Anda di halaman 1dari 27

I.

METODOLOGI EKONOMI SYARIAH

Membantu mencari kebenaran.

Islam menyakini dua sumber kebenaran mutlak yaitu Alquran dan Sunnah. Yang
akan mendasari pengetahuan dan kemampuan manusia dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi. Proses pengambilan keputusan inilah yang disebut sebagai
rasioalitas Islamkeuangan dan pasar kekayaan riil akan menyebabkan kreditor dan
investor melakukan transaksi dalam suatu pasar tunggal dan integrasi

A. Konsep Rasionalitas Islam


Dalam pengambilan keputusan ekonomi, setiap pelaku selalu berpikir,
bertindak dan bersikap secara rasional. Terminologi rasionalitas dibangun
atas dasar kaidah-kaidah logika yang ada, dan oleh karenanya dapat
diterimaakal, maka hal ini dapat dianggap sebagai bagian dari ekspresi
rasionalitas. Dalam Islam secara umum dibangun atas dasar aksioma-aksioma
yang diderivikasikan dari agama Islam. Dan aksioma dalam Islam :
Setiap pelaku ekonomi bertujuan untuk mendapatkan maslahah
Maslahah yang lebih besar lebih disukai daripada yang lebih sedikit.
Monotonicity maslahah yang lebih besar akan memberikan
kebahagian yang lebih tinggi, karenanya lebih disukai daripada
maslahah yang lebih kecil.
Maslahah diupayakan terus meningkat sepanjang waktu. Quasi
concavity karena jika seseorang menderita sakit maka ia akan
berusaha mengobati sakitnya tersebut
Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakukan
kemubaziran (non-wasting)
Mencapai suatu tujuan, maka diperlukan suatu pengorbanan. Namun,
jika pengorbanan tersebut lebih besar dari hasil yang diharapkan, maka
dapat dipastikan bahwa telah terjadi pemubaziran atas suatu sumber
daya.Perilaku mencegas wasting ini diinginkan setiap pelaku tidak ingin
terjadi pengurangan dari sumber daya yang dimiliki tanpa konpensasi
berupa hasil yang sebanding

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 1


Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk meminimumkan resiko (risk
aversion)
Resiko adalah sesautu yang tidak menyenangkan dan oleh karenanya
menyebabkan menurunkan maslahah yang diterima. Resiko dibedakan
:
Resiko yang bernilai (worhed Risk), yaitu resiko (risk) dan
hasil (return). Worthed jika dan hanya jika resiko yang
dihadapi nilainya lebih kecil daripada hasil yang akan
diperoleh
Resiko yang tak ternilai (unworthed Risk), ketika nilai hasil
yang diharapkan lebih kecil dari resiko yang ditanggung
ataupun ketika risiko dan hasil tersebut tidak dapat diantisipasi
dab dikalkulasi
Setiap pelaku ekonomi dihadapkan pada situasi ketidakpastian
Kemunculan risiko dalam banyak hal dapat diantisipasi melalui gejala yang
ada. Gejala yang dimaksud di sini adalah adanya ketidakpastian (uncertainty)
yang akan dapat menimbulkan resiko (dual dari resiko)
Setiap pelaku berusaha melengkapi informasi dalam upaya
meminimumkan risiko
Dalam kondisi ketidakpastian, setiap pelaku berusaha untuk mencari dan
melengkapi informasi serta kemampuannya. Hal ini kemudian digunakan
untuk mengkalkulasi apakah suatu risiko masuk dalam kategori worthed atau
anworthed sehingga dapat ditentukan keputusan apakah akan menghadapi
resiko tersebut atau menghindarinya.

B. Aksioma-aksioma yang lain :

1. Adanya kehidupan setelah mati


2. Kehidupan akhirat merupakan akhir pembalasan atas kehidupan di dunia
3. Sumber informasi yang sempurna hanyalah Alquran dan Sunnah.

