salah
satu sumber dana yang sudah digunakan untuk membiayai pengelolaan lingkungan. Debt swap
yang telah diimplementasikan antara lain dengan Pemerintah Amerika Serikat yaitu sekitar USD
19,5 juta untuk membiayai rehabilitasi hutan. Selain itu, DNS telah diberikan oleh pemerintah
Jerman sebesar Euro 25 juta dan sekitar Euro 20 juta untuk komitmen baru. DNS diharapkan
terus berkembang di tahun-tahun mendatang, yaitu periode 2010-2014 dan 2015-2020, dan
dapat diarahkan untuk mengatasi perubahan iklim.

Hibah luar negeri merupakan sumber pendanaan yang memiliki resiko relatif rendah. Hibah luar
negeri yang telah terkumpul untuk membiayai penanganan perubahan iklim ini antara lain dari
Pemerintah Inggris (GBP 10 juta) dan Pemerintah Australia (AUD 2 juta). Sementara itu,
berbagai potensi hibah luar negeri datang dari Pemerintah Jerman dan Pemerintah Belanda
dengan total jumlah sekitar Euro 50 juta. Kedua pemerintah tersebut masih menunggu
terbentuknya trustee nasional yang mengelola trust fund khusus untuk perubahan iklim (ICCTF).
Hibah lain yang dapat dimanfaatkan untuk perubahan iklim adalah MCC, Millenium Challenge
Corporation. Hibah dari MCC bersifat competitif dan lebih banyak untuk mengurangi kemiskinan.
Oleh karena itu, hibah dari MCC harus diarahkan untuk mengurangi dampak akibat perubahan
iklim terutama di kantong-kantong kemiskinan (adaptasi) atau pengembangan teknonologi atau
sarana/prasarana ramah lingkungan yang dapat dipakai oleh masyarakat miskin.

Hibah dalam negeri dapat menjadi sumber dana yang berpotensi untuk menangani perubahan
iklim ini. Hibah dalam negeri yang dikelola pemerintah dapat mengikuti mekanisme yang selaras
dengan hibah dari luar negeri. Karena sifatnya hibah, pengaturan tersebut diharapkan tidak
memberikan terlalu banyak hambatan kepada pemberi hibah dalam penyalurannya.

- 51 -

Gambar 5.1 Sumber Pendanaan APBN

2. Swasta Dalam Negeri


Sumber dana swasta dalam negeri dapat diidentifikasi untuk mendukung sumber pendanaan yang
berasal dari pemerintah. Beberapa sumber dana swasta dalam negeri yang dapat diharapkan dapat
membiayai kegiatan menurunkan emisi GRK, baik dari perbankan, non-perbankan dan CSR.

Perbankan dapat dimobilisasi untuk membiayai investasi swasta dengan financial returns yang
menguntungkan. Dana perbankan yang dapat dimobilisasi dapat berupa perbankan umum
maupun perbankan syariah. Untuk itu, perlu diterapkan kebijakan pemerintah yang memberikan
insentif bagi lembaga perbankan yang memberikan pinjaman lunak kepada industri yang
menerapkan teknologi hijau atau mendukung penurunan emisi gas rumah kaca. Dalam hal ini,
koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia diperlukan dalam menyusun kebijakan
strategis perbankan.

Non-perbankan terdiri dari sumber dana dari pasar modal dalam negeri, asuransi, lembaga
pembiayaan, maupun lembaga pensiun. Kriteria kegiatan yang dapat dibiayai relatif sama dengan
kegiatan yang dibiayai oleh perbankan, yaitu memiliki financial returns yang tinggi. Sama halnya
dengan lembaga perbankan, perlu ada koordinasi pihak terkait untuk menerapkan kebijakan

- 52 -

insentif yang tepat bagi penggunaan sumber dana dari lembaga non-bank untuk menerapkan
teknologi hijau.

Selain itu, potensi investasi swasta juga dapat dimanfaatkan melalui kebijakan insentif pada pihak
yang mendukung upaya mitigasi. Insentif dapat diberikan pada penggunaan energi yang efisien
dengan emisi karbon yang rendah, tetapi seringkali memerlukan pendanaan yang tidak sedikit
karena adanya kebutuhan teknologi rendah karbon. Potensi swasta yang dapat memanfaatkan
pasar karbon di sektor kehutanan juga mulai terbuka walaupun masih bersifat sukarela.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sukarela badan usaha untuk memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat sekitarnya. Karena sifatnya sukarela, pemerintah dapat
memberikan arahan agar penggunaan CSR dapat difokuskan kepada memberikan bantuan dalam
menangani dampak perubahan iklim. Sampai saat ini, potensi CSR diperkirakan akan besar
karena lebih banyak badan usaha yang tertarik untuk melaksanakan CSR di bidang lingkungan.

3. Sumber Dana Internasional


Sumber dana dari internasional lainnya secara luas dapat dipakai baik oleh pemerintah maupun
oleh pihak swasta. Pemakaian sumber ini sangat bergantung kepada mekanisme pengusulan yang
berlaku pada masing-masing institusi penyedia dana. Terkait perubahan iklim, mekanisme
UNFCCC membuka akses bagi negara-negara berkembang untuk mendapatkan dana dari
negara-negara maju. Global Environment Facility (GEF) ditunjuk sebagai lembaga yang mengelola
dana tersebut dan menyalurkannya melalui badan multilateral (Bank Dunia, UNDP, dan lain-lain)
yang bertindak sebagai trustee.

Dalam konteks negosiasi UNFCCC, sejak COP 13 di Bali upaya mitigasi perubahan iklim telah
memasukkan inisiatif Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) yang selanjutnya
telah berkembang menjadi REDD+. Negosiasi ini telah membuka jalan bagi tersedianya
dukungan pendanaan internasional bagi inisiatif REDD+ dan melahirkan kesempatan bagi
negara-negara berkembang untuk mengambil peluang pendanaan internasional tersebut,
termasuk Indonesia. Namun ada beberapa prakondisi yang harus dipenuhi untuk hal ini, di
antaranya kondisi yang mendukung investasi dan mekanisme berbasis kinerja yang efektif.

Terkait dengan Copenhagen Accord, diharapkan tersedia dana sekitar USD 30 Miliar hingga
2012 dan USD 100 Miliar sampai tahun 2020 yang dapat digunakan untuk dana adaptasi,

- 53 -

mitigasi, serta mekanisme dukungan transfer teknologi dan REDD+. Walaupun Copenhagen
Accord ini juga tidak mengikat, potensi pendanaan ini dapat dijajaki. Ke depan, di dunai
internasional diperkirakan akan ada beberapa mekanisme dan institusi baru untuk mendanai aksi
mitigasi perubahan iklim.

5.3 Mekanisme Pendanaan


Sumber dana dari APBN pada umumnya akan disalurkan melalui kementerian/lembaga
pemerintah, pemerintah pusat, maupun BUMN dengan mekanisme yang telah ditetapkan.
Meskipun demikian, sumber dana dari APBN dapat disalurkan kembali kepada pihak swasta
dengan mekanisme tertentu sesuai dengan jenis sumber dananya.

Pengaturan pengelolaan hibah yang diterima dari luar negeri diatur di dalam Peraturan
Pemerintah No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
Luar Negeri serta Penerusan PHLN dan Peraturan Menteri No. 05/2006 tentang Tata Cara
Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang dibiayai dari PHLN.

Mekanisme pendanaan melalui UNFCCC yang baru masih belum ditetapkan. Meskipun dalam
Copenhagen Accord dinyatakan akan adanya Copenhagen Green Climate Fund, belum ada
kesepakatan mengenai bentuk, mekanisme penyaluran, kriteria penerimaan dan sebagainya.

6. Mekanisme Monitoring, Evaluasi, Kaji Ulang dan Pelaporan

Dalam implementasi RAN-GRK akan dibuat mekanisme monitoring, evaluasi, pelaporan dan
kaji ulang yang merupakan bagian siklus penyusunan dan pemutakhiran RAN-GRK sesuai
dengan perkembangan terkini perubahan iklim di tingkat nasional dan global.

6.1 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Proses pemantauan dan evaluasi RAN-GRK diperlukan untuk memastikan pencapaian target
dan sasaran penurunan emisi yang telah ditetapkan. Proses pemantauan pelaksanaan kegiatan
RAN-GRK dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait dan secara berkala dilaporkan kepada
Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Lingkungan
Hidup.

- 54 -

Kementerian Perekonomian akan melakukan koordinasi dan pelaksanaan RAN GRK dengan
melibatkan para menteri dan gubernur yang terkait dengan upaya penurunan emisi GRK, serta
melaporkan pelaksanaan RAN GRK yang terintegrasi kepada Presiden paling sedikit satu tahun
sekali.

Kementerian Lingkungan Hidup bertugas mengkoordinasikan inventarisasi GRK serta


penyusunan pedoman dan metodologi MRV (Measurement, Reporting and Verification ) yang
dilakukan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

6.2 Mekanisme Kaji Ulang RAN-GRK

Penurunan GRK memerlukan basis dasar-dasar kajian yang komprehensif dengan


mempertimbangkan perkembangan dinamis yang terjadi secara global dan nasional. Selain itu
dengan adanya perkembangan iptek yang ada dimungkinkan adanya berbgai terobosan baru pada
masa mendatang yang dapat memberikan alternatif solusi terhadap pendekatan dan metodologi
perhitungan GRK serta pelaksanaan penurunan GRK. Untuk itu dokumen Rencana Aksi
Penurunan GRK dimungkinkan untuk diperbaharui berdasarkan perkembangan yang terjadi
serta berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara berkala.

Kementerian PPN/Bappenas akan melakukan proses evaluasi dan kaji ulang RAN GRK yang
terintegrasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan global terkini.
Rekomendasi Kaji Ulang terhadap RAN-GRK akan disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala
Bappenas kepada Menko Perekonomian yang selanjutnya akan menetapkan perubahan atas
Matriks Kegiatan RAN-GRK sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran Perpres RAN-GRK.

7. Penyusunan RAD-GRK

RAD-GRK disusun dengan mengacu kepada RAN-GRK berdasarkan pedoman penyusunan


RAD-GRK yang penyusunannya akan dikoordinasikan oleh Kementerian PPN/Bappenas yang
dikonsultasikan dengan Kementerian Dalam Negeri dan K/L lain terkait. Selain itu RAD-GRK
disusun berdasarkan prioritas pembangunan daerah serta kemampuan dan kapasitas daerah
masing-masing.

- 55 -

Sejalan dengan kaji ulang RAN-GRK, RAD-GRK juga dapat dikaji ulang untuk menyesuaikan
dengan perkembangan terkini. Kaji ulang RAD-GRK dikoordinasikan oleh SKPD yang ditunjuk
oleh masing-masing Gubernur/Kepala Daerah. Penetapan RAD-GRK dan Revisi RAD-GRK
dilakukan melalui Peraturan Gubernur dengan berkonsultasi dengan Kementerian
PPN/Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri. RAD-GRK harus telah ditetapkan dalam
jangka waktu satu tahun sejak ditetapkannya RAN-GRK, sedangkan proses kaji ulang dan revisi
RAD-GRK dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman.

Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dan kegiatan pemantauan pelaksanaan


RAD GRK kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk
diintegrasikan dalam upaya pencapaian target nasional penurunan emisi GRK secara berkala
sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan global terkini.

8. PENUTUP

Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang telah ditetapkan ini
merupakan acuan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pelaku ekonomi dan masyarakat
dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan/pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan
pengendalian kegiatan penurunan emisi GRK untuk menanggulangi perubahan iklim global.

9. LAMPIRAN

Matriks Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 2010-2020
o Kegiatan Inti
o Kegiatan Pendukung

BIDANG 1. KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT


Target Penurunan Emisi (26%) : 0,672 (Giga ton)
Target Penurunan Emisi (41%) : 1,039 (Giga ton)

Kebijakan yang Dilaksanakan untuk Menunjang RAN-GRK :
1. Menurunkan emisi GRK dengan sekaligus meningkatkan kenyamanan lingkungan, mencegah bencana, menyerap tenaga kerja, menambah
pendapatan masyarakat dan negara
2. Pengelolaan sistem jaringan dan tata air pada rawa
3. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan bergambut yang sudah ada)
4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian pada lahan gambut dengan emisi serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2
secara optimal

Strategi :
1. Menekan laju deforestasi dan degradasi hutan untuk menurunkan emisi GRK
2. Meningkatkan penanaman untuk meningkatkan penyerapan GRK
3. Meningkatkan upaya pengamanan kawasan hutan dari kebakaran dan pembalakan liar dan penerapan SFM
4. Melakukan perbaikan tata air (jaringan) dan blok-blok pembagi
5. Menstabilkan elevasi muka air pada jaringan
6. Optimalisiasi sumberdaya lahan dan air secara optimal tanpa melakukan deforestasi
7. Penerapan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian dengan emisi GRK serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara
optimal.

