Anda di halaman 1dari 6

Pelayanan Medis Di Pulau Terpencil

Temmy Wijaya
10.2012.172
Kelompok F2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
temmy@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak: Masyarakat Pulau Tujuh Kepulauan Riau mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan. Waktu tempuh mereka untuk mendapatkan pelayanan sekitar 7-8 jam
dan menghabiskan biaya yang dapat mencapai Rp.1 juta untuk pergi berobat dengan
menggunakan perahu motor. Kondisi ini tentunya tidaklah menguntungkan bagi masyarakat
Pulau Tujuh karena mereka menghabiskan waktu mereka hanya untuk pulang-pergi dan
menghabiskan penghasilan mereka hanya untuk pergi dengan perahu motor. Keadaan ini
terjadi karena kurangnya tenaga medis seperti dokter keluarga di daerah tersebut. Minimnya
prasarana seperti klinik atau puskesmas juga merupakan alasan masyarakat setempat
kesulitan mendapatkan pelayanan. Berpikir kritis membutuhkan suatu proses yang sistematis
dalam menganalisa permasalahan yang ada. Permasalahan dianalisa sehingga muncul
kesimpulan yang didukung oleh pernyataan-pernyataan sebagai buktinya. Setiap keberadaan
atau tindakan yang terdapat didalam dunia dan semesta dipandang melalui kaca mata atau
pandangan tersendiri dari tiap individu. Dalam tiap pandangan tersebut muncul dampak-
dampak yang akan diraasakan tidak hanya oleh pemilik pandangan tersebut saja melainkan
juga orang lain. Pandangan yang positif dapat memberikan dampak yang positif untuk
lingkungan.
Kata Kunci: Pulau Tujuh, minim pelayanan medis, berpikir kritis, pandangan tersendiri
Abstract: The society of Pulau Tujuh Kepulauan Riau experiencing difficulty in obtaining
health service. It takes them 7-8 hours and cost that can reach Rp. 1 million for just go for
medical treatment with motor boat. This condition is absolutely not profitable for Pulau
Tujuh society because they spend their time to go and return and they also spend their wage
just for ride motor boat. This condition happens because there is lack of medical personnel
like family doctor in that area. Lacking of infrastructure like clinic or puskesmas also part of
the reasons the society have difficulty in getting medical treatment. Critical thinking requires
a systematic process to analysis the existing problem. The problem is analyzed so the
conclusion will appear and being supported by the other statement as the proof. Every
existence or action in this world and universe is viewed from glasses or its own view from
each individual. In every view appear impacts that will be felt not just by the owner of the
view but also others. The positive view can provide positive impacts too for the environment.
Key Words: Pulau Tujuh, lack of medical treatment, critical thinking, own view

1
Pendahuluan
Skenario:
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kepri (Kepulauan Riau) Tjetjep Yudiana, tenaga dan
peranan dokter keluarga sangat diperlukan di pulau terpencil. Contohnya Pulau Tujuh, yang
menjadi salah satu pulau terdepan di Kepri. Masyarakat di sana jika terkena penyakit dan
ingin berobat, harus menempuh waktu 7-8 jam menggunakan perahu bermotor untuk
mencapai lokasi kesehatan. Jika hanya penyakit biasa, mungkin masih bisa diselamatkan.
Tapi bagaimana dengan pasien yang gawat darurat, apakah masih bisa bertahan, jelas
Tjetjep, kemarin.
Bukan hanya itu kata Tjetjep lagi, permasalahan financial juga akan ikut membelenggu
pasien ketika biaya mencapai Rp 1 juta untuk transportasi laut. Biaya itu akan bertambah lagi
ketika keluarga pasien juga membutuhkan biaya tambahan ketika mereka menjaga pasien.
(Sumber cerita dari Batam Pos)