C. Yang mendasari Maslahah :

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 2


1. Maslahah fisik
2. Maslahah intelektual
3. Maslahah antargenerasi dan waku
4. Maslahah agama dan
5. Maslahah materi kekaya

D. Etika dan Rasionalitas Ekonomi Islam


Ekonomi konvensional perilaku etis dipandang sebagai perilaku tidak
rasional, seringkali diartikan seagai pengorbanan kepentingan individu atau
material untuk mengedepankan kepentingan sosail atau nonmaterial.
Secara umum, moral didefinisikan sebagai standar perilaku yang
dapat diterima oleh masyarakat (benar) ataukah tidak (salah).Etika, filosofi
atas suatu standar moral setiap masyarakat dapat berbeda-beda.
E. Kerangka Metodologis Ekonomi Islam

1. Kebenaran dan kebaikan, teori adalah seberapa jauh teori tersebut benar,
yaitu mampu mengungkapkan kenyataan yang hidup di dunia nyata. Kalau
suatu teori tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada dataran empiris,
maka teori tersebut dikatakan tidak benar atau salah.
2. Metodologi Ilmu Alam vs metodologi ilmu sosial, dipengaruhi decision rule
yang digunakan yaitu prosedur dan kebijakan yang mentukan bagaimana
seharusnya pengambil keputusan memproses informasi yang ada.
3. Objek Ekonomi Islam

F. Metodologi
Kajian tentang prinsip-prinsip yang menuntun manusia di setiap cabang ilmu
pengetahuan untuk memutuskan apakah menerima atau menolak proposisi
atau pernyataan tertentu sebagai bagian dari sistematika ilmu pengetahuan
secara umum ataupun disiplin yang ditekuninya.
Dari segi metode yang dipergunakan sejarah menyatakan bahwa para Ulama
terdahulu kebanyakan mempergunakan metode penalaran, jika Alquran,
sunnah maupun ijma tidak menyediakan jawaban, melalui berbagai bentuk
analisis seperti Qiyas, Istihsan, Masalih al mursalih dsb.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 3


II. KONSTRUKSI IDEAL EKONOMI SYARIAH
Konstruksi Ekonomi Syariah
Ada tiga sistem ekonomi yang mendominasi saat ini yakni Kapitalis, sosialis
dan Mix Economic. Sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan
buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang
jumlahnya relatif sedikit semakin kaya. Dengan kata lain, kapitalis gagal
meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang.
Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade
90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari
sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem
ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan
dengan kelebihan masing-masing, salah satunya yaitu sistem ekonomi syariah.
Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist,
yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada
zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran
yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang
dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara
Islam termasuk di Indonesia.
Etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi syariah, maka dalam
berbisnis juga menggunakan etika Islam. Etika bisnis menurut ajaran Islam juga
dapat digali langsung dari Al Quran dan Hadist Nabi. Misalnya karena adanya
larangan riba, maka pemilik modal selalu terlibat langsung dan bertanggung
jawab terhadap jalannya perusahaan miliknya, bahkan terhadap buruh yang
dipekerjakannya. Perusahaan dalam sistem ekonomi syariah adalah perusahaan
keluarga bukan Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya dapat
menyerahkan pengelolaan perusahaan begitu saja pada Direktur atau manager
yang digaji. Memang dalam sistem yang demikian tidak ada perusahaan yang
menjadi sangat besar, seperti di dunia kapitalis Barat, tetapi juga tidak ada
perusahaan yang tiba-tiba bangkrut atau dibangkrutkan.
Etika Bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran, dan
keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 4


semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang Islami
gaji karyawan dapat diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi dan
karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan perusahaan meningkat. Buruh
muda yang masih tinggal bersama orang tua dapat dibayar lebih rendah,
sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak dapat dibayar lebih tinggi
dibanding rekan-rekannya yang muda.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah
bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis,
tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai
kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem
ekonomi yang telah ada. Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan
hukum syara. Artinya, ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh
dilakukan atau dengan kata lain harus ada etika. Kegiatan ekonomi dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang bertujuan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat
adalah merupakan ibadah kepada Allah S.W.T. Semua kegiatan dan apapun yang
dilakukan di muka bumi, kesemuannya merupakan perwujudan ibadah kepada
Allah S.W.T. Dalam Islam, tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler yaitu,
memisahkan kegiatan ibadah/ uhrowi dan kegiatan duniawi. Dalam Islam, harta
pada hakikatnya adalah milik Allah, dan harta yang dimiliki oleh manusia
sesungguhnya merupakan pemberian Allah, oleh karenanya harus dimanfaatkan
sesuai dengan perintah Allah. Menurut Islam, orientasi kehidupan manusia
menyangkut hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan penggunaan
sumberdaya, hubungan antara manusia dan lingkungan, harus didasarkan pada
Al-quran dan Hadist. Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip
dasar (Chapra dalam Imamudin Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan
Adalah. Prinsip Tawhid menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam
menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan
bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu
Khilafah (Khalifah) dan Adalah (keadilan). Manusia sebagai wakil atau kalifah
Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan)