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
1. Rehabilitasi hutan
dan lahan kritis,
reklamasi hutan di
DAS prioritas Kementerian
a. Fasilitasi Penurunan 295.000 ha 2010-2014 31 provinsi 1.475,0 APBN Kehutanan (PJ)
rehabilitasi emisi: 10,826
LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
hutan juta ton CO2e
mangrove,
gambut dan
rawa
Penurunan 354.000 ha 2015-2020 31 provinsi 4.025,0 APBN Kementerian
emisi: 12,992 Kehutanan (PJ)
juta ton CO2e

2. Pengendalian Tata
Ruang
a. Penetapan Penurunan 400.000 ha 2010-2014 4 provinsi 28,87 APBN
wilayah KPHK emisi: 2,936 (Riau, Jambi,
juta ton CO2e Sumsel, Kalteng)

Kementerian
Penurunan 400.000 ha 2015-2020 4 provinsi 28,88 APBN Kehutanan
emisi: 2.936 (Riau, Jambi,
juta ton CO2e Sumsel, Kalteng)

3. Peningkatan
Pengelolaan Hutan
Alam Produksi

|RAN 57


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
a. Pengelolaan Penurunan 600 ha 2010-2014 4 provinsi PM PM Kementerian
LOA oleh emisi : 22.020 (Riau, Jambi, Kehutanan
IUPHHK pada Ton CO2e Sumsel, Kalteng)
lahan gambut

Penurunan 600 ha 2015-2020 4 provinsi 0.144 APBN dan Kementerian


emisi: 22.020 (Riau, Jambi, Pm Swasta Kehutanan
ton CO2e Sumsel, Kalteng)

b. Pengelolaan Penurunan 12 provinsi Kementerian


LOA oleh emisi: 2.7525 2.500.000 ha 2010-2014 (Jambi, Sumbar, PM PM Kehutanan
IUPHHK-RE juta ton CO2e Kalteng, Klbar,
Kalsel, Kaltim,
Sulbar, Sulteng,
Sultra, Sulut,
Gorontalo, Papua)

Penurunan 300.000 ha 2015-2020 4 provinsi PM PM Kementerian


emisi: 2.7525 (Riau, Jambi, Kehutanan

|RAN 58


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
juta ton CO2e Sumsel, Kalteng)

4. Penanganan Penurunan 20.000 ha 2010-2014 4 provinsi 30,0 APBN Kementerian


perambahan emisi : 734 (Riau, Jambi, Kehutanan
kawasan hutan ribu ton CO2e Sumsel, Kalteng)
lahan gambut

Penurunan 4 provinsi Kementerian


emisi: 734 20.000 ha 2015-2020 (Riau, Jambi, 30,0 Kehutanan
ribu ton CO2e Sumsel, Kalteng)
APBN

5. Pengendalian Penurunan 10.000 ha 2010-2014 4 provinsi 22,0 APBN Kementerian


Kebakaran Hutan emisi: 367 (Riau, Jambi, Kehutanan
ribu ton CO2e Sumsel, Kalteng)

Penurunan 10.000 ha 2015-2020 4 provinsi 22,0 APBN Kementerian


emisi :367 (Riau, Jambi, Kehutanan
ribu ton CO2e Sumsel, Kalteng)

|RAN 59


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
6. Demonstration Penurunan 100.000 ha 2010-2014 4 provinsi AUS$ 31,5 BLN Kementerian
Activities emisi 3,67 juta (Riau, Jambi, juta (Australia) Kehutanan
Ton CO2e Sumsel, Kalteng)

Penurunan 100.000 ha 2015-2020 4 provinsi AUS$ 31,5 BLN Kementerian


emisi: 3,670 (Riau, Jambi, juta (Australia) Kehutanan
juta ton CO2e Sumsel, Kalteng)

7. Pengendalian
Kerusakan
Ekosistem Gambut

Penyusunan
Pedoman:
a. Pedoman 1 (satu) buah 2010 - 0,5 APBN KLH
Inventarisasi pedoman
dan Pemetaan
Kesatuan
Hidrologis
Gambut

b. Pedoman 1 (satu) buah 2010 - 0,5 APBN KLH


|RAN 60


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Inventarisasi pedoman
Karakteristik
Ekosistem
Gambut

8. Penyusunan Kriteria baku 2010-2014 - 1,0 APBN KLH


Kriteria Baku kerusakan
Kerusakan kawasan
Ekosistem Gambut lindung kubah
gambut dan
kriteria baku
kerusakan
kawasan
budidaya
gambut

9. Penyusunan Master Tersusunnya 10 privinsi 2010-2015 Sumatera Utara, 10,0 APBN KLH
Plan Pengelolaan Master Plan di Riau, Jambi,
Ekosistem Gambut Wilayah Sumatera Selatan,
Provinsi. (bahan Provinsi Kalimantan Tengah,
masukan RTRWP) Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur,

|RAN 61


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
dan Papua, Papua
Barat

10. Inventarisasi dan Peta Kesatuan 20 Juta Ha 2010-2014 10 Provinsi 12,0 APBN KLH
pemetaan kesatuan Hidrologis (Sumatera Utara,
hidrologis Gambut Riau, Jambi,
ekosistem gambut dengan skala Sumatera Selatan,
sekurang- Kalimantan Tengah,
kurangnya 1 : Kalimantan Barat,
250.000 Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur,
Papua dan Papua
Barat)

11. Inventarisasi dan Dokumen 20 Juta Ha 2010-2014 10 Provinsi 345 APBN KLH
pemetaan data dan (Sumatera Utara,
karakteristik informasi Riau, Jambi,
ekosistem gambut. Karakteristik Sumatera Selatan,
Ekosistem Kalimantan Tengah,
Gambuit Kalimantan Barat,
Peta Kalimantan Selatan,
Karakteristik Kalimantan Timur,

|RAN 62


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Gambut Papua, dan Papua
dengan skala Barat)
1 : 100.000
12. Peningkatan, Rencana Pembangun- 2010-2014 Provinsi Aceh, 60,0 APBN Ditjen. Sumber Logical
rehabilitasi dan penurunan an/pening- Sumut, Riau, Daya Air, framework :
pemeliharaan emisi CO2 katan Sumbar, Jambi, Kementerian PU Kegiatan
jaringan reklamasi masih dalam jaringan Bengkulu, Sumsel, peningkatan,
rawa (termasuk proses reklamasi Babel, Lampung, rehabilitasi dan
lahan bergambut perhitungan. rawa (pada Banten, Jabar, pemeliharaan
yang sudah ada). umumnya Jateng, Jatim, jaringan
lahan Kalbar, Kalteng, reklamasi rawa
bergambut) Kalsel, Kaltim, diharapkan
seluas Gorontalo dapat
10.000 Ha memperbaiki
Rehabilitasi sistem aliran
jaringan air pada
reklamasi 1.700,0 saluran rawa
rawa (pada (termasuk
umumnya lahan
lahan bergambut),
bergambut) yang dapat
seluas turut
450.000 Ha memberikan

|RAN 63


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Operasi & kontribusi
pemeliharaa terhadap
n jaringan 1.000,0 pengurangan
reklamasi emisi karbon.
rawa (pada Pembangunan/
umumnya peningkatan
lahan jaringan
bergambut) reklamasi rawa
seluas 1,2 dan bangunan
juta Ha air (pintu air)
bertujuan
untuk menjaga
stabilisasi
Total : muka air
2.760,0 sehingga emisi
dapat ditekan &
dihambat.
Rehabilitasi
jaringan
reklamasi rawa
akan
mengembalika
n jaringan pada

|RAN 64


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
fungsi semula
sehingga
terbentuk
sirkulasi air
yang baik &
menghindarkan
water logging
(penimbunan
air).

Policy
framework:
Regulasi dari
pemerintah
daerah untuk
melakukan
percepatan
RTRW
Pendanaan
Peningkatan
kapasitas
masyarakat
terhadap

|RAN 65


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
pengelolaan
jaringan
reklamasi rawa
(lahan
bergambut).

13. Percepatan 31 Perda 2010-2014 31 provinsi 279,5 APBN Ditjen. Penataan Dalam rangka
Penetapan Provinsi dan 497 Kab/Kota Ruang, mendukung
Perda RTRW 497 Kab/Kota Kementerian program-program
Provinsi dan Pekerjaan Umum penurunan emisi
Kabupaten/Kota GRK
berbasis Kajian
Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)

14. Pengelolaan lahan Pengemba- 325.000 ha 2010-2020 Aceh, Sumut, Riau, 20102014: APBN Kementerian Pengelolaan
gambut untuk ngan Jambi, Sumsel, 2.300,0 Pertanian lahan dengan
pertanian Pengelolaan Sumbar, Lampung, mempertahank
berkelanjutan Lahan Kalbar, Kalsel, 2015-2020 : an tinggi muka
Pertanian Kaltim, dan Kalteng, 2.400,0 air tanah,
Penelitian teknologi
dan pengelolaan
Pengembang lahan,

|RAN 66


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
an Sumber penambahan
Daya lahan bahan
Dukungan amelioran,
Perlindung- kompos, pupuk
an kandang dan
Perkebunan teknologi
dan lainnya
Penanganan Fasilitasi
Gangguan pengendalian
Usaha kebakaran
Perkebunan lahan, dan
Target insentif bagi
penurunan petani yang
emisi : menerapkan
103,975 penyiapan
juta Ton lahan tanpa
CO2e/ 10 bakar
tahun

|RAN 67


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
15. Rehabilitasi, Dukungan 8 kegiatan 2010-2020 Riau, Jambi, 20102014: APBN Kementerian Perbaikan
reklamasi dan Perlindung- (250.000 ha) Sumsel, Sumbar, 600,0 Pertanian kondisi bio-fisik
revitalisasi lahan an Kalbar, Kalsel, lahan gambut
gambut terlantar, Perkebunan Kaltim, dan Kalteng 2015-2020 : terlantar/terde-
terdegradasi, pada dan 600,0 gradasi pada
areal pertanian Penanganan areal dan calon
Gangguan areal pertanian
Usaha dan penanaman
Perkebunan dalam rangka
Penguatan meningkatkan
perlindunga kapasitas
n Tanaman absorpsi karbon
Pangan dari (C) dan
Gangguan menurunkan
OPT dan emisi GRK
DFI
Target
penurunan
emisi :
100,75 juta
Ton CO2/ 10
tahun

|RAN 68


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
16. Rehabilitasi 6.800 APBN Dephut, Dirjen
hutan dan lahan RLPS (PJ)
kritis, reklamasi
hutan di DAS
prioritas

16.a Fasilitasi dan Penurunan 800.000 ha 2010-2014 33 provinsi 4.000,0 APBN Kementerian
pelaksanaan emisi: 29,36 Kehutanan
rehabilitasi hutan juta ton CO2e
pada DAS prioritas
Penurunan 325.000 ha 2015-2020 33 provinsi 4.875,0 APBN Kementerian
emisi: 11,9275 Kehutanan
juta ton CO2e

16.b Fasilitasi Penurunan 500.000 ha 2010-2014 33 provinsi 2.000 APBN Kementerian


rehabilitasi lahan emisi: 18,35 Kehutanan
kritis pada DAS juta ton CO2e
prioritas
Penurunan 610.000 ha 2015-2020 33 provinsi 2.440,0 APBN Kementerian
emisi: 22,387 Kehutanan
juta ton CO2e

|RAN 69


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
16.c Fasilitasi Penurunan 5.000 ha 2010-2014 33 provinsi 350 APBN Kementerian
pengembangan emisi: Kehutanan
hutan kota 183.500 ton
CO2e

Penurunan 5.000 ha 2015-2020 33 provinsi 350 APBN Kementerian


emisi: Kehutanan
183.500 ton
CO2e

16.d Konservasi hutan Penurunan 6.000 ha 2010-2014 6 provinsi 300 APBN Kemenhut (PJ)
dan/lahan rawan emisi: (Sumut, Jambi, Pelaksana KLH
terbakar melalui 220.200 ton Riau, Sumsel,
pemberian insentif CO2e Kalteng, Kalbar)
kepada masyarakat
Penurunan 6.000 ha 2015-2020 6 provinsi 300 APBN Kemenhut (PJ)
emisi : (Sumut, Jambi, Pelaksana KLH
219.800 ton Riau, Sumsel,
CO2e Kalteng, Kalbar)

16.e Rehabilitasi lahan Penurunan 2.500 ha 2010-2014 6 provinsi 150 APBN Kemenhut (PJ)
|RAN 70


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
rusak rawan emisi: 91.750 (Sumut, Jambi, Pelaksana KLH
terbakar melalui ton CO2e Riau, Sumsel,
penanaman Kalteng, Kalbar)
tanaman kayu
Penurunan 2.500 ha 2015-2020 6 provinsi 150 APBN Kemenhut (PJ)
emisi : 91.750 (Sumut, Jambi, Pelaksana KLH
ton CO2e Riau, Sumsel,
Kalteng, Kalbar)

17. Pengembangan 29.051,0 APBN DirJen RLPS


perhutanan (PJ)
sosial

17.a Fasilitasi penetapan Penurunan 2.000.000 ha 2010-2014 24 provinsi 4.600,0 APBN dan Kemenhut (PJ)
areal kerja dan emisi: 73,4 Pm masyarakat
pengelolaan hutan juta ton CO2e
kemasyarakatan
(HKm) Penurunan 2.400.000 ha 2015-2020 24 provinsi 12.600,0 APBN dan Kemenhut (PJ)
emisi : 88,08 Pm masyarakat
juta ton CO2e

|RAN 71


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
17.b Fasilitasi Penurunan 250.000 ha 2010-2014 11 provinsi 250,0 APBN dan Kemenhut (PJ)
pembangunan emisi: 9,175 Pm masyarakat
hutan rakyat juta ton CO2e
kemitraan

Penurunan 300.000 ha 2015-2020 11 provinsi 350,0 APBN dan Kemenhut (PJ)


emisi : 11,01 Pm masyarakat
juta CO2e

17.c Fasilitasi penetapan Penurunan 500.000 ha 2010-2014 20 provinsi 1.250,0 APBN dan Kemenhut (PJ)
areal kerja hutan emisi: 18,35 masyarakat
desa juta ton CO2e