Latar Belakang
Pelayanan medis di pulau terpencil tidaklah memadai. Baik dari sarana kesehatan dan juga
tenaga medis seperti dokter keluarga yang bertugas di pulau terpencil. Kondisi ini
menyebabkan terciptanya keadaan dimana masyarakat setempat kesulitan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebagai contoh menurut Kepala Dinas Kesehatan
Kepulauan Riau (Kepri), masyarakat Kepri terutama yang berada di daerah yang tidak
terdapat fasilitas kesehatan harus menempuh jarak yang jauh untuk menuju pusat kesehatan
yang memakan waktu 7-8 jam perjalanan ditambah dengan biaya perjalanan yang juga tidak
murah. Kondisi ini tentunya tidaklah efisien, terutama bila ada pasien gawat darurat. Selain
itu masyarakat juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk dapat pergi menuju fasilitas
kesehatan. Sehingga dalam kesempatan ini akan disampaikan kemungkinan penyusunan
permasalahan yang terjadi dari sudut pandang ilmu filsafat dan berpikir kritis.
Identifikasi Istilah
Dokter keluarga: dokter yang khusus menangani keluarga

Rumusan Masalah
- Kesulitan pasien di pulau terpencil dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
- Kurangnya tenaga medis dan peranan dokter keluarga di pulau terpencil

Hipotesis
Kurang memadainya pelayanan dan sarana medis di pulau terpencil

Tujuan
Memahami dan menerapkan berpikir kritis dan religious worldview dalam menyelesaikan
masalah

2
Pembahasan
Minimnya Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan dengan skenario tersebut, pelayanan kesehatan di pulau terpencil sangat
minim. Selain yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kepri Bapak Tjetjep Yudiana
yang mengatakan kurangnya dokter keluarga menyebabkan sulitnya masyarakat mendapatkan
kesehatan, kurangnya prasarana kesehatan disana juga dapat menjadi alasan minimnya
pelayanan kesehatan. Sarana dan prasarana yang memiliki nilai kualitas dan kuantitas yang
baik sangatlah diperlukan untuk mendapatkan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat.
Kehadiran dokter, perawat atau bidan tentunya akan sangat membantu, tetapi tanpa adanya
prasarana yang dapat menunjang tentu akan sangat sulit bagi para tenaga medis untuk
melaksanakan tugasnya semaksimal mungkin.

Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
professional.1 Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkapkan kebenaran dengan
menyerang dan menyingkirkan semua yang salah supaya kebenaran akan terlihat. 2 Pemikir
kritis meneliti proses berpikir mereka sendiri dan proses berpikir orang lain untuk mengetahui
apakah proses berpikir mereka masuk akal atau tidak.3 Karenanya dalam berpikir kritis selalu
ditekankan sistematis dalam berpikir. Salah satunya adalah 5W+1H atau what, where, when,
who, why, how. Pola ini merupakan pola yang umum yang biasa dipergunakan sebagai
rumusan dalam memikirkan sebuah permasalahan. Meninjau permasalahan pada skenario
dengan 5W+1H, maka tinjauan antara lain,
1. Apa yang menjadi permasalahannya?
Yang menjadi permasalahannya adalah minimnya sarana dan prasarana medis dan
akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
2. Siapa yang mengalami permasalahan tersebut?
Masyarakat Pulau Tujuh, dan kemungkinan masyarakat yang berada di daerah
maupun pulau terpencil.
3. Dimana permasalahan tersebut terjadi?
Di Pulau Tujuh Kepulauan Riau.
4. Kapan permasalahan tersebut menjadi merugikan masyarakat?
Saat masyarakat membutuhkan pengobatan, terutama bila terdapat warga yang
membutuhkan pertolongan secepatnya.
5. Mengapa terjadi permasalahan seperti demikian?
Karena tidak adanya sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Pulau Tujuh
sehingga masyarakat Pulau Tujuh kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan.

3
6. Bagaimana masalah ini dapat diselesaikan atau ditanggulangi?
Dengan membangun prasarana seperti puskesmas atau klinik di beberapa desa di
Pulau Tujuh(di daerah terpencil) dan menempatkan beberapa dokter, perawat dan
bidan agar masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.