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 5


yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya
di bumi.
Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah
di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental
serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam
rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti bahwa, dengan potensi yang
dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam
rangka mengaktualisasikan kepentingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Prinsip Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak
terpisahkan dengan Tawhid dan Khilafah, karena prinsip Adalah adalah
merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah).
Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan Adalah menuntut bahwa semua
sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning),
distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of
income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).
Dalam hal pemilikan sumberdaya atau faktor produksi, Sistem Ekonomi
Syariah memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki
sumberdaya yang ada yang berorientasi sosial dengan memberikan selft interest
yang lebih panjang dan luas. Namun perlu diingat bahwa, segala sesuatu yang
diperoleh merupakan pemberian Allah, karenanya harus digunakan sesuai dengan
petunjuk Allah dan dikeluarkan zakat-nya dan sadaqah yang ditujukan bagi
Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi.
Selain itu, negara dan juga pemerintah berperan untuk menjaga keseimbangan
yang dinamis untuk merealisasikan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya,
sistem ekonomi syariah mempunyai paradigma bahwa, segala sesuatu yang ada
dan kegiatan yang dilakukan harus didasarkan pada Al Quran dan Hadist atau
syariah Islam. Dalam kegiatan ekonomi, dasar yang digunakan adalah bahwa,
sebagai umat Muslim setiap orang mempunyai kewajiban untuk melakukan
semua aktivitas sesuai dengan ajaran Islam. Filosofi yang diterapkan yaitu

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 6


bahwa, semua manusia adalah makhluk Allah, karenanya harus selalu mengabdi
kepada-Nya. Semua aktivitas yang dilakukan termasuk aktivitas ekonomi
merupakan ibadah kepada Allah. Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat
sekali melandasi hukum-hukumnya. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-
salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan
ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama.

Jika Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan


Sosialisme pada kolektivisme, maka Islam menekankan empat sifat sekaligus
yaitu :
1. Kesatuan (unity)

2. Keseimbangan (equilibrium)

3. Kebebasan (free will)

4 .Tanggungjawab (responsibility)

Sebagaimana diuraikan diatas prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam akan


menjadi dasar beroperasinya bank Islam yaitu yang paling menonjol adalah tidak
mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan
komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan /
kerjasama(mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang
peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan
apapun. Sumber nilai Ekonomi Islam adalah al Quran sebagai rekaman wahyu Ilahi
yang memuat sejumlah nilai keutamaan (al khair) yang menjadi tali pengikat
terbentuknya umat atau kumpulan orang, seperti koperasi atau negara. Menurut A.M.
Syaifuudin nilai-nilai keislaman itu secara hirarkis dapat dibedakan ke dalam dua
kategori. Pertama adalah nilai-nilai fundamental. Dan kedua, nilai-nilai instrumental.
Pengkategorian itu bisa berbeda sesuai dengan pandangan para pemikir atau
kecenderungan aliran pemikiran. Pada umumnya, para pemikir Ekonomi Islam
menitik-beratkan nilai dasar Ekonomi Islam pada nilai tauhid dan keadilan (al adl)
dan kebaikan (al ihsan) yang menjurus kepada konsep Ekonomi Moral Sosial. Tapi

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 7


jika dilihat dari persepktif kebebasan, maka titik-berat nilai dasarnya kepada nilai
khilafah.

Nilai-nilai fundamental yang sering disebut oleh para pemikir Ekonomi Islam,
kurang lebih ada 9., urut-urutannya sebagai berikut:
a. Aliran moral-sosial.
1. Keadilan dan kebaikan (al adl wa al ihsan)
2. Kerja-sama ( al taawun).
3. Persaudaraan atau solidaritas (ukhuwah)
4. Musyawarah (al syura)
5. Saling percaya (al amanah).
6. Saling pengartyian dan penghargaan (al taruf).
7. Pertengahan (al wasahatan)
8. Keseimbangan ( al mizan).
9. Kedaulatan manusia (al-khilafah)
b. Aliran Moral Pasar
1. Kedaulatan manusia (al khilafah).
2. Saling percaya (al amanah).
3. Saling penghargaan (al taaruf).
4. Musyawarah (al syura).
5. Persaudaraan atau solidaritas (al ukhuwah).
6. Kerjasama (al taawun)
7. Keseimbangan (al mizan)
8. Pertengahan (al wasathan)
9. Keadilan dan kebaikan (al adl wa al ihsan).

Didalam menjalankan operasinya fungsi bank Islam akan terdiri dari:

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang


dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip
bagihasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 8


2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana /
sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik
dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah
4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional )

Dari fungsi tersebut maka produk bank Islam akan terdiri dari :
a) Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama
sebagai pemilik dana / sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola dana /
mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati
nisbahbagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh sedangkan kerugian
yang timbul adalah resiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa
mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah
(misconduct). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib
maka mudharabah dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana
mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan pilihan
investasi yang dikehendaki, sedangkanjenis yang lain adalah mudharabah
muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana
sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola.

b) Prisip Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan


modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau
kerugian sesuai nisbah yang disepakati Musyarakah dapat bersifat tetap atau
bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir
masa proyek.

c) Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau
benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 9


titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat
dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka
wadiah dibedakan menjadi wadiah ya dhamanah yang berarti penerima titipan
berhak mempergunakan dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada
kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip
dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, sedang
disisi lain wadiah amanah tidak memberikan kewenangan kepada penerima
titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan.

d) Prinsip Jual Beli (Al Buyu') yaitu terdiri dari :


1.Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan
penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos
pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah dapat dilakukan secara
tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.
2. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang
diserahkan kemudian Ishtisna' yaitu pembelian barang melalui pesanan dan
diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan
pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.
e) Jasa-Jasa terdiri dari :
1. Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan
pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan
pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik(sama
dengan operating lease) Wakalah yaitu pihak pertama memberikan
kuasa kepada pihak kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu
dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi.
Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas
kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan
yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan berupa
fee atau komisi (garansi).
2. Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan
penyerahan segera /spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan
harga pasar pada saat pertukaran

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 10


f) Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam
bentuk zakat infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran alqardul hasan
yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong
golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta imbalan kecuali
pengembalian pokok hutang.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 11


III. PENGERTIAN DAN PEMBENTUKAN AKAD TRANSAKSI
DALAM EKONOMI SYARIAH

A. Pengertian Transaksi
Dalam sistem ekonomi yang berparadigma islam, transaksi senantiasa harus
dilandasi oleh aturan hukum-hukum islam (syariah), karena transaksi adalah
manifestasi amal manusia yang mempunyai nilai ibadah dihadapan Allh
SWT, sehingga dalam akuntansi syariah transaksi dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
a) Transaksi yang halal

b) Transaksi yang haram

Transaksi halal adalah semua transaksi yang diperbolehkan oleh syariat


islam, sedangkan transaksi yang haram adalah kebalikannya yaitu dilarang
oleh syariat islam. Halal dan haramnya suatu transaksi tergantung pbeberapa
kriteria berikut,

yaitu Objek yang dijadikan transaksi dan Cara bertransaksi

B. Pengertian Akad
Akad berasal dari lafal Arab al-aqd yang berarti perikatan, perjanjian
atau permufakatan (al-ittifaq). Jadi akad adalah suatu perikatan, perjanjian
yang ditandai dengan adanya pernyataan melakukan ikatan (ijab) dan
pernyataan menerima ikatan (qabul) sesuai dengan syariat islam yang
mempengaruhi objek yang diikat oleh perlau perikatan. Suatu akad akan sah
secara syariah apabila memenuhi rukun akad itu sendiri. Jumhur Ulama Fiqih
menyatakan bahwa rukun akad terdiri atas :
a) Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighat al-aqd)

b) Pihak yang berakad (al-mutaaqidain)

c) Objek akad (al-maqudalaih)

Apabila salah satu dari rukun tersebut ditinggalkan, maka akad akan
menjadi tidak sah secara syariat islam.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 12


C. Jenis Transaksi dan Akad
Secara umum, dalam sistem ekonomi syariah akad dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1) Akad Tabarru (kontrak transaksi untuk kebajikan)
Akad tabarru adalah perjanjian atau kontrak yang tidak mencari
keuntungan materiil. Akad ini digunakan untuk transaksi yang sifatnya
tolong menolong tanpa mengharapkan adanya keuntungan materiil dari
pihak-pihak yang melakukan perikatan. Akan tetapi dalam transaksi ini
diperbolehkan untuk memungut biaya transaksi yang akan habis
digunakan dalam pengelolaan transaksi tabarru tersebut.
Objek dari akad ini biasanya adalah sesuatu yang diberikan atau
dipinjamkan, yakni sebagai berikut.

a) Akad Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.