Penurunan 600.000 ha 2015-2020 20 provinsi 4.250,0 APBN dan Kemenhut (PJ)


emisi : 22,02 masyarakat
juta ton CO2e

18. Pengendalian Penurunan 50% 2010-2014 Seluruh Indonesia 77,0 APBN Kemenhut (PJ)
kebakaran hutan emisi: Penurunan
21.772.275 ton luas hutan
CO2e yang terbakar
(35.000 ha)

|RAN 72


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA

Penurunan 50% 2015-2020 Seluruh Indonesia 23,0 APBN Kemenhut (PJ)


emisi : Penurunan
9.316.725 ton luas hutan
CO2e yang terbakar
(64.954 ha)

19. Pemberantasan Penurunan 750.000 m3 2010-2014 10 Provinsi Rawan 1.000,0 APBN Kemenhut (PJ)
illegal logging - emisi: Illegal Logging
Pencegahan 2.298.338 ton
kehilangan kayu CO2e

Penurunan 830.000 m3 2015-2020 10 Provinsi Rawan 1.000,0 APBN Kemenhut (PJ)


emisi : Illegal Logging
2.543.643ton
CO2e

20. Penanganan Penurunan 80.000 ha 2010-2014 Prov. Sumut, Riau, 120,0 APBN Kemenhut (PJ)
Perambahan Hutan emisi: (12 provinsi Jambi, Sumsel,
dan Penanganan 41.501.413 ton prioritas) Sumbar, Lampung,
Konflik Kawasan CO2e Kaltim, Kalteng,
Lindung dan kalsel, Kalbar, Sultra
Konservasi dan Sulteng

|RAN 73


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA

Penurunan 118.391 ha 2015-2020 Prov. Sumut, Riau, 180,0 APBN


emisi : (12 provinsi Jambi, Sumsel, Kemenhut (PJ)
34.584.511 ton prioritas) Sumbar, Lampung,
CO2e Kaltim, Kalteng,
kalsel, Kalbar, Sultra
dan Sulteng

21. Peningkatan
Kesatuan
Pengelolaan Hutan
a. Penetapan Penurunan 28 provinsi 2010-2014 Luar Jawa 150,0 APBN Kemenhut (PJ)
wilayah KPHP emisi: (50%
10.276.000 terbentuk)
ton CO2e

Penurunan 28 provinsi 2015-2020 Luar Jawa 150,0 APBN Kemenhut (PJ)


emisi : (50%
10.276.000 terbentuk)
ton CO2e

|RAN 74


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Kemenhut (PJ)
b. Penetapan Penurunan 29 provinsi 2010-2014 Seluruh Indonesia 150,0 APBN
wilayah KPHK emisi: (50%
10.643.000 terbentuk)
ton CO2e
Kemenhut (PJ)
Penurunan 33 provinsi 2015-2020 Seluruh Indonesia 150,0 APBN
emisi : (50%
13.579.000 terbentuk)
ton CO2e
Kemenhut (PJ)
c. Penetapan Penurunan 28 provinsi 2010-2014 Luar Jawa 100,0 APBN
KPHL emisi: (50%
10.276.000 terbentuk)
ton CO2e
Kemenhut (PJ)
Penurunan 28 provinsi 2015-2020 Luar Jawa 100,0 APBN
emisi : (50%
10.276.000 terbentuk)
ton CO2e

22. Peningkatan Penurunan 2.500.000 ha 2010-2014 11 Provinsi (Jambi, 528,0 APBN Kemenhut (PJ)
Pengelolaan Hutan emisi: Sumsel, Kalteng,

|RAN 75


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Alam Produksi 52.756.250 Kalsel, Kalbar,
Melalui SFM ton CO2e Kaltim, Sulut,
a. Pengelolaan Sulteng, Sultra,
Hutan Alam Sulbar, Gorontalo)
dengan
IUPHHK-RE Penurunan 3.250.000 ha 2015-2020 11 Provinsi (Jambi, 48,0 APBN Kemenhut (PJ)
emisi : Sumsel, Kalteng,
49.959.710 ton Kalsel, Kalbar,
CO2e Kaltim, Sulut,
Sulteng, Sultra,
Sulbar, Gorontalo)

23. Peningkatan Penurunan 2.650.000 ha 2010-2014 19 Provinsi (Sumut, 150,0 APBN Kemenhut (PJ)
Pengelolaan Hutan emisi: Sumbar, Riau, Pm Swasta/
Tanaman : 97.255.000 Jambi, Sumsel, Masyarakat
a. Penambahan ton CO2e Lampung, DIY,
Areal Tanaman NTT, Kaltim, Kalsel,
HT (HTI/ Kalteng, Kalbar,
HTR) Sulut, Sultra, Sulsel,
Maluku, Malut,
Papua)

|RAN 76


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(miliar) PELAKSANA
Penurunan 3.150.000 ha 2015-2020 19 Provinsi (Sumut, 150 APBN Kemenhut (PJ)
emisi : Sumbar, Riau, Pm Swasta/
115.635.000 Jambi, Sumsel, Masyarakat
ton CO2e Lampung, DIY,
NTT, Kaltim, Kalsel,
Kalteng, Kalbar,
Sulut, Sultra, Sulsel,
Maluku, Malut,
Papua)

|RAN 77


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIDANG 2. PERTANIAN
Target Penurunan Emisi (26%) : 155,2 (Kilo ton)
Target Penurunan Emisi (41%) :

Kebijakan yang Dilakukan untuk Menunjang RAN-GRK :
1. Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional dan Peningkatan Produksi Pertanian dengan Emisi GRK yang rendah
2. Perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi

Strategi :
1. Optimalisasi sumber daya lahan dan air secara optimal
2. Penerapan teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian dengan emisi GRK serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2 secara optimal
3. Menstabilkan elevasi muka air pada jaringan
4. Memperlancar sirkulasi air pada jaringan

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Perbaikan dan Estimasi a. Perbaikan 2010-2014 33 provinsi: a.18.790,0 APBN Ditjen. Sumber Logical
pemeliharaan penurunan jaringan irigasi Aceh,Sumut,Su Daya Air, framework:

|RAN 78


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
sistem irigasi emisi GRK seluas 1,342 juta mbar,Bengkulu, Kementerian a.Dengan
selama 10 Ha Jambi,Babel,Su Pekerjaan Umum lancarnya
tahun sebesar b.Operasional msel,Riau,Kepri b.460,0 sirkulasi air &
155,2 kilo ton dan ,Lampung,Bant pemeliharaan
pemeliharaan en,DKI,Jabar,Ja sistem irigasi
jaringan seluas teng,DIY.Jatim, akan menjaga
2,311 juta Ha Kalbar,Kalteng. elavasi
Kalsel,Kaltim,B Total: permukaan air
ali,NTB,NTT,Su 19.250,0 pada saluran
lut,Gorontalo,S pembawa dan
ulteng,Sulsel,Su agar supaya emisi
lbar,Sultra,Malu yang dihasilkan
ku,Malut,Papua, serta bahan kimia
Irjabar dapat teralirkan
b.Dengan
teraturnya
sirkulasi air &
sistem irigasi
akan terbentuk
sirkulasi yang
baik &
menghindarkan
penumpukan

|RAN 79


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
bahan kimia pada
lahan sawah

Policy framework:
a.Regulasi dari
pemerintahan
daerah untuk
melalukan
percepatan RTRW
b.Pendanaan
c.Peningkatan
kapsitas
masyarakat

2. Penyiapan lahan Pengembangan 300.500 ha 2010-2020 Sumut, Riau, 2010-2014 : APBN Kementerian Fasilitasi
tanpa bakar dan pengelolaan Jambi, Sumsel, 1.206,5 Pertanian (PJ) pengendalian
optimalisasi lahan Kalbar, Kalsel, kebakaran lahan,
pemanfaatan lahan pertanian Kaltim, Kalteng dan insentif bagi
Dukungan 20152020 : petani yang
perlindungan 2.065,3 menerapkan
perkebunan penyiapan lahan
dan tanpa bakar di
penanganan lahan mineral

|RAN 80


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
gangguan
usaha
perkebunan
Target
penurunan
emisi : 4,808
juta Ton
CO2e/ 10
tahun

3. Penerapan Pengembangan 2.026.500 Ha 2010-2020 32 provinsi 2010-2014 : APBN Kementerian Pengembangan


teknologi budidaya Pengelolaan 720,0 Pertanian (PJ) Sekolah Lapang
tanaman Lahan Pengelolaan
Pertanian Tanaman Terpadu
Target 20152020 : (SL-PTT),
penurunan 957,0 pengelolaan
emisi : 32,424 lahan, air, olah
juta Ton tanah minimum,
CO2e/ 10 olah tanah
tahun konservasi sesuai
tipologi lahan,
dan penggunaan
varietas unggul

|RAN 81


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
baru (VUB)
rendah emisi

4. Pemanfaatan pupuk Pengembangan 10.000 unit 2010-2020 33 provinsi 2010-2014 : APBN Kementerian Pemakaian pupuk
organik dan bio- Pengelolaan (250.000 ha) 1.489,0 Pertanian (PJ) organik sebanyak
pestisida Lahan 1 ton/ha di areal
Pertanian SLPTT
Penguatan 20152020 : berdasarkan
perlindungan 1.980,0 kebutuhan
Tanaman tanaman dan
Pangan dari status hara tanah.
Gangguan OPT Pemanfaatan
dan DFI pupuk organik
Target dan bio-pestisida
penurunan hayati melalui
emisi : 10 juta Sekolah Lapang
Ton CO2e/ 10 Pengendalian
tahun Hama Terpadu
(SLPHT) dan
Sekolah Lapang
Iklim (SLI)

5. Pengembangan Peningkatan Kelapa sawit 2010-2020 Sumut, Riau, 2010-2014 : APBN Kementerian Yang dibiayai

|RAN 82


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
areal perkebunan Produksi 860.000 ha Jambi, Sumsel, 3.892,89 Pertanian (PJ) APBN, berupa
(sawit, karet, kakao) Produktivitas Kalbar, Kalteng, bantuan bibit,
di lahan tidak dan Mutu Kaltim, Kalsel, tetapi khusus
berhutan/lahan Tanaman NAD, Sumbar, untuk kelapa
terlantar/lahan Tahunan Karet105.200 ha Babel, 20152020 : sawit diberikan
terdegradasi (APL) Peningkatan Bengkulu, 4.404,38 bagi petani di
Produksi Lampung, wilayah
Produktivitas Sulteng, Sulsel, perbatasan, pasca
dan Mutu Sulbar, Sultra, konflik dan
Tanaman Papua, Papua tertinggal seluas
Rempah dan Barat 50.000 ha, dan
Penyegar sisanya didanai
Target Sumut, Riau, dari masyarakat
penurunan Kakao 687.000 Sumsel, (petani,
emisi : ha Sumbar, Jambi, perbankan, dll)
1. Kelapa Kalbar, Kalteng,
sawit : Kalsel, Kaltim,
74,53 juta Jateng, Kepri,
Ton CO2e/ Bengkulu,
10 tahun Lampung dan
2. Karet: 2,38 Babel
juta Ton
CO2e/ 10 Sumut, Sumbar,

|RAN 83


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
tahun NAD, Bengkulu,
3. Kakao : Sulbar, Sulsel,
5,417 juta Sultra, Sulteng,
Ton CO2e/ Papua, Kaltim,
10 tahun Kalbar, NTT,
Malut,
Lampung,
Jatim, Bali

6. Pemanfaatan Peningkatan 1500 kelompok 2010-2020 33 provinsi 2010-2014 : APBN Kementerian Pemanfaatan
kotoran/urine Produksi 360,0 Pertanian (PJ) biodekomposer,
ternak dan limbah Ternak APPO (alat
pertanian untuk Ruminansia pengolah pupuk
biogas, biofuel dan dengan 20152020 : organik), bio-
pupuk organik Pendayagunaa 479,0 digester dan
n Sumber Daya konversi energi
Lokal limbah organik
Target oleh kelompok
penurunan
emisi : 1,012
juta Ton CO2e/
10 tahun

|RAN 84


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
7. Penerapan Diterapkannya 1.800 Ha 2010-2020 Riau, Sumatera 180,0 APBN KLH Estimasi reduksi
pembukaan lahan PLTB dengan Utara, Jambi, (Koordinator) emisi GRK 326
tanpa bakar (PLTB) memanfaatkan Sumatera ton CO2
melalui pembuatan hasil tebasan Selatan, Dilakukan
kompos, arang, dan pembukaan Kalimantan kerjasama antar
briket arang lahan untuk Timur, sektor & pemda
pertanian/perke Kalimantan
bunan untuk Tengah,
bahan kompos, kalimantan
arang dan briket Barat
arang

|RAN 85


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIDANG 3. ENERGI DAN TRANSPORT


Target Penurunan Emisi (26%) : 0,038 (Giga ton)
Target Penurunan Emisi (41%) : 0,056 (Giga ton)

Kebijakan yang Dilaksanakan untuk Menunjang RAN-GRK :
1. Penghematan penggunaan energi final baik melalui penggunaan teknologi yang lebih efisien maupun pengurangan konsumsi energi
2. Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih (fuel switching)
3. peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT)
4. pemanfaatan teknologi bersih baik untuk pembangkit listrik, perkeretaapian maupun mesin kendaraan bermotor
5. pengembangan transportasi massal di daerah perkotaan

Strategi :
1. (Avoid) -pengurangan kebutuhan akan perjalanan terutama daerah perkotaan (trip demand management) melalui penata-gunaan lahan
2. (Shift) - pergeseran pola penggunaan kendaran pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi yang tinggi) ke pola transportasi rendah
karbon seperti, sarana transportasi tidak bermotor, transportasi publik, transportasi air, dan sebagainya; dan
3. (Improve) - peningkatan efisiensi energi dan pengurangan pengeluaran karbon pada kendaraan bermotor melalui pengembangan teknologi
kendaraan bermotor dan penggunaan bahan bakar rendah emisi.

|RAN 86


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Audit Energi Penurunan emisi 1003 obyek 2010-2014 Seluruh 521,56 APBN, Kementerian Termasuk
2010-2014: 1,625 (gedung dan Indonesia Swasta ESDM (PJ) implementasi
juta ton CO2 industri)

Penurunan emisi 5910 obyek 2015-2020 Seluruh 3.074,19 APBN, Kementerian


2015-2020: 9,577 (gedung dan Indonesia Swasta ESDM (PJ)
juta ton CO2 industri)

Total: 11,202
juta ton CO2

2 Program Lampu Penurunan emisi 25 juta unit 2010-2014 Seluruh 375,0 APBN, Kementerian
Hemat Energi 2010-2014: 3,428 Indonesia PLN, ESDM (PJ)
juta ton CO2 Swasta

Penurunan emisi 62 juta unit 2015-2020 Seluruh 930,0 APBN, Kementerian


2015-2020: 8,501 Indonesia PLN, ESDM (PJ)
juta ton CO2 Swasta

Total: 11,93 juta


ton CO2

|RAN 87


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
3. Penyediaan dan Total penurunan 2010-2014 Tersebar 24.224,18 APBN, Kementerian
pengelolaan energi emisi 2010-2014 seluruh PLN, & ESDM (PJ)
baru terbarukan dan sebesar 1,27 Juta Indonesia Terdiri dari: Swasta
konservasi energi ton CO2, terdiri
dari :

PLTMH: 0,214 juta PLTMH: 46,17 PLTMH:


ton CO2 MW 2.081,1

PLTM: 0,854 juta PLTM: 182


ton CO2 MW
PLTM:
PLTS: 0,114 juta PLTS: 102,1 6.370,0
ton CO2 MW
PLTS:
PLTB: 0,024 juta 14.166,52
PLTB: 21,67
ton CO2
MW
PLTB:
1.300,20
PLT Biomassa: PLT Biomassa:
0,00032 juta ton 0,4 MW

|RAN 88


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
CO2 PLT
Biomassa:
DME: 0,060 juta DME: 250 desa 6,40
ton CO2
DME: 300

Total Penurunan 2015-2020 Tersebar 55.880,41 APBN, Kementerian


emisi 2015-2020 seluruh PLN & ESDM (PJ)
sebesar 3,13 Juta Indonesia Terdiri dari: Swasta
ton CO2 , terdiri
dari :

PLTMH: 0,395 juta PLTMH: PLTMH:


ton CO2 84,227 MW 3.796,4

PLTM: 2,392 juta


ton CO2 PLTM : 510
MW PLTM :
PLTS: 0,176 juta 17.850,0
PLTS: 224,68
ton CO2
MW PLTS:
31.174,68
PLTB: 0,042 juta
|RAN 89


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
ton CO2 PLTB: 37,53
MW PLTB:
PLT Biomassa: 2.255,31
0,013 juta ton CO2 PLT Biomassa:
16,50 MW PLT
DME: 0,117 juta ton Biomassa:
CO2 DME: 450 desa 264,0

Total: 4,40 juta


ton CO2
DME:
540,0
4. Pemanfaatan biogas Penurunan emisi 17.000 unit 2010-2014 Tersebar di 141,10 Hibah+ Kementerian
2010-2014 : 0,074 seluruh APBN ESDM (PJ)
juta ton CO2 Indonesia

Penurunan emisi 21.400 unit 2015-2020 Tersebar di 177,62 APBN/ Kementerian


2015-2020 : 0,092 seluruh APBD ESDM (PJ)
juta ton CO2 Indonesia

Total: 0,166 juta


ton CO2

|RAN 90


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
5. Penggunaan Gas Alam Penurunan emisi 630 ribu 2010-2014 Palembang, 367,2 APBN Kementerian Substitusi gas
sbg bahan bakar 2010-2014: 0,104 m3/hari Surabaya , ESDM (PJ) untuk kendaraan
angkutan umum juta ton CO2 Denpasar berbahan bakar
perkotaan bensin
Penurunan emisi 690 ribu 2015-2020 Medan, 403,92 APBN Kementerian
2015-2020: 0,114 m3/hari Makassar, ESDM (PJ)
juta ton CO2 Semarang

Total: 0,218 juta


ton CO2

6. Peningkatan Penurunan emisi 32,85 BCF 2010-2014 Bekasi, 1.370,84 APBN Kementerian Substitusi LPG
sambungan rumah 2014: 0,151 juta Depok, ESDM (PJ) untuk memasak
yang teraliri gas bumi ton CO2 Tarakan,
melalui pipa Sidoarjo,
Jabodetabek
(rumah susun
& apartemen
bersubsidi),
Semarang,
Bontang,
Sengkang,

|RAN 91


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Bangkalan,
Balikpapan,
Prov Jambi,
Sorong,
Pekanbaru,
Subang,
Lhokseumawe
, Samarinda,
Muara Enim,
Lampung,
prabumulih

Penurunan emisi 36,15 2015-2020 Bekasi, 1.619,16 APBN Kementerian


2020: 0,166 juta Depok, ESDM (PJ)
ton CO2 Tarakan,
Sidoarjo,
Jabodetabek
(rumah susun
Total:0,316 juta
& apartemen
ton CO2
bersubsidi),
Semarang,
Bontang,
Sengkang,

|RAN 92


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Bangkalan,
Balikpapan,
Prov Jambi,
Sorong,
Pekanbaru,
Subang,
Lhokseumawe
, Samarinda,
Muara Enim,
Lampung,
prabumulih
7. Pembangunan kilang Penurunan emisi 1 unit kilang 2010-2014 Musi 382,0 APBN Kementerian LPG untuk
mini plant LPG 2010-2014: 0,078 mini plant LPG Banyuasin, ESDM (PJ) substitusi
juta ton CO2 5 MMSCFD Sumatera kerosene industri
(suplai) Selatan

Penurunan emisi 1 unit kilang 2015-2020 Sumatera dan 412,5 APBN Kementerian
2010-2020: 0,078 mini plant LPG Kalimantan ESDM (PJ)
juta ton CO2 5 MMSCFD
(suplai)
Total: 0,156 juta
ton CO2

|RAN 93


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
8. Reklamasi lahan pasca Penyerapan emisi 31.400 Ha 2010-2014 Seluruh 3,5 APBN Kementerian Asumsi: hutan
tambang 2010-2014: 0,920 Indonesia ESDM (PJ) produksi
juta ton CO2

Penyerapan emisi 23.600 Ha 2015-2020 Seluruh 4,2 APBN Kementerian


2015-2020: 0,692 Indonesia ESDM (PJ)
juta ton CO2

Total: 1,612 juta


ton CO2

9. Pembangunan ITS Mengurangi 1 Paket 2010-2020 Jabodetabek 505,0 APBN Kementerian TN = Total
Jabodetabek tingkat Perhubungan Nasional
kemacetan lalu (Penjumlahan
lintas emisi)
Meningkatkan KM = Kota
koordinasi antar Metropolitan
simpang
Memberikan KB = Kota Besar
sistem prioritas
bus di
persimpangan
Modal shift dari
|RAN 94


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
kendaraan
pribadi ke
kendaraan
massal

Target
Penurunan
Emisi CO2e
(Juta Ton):
TN = 0,71
Jabodetabek =
0,71

Asumsi :
Jika telah
terbangun secara
lengkap seluruh
Jabodetabek dan
didukung dengan
upaya lainnya
seperti TDM

|RAN 95


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
10. Pembangunan ITS Target 12 paket di 12 2010-2020 Medan, 500,00 APBN Kementerian Sekitar 50% dari
(Inteligent Transport Penurunan kota (1 paket Bandung, Perhubungan kota metropolitan
System) Emisi CO2e untuk 1 kota) Surabaya, dan 40% dari kota
(Juta Ton): Makassar, besar
TN = 1,06 Palembang,
KM = 0,79 Semarang,
KB = 0,27 Balikpapan,
Denpasar,
Mengurangi Yogyakarta,
tingkat Padang,
kemacetan lalu Pekanbaru,
lintas dengan dan
koordinasi Banjarmasin
simpang
Meningkatkan
koordinasi antar
simpang
Memberikan
sistem prioritas
bus di
persimpangan
Modal shift dari
kendaraan

|RAN 96


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
pribadi ke
transportasi
massal

11. Penerapan Target Penurunan 10 paket untuk 2010-2020 Kota-kota 22,5 APBD Dishub Propinsi/ Mengendalikan
Pengendalian Dampak Emisi CO2 (Juta 10 kota metropolitan Kota dampak lalu-lintas
Lalu-Lintas (Traffic Ton): sehingga tidak
Impact Control/TIC) TN = 0,24 mengurangi
KM = 0,24 kinerja sistem
KB = 0,00 transportasi

|RAN 97


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
secara
Pengeluaran izin keseluruhan.
bangunan dan
penggunaan,
termasuk analisis
dampak lalu-lintas

12. Manajemen Parkir Target Penurunan 10 paket 2010-2020 Kota 100,0 APBD/ Dishub Propinsi/ Penerapan
Emisi CO2 (Juta (1 paket/tahun metropolitan, Swasta Kota/ Kabupaten sistem
Ton): untuk kota dan kota besar pengendali
TN = 1,07 metropolitan parkir
KM = 0,79 dan kota besar) Mengurangi
KB = 0,27 tempat parkir
gratis
Mengurangi Mengurangi
modal share di street parking
pusat kota Menerapkan
Mengurangi kebijakan
penggunaan parkir peak
kendaraan pricing di
pribadi pusat kota
Asumsi :
Sistem

|RAN 98


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
elektronik untuk
mencegah
kebocoran
Digunakan TDM

13. Congestion Charging Target 2 paket 2010-2020 Jakarta dan 500,0 APBN Kementerian
dan Road Pricing Penurunan Surabaya & LN Perhubungan dan
(dikombinasikan Emisi CO2 (Juta Kementerian
dengan angkutan Ton): Keuangan
umum massal cepat) TN = 0,41
KM = 0,41

Mengurangi
modal share
mobil di pusat
kota
Mengurangi
kemacetan di
area pembatasan
lalu lintas
Asumsi:
Areal pricing
Satu paket

|RAN 99


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
dengan
peningkatan
jumlah dan
kualitas BRT

14. Reformasi Sistem Target Tiap tahun 2010-2020 Kota 800 APBN Kementerian Komposisi modal
transit (BRT/semi Penurunan diadakan Metopolitan Perhubungan shift: mobil 15%,
BRT) Emisi CO2e sebanyak 43 dan Kota sepeda motor
(Juta Ton): bus Besar 25%, bus 60%
TN = 0,69
KM = 0,51
KB = 0,18

Asumsi:
Mode shift dari
mobil pribadi,
sepeda motor
dan bus yang ada

15. Peremajaan armada Target Peraturan 2010-2020 Area kota 1800,0 Swasta Kementerian
angkutan umum Penurunan desain metropolitan Perhubungan
Emisi CO2 (Juta kendaraan dan kota besar
Ton): (standar

|RAN 100


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
TN = 0,36 desain yang
jelas)
Asumsi: Jumlah bus
Bus baru akan baru tiap
mereduksi tahun
konsumsi bahan diperkirakan
bakar 5-7% 6.000 unit
untuk 40
kota.

16. Pemasangan Emisi CO2 Tiap tahun 2010-2020 Bodetabek, 150 miliyar APBN Kementerian
Converter Kit tereduksi hingga 1000 unit Surabaya, Perhubungan
(Gasifikasi angkutan 25% converter kit Balikpapan,
umum) Pemasangan Prabumulih,
converter kit Cirebon,
rata-rata 1.000 Banten,
unit per tahun Medan dan
Dilakukan pada Cikampek
taksi dan angkot
yang
menggunakan
bensin
Sudah termasuk

|RAN 101


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
dalam program
kementerian
ESDM

17. Program pelatihan dan Target 50.000 2010-2020 Kota 75,00 APBN Kementerian Pelatihan pada
sosialisasi smart Penurunan orang/tahun metropolitan Perhubungan kepada Pengajar,
driving (eco-driving) Emisi CO2e (1 tahun 5 dan kota besar Operator
(Juta Ton): kota) angkutan umum,
TN = 0,002 ditambah
sosialisasi kepada
masyarakat
Asumsi: melalui
Jumlah pengajar penyebaran
mengemudi yang booklet
terlatih
Pelatihan eco
driving
diperkirakan
menurunkan
emisi CO2
sebesar 15%

18. Non Motorized Target Tiap tahun 5 2010-2020 Kota 100 APBN Kementerian

|RAN 102


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Transport (Pedestrian Penurunan kota Metropolitan, Perhubungan (PJ)
dan Jalur Sepeda) Emisi CO2 (Juta Kota Besar
Ton): dan Kota
TN = 0,21 Sedang

Asumsi:
80% trotoar
untuk jalan
dalam kota
Jalur sepeda
yang ada di kota-
kota (Jakarta,
Yogyakarta, Solo,
Sragen,
Balikpapan,
Palembang, dll.)

19. Pengembangan KA Prediksi pnp 42 km 2010-2020 Provinsi Jawa 1,77 APBN Kementerian Pengembangan
Perkotaan Bandung sebesar 15.259 Barat Perhubungan KA Perkotaan
(jalur ganda, org/tahun; (Padalarang Bandung (jalur
elektrifikasi, Prediksi Bandung ganda,
pengadaan KRL) pengurangan Cicalengka) elektrifikasi,
konsumsi BBM pengadaan KRL)

|RAN 103


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
untuk kendaraan
sebesar 16.022
liter/tahun;
Prediksi
pengurangan
emisi CO2
sebesar 36.219
ton
CO2/tahun.

20. Pembangunan double- Prediksi 34 km 2010-2014 Provinsi DKI 6,78 APBN Kementerian
double track pengurangan Jakarta Perhubungan
(termasuk konsumsi BBM (Manggarai
elektrifikasi) (dari peralihan Cikarang)
penggunaan
KRD menjadi
KRL) sebesar
198 liter/km;
Prediksi
pengurangan
emisi CO2
sebesar 529
ton CO2/km.

|RAN 104


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA

21. Pengadaan KRL Prediksi 248 unit 2010-2020 Provinsi DKI 3,27 APBN Kementerian
pengurangan Jakarta, Perhubungan
konsumsi BBM Banten, Jawa
(dari peralihan Barat, Jawa
penggunaan Timur
KRD menjadi
KRL) sebesar
198 liter/km;
Prediksi
pengurangan
emisi CO2
sebesar 529
ton CO2/km.

22. Pembangunan MRT Prediksi pnp 14 km 2010-2020 Provinsi DKI 9,80 APBN/ Pemprov DKI
Jakarta sebesar (target Jakarta APBD/ Jakarta
112.967.500 operasi (Lebak Bulus Swasta
org/tahun; 2016) Dukuh Atas)
Prediksi
pengurangan
konsumsi BBM
untuk kendaraan

|RAN 105


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
sebesar
39.538.625
liter/tahun;
Prediksi
pengurangan
emisi CO2
sebesar
89.381.016 ton
CO2/tahun.

23. Pembangunan jalur KA Prediksi pnp 33 km 2010-2020 Provinsi DKI 5,00 APBN/ Kementerian
Bandara Soekarno sebesar Jakarta & Perhubungan (PJ)
Hatta 55.000.000 Banten Swasta/ / Swasta
org/tahun; (Manggarai -
Prediksi Bandara
pengurangan Soekarno
konsumsi BBM Hatta)
untuk kendaraan
sebesar
45.375.000
liter/tahun;
Prediksi
pengurangan

|RAN 106


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
emisi CO2
sebesar
102.574.725
ton
CO2/tahun.

24. Pembangunan Prediksi pnp 24 km 2010-2014 Provinsi DKI 4,80 APBN/ Pemprov DKI
monorail Jakarta sebesar 216.360 Jakarta APBD/ Jakarta
org/tahun; Swasta
Prediksi
pengurangan
konsumsi BBM
untuk kendaraan
sebesar 129.834
liter/tahun;
Prediksi
pengurangan
emisi CO2
sebesar
293.503 ton
CO2/ tahun.

25. Penanaman pohon 10.000 km 2010-2014 Jalan nasional 5.700 APBN Ditjen. Bina

|RAN 107


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
di seluruh Marga,
Indonesia, Kementerian
terutama jalan Pekerjaan Umum
perkotaan

26. Pembangunan/pening- Logical framework: Peningkatan 2010-2014 Jalan nasional 182.882 APBN Ditjen Bina
katan dan preservasi Peningkatan kapasitas jalan: di Indonesia Marga,
jalan kapasitas jalan 12.000 lajur- Kementerian
berkorelasi km Pekerjaan Umum
dengan
peningkatan
VCR, yang
berarti
peningkatan
kecepatan. Preservasi
Preservasi jalan: 5.807,28
berkorelasi km
dengan nilai IRI,
yang berarti
peningkatan
kecepatan
Program ini
memungkinkan

|RAN 108


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
peningkatan
kecepatan rata-
rata kendaraan
sehingga tingkat
emisi GRK per
km/kendaraan
pada tahun 2014
menjadi
optimum (18,568
juta ton atau
berkurang 8%
dari tingkat
emisi GRK
dengan do-
nothing scenario
pada tahun
2014).

|RAN 109


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIDANG 4. INDUSTRI
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,001 (Giga ton)
Target Penurunan Emisi (41%) : 0,005 (Giga ton)

Kebijakan yang Dilakukan untuk Menunjang RAN-GRK :
1. Meningkatkan pertumbuhan industri dengan mengoptimalkan pemakaian energi

Strategi :
1. Melaksanakan audit energi khususnya pada industri-industri yang boros energi
2. Pemberian insentif pada program efisiensi energi

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Penyusunan kebijakan Tersusunnya 2 sektor industri 2010 2014 Semen : 20102014: APBN Kementerian
teknis pengurangan kebijakan (semen dan Sumatera, 350,0 Swasta Perindustrian
emisi CO2 di industri teknis baja) Jawa Grant
semen dan baja pengurangan 2015 2020 Sulawesi,
emisi CO2 di NTT; Baja :
industri Sumut, 20152020:
semen dan Sumsel, -

|RAN 110


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
baja Kalbar, Kalsel,
Sulsel, Banten,
DKI, Jabar

2. Fasilitasi dan insentif Tersusunnya 25 industri 2010 2014 Semen : 20102014: APBN Kementerian
pengembangan teknologi kebijakan (9 industri Sumatera, 200,0 (Grant dan Perindustrian
low carbon dan ramah fasilitasi dan semen dan 16 Jawa RM)
lingkungan di industri insentif industri baja) 2015 - 2020 Sulawesi, 20152020:
semen dan baja teknologi low NTT; Baja : 300,0
carbon di Sumut,
industri Sumsel,
semen dan Kalbar, Kalsel,
baja Sulsel, Banten,
DKI, Jabar
3. Konservasi dan Audit Terbentuknya 50 Perusahaan 2010 2014 Semen : 20102014: APBN Kementerian
Energi industri semen sistem 2015 2020 Sumatera, 75,0 Swasta Perindustrian
dan baja manajemen Jawa 20152020: Grant
energi di Sulawesi, 75,0
industri NTT; Baja :
semen dan Sumut,
baja Sumsel, Riau,

|RAN 111


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Kalbar, Kalsel,
Sulsel, Banten,
DKI Jakarta,
Jabar, Jateng,
Jatim
Target penurunan emisi untuk ketiga rencana aksi diatas :
Tahun 2010-1014 :
Semen : 1,036 juta ton CO2e
Baja : 0,639 juta ton CO2e
Total : 1,675 juta ton CO2e
Tahun 2015-2020 :
Semen : 1,149 juta ton CO2e
Baja : 0,704 juta ton CO2e
Total : 1,853 juta ton CO2e

4. Penghapusan Bahan 100 gedung 2010 2020 Jakarta dan 20102014: APBN KLH
Perusak Ozon (BPO) dan Pemerintahan propinsi 115,0 (Grant dan (125,0 M)
implementasinya di dan 4 sektor RM) dan Kementerian
industri refrigerant, (refrigerant, 20152020: Perindustrian
foam, chiller dan foam, chiller dan 90,0 (80,0 M)
pemadam api pemdam api)


|RAN 112


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIDANG 5. LIMBAH
Target Penurunan Emisi (26%) : 0,048 (Giga ton)
Target Penurunan Emisi (41%) : 0,078 (Giga ton)

Kebijakan Yang Dilaksanakan Untuk Menunjang RAN-GRK :
1. Meningkatkan pengelolaan sampah dan air limbah

Strategi :
1. Perbaikan proses pengelolaan sampah di TPA
2. Pengurangan timbulan sampah melalui 3R (reduce, reuse, recycle)
3. Pemanfaatan limbah/ sampah menjadi produksi energi yang ramah lingkungan
4. Peningkatan pengelolaan air limbah di perkotaan
5. Perluasan kelembagaan dan peraturan di daerah (Perda)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Pembangunan Terlayaninya Terlayaninya 2010-2014 Off-site: 16 kota, Perkiraan APBN & Ditjen. Cipta Logical
sarana prasarana 10% penduduk 10% penduduk terdiri dari: biaya dari APBD Karya, Framework :
air limbah dengan melalui sistem melalui sistem 2010-2020: Kementerian Dengan tertatanya
system off-site dan pengelolaan air pengelolaan Pengembangan: 18.248,83 Pekerjaan Umum sistem
on-site limbah secara limbah Medan, Jakarta, pengelolaan

|RAN 113


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
off-site (dengan terpusat sj\kala Bandung, Cirebon, limbah yang baik
5% melalui kota dan 5% DIY, Surakarta, di daerah secara
sistem terpusat pengelolaan Denpasar, onsite & off-site
skala kota dan limbah Banjarmasin, akan menekan
5% sistem komunal Tangerang, buangan emisi
pengelolaan Penyediaaan Balikpapan, dari limbah.
komunal) pengelolaan
Potensi limbah on-site Pembangunan Policy
penurunan bagi 90% total baru: framework :
emisi CO2 penduduk Semarang, Perubahan
2010-2020: Penyediaan Surabaya, Malang, budaya
0,0024118 sistem Makassar, Batam, masyarakat
Gton CO2e pengelolaan Palembang. Penyusunan
limbah skala NSPK/Peratura
setempat n daerah
(onsite) di 210 On-site: 11.000 Pembinaan
kab/kota lokasi di seluruh pemerintah
Indonesia daerah
Terlayaninya 2015-2020 Pendanaan
30% total Pembinaan
penduduk, bagi operator
dengan 20% (kelembagaan)
terpusat skala dan SDM yang

|RAN 114


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
kota dan 10% handal
pengelolaan Pembangunan/
limbah peningkatan
komunal sarana dan
Penyediaan prasarana
sistem
pengelolaan Asumsi :
limbah skala Ada sharing
setempat dari APBD(25%
(onsite) bagi dari kebutuhan
70% total dana)
penduduk Dana GRK
merupakan
dana on-top
2. Pembangunan/ Potensi Pengelolaan 2010-2020 240 kota: TPA : APBN & Ditjen. Cipta Logical
TPA, Pengelolaan penurunan sampah di TPA P. Sumatera: 67 22.583,0 APBD Karya, Framework :
sampah terpadu 3R emisi CO2 sebesar 60% kota Kementerian Dengan tertatanya
sebesar 0,046 Pengelolaan P. Jawa: 61 kota Terdiri dari Pekerjaan Umum sistem
G ton CO2e sampah melalui P. Kalimantan: 32 APBN : pengelolaan
program kota 16.937,0 sampah yang baik
pengelolaan P. Sulawesi: 35 kota APBD melalui
sampah terpadu P. Bali dan Nusa 5.645,0 pengurangan
pola 3R Tenggara: 21 kota timbulan sampah

|RAN 115


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
sebanyak 20% Kep. Indonesia 3R : 2.946,0 (pola 3R) dan
Timur: 24 kota penganganan
Total : timbulan sampah
25.529,o (pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pengolahan dan
pemrosesan akhir)

Policy framework
:
a. Perubahan
budaya
masyarakat
dalam hal cara
membuang
sampah,
b. Penyusunan
PP turunan
UU 18/2008
dan peraturan
daerah,
c. Pembinaan

|RAN 116


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
pemerintah
daerah,
d. Pendanaan,
e. Pembinaan
bagi operator
(kelembagaan)
& SDM yang
handal.
f. Pembangunan
/peningkatan
sarana dan
prasarana

Asumsi :
Dana GRK
merupakan dana
on top dan ada
sharing dari APBD

3. Pemanfaatan Estimasi reduksi 1.800 Ha 2010-2020 Jambi, Sumatera 20102014: APBN KLH Dilakukan
limbah hasil emisi GRK : 118 Selatan, 108,0 (Koordinator) kerjasama antar
pembukaan lahan ton CO2 Kalimantan Timur 2015-2020 : sektor & pemda

|RAN 117


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANINTI
RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAH
KACA(RANGRK)


KEGIATANINTI RENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA20102020

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
untuk bahan 72,0
pembuatan
kompos, arang, dan
briket arang

|RAN 118


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIDANG 1. KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT


TARGET PENURUNAN EMISI (26%) : 0,672 (Giga ton)
TARGET PENURUNAN EMISI (41%) : 1,039 (Giga ton)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
1. Survey dan Laporan 2010-2014 5 provinsi : 25,0 ABPN Ditjen. framework :
pengumpulan Studi Riau, Jambi, Sumber Daya WACLIMAD
data hidrologi 60 pos OP Kalbar, Air, bertujuan
dan hidrogeologi untuk 5 Kalteng, Kementerian untuk
pada lahan tahun Kalsel PU melakukan
bergambut. identifikasi
lahan rawa
2. Pembentukan Laporan 2010-2014 Sumatera, 2 juta APBN/ Kementerian (termasuk
Tim Koordinasi indentifika Kalimantan, USD Grant PPN/ gambut
dan Sekretariat si rawa Papua Kerajaan Bappenas sekitar 30%)
Penyusunan Belanda (PJ), yang dapat
Perencanaan Ditjen. dibudidayak
Lahan Rawa Sumber Daya an dan yang
Berkelanjutan Air, harus
melalui kegiatan Kementerian dikonservasi
Water PU Identifikasi
Management lahan rawa
for Climate (termasuk
Change lahan
Mitigation and bergambut)
Adaptive akan
Development of mendukung

|RAN 119


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
Lowlands perencanaan
(WACLIMAD) yang
yang bertujuan terintegrasi
untuk untuk
melakukan membangun
identifikasi /
lahan rawa meningkatka
(termasuk n,
gambut sekitar merehabilita
30%) yang dapat si, dan
dibudidayakan operasi serta
dan yang harus pemeliharaa
dikonservasi. n jaringan
reklamasi
rawa
(termasuk
lahan
gambut).

Policy
framework:
Regulasi
dari
pemerintah
daerah
untuk
melakukan
percepatan
RTRW
Pendanaan

|RAN 120

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
Peningkatan
kapasitas
masyarakat

3. Penelitian Sistem 2010-2014 Kalimantan & 0,5 APBN Puslitbang Studi ini
sistem tata air tata air Sumatera SDA, diharapkan
pada lahan lahan Kementerian dapat
bergambut gambut PU menghasilka
Prototy 0,7 n konsep
pe sistem tata
sistem air pada
tata air lahan
lahan gambut yang
gambut optimal
pada sehingga
lokasi dapat
perconto 0,3 mengurangi
han. permasalaha
Evaluasi 0,2 n emisi Gas
prototyp Rumah
e Kaca.
Standar/ Pembuatan
pedoma prototipe
n tata bertujuan
air lahan Total : untuk
gambut 1,7 menguji
konsep dari
sistem tata
air.

|RAN 121

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
Evaluasi
prototype
dapat
mengidentifi
ka-si
kekurangan
dan
penyempurn
a-an yang
diperlukan.

4. Penyusunan 69 Perpres 2010-2014 33 provinsi 204,5 APBN Ditjen. Penyusunan


Perpres KSN & 7 Penataan Rencana Tata
Kawasan RTR Pulau Ruang, Ruang sesuai
Strategis Kementerian dengan daya
Nasional (KSN) Pekerjaan dukung
& Rencana Tata Umum lingkungan
Ruang (RTR) Sinkronisasi
Pulau pemanfaatan
lahan agar
5. Penyusunan 69 wilayah 2010-2014 33 provinsi 85,7 APBN Ditjen. tidak terjadi
Rencana Tata sungai Penataan konflik antar
Ruang Wilayah Ruang, sektor.
Sungai Kementerian
Pekerjaan Agar
Umum pemanfaatan

|RAN 122

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
6. Audit tata ruang 18 kegiatan 2010-2014 33 provinsi 15 APBN Ditjen. ruang sesuai
(stock taking) Penataan dengan arahan
wilayah provinsi Ruang, Rencana Tata
Kementerian Ruang
Pekerjaan
Umum

7. Pendataan dan 22 2010-2014 33 provinsi 32,5 APBN Ditjen.
Informasi kegiatan Penataan
Bidang Penataan Ruang,
Ruang Kementerian
Pekerjaan
Umum

8. Monitoring 26 2010-2014 Pusat 36,7 APBN Ditjen.
Evaluasi RTRW kegiatan Penataan
Nasional dan Ruang,
Pulau dan Kementerian
Program Pekerjaan
Infrastruktur Umum
Nasional

Peningkatan Penyerapan Karbon


11. Fasilitasi 50 unit 2010-2014 24 provinsi 7,0 APBN Kemenhut
Kemitraan
140 unit 2010-2020 24 provinsi 14,0 APBN Kemenhut

12. Fasilitasi 500 2010-2014 24 provinsi 650,0 APBN Kemenhut


Kelompok/Unit kelompok

|RAN 123

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
Ijin Usaha 1.375 2010-2020 24 provinsi 650,0 APBN Kemenhut
Pengelolaan kelompok
HKm

13. Peningkatan 5% 2010-2014 60 kabupaten 80,0 APBN Kemenhut


Hasil Hutan
Kayu/ Bukan 10 % 2010-2020 60 kabupaten 80,0 APBN Kemenhut
Kayu/ Jasa
Lingkungan

14. Peningkatan 50% 2010-2014 Seluruh 55,0 APBN Kemenhut


Jumlah Unit Indonesia
IUPHHK
Bersertifikat 100% 2010-2020 Seluruh 55,0 APBN Kemenhut
PHPL dari Indonesia
Tahun 200
15. Peningkatan 50% 2010-2014 Seluruh 28,0 APBN Kemenhut
Produksi Indonesia
Penebangan
Bersertifikat
Legalitas Kayu

16. Pembuatan Peta 100 % 2010-2014 Seluruh 125 APBN Kemenhut


Areal Kerja Indonesia
Pencadangan

|RAN 124

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
(IUPHHK-HT, 100 % 2010-2020 Seluruh 125 APBN Kemenhut
HA, RE, HKm, Indonesia
HTR dan Hutan
Desa)

17. Pengendalian 200.000 2010-2014 75 APBN Kemenhut


Penggunaan ha
Kawasan Hutan
430.000 2010-2020 75 APBN Kemenhut
ha

18. Penyelesaian 80% 2010-2014 Seluruh 15 APBN Kemenhut


permohonan Ijin Indonesia
Pakai KH
dengan 80% 2010-2020 Seluruh 15 APBN Kemenhut
kompensasi Indonesia
PNBP

19. Data dan 33 provinsi 2010-2014 32 provinsi 25 APBN Kemenhut


Informasi
Penggunaan KH 32 provinsi 2010-2020 32 provinsi 25 APBN Kemenhut

20. Kebijakan 1 paket 2010-2014 Pusat 10 APBN Kemenhut


bidang Planologi
dan Peraturan 1 paket 2010-2020 Pusat 10 APBN Kemenhut
perundangan
pengendalian
dan penertiban
penggunaan KH

|RAN 125

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
tanpa ijin

21. Pelepasan 150.000 ha 2010-2014 Seluruh 25 APBN Kemenhut


Kawasan Hutan Indonesia

305.250 ha 2010-2020 Seluruh 25 APBN Kemenhut


Indonesia

21. Inventarisasi 187.000.0 2010-2014 Seluruh 300 APBN Kemenhut


1 dan Pemantauan 00 ha Indonesia
SDH
187.000.0 2010-2020 Seluruh 600 APBN Kemenhut
00 ha Indonesia

21. Data dan 33 Provinsi 2010-2014 Pusat 75 APBN Kemenhut


2 Informasi
Geospasial dan 33 Provinsi 2010-2020 Pusat 150 APBN Kemenhut
tematik
kehutanan tk.
Nasional

22. Data dan 33 Provinsi 2010-2014 Pusat 75 APBN Kemenhut


Informasi
penggunaan 33 Provinsi 2010-2020 Pusat 150 APBN Kemenhut
karbon KH tk.
Nasional
23. Basis data 33 Provinsi 2010-2014 Pusat 75 APBN Kemenhut
spasial SDH
yang terintegrasi 33 Provinsi 2010-2020 Pusat 150 APBN Kemenhut

|RAN 126

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
24. Penelitian dan 2010-2014 APBN Kemenhut
Pengembangan
Kehutanan dan 2010-2020 APBN Kemenhut
Perubahan Iklim

25. Iptek dasar dan 7 tema 2010-2014 Pusat 150 APBN Kemenhut
terapan bidang
landscape 7 tema 2010-2020 Pusat 300 APBN Kemenhut
hutan,
perubahan
iklim, dan
kebijakan
kehutanan

26. Penurunan 20 % per 2010-2014 Kalimantan, 330 APBN Kemenhut


jumlah hotspot tahun Sulawesi dan
di P. Sumatera, Sumatera
Sulawesi, dan
Kalimantan 20 % per 2010-2020 Kalimantan, 660 APBN Kemenhut
tahun Sulawesi dan
Sumatera

27. Peningkatan 30 Daops 2010-2014 Seluruh 330 APBN Kemenhut


kapasitas Indonesia
Aparatur dan
Masyarakat 30 Daops 2010-2020 Seluruh 660 APBN Kemenhut
Indonesia

28. Penyelesaian 75 % 2010-2014 Penyelesaian 330 APBN Kemenhut


kasus
|RAN 127

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
perambahan Kasus
hutan perambahan
hutan

75 % 2010-2020 Penyelesaian 660 APBN Kemenhut


Kasus
perambahan
hutan

29. Penetapan 28 Provinsi 2010-2014 28 Provinsi 38 APBN Kemenhut


Wilayah KPHP
28 Provinsi 2010-2020 28 Provinsi 77 APBN Kemenhut

30. Penetapan 28 Provinsi 2010-2014 28 Provinsi 38 APBN Kemenhut


Wilayah KPHL
28 Provinsi 2010-2020 28 Provinsi 77 APBN Kemenhut

31. Penetapan 33 Provinsi 2010-2014 33 Provinsi 38 APBN Kemenhut


Wilayah KPHK
33 Provinsi 2010-2020 33 Provinsi 77 APBN Kemenhut

32. Peraturan 1 paket 2010-2014 Pusat 38 APBN Kemenhut


perundang-
undangan
penyelenggaraan 1 paket 2010-2020 Pusat 77 APBN Kemenhut
KPH

33. Fasilitasi 32 provinsi 2010-2014 32 propinsi 3,2 APBN Kemenhut

|RAN 128

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
dukungan 32 provinsi 2010-2020 32 propinsi 6,4 APBN Kemenhut
kelembagaan
ketahanan
pangan

34. Pengawasan 2010-2014 2010 : 2 95,7 APBN KLH


pemanfaatan provinsi
ruang dan
evaluasi
pemanfaatan
ruang
berdasarkan
daya dukung 2011-2014 : 33
dan daya provinsi
tampung
lingkungan yang
terpadu dan
bersifat lintas
K/L

35. Penelitian dan Penelitian dan 6 2010- Aceh, Sumut, 2010 APBN Kementerian Kegiatan
pengembangan Pengembanga kegiatan/ 2020 Riau, Jambi, 2014: 70,0 Pertanian (PJ) pendukung:
teknologi rendah n sumber daya 12 paket Sumsel, 2015- Varietas dan
emisi, lahan teknologi Lampung, 2020 : teknologi
metodologi MRV Kalbar, Kalsel, 80,0 pengelolaan
pada areal Kaltim, lahan/ tanah
pertanian di Kalteng, dan air dan
lahan gambut Papua tanaman
pangan dan
perkebunan

|RAN 129

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGU
VOLUME
N RENCANA INDIKATOR RP. NGJAWAB KETERANG
KEGIATA PERIODE LOKASI SUMBE
O AKSI SASARAN (Miliar) (PJ)/ AN
N R PELAKSANA
rendah emisi
Baseline
emisi GRK
berbagai
lokasi
kegiatan
mitigasi di
lahan gambut
Sosialisasi,
implementasi
dan
monitoring
emisi (dalam
rangka MRV
di lahan
gambut)

|RAN 130

LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIDANG 2. PERTANIAN
TARGET PENURUNAN EMISI (26%) : 0,008 (Giga ton)
TARGET PENURUNAN EMISI (41%) : 0,011 (Giga ton)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Penelitian sistem Sistem 2010-2014 Jawa Barat 0,3 APBN Puslibang SDA, Studi ini
pengelolaan air pengelolaan air Kementerian PU diharapkan
pada daerah irigasi pada daerah dapat
irigasi menghasilkan
Prototipe konsep sistem
sistem 0,5 pengelolaan air
pengelolaan air yang tepat
pada daerah sehingga dapat
irigasi di lokasi meningkatkan
percontohan efesiensi
Evaluasi 0,2 penggunaan air
prototipe dan mengurangi
Standar/pedo 0,2 emisi GRK.
man Uji coba sistem
pengelolaan air pengelolaan air
pada daerah di saluran irigasi
irigasi Total : 1, 2 pada lokasi
percontohan
untuk
mengetahui
tingkat efesiensi
alokasi distribusi

|RAN 131


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
air.
Evaluasi
terhadap
prototipe untuk
mengidentifikasi
kekurangan dan
keperluan yang
digunakan.

2. Penelitian metode Nilai emisi Gas 2010-2014 Jawa Barat, a. 0,5 APBN Puslibang SDA, Tersusunnya
pengurangan emisi Rumah Kaca di Kementerian PU teknologi rendah
Gas Rumah Kaca di Waduk Jawa Tengah, emisi GRK yang
Waduk Metode mudah
pengurangan Jawa Timur b. 0,5 diterapkan dan
emisi GRK berdaya hasil
Uji coba tinggi, serta
metode tersedianya
Pedoman c. 0,7 metodologi MRV
metode untuk sektor
pengurangan d. 0,2 pertanian
emisi GRK di
Waduk Total 1,9
3. Penelitian dan Tersusunnya 4 kegiatan/ 2010-2020 32 provinsi 2010-2014 : APBN Kementerian Kegiatan
pengembangan teknologi rendah 12 paket 300,0 Pertanian (PJ) pendukung:
teknologi rendah emisi GRK yang tanaman Varietas dan
emisi, metodologi mudah pangan teknologi
MRV sektor diterapkan dan 12 paket 20152020 pengelolaan
pertanian berdaya hasil peternakan, : 399,0 lahan/ tanah air
tinggi, serta 4 kegiatan/8 dan tanaman
tersedianya paket tanaman pangan rendah
metodologi MRV perkebunan emisi

|RAN 132


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
untuk sektor 3 kegiatan Jenis pakan dan
pertanian berkaitan MRV ternak yang
sektor menghasilkan
pertanian kotoran dan
entericfermentat
ion rendah emisi
Teknologi
penyiapan lahan
tanpa bakar
(PLTB) dan
budidaya rendah
emisi untuk
areal
perkebunan
Baseline emisi
GRK berbagai
lokasi kegiatan
mitigasi
Pengembangan
metodologi
measurable,
reportable,
verifiable (MRV)
sektor pertanian
Sosialisasi,
implementasi
dan monitoring
emisi (dalam
rangka MRV)

|RAN 133


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIDANG 3. ENERGI DAN TRANSPORTASI