Argumentasi
Dalam berpikir kritis selain proses dalam berpikir yang diteliti atau dievaluasi, terdapat
juga argumentasi untuk dipikirkan. Apakah argumentasi tersebut masuk akal atau tidak,
mendukung atau tidak kesimpulan/fakta yang ada. Argumen adalah sejumlah pernyataan atau
proposisi, satu diantaranya dianggap sebagai kesimpulan dari yang lainnya, sementara
pernyataan-pernyataan lainnya ini dinilai mendukung kebenaran kesimpulan yang ditarik
(Copi dan Burgess-Jackson 1996:3).4 Dilihat dari penalarannya, ada dua macam argumentasi
yaitu argumentasi deduktif dan argumentasi induktif.

Argumen Deduktif
Argumen deduktif adalah bentuk argumen yang premis-premisnya membuktikan atau
menunjukkan kesimpulannya. Proses penalarannya disebut deduksi. Penalaran deduktif
adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti yang tersedia
benar dan penalaran yang digunakan untuk menghasilkan kesimpulan tepat.5 Penalaran
deduktif bertujuan untuk menentukan putusan yang sahih tentang hal khusus tertentu
berdasarkan pemahaman tentang hal-hal yang lebih umum.5

Argumen Induktif
Argumen induktif adalah argument yang premis-premisnya mendukung kesimpulan
dalam argumen. Dalam argumen induktif selalu ada ketidakpastian dalam tepat tidaknya
kesimpulan. Hal ini dikarenakan ketidakpastian atau kekurangan informasi sehingga
kesimpulan yang diambil mempunyai risiko salah. Karena argumen induktif mempunyai
karakteristik ketidakpastian, kesimpulan dari suatu argument induktif sering disebut
hipotesis.5 Kesimpulan dari argumen induktif sering kali merupakan pernyataan yang
dapat menjelaskan mengapa informasi dalam premis-premisnya benar.5
Bila dilihat berdasarkan skenario, maka pernyataan bapak Tjetjep Yudiana dapat dikatakan
sebagai argumen. Berdasarkan dua macam argumen, argument bapak Tjetjep dapat dikatakan
sebagai argument deduktif dikarenakan argumen bapak Tjetjep bersifat menjelaskan atau
menggambarkan.

Religious Worldview
Worldview adalah ide, asumsi atau pandangan mengenai alam semesta dan segala yang
terdapat didalamnya. Menurut Dilthey worldview merupakan suatu set pemikiran mental
yang timbul dari pengalaman kehidupan yang menentukan bagaimana seseorang memahami,
merespons tindakan yang ada di dunia dan apa persepsinya tentang segala sesuatu di
sekelilingnya.6 Sedangkan Michel Foucault mengatakan bahwa worldview hanyalah sebuah
interpretasi semu dari sebuah kenyataan yang hebat yang dibalut dengan kemampuan
linguistik.6 Religious worldview dapat dikatakan sebagai pandangan terhadap dunia dan
segala sesuatu di dalamnya dalam pandangan keagamaan. Terdapat tiga komponen dalam
religious worldview yaitu membentuk orientasi hidup, membangun kemandirian, dan
membangun komunitas yang sehat.

4
Membentuk Orientasi Hidup
Yang dimaksudkan dengan membentuk orientasi hidup adalah mengarahkan kehidupan
yang didasarkan pada worldview kita masing-masing sebagai inidvidu. Dengan kata lain
dengan memilki worldview kita akan dengan sendirinya membentuk arah hidup sehingga
kita dapat mencapai apa yang kita cita-citakan. Dalam kaitannya dengan skenario, jika
pandangan kita adalah individu ada untuk menolong yang lain, maka kita tentu akan
terdorong untuk berusaha menolong mereka dalam bidang kesehatan dengan penyuluhan
yang mengarahkan mereka (penduduk daerah terpencil) untuk dapat hidup lebih sehat dan
lebih baik.