Rukun Al-Qardh :

Pihak peminjam (muqtaridh)

Pihak pemberi pinjaman (muqridh)

Dana (qardh)

Ijab qabul (sighat)

b) Akad Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya.
Rukun Ar-Rahn :

Pihak penggadai (raahin)

Pihak penerima gadai (murtahin)

Objek gadai (marhun)

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 13


Hutang (marhun bih)

Ijab qabul (sighat)

c) Akad Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
Rukun Hawalah :

Pihak yang berutang (muhil)

Pihak yang berpiutang (muhal)

Pihak yang berutang dan berkewajiban membayar utang kepada


muhal (muhalalaih)

Utang muhil kepada muhal (muhal bih)

Utang muhal alaih kepada muhil

Ijab qabul (sighat)

d) Akad Wakalah,

Wakalah adalah penyerahan atau pemberian mandat. Orang yang


diberikan amanat oleh orang lain maka orang tersebut akan melakukan
apa yang diamanatkan (dikuasakan) kepadanya.

Rukun Wakalah :

Pihak pemberi kuasa (muwakkil)

Pihak penerima kuasa (wakil)

Objek yang dikuasakan (taukil)

Ijab qabul (sighat)

e) Akad Wadiah,

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 14


Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya baik
individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si pemberi titipan menghendaki.

Jenis wadiah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Wadiah yad al-amanah, adalah akad penitipan barang atau


uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang atau uang yang dititipkan dan tidak
bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang
titipan yang bukan disebabkan oleh kelalaian si penerima
titipan.
Wadiah yad adh-dhamanah, adalah akad penitipan barang
atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa
izin pemilik barang atau uang, dapat memanfaatkan titipan
tersebut dan bertanggung jawab atas semua yang terjadi atas
terhadap titipan tersebut. Semua manfaat yang diperoleh
menjadi hak penerima titipan.

Rukun Wadiah :

Barang atau uang yang dititipkan (wadiah)

Pemilik barang atau uang (muwaddi)

Pihak yang menyimpan atau menerima titipan (mustawda)

Ijab qabul (sighat)

f) Akad Kafalah,
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

Rukun Kafalah :

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 15


1) Pihak penjamin (kaafil)

2) Pihak yang dijamin (makful)

3) Objek penjaminan (makful alaih)

4) Ijab qabul (sighat)

g) Akad Wakaf,
Wakaf adalah jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang
berbentuk uang atau barang tanpa disertai dengan kewajiban untuk
mengembalikannya.
2) Akad tijarah (kontrak untuk transaksi yang berorientasi laba)

Tujuan dari transaksi ini adalah untuk menciptakan kemakmuran dan


kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi. Institusi yang
melaksanakan kegiatan ini bisa institusi swasta murni atau pemerintah yang
berciri swasta. Sifat dasar transaksi dan kontrak ini didalam ekonomi syariah
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

a) Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian

Transaksi/kontrak ini adalah suatu jenis transaksi/kontrak dalam usaha


yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi
jumlah dan waktu penyerahannya. Ada dua hal penting yang terlibat
didalam transaksi ini, yaitu :

1) Objek pertukaran

Objek ini terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut

a. Ayn (harta nyata), berupa barang dan jasa seperti tanah,


bangunan, mobil, peralatan, jasa parkir, jasa karyawan, dan
sebagainya.

b. Dayn (harta keuangan), berupa harta yang memiliki nilai finansial


seperti uang dan surat berharga.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 16


2) Waktu pertukaran

Waktu pertukaran juga terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Naqdan (penyerahan segera), adalah situasi pertukaran yang


waktu penyerahannya dilakukan secara tunai atau pada saat
sekarang (present)

b. Ghairu Naqdan (penyerahan ditangguhkan), adalah situasi


pertukaran dimana waktu pertukarannya dilakukan dimasa akan
datang atau ditangguhkan (deferred)

Jenis-jenis transaksi yang mengandung kepastian dalam perekonomian


islam meliputi sebagai berikut :

3) Akad bai (akad jual beli)

Bai adalah transaksi pertukaran antara ayn dengan dayn. Dalam


transaksi ini penjual telah memasukkan unsur laba ke harga jualnya dan
secara syariat tidak harus memberitahukan kepada pebeli tentang besarnya
laba tersebut.

Rukun Bai :

Penjual (bai)

Pembeli (musytari)

Barang /objek (mabi)

Harga (tsaman)

Ijab qabul (sighat)

Bai secara umum terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 17


Bai al-murahabah

Adalah jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok
barang yang dijual ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak. Pada transaksi ini, penyerahan barang
dilakukan pada saat transaksi terjadi sedangkan pembayarannya dapat
dilakukan secara tunai, ditangguhkan atau dicicil.

Bai as-salam

Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu dimana harga


jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah keuntungan yang
telah disepakati, waktu penyerahan barang dilakukan dimasa akan
datang (ditangguhkan) sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka
(secara tunai).

Bai al-istishna

Adalah transaksi jual beli yang penyerahannya dilakukan dimasa


akan datang dan penyerahan uang atau pembayaran dapat dilakukan
dikemudian hari (ditangguhkan). Transaksi ini merupakan jenis
khusus dari Bai as-salam.

4) Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bitamliik

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa suatu aset. Selain itu juga dapat
didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas
barang dan jasa melalui upah sewa tanpa diikuti oleh pemindahan hak
kepemilikan atas barang dan jasa tersebut.

Ijarah Muntahiyah bitamliik adalah transaksi ijarah yang diikuti


dengan proses perpindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Proses
perpindahan dalam transaksi ini dapat dilakukan dengan cara Hibah atau
janji untuk menjual. Transaksi ini merupakan pengembangan dari
transaksi ijarah.

5) Sharf

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 18


Adalah transaksi pertukaran dayn (mata uang) dengan dayn yang
berbeda atau jual beli mata uang. Dalam transaksi ini, penyerahan mata
uang harus dilakukan secara tunai (naqdan) dan tidak dilakukan secara
tangguh.

6) Barter

Adalah transaksi pertukaran kepemilikan antara dua barang yang


berbeda. Agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam barter ini, maka
informasi tentang harga masing-masing barang haruslah diketahui oleh
kedu belah pihak.

Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung ketidakpastian

Kontrak atas transaksi yang secara alamiah mengandung


ketidakpastian merupakan bagian dari akad tijarah, yaitu akad transaksi
yang bertujuan mencari keuntungan. Transaksi ini merupakan campuran
antara objek ayn dan dayn atau perkongsian antara dua belah pihak atau
lebih (asy-syirkah). Secara umum ada dua jenis syirkah dalam ekonomi
syariah, yaitu sebagai berikut :

1. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama atau campuran antara dua


pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan
produktif, dengan kesepakatan bahwa keuntungan yang diperoleh
akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan risiko
ditanggung sesuai porsi kerjasamanya.

Musyarakah dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :

a. Musyarakah muwafadhah

b. Musyarakah al-inan

c. Musyarakah abdan

d. Musyarakah wujuh

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 19


2. Mudharabah

Mudharabah adalah kesepakatan atau persetujuan antara pemilik


modal dengan para pekerjanya untuk mengelola uang dari pemilik
kedalam suatu usaha tertentu, dengan kesepakatan bahwa keuntungan
yang diperoleh dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati,
sedangkan risikonya akan ditanggung oleh pemilik modal.

Mudharabah dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu :

a. Mudharabah muthlaqah

b. Mudharabah muqayyadah

c. Muzaraah

d. Musaqah

e. Mukhabarah

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 20


IV. SYARAT-SYARAT AKAD

Syarat-syarat akad dibagi menjadi dua , yaitu

A. Syarat-syarat Umum Akad


Secara umum, para ulama fiqih menetapkan syarat-syarat dalam pembuatan
akad selain dari syarat-syarat khusus yang tergantung pada jenis dan kegiatan
yang diperjanjikan dalam akad. Syarat umum suatu akad adalah: Hasballah
Thaib , op. cit.,hal 8-14

1. Para pihak yang melakukan akad telah cakap menurut hukum (mukallaf).

Mukallaf berarti telah dapat dibebani hukum, yang berarti segala


perbuatannnya dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Cakap
artinya telah dewasa dan tidak hilang akal, maka dari itu akad yang dilakukan
orang gila dan anak-anak dianggap tidak sah. Tetapi jika akad tersebut
dilakukan oleh orang tua mereka, atau walinya dan sifat akad yang dilakukan
tersebut memiliki manfaat bagi orang yang diwakilkan, maka akad tersebut
hukumnya sah.

2. Memenuhi syarat-syarat objek akad, yaitu:


o Objek akad telah ada ketika akad dilangsungkan
o Objek akad sesuai syariat
o Objek akad harus jelas dan dikenali
o Objek akad dapat diserahterimakan.
3. Akad tidak dilarang oleh nash Al-Quran dan hadis
4. Akad yang dilakukan memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait dengan
akad itu. Artinya selain harus memenuhi akad-akad umum seperti yang
diuraikan ini, juga harus memenuhi syarat-syarat yang dikhususkan untuk
jenis akad tertentu.
5. Akad harus bermanfaat, oleh sebab itu jika sesorang melakukan suatu akad
dan imbalan yang diambil salah seorang yang berakad adalah kewajiban
baginya, maka akad tersebut batal.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 21


6. Pernyataan ijab harus tetap utuh dan sahih sampai terjadinya qabul.
Apabila ijab tidak utuh dan sahih lagi ketika qabul diucapkan maka akad
tidak sah. Hal ini banyak terjadi dalam akad yang dilangsungkan melaui
tulisan. Misalnya, dua orang yang pedagang dari daerah yang berbeda
melakukan transaksi dagang melalui surat untuk membuat akad. Sebelum
surat yang berisi ijab dari pihak pertama sampai kepada pihak kedua, pihak
pertama telah meninggal dunia maka ketika surat sampai ke pihak kedua dan
dia mengucapkan qabul-nya maka akad tersebut dinyatakan tidak sah.
7. Ijab dan qabul dinyatakan dalam satu majelis, yaitu suatu keadaan yang
menggambarkan suatu proses transaksi. Menurut Mustafa Ahmad Az- Zarqa
majelis yang dimaksud bisa merupakan tempat dilangsungkannya akad atau
bisa juga sebagai keadaan selama proses berlangsungnya akad, sekalipun
tidak pada satu tempat.
8. Tujuan akad harus jelas, dan diakui syara. Tujuan akad berkaitan erat dengan
berbagai bentuk akad yang dilakukannya. Misalnya akad jual beli bertujuan
untuk memindahkan hak milik penjual kepada pembeli dengan imbalan
sejumlah harga kepada penjual oleh pembeli.

Para ulama fiqih menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun
dan syarat-syarat suatu akad mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-
pihak yang melakukan akad. Setiap manusia bebas mengikatkan diri kedalam
suatu akad dan wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan akad
itu. Seperti firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 1: wahai orang-
orang yang beriman penuhilah akad-akad itu

Ulama Hanafiyah berpendapat, setiap orang bebas untuk


mengemukakan dan menentukan syarat, selama syarat tersebut tidak
bertentangan dengan hakikat akad. Menurut pendapat ulama Hanabilah dan
Malikiyah, para pihak dapat mengemukakan suatu syarat dalaam akad selama
syarat tersebut bermanfaat bagi kedua belah pihak.

B. Syarat-syarat yang bersifat khusus,

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 22


Yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat
khusus ini juga disebut dengan idhofi (tambahan) yang harus ada disamping
syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.

C. Syarat Sahnya Akad


Menurut Ulama Hanafiah, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr.
Fathurrahman Djamil, syarat sahnya akad, apabila terhindar dari 6 (enam)
hal, yaitu:
Al-Jahalah (Ketidakjelasan tentang harga, jenis dan spesifikasinya, waktu
pembayaran, atau lamanya opsi, dan penanggung atau penanggung jawab);
Al-Ikrah (Keterpaksaan); Attauqit (Pembatasan Waktu); Al-Gharar (Ada
unsur kemudharatan); dan Al-Syartu al-fasid (Syarat-syaratnya rusak, seperti
pemberian syarat terhadap pembeli untuk menjual kembali barang yang
dibelinya tersebut kepada penjual dengan harga yang lebih murah).[7]
D. Syarat Pelaksanaan Akad
Syarat ini bermaksud berlangsungnya akad tidak tergantung pada izin orang
lain. Syarat berlakunya sebuah akad yaitu (1) adanya kepemilikan terhadap
barang atau adanya otoritas (al-wilayah) untuk mengadakan akad, baik secara
langsung ataupun perwakilan. (2) Pada barang atau jasa tersebut tidak
terdapat hak orang lain.[8]
E. Syarat Kepastian Hukum atau Kekuatan Hukum
Suatu akad baru mempunyai kekuatan mengikat apabila ia terbebas dari
segala macam hak khiyar.[9] Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan
pembeli untuk melanjutkan atau membetalkan akad jual beli yang
dilakukan.[10]
Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara yang
menimbulkan akibat hukum pada hukumnya. Ijab dalam definisi akad adalah
ungkapan atau pernyataan kehendak melakukan perikatan (akad) oleh suatu

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 23


pihak, biasanya pihak pertama. Sedangkan qabul adalah pernyataan atau
ungkapan yang menggambarkan ungkapan kehendak pihak lain, biasanya
dinamakan pihak kedua, menerima atau menyetujui pernyataan ijab.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 24


V. SEBAB BERAKHIRNYA AKAD
Berakhirnya akad berbeda fasakh dan batalnya akad. Berakhirnya akad
karena fasakh adalah rusak atau putusnya akad yang mengikat
antaramutaaqidain (kedua belah pihak yang melakukan akad) yang
disebabkan karena adanya kondisi atau sifat-sifat tertentu yang dapat
merusak iradah. Akat yang batal adalah akad yang menurut dasar dan
sifatnya tidak diperbolehkan seperti akad yang tidak terpenuhi salah satu
rukun atau syaratnya. Sedangkan berakhirnya akad adalah berakhirnya
ikatan antara kedua belah pihak yang melakukan akad (mujib dan qabil)
setelah terjadinya atau berlangsungnya akad secara sah.
Para fuqaha berpendapat bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:
a. Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah
disepakati Apabila akad tersebut memiliki proses waktu. Seperti pada
akad ijarah yang telah habis masa kontraknya.
b. Terealisasinya tujuan daripada akad secara sempurna.
Misalnya pada akadtamlikiyyah yang bertujuan perpindahan hak
kpemilikan dengan pola akad jual beli, maka akadnya berakhir ketika
masing-masing pihak yang telah melakukan kewajiban dan menerima
haknya. Penjual telah menyerahkan barangnya dan pembeli
memberikan staman/harga yang telah disepakati.
c. Barakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak
yang berakad.
Prinsip umum dalam fasakh ialah masing-masing pihak kembali
kepada keadaan seperti sebelum terjadi akad atau seperti tidak pernah
berlangsung akad.Berakhirnya akad karena fasakh ada kalanya
bersifat muntanad(berlaku surut), ada kalanya
bersifat mughtashar (tidak berlaku surat). Pada kasus pencabutan
pemberian kuasa. Maka segalatasharrufnya yang telah dilakukan
sebelum fasakh tetap berlaku, karena pencabutan kuasa tidak berlaku
surut tetapi berlaku semenjak fasakh. Akad dipandang berakhir juga
apabila terjadi fasakh, fasakh terjadi dengan sebab-sebab sebagai
berikut:

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 25


Di fasakh karena adanya hal-hal yang tidk dibenarkan syara
Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat
atau majelis
Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan
karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan.
Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adnya akad tidak
dipnuhi oleh pihak-pihak bersangkutan. Misalnya khiyar
pembayaran (khiyar naqd)
d. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.
Dalam hubungan ini para ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua
akad otomatis berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang
melaksanakan akad. Akad yang bisa berakhir dengan wafatnya salah
satu pihak yang melaksanakan akad, di antaranya adalah akad sewa
menyewa, ar-rahn, al-kafalah, ays-syirkah, al-wakalah, dan al-
muzaraah. Akad juga akan berakhir dalam baial-fudhuli (suatu
bentuk jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada persetujuan
orang lain) apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal.

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 26


Daftar Pustaka

Adi, Edward. 2014. Metodologi Ekonomi Islam, (Online),

(http://adwardd.blogspot.co.id/2012/10/metodologi-ekonomi-islam.html,
diakses 10 September 2016)

IAIN. 2015. Ekonomi Perbankan Syariah, (online),

(http://www.academia.edu/Hakikat_Ekonomi_Islam, diakses 10 September


2016)

Tuntunan Islam.2015. Akad Transaksi dalam Islam, (Online),

(http://tuntunanislam.com/akad-transaksi-dalam-islam/, diakses 10 September


2016)

Ekonomi Syariah | Materi 6 : Metodologi, Konstruksi, dan Akad Transaksi 27

Anda mungkin juga menyukai