TARGET PENURUNAN EMISI (26%) : 0,038 (Giga ton)
TARGET PENURUNAN EMISI (41%) : 0,056 (Giga ton)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
1. Monitoring pasokan 5 paket & 2010-2014 Jawa, 6,24 APBN Kementerian
gas bumi untuk 5 laporan Sumatera, ESDM
konsumen hulu, Sulawesi,
dan penyiapan Kalimantan,
rekomendasi Maluku,
alokasi gas bumi Papua
5 paket & 2015-2020 Jawa, 4,554 APBN Kementerian
5 laporan Sumatera, ESDM
Sulawesi,
Kalimantan,
Maluku,
Papua
2. Pemantauan 5 laporan 2010-2014 4,14 APBN Kementerian
implementasi ESDM
kebijakan
pengurangan 6 laporan 2015-2020 4,73 APBN Kementerian
volume pembakaran ESDM
gas flare
3. Penyediaan dan Bimtek EBT : 2010-2014 181,38 APBN Kementerian
pengelolaan energi 900 orang ESDM
baru terbarukan Bimtek
dan konservasi konservasi
energi energi : 850
orang
|RAN 134


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
Studi
kelayakan
energi laut : 5
laporan
Pilot project
pembangkit
listrik dari
sumber energi
laut : 10
laporan
Pemanfaatan
biomassa
untuk rumah
tangga : 5
laporan
4. Penyediaan regulasi 50 regulasi 2010-2014 Seluruh Indonesia 24,97 APBN Kementerian
panas bumi dan air ESDM
tanah
20 regulasi 2015-2020 Seluruh Indonesia 10 APBN Kementerian
ESDM

5. Penyusunan 10 kegiatan 2010-2014 Seluruh Indonesia 13,87 APBN Kementerian


klasifikasi data ESDM
potensi dan
cadangan panas 10 kegiatan 2015-2020 Seluruh Indonesia 24,50 APBN Kementerian
bumi untuk ESDM
ketenagalistrikan
dan pemanfaatan
langsung energi
panas bumi

|RAN 135


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
6. Penetapan Wilayah 30 WKP Pabum 2010-2014 Jawa, Sumatera, 3,3 APBN Kementerian
Kerja Sulawesi, NTB, ESDM
Pertambangan NTT, Maluku,
(WKP) panas bumi Maluku Utara
20 WKP Pabum 2010-2020 Jawa, Sumatera, 5,2 APBN Kementerian
Sulawesi, NTB, ESDM
NTT, Maluku,
Maluku Utara

7. Prosentase 30 laporan 2010-2014 115,53 APBN Kementerian


penggunaan BBN ESDM
dalam pemakaian
Bahan Bakar total

30 laporan 2015-2020 145,32 APBN Kementerian


ESDM

8. Prosentase 5 laporan studi 2010-2014 20,11 APBN Kementerian


pengalihan kebijakan ESDM
pemakaian minyak penetapan harga
tanah ke LPG LPG untuk PSO
dan non PSO

2015-2020 0 APBN Kementerian


ESDM

|RAN 136


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
9. Penelitian sistem Sistem 2010-2014 Selat Bali 0,5 APBN Puslibang SDA, Studi ini
pembangkit listrik pembangkit Kementerian PU pembangkit
tenaga gelombang & listrik tenaga tenaga
arus laut gelombang gelombang laut
tenaga laut. sebagai
Pemo-delan 0,3 pembangkit
listrik alternatif.
Prototipe 0,7 Berdasarkan
pembangkit besar energi
listrik tenaga yang
gelombang laut dihasilkan,
Evaluasi 0,2 maka dapat
prototipe dikonversi ke
Total: 1,7 pengurangan
emisi bila
menggunakan
bahan bakar
fosil.
Pemodelan
fisik dilakukan
di laboratorium
untuk
mengetahui
keadaan yang
terjadi di
lapangan
Pembangunan
prototipe
dilakukan
untuk
mengetahui

|RAN 137


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
keadaan di
lapangan

10. Pengujian pada Target 10 paket (1 2010-2020 Nasional 500,0 APBN Kementerian Persiapan
Seluruh Kendaraan Penurunan tahun 1 paket) Perhubungan (PJ) Peraturan
Bermotor Termasuk Emisi CO2e Pembangunan Perundangan
Kendaraan Pribadi (Juta Ton): Pengujian 2010-2014
dan Sepeda Motor TN = 0,35 Kendaraan
Bermotor
Asumsi: (PKB) bagi
Program kota/kab yang
Inspection belum
and memiliki unit
Maintenance PKB
bagi
kendaraan
pribadi

Seluruh
kendaraan
yang tidak
memenuhi
ambang batas

|RAN 138


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
emisi, tidak
dapat
beroperasi di
jalan.

10.a Standar emisi CO2 Penerapan Mulai untuk 2010-2020 Nasional APBN Kementerian
. untuk mobil standar emisi diaplikasikan Perhubungan/
penumpang CO2 pada kendaraan Pemda
baru di Indonesia

10.b Standar emisi CO2 Penerapan Mulai untuk 2010-2020 Nasional APBN Kementerian
untuk sepeda motor standar emisi diaplikasikan Perhubungan/
CO2 pada sepeda Pemda
motor baru di
Indonesia

11. Pengembangan Target 9 paket (1 tahun 2010-2020 Area metoplolitan 90,0 APBN Kementerian Mulai dibangun
sistem logistik Penurunan 1 paket) dan kota besar Perhubungan/ tahun 2011
modern Emisi CO2e Pemda
(Juta Ton):
TN = 0,16
Mengurangi
angka km
perjalanan

|RAN 139


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
12. Car Labeling Target Untuk kendaraan 2010-2020 Nasional 50,0 APBN/ Kementerian Memperkenalka
(pemasangan label Penurunan baru (kerjasama Swasta Perhubungan n dan
emisi dan Emisi CO2e Kementerian mendorong Car
(Juta Ton): Labeling
efisiensi pada Perhubungan
TN = 0,31 Mulai
kendaraan) dengan Industri diterapkan
Semua Otomobil) tahun 2012
kendaraan
baru diberi
label menurut
konsumsi
bahan bakar
(per 100km)
dan emisi CO2
(dalam g/km).
Tujuannya
adalah
mendorong
industri mobil
untuk
memproduksi
kendaraan
hemat bahan
bakar dan
rendah emisi
CO2, dll

13. Melaksanakan Target Seluruh jalan tol 2010-2014 Nasional 50,0 BUMN BPJT (Badan
pembatasan penurunan eisi Pengatur Jalan
kecepatan pada CO2 (Juta (seluruh jalan tol) Tol)
Ton):

|RAN 140


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
jalan toll TN = 0,07
Pembuatan
peraturan
pendukung
14. Pajak dan harga Target Seluruh 2010-2014 Nasional - APBN Kementerian
bahan bakar penurunan pengguna Keuangan
emisi CO2 kendaraan
(Juta Ton): - bermotor

Membuat
mekanisme untuk
meningkatkan/
menurunkan
harga bahan
bakar setiap
periode hingga
tingkat target
tercapai

15. Pajak kendaraan Target Diterapkan 2010-2014 Nasional - APBN Kementerian


(berdasarkan emisi penurunan pada Keuangan
CO2) emisi CO2 kendaraan
(Juta Ton): - pribadi setiap 5
tahun,
diusulkan
pajak
kendaraan
bermotor
Penerimaan
pajak sepeda
motor dapat

|RAN 141


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
digunakan
untuk manfaat
pengembangan
sistem
angkutan
umum

16. Peningkatan 1 paket 2010-2014 Lokasi pelabuhan 4,0 @per APBN Kementerian
kualitas kebersihan ditentukan paket periode Perhubungan
daratan dan kemudian
perairan kolam
pelabuhan dari
limbah sampah,
sanitary dan B3
(termasuk minyak)

17. Peningkatan 1 paket 2010-2014 Lokasi pelabuhan 1,5 @per APBN Kementerian
kebersihan, ditentukan paket periode Perhubungan
keteduhan dan kemudian
keasrian lingkungan
dalam kawasan
pelabuhan

18. Peningkatan 1 paket 2010-2014 Lokasi pelabuhan 0,05@ per APBN Kementerian
kapasitas ditentukan paket periode Perhubungan
kelembagaan kemudian
pengelolaan
lingkungan
wawasan pelabuhan

|RAN 142


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. (Miiar) SUMBER JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN
PELAKSANA
19. Implementasi eco Tingkat 1 paket / tahun 2010-2020 Bandar Udara 3,825 APBN Kementerian Penghematan
airport pemahaman UPT dan Bandar Perhubungan energi,
masyarakat Udara di bawah Pengelolaan
dalam kualitas udara,
pengelolaan PT.
pengelolaan Pengelolaan
lingkungan di AP I dan AP II sampah.
bandara. Pengelolaan
Pengurangan limbah cair.
emisi di
bandara.
Pengelolaan
sampah yang
baik di
bandara.
Terciptanya
penghematan
energi di
bandara.
Pengelolaan
limbah cair
yang baik di
bandara.

BIDANG 4. INDUSTRI
TARGET PENURUNAN EMISI (26%) : 0,001 (Giga ton)
TARGET PENURUNAN EMISI (41%) : 0,005 (Giga ton)

NO RENCANA AKSI INDIKATOR VOLUME PERIODE LOKASI BIAYA PENANGGUNG KETERANGAN


( )/

|RAN 143


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

RP.
SUMBER
(Miliar)
1. Penyusunan dan Tersusunnya 5 Kawasan 20102014 Jawa, Sumatera, 20102014: APBN Kementerian
pengembangan kebijakan Peta Industri dan 8 20152020 Kalimantan, 100 Swasta Perindustrian
roadmap/peta jalan Jalan Green Sektor Industri Sulawesi, NTT 20152020: Grant
Green Industry Industry. 100
dan Terimplementasi
implementasinya. nya Peta Jalan
Green Industry

2. Peningkatan Terlaksananya 30 propinsi 20102014 30 propinsi 20102014: APBN Kementerian


capacity building peningkatan 20152020 150 Swasta Perindustrian
bagi aparat kapasitas aparat 20152020: Grant
pemerintah dan pemerintah dan 150
pelaku industri pelaku industri
dalam Perubahan
Iklim

3. Fasilitasi dan Tersusunnya 7 sektor industri 20102014 Jakarta dan 20102014: APBN Kementerian
pemberian Insentif kebijakan fasilitasi (Pulp & kertas, 20152020 propinsi 35 Swasta Perindustrian
untuk penumbuhan dan insentif Gelas & keramik, 20152020: Grant
Industri pengelolaan Pupuk, 35
Pengelolaan limbah industri Petrokimia,
Limbah Industri Makanan&
minuman,
Tekstil, Logam
Non Baja)

4. Implementasi Tersusunnya 1 subsektor 20102014 7 propinsi 20102014: APBN Kementerian


Standard of EURO Standar industri Industri 20152020 10 Swasta Perindustrian
IV untuk kendaraan kendaran EURO Transportasi 20152020: Grant
bermotor baru IV 10
Target
penurunan emisi

|RAN 144


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
: 5%

5. Inventori potensi Tersusunnya 8 sektor industri 20102014 Jawa, Sumatera, 20102014: APBN Kementerian
emisi CO2 pada sistem data base (Pulp&kertas, 20152020 Kalimantan, 175 Grant Perindustrian
sektor industri dan inventori Gelas & keramik, Sulawesi, 20152020:
pengurangan emisi Pupuk, Maluku 175
CO2 di sektor Petrokimia,
industri Makanan&
minuman,
Tekstil, kimia
dasar, Logam
Non Baja)

6. Pemantauan dan Jumlah industri 17 industri 20102014 Jawa, Sumatera, 20102014: APBN Kementerian
evaluasi program yang melakukan (Semen, Baja, 20152020 Kalimantan, 75 Grant Perindustrian
mitigasi program mitigasi Pulp& kertas, Sulawesi, 20152020:
sebanyak 50 Gelas & keramik, 75
Maluku, NTT
perusahaan Pupuk,
Petrokimia,
Makanan &
minuman,
Tekstil, Logam
Non Baja,
transportasi ,
kimia ,
elektronika.

7. Program Konservasi Terlaksananya 15 sektor industri 20102014 Jawa, Sumatera, 20102014: APBN Kementerian
dan Audit Energi manajemen energi (Pulp& kertas, Kalimantan, 75 Perindustrian
20152020 Swasta
Terciptanya Gelas & keramik, Sulawesi, NTT, 20152020: Grant

|RAN 145


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
auditor energi Pupuk, Maluku 75
Petrokimia,
Makanan &
minuman,
Tekstil, Logam
Non Baja,
transportasi ,
kimia dasar,
elektronika.

8. Penyusunan Road Tersusunnya Peta 8 sektor industri 20102014 Jawa, Sumatera, 20102014: APBN Kementerian
Map emisi CO2 Jalan (Road Map) (Pulp&kertas, Kalimantan, 175 Perindustrian
Swasta
sektor industri
Pengurangan Gelas & keramik, Sulawesi, NTT, 20152020: Grant
20152020
emisi CO2. pada Pupuk, Maluku 175
sektor industri. Petrokimia,
Makanan&
minuman,
Tekstil, kimia
dasar, Logam
Non Baja,
transportasi,
kimia,
elektronika

|RAN 146


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIDANG 5. LIMBAH
TARGET PENURUNAN EMISI (26%) : 0,048 (Giga ton)
TARGET PENURUNAN EMISI (41%) : 0,078 (Giga ton)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Inventarisasi GRK 372 Kota selama 2010-2020 11 Kota 2010-2014 : APBN KLH
5 tahun. Dana metropolitan, 558,0 APBD
Rp. 500juta/ thn 12 kota besar,
72 kota sedang, 2015-2020 :
277 kota kecil 372,0

2. Pengawasan Potensi reduksi 372 kota selama 2010-2020 11 Kota 2010-2014 : APBN KLH
kegiatan emisi: 31,743 10 tahun dengan metropolitan, 2.232,0 APBD
pembakaran Ggram CO2 dana Rp. 1M/ 12 kota besar, 2015-2020 :
terbuka (open tahun 72 kota sedang, 1.488,0
burning) sampah 277 kota kecil

3. Peningkatan Termanfaatkan Penyusunan 2010-2014 150 kab / kota 286,07 APBN Ditjen Cipta Merupakan
kapasitas nya produk NSPK Karya, Dep. PU kegiatan software/
pengelolaan pengaturan, pengelolan non-fisik dalam
sampah NSPK oleh persampahan meningkatkan
Pemda, di 30 kab/kota kapasitas
Termanfaatkan Pendampinga pengelola
nya hasil n penyusunan persampahan
bantek, bimtek, SSK yang
dan berkaitan
pendampingan dengan
oleh Pemda, pengelolaan

|RAN 147


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Meningkatnya persampahan
kompetensi di 150
pengelola kab/kota
persampahan, Pembinaan
Meningkatnya kelembagaan
keterlibatan (organisasi,
masyarakat dan SDM, peran
swasta dalam masyarakat) di
pengelolaan 150 kab/kota
persampahan
Meningkatnya
kinerja
pelayanan
persampahan

|RAN 148


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

KEGIATAN PENDUKUNG DATA DAN INFORMASI (BMKG)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Pembangunan Pengukuran 2 paket/ 2 lokasi 2010 - 2014 Palu, Papua 30,0 APBN Pusat Perubahan Informasi kadar
stasiun Global besaran ambient Iklim dan Kualitas konsentrasi CO2
Atmospheric Watch kadar CO2 di Udara berguna untuk
(GAW) wilayah atmosfir BMKG klarifikasi tingkat
Indonesia keberhasilan
udara bersih
Indonesia

2. Pembangunan Pemantauan 8 paket/ 8 2010 - 2014 Pekanbaru, 15,0 APBN Pusat Perubahan Informasi kualitas
Sistem Informasi kualitas udara propinsi Jambi, Iklim dan Kualitas udara wilayah
peringatan dini wilayah rawan Palembang, Udara, BMKG propinsi berguna
kualitas udara kebakaran hutan Palangkaraya, untuk klarifikasi
terhadap tingkat Pontianak, tingkat
bahaya kebakaran Banjarmasin, keberhasilan
Balikpapan, policy pencegahan
Medan kebakaran hutan.

3. Climate Early Peringatan El 16 paket 2010 - 2014 Seluruh 487,0 APBN Pusat Iklim Dengan hubungan
Warning System Nino La Nina Indonesia Agroklimat dan kuat antara
untuk peringatan Iklim Maritim, tingkat
dini kebakaran BMKG kekeringan
hutan regional memicu
perlunya diadakan
peringatan dini
iklim pencegahan
kebakaran hutan
|RAN 149


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
dan pengeringan
lahan gambut

4. Pengembangan Fire Pengukuran 1 paket 2010 - 2014 709,5 APBN Pusat Meterologi Upaya
Danger Rating tingkat Publik, BMKG pencegahan
System (FDRS) kebakaran dari kebakaran hutan
informasi cuaca harian dengan
untuk peringatan informasi
dini harian peringatan dini
kebakaran hutan FDRS

|RAN 150


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

KEGIATAN PENDUKUNG LINGKUNGAN HIDUP

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
1. Menuju Potensi reduksi 500.000 Ha 2010-2020 Seluruh 2010-2014 : APBN KLH dan nventarisasi
Indonesia Hijau emisi: 2,66 juta ton selama 10 Provinsi 1,2 kabupaten enutupan Lahan,
CO2 eq. tahun seluruh Indonesia emantauan
2015-2020 : apangan,
0,8 engembangan
nsentif untuk
enanaman.

2. Pengelolaan Hasil pemetaan Satu paket 2010-2020 Seluruh 50,0 APBN KLH Pemetaan
Tata kawasan- kebijakan tata Provinsi Ekosistem
Lingkungan kawasan lingkungan Penting untuk
ekosistem Pemetaan Perencanaan
penting dari ekosistem Lingkungan
aspek lingkungan untuk Penerapan
sehingga dalam perencanaan KLHS dalam
penetapan tata lingkungan Perencanaan
ruang wilayah Pembangunan
dapat Wilayah
diidentifikasi Pengawasan
untuk tidak Pemanfaatan
dibudidayakan. Ruang untuk
Agar di dalam mempertahanka
penetapan n Daya Dukung
RTRW akan Lingkungan
diperhatikan Pemetaan
daya dukung dan Valuasi Sumber
daya tampung Daya Alam dan
|RAN 151


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
LH, kawasan Lingkungan
mana yang harus untuk
dipertahankan, Pertimbangan
tidak Alih Fungsi
dialihfungsikan, Lahan
dan diketahui Evaluasi
nilai moneter Rencana Alih
dari suatu Fungsi Kawasan
kawasan untuk
ekosistem. mempertahanka
n Fungsi
Ekosistem
Penerapan
Kajian Daya
Dukung
Lingkungan
Wilayah
Perencanaan
Penataan Ruang
Berbasis
Ekosistem
untuk Daya
Dukung
Wilayah

3. Sistem 1 paket 2010-2020 Jakarta dan 2010-2014 : APBN KLH Sebagai


Inventarisasi Seluruh 120,0 tindaklanjut UU
GRK Nasional Provinsi di 32/2009
(SIGN) Indonesia 2015-2020 : penghitungan
termasuk MRV 80,0 emisi GRK di
(Measurable tingkat

|RAN 152


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
Reportable nasional,
Veriable) propinsi, kota
/kabupaten
merupakan
kewenangan
KLH
Untuk
mengetahui
status emisi
tingkat nasional
perlu
dilaksanakan
inventori GRK
secara berkala.
Perlu unit
kelembagaan di
setiap sektor
dan daerah
untuk
menyediakan
data aktifitas
(mis: konsumsi
BBM, luas
reboisasi,
jumlah
timbulan
sampah
domestik, dll)
sebagai input
untuk SIGN.
KLH akan

|RAN 153


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
melakukan
pengolahan dan
analisis data
dari setiap
sektor dan
daerah sehingga
diperoleh status
emisi GRK
tingkat
Nasional dan
daerah (profil
emisi
kota/kabupaten
) menjadi
tindaklanjut
dari Second
National
Communication
Dalam konteks
MRV untuk
mitigasi melalui
SIGN dapat
dikembangkan
dan digunakan
untuk : Melihat
pencapaian
pelaksanaan
(measurable)
reduksi emisi
dengan
diketahuinya

|RAN 154


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
status emisi
(reportable)
sedangkan
verifiable akan
di lakukan
pengecekan
kembali
tracking back
ke sektor/
sumber emisi
dengan
memperhatikan
: sektor/lokasi,
sumber
anggaran,
teknologi dan
sumber energi

4. Pengelolaan APBN KLH (PJ)


ekosistem
gambut
berkelanjutan
a. Pemetaan 2010-2014 0,012 APBN KLH (PJ)
kesatuan
hidrologi
gambut
b. Inventarisasi 15 Juta Ha 2010-2014 Sumut, 0,345 APBN KLH (PJ)
karakteristik Riau,
gambut Jambi,
Sumsel,
Kalbar,

|RAN 155


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. (Miliar) JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER PELAKSANA
Kalteng,
Kalsel
c. Pemanfaatan Estimasi reduksi 4.000 Ha 2010-2020 Jambi, 0,40 APBN KLH Dilakukan
lahan emisi GRK : 604 Riau, kerjasama antar
gambut ton CO2 Kalteng, sektor dan pemda
secara Kalbar
berkelanjuta
n melalui
aquaculture

|RAN 156


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

KEGIATAN PENDUKUNG KELAUTAN DAN PERIKANAN

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1. Riset Karbon 5 paket 2010-2014 Pesisir Indonesia , 50,0 APBN BRKP-KKP
Laut di Indonesia kegiatan Kawasan CTI)

2. Study Marine 2 paket 2010-2012 Laut Cina Selatan 15,0 APBN Balitbang KP -
Hazard response kegiatan dan Karimata KKP
to Climate
Change in SEA
Region

3. Implementasi 2 paket 2010-2014 Jakarta, Bali dan 45,0 APBN Balitbang KP-KKP
Indonesia Global kegiatan Perairan Indonesia
Ocen Observing
System
(NAGOOS)

4. Implementasi 2 paket 2010-2014 Jakarta, Sumbar,Bali 25,0 APBN Balitbang KP-KKP


Indo-China kegiatan
Ocean and
Climate Reserach
Centre

|RAN 157


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
5 Penyusunan 100 2010-2020 50 Kawasan 150,0 APBN KP3K-KKP
Masterplan Masterplan Minapolitan, 145
(Rencana Zonasi (Rencana wilayah Lintas
Rinci) Kawasan Zonasi Rinci) Wilayah
Minapolitan dan Kawasan Provinsi/kabupaten/
Rencana Zonasi Minapolitan Kota
Nasional/Lintas dan 300 (prov/kab/kota)
Wilayah Rencana
Provinsi/kabupat Zonasi
en/Kota Nasional/Lint
(prov/kab/kota) as Wilayah
Provinsi/kabu
paten/Kota
(prov/kab/kot
a)

6. Rehabilitasi 300.000 ha 2010-2020 Kawasan sentra 30,0 APBN dan KP3K-KKP


ekosistem pesisir produksi kelautan APBD
(mangrove, dan perikanan
vegatasi pantai,
lamun, terumbu
karang) di
wilayah pesisir

7. Pengintegrasian 2010-2014 11 Wilayah APBN DitjenPerikanan


adapatasi dan Pengelolaan Tangkap,
mitigasi perikanan Kementrian
Kelautan dan
perubahan iklim
Perikanan
ke dalam
perencanaan,

|RAN 158


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
regulasi,
kapasitas
kelembagaan dan
pengelolaan
perikanan
tangkap

8. Pengembangan 2010-2020 1. Pangkep, Sulsel; APBN DitjenKelautan


budidaya rumput Pesisir dan Pulau-
laut 2. Gorontalo; Pulau kecil,
Kementrian
3. T. Tomini Sulteng; Kelautan dan
Perikanan
4. Mamuju, Sulbar

9. Pengelolaan 9.000.000 ha 2010-2020 Riau, Padang, 150,0 APBN DitjenKelautan


kawasan Pontianak, Kupang, Pesisir dan Pulau-
konservasi Makasar, Bali, Pulau kecil,
Kementrian
perairan Sorong, Jakarta
Kelautan dan
Perikanan

10. Rehabilitasi di 9.000.000 ha 2010-2020 Sumatra Barat, 170,0 APBN DitjenKelautan


Kawasan Mentawai, Sumatra Pesisir dan Pulau-
Konservasi Utara, Nias Barat/ Pulau kecil,
Kementrian
Perairan Utara, Tapanuli
Kelautan dan
Tengah, Nias Perikanan
Selatan, Kepulauan
Riau, Bintan, Batam,

|RAN 159


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

BIAYA PENANGGUNG
RENCANA INDIKATOR VOLUME
NO PERIODE LOKASI RP. JAWAB (PJ)/ KETERANGAN
AKSI SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
Lingga, Natuna,
Sulawesi Selatan,
Pangkajene
Kepulauan, Selayar,
Sulawesi Tenggara,
Buton, Wakatobi,
NTT, Sikka, Papua
Barat, Raja Ampat,
Papua, Biak

|RAN 160


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

KEGIATAN PENDUKUNG LINTAS BIDANG

BIAYA PENANGGUN
INDIKATOR VOLUME
NO RENCANA AKSI PERIODE LOKASI RP. GJAWAB (PJ)/ KETERANGAN
SASARAN KEGIATAN SUMBER
(Miliar) PELAKSANA
1 Penyusunan National Tersusunnya 1 Konsep 2010-2014 Jakarta APBN + Bappenas dan
Appropriate konsep NAMAs K/L terkait
Mitigation Actions yang komprehensif 800.000 GTz
(Hibah)

2 Penyusunan Strategi Tersusunnya 1 Paket 2010-2014 Jakarta APBN + Bappenas


Pembangunan Rendah kebijakan Mitigasi Kebijakan 4.000.000 $ JICA
Karbon (Green dan Adaptasi (Hibah)
Economic) Perubahan Iklim
3 Penyusunan National Tersusunnya 1 Kebijakan 2010 Jakarta APBN Bappenas
Strategy for REDD+ Strategi Nasional +Hibah
REDD+
4 Pembentukan Badan Terbentuknya 1 Badan 2010 Jakarta Hibah Menko Ekon/
Koordinasi Nasional Badan Koordinasi UKP4
REDD+ Nasional REDD+
5 Pembentukan lembaga Terbentuknya 1 Lembaga 2010 Jakarta Hibah UKP4, KLH
independen MRV Lembaga
untuk REDD+ independen MRV
REDD+
6 Pembentukan a. Terbentuknya 1 Lembaga 2010 Jakarta APBN Bappenas,
instrumen pembiayaan skema Kemenkeu, UKP4
REDD+ pembiayaan
b. Terbentuknya
lembaga
pembiayaan

|RAN 161


LAMPIRANMATRIKSKEGIATANPENDUKUNG
KEGIATANPENDUKUNG RANCANGANPERPRESRENCANAAKSINASIONALPENURUNANEMISIGASRUMAHKACA(RANGRK)

|RAN 162

Anda mungkin juga menyukai