Membangun Kemandirian
Worldview merupakan pandangan mengenai dunia dan semesta dan segala isinya, dan
jika kita memiliki worldview maka kita tentu mengetahui tentang dunia dari cara pandang
worldview masing-masing. Oleh karenanya dengan mengetahui kenyataan yang ada kita
dapat menghadapinya dengan cara kita sendiri. Itulah yang dimaksudkan dengan
membangun kemandirian. Sebagai contoh, jika kita memiliki pandangan bahwa semua
makhluk hidup di dunia ini merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa yang mempunyai
perbedaan maka kita tidak mungkin memandang perbedaan sebagai penghalang dan hanya
memikirkan ras sendiri, kita justru akan melihat perbedaan sebagai suatu yang memang
sudah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Kaitannya poin ini dalam skenario, jika
pandangan atau worldview kita adalah masalah ada untuk diselesaikan maka minimnya
prasarana tidaklah menjadi halangan untuk tenaga medis mengadakan pelayanan medis
disana. Bahkan penduduk Pulau Tujuh yang perlu menghabiskan waktu berjam-jam di
perahu motor yang sangatlah tidak efisien hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tidak memikirkan halangan tersebut dan tetap berusaha untuk bisa datang ke pusat
kesehatan.

Membangun Komunitas Sehat


Setiap ide atau asumsi atau pandangan tentu memiliki dampak terhadap cara kita
berpikir mengenai setiap tindakan atau kejadian dalam kehidupan atau dunia. Dampak dari
pandangan worldview setiap individu akan terasa pada lingkungan dan orang lain.
Karenanya penting memiliki worldview yang dapat menciptakan dampak yang baik. Bila
meninjau skenario, contoh dari membangun komunitas yang sehat misalnya, pandangan
kita adalah setiap orang berhak untuk sehat, untuk bahagia, sejahtera, maka mungkin kita
atau dokter, perawat dan bidan mungkin dapat melakukan penyuluhan selain daripada
melakukan pengobatan. Sehingga masyarakat dapat menjadi berwawasan tentang sakit
penyaki yang tentunya akan menguntungkan mereka kelak meskipun mereka tetap perlu
mendapatkan penanganan dari yang lebih ahli.

Penutup
Pelayanan medis di Pulau Tujuh Kepri sangat minim dikarenakan kurangnya tenaga medis
yang dapat ditempatkan disana dan juga kemungkinan kurangnya klinik atau puskesmas yang
ada. Masalah yang terjadi di Pulau Tujuh dapat dirumuskan dengan pola berpikir kritis seperti
5W+1H untuk menentukan pokok permasalahannya dan juga kemungkinan solusi
permasalahan tersebut. Selain itu, kemungkinan solusi juga dapat diketahui dengan
pendekatan religious worldview. Dimana permasalahan dilihat berdasarkan komponen-
komponen worldview dan ditinjau berdasarkan komponen-komponen tersebut.

5
Daftar Pustaka
1. Yudha EK, Yulianti D, Subekti NB, Wahyuningsih NE, Ester M. Buku ajar keperawatan
pediatrik Wong, editors. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
hal.20.Diunduh dari www.books.google.co.id, 1 November 2012 pukul 20.00 WIB.
2. Baiquni A. Revolusi berpikir Edward de Bono. Diterjemahkan dari de Bono E. Teach your
child how to think. London: Penguin Books; 1993. hal.204. Diunduh dari
www.books.google.co.id, 1 November 2012 pukul 20.10 WIB.
3. Sitompul I. Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar
mengasyikan dan bermakna. Diterjemahkan dari Johnson EB. Contextual teaching and
learning: what it is and why its stay here. California: Corwin Press; 2002. hal.187.
Diunduh dari www.books.google.co.id, 1 November 2012 pada pukul 20.40 WIB.
4. Winarto YT, Suhardiyanto T, Choesin EM, penyunting. Karya tulis ilmiah sosial:
menyiapkan, menulis dan mencermatinya. ed.1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2004.
hal.49. Diunduh dari www.books.google.co.id, 3 November 2012 pukul 13.30 WIB.
5. Takwin B, Lamuddin F, Mubarak HZ. Buku ajar 1 filsafat, logika, etika dan kekuatan dan
keutamaan karakter. Depok: Lembaga Penerbit FE UI; 2011. hal.42-54.
6. Sire WJ. Naming a elephant: worldview as a concept. Madison: InterVarity Press; 2004.
hal.24-31. Diunduh dari www.books.google.co.id, 3 November 2012 pukul 20.10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai