Anda di halaman 1dari 31

Imunologi kanker 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih kurang permulaan abad ini, peranan daripada proses imunologik dalam mengontrol
pertumbuhan tumor telah lama diketahui. Tumor yang berkembang secara progresif sebenarnya
dapat diartikan sebagai suatu kegagalan daripada reaksi imunologik didalam tubuh.

Pada pertumbuhan sel tumor umumnya timbul beberapa antigen baru serta asing bagi
tubuh. Dengan adanya antigen tersebut, mesin imunologik didalam tubuh dapat terangsang,
sehingga menimbulkan suatu reaksi imun yang dapat menghancurkan sel tumor tadi.

Dengan lain perkataan sistem respons imun bukan saja berfungsi sebagai benteng
pertahanan tubuh terhadap serangan kuman penyakit, akan tetapi juga dapat memegang peranan
dalam menjaga timbulnya sel-sel yang abnormal didalam tubuh; keadaan seperti ini dikenal
dengan nama "immunological surveillance". Dengan maju-pesatnya penyelidikan dibidang ini,
sedikit banyak memberikan harapan kepada kita kalau terapi tumor dikemudian hari dapat
dilaksanakan secara metode-metode imunologik.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan
dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

1. Apa pengertian tumor?


2. Bagaimana pembagian tumor ?
3. Bagaimana penamaan, stadium, dan penyebab tumor?
4. Apa antigen tumor?
5. Bagaimana respon imun terhadap tumor?
6. Apa usaha tumor menghindari sistem imun?
7. Bagaimana keganasan sistem imun?
8. Apa yang dimaksud Imunodiagnosis?

Hal 1
Imunologi kanker 2017
9. Bagaimana pendekatan terapi pada tumor?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian tumor
2. Untuk mengetahui bagaimana pembagian tumor
3. Untuk mengetahui bagaimana penamaan, stadium, dan penyebab tumor
4. Untuk mengetahui apa antigen tumor
5. Untuk mengetahui bagaimana respon imun terhadap tumor
6. Untuk mengetahui apa usaha tumor menghindari sistem imun
7. Untuk mengetahui bagaimana keganasan sistem imun
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud imunodiagnosis
9. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan terapi pada tumor

Hal 2
Imunologi kanker 2017
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tumor

1. Sel tubuh yang bersifat abnormal dan berdiferensiasi dengan sangat cepat
2. Berasal dari tumere bahasa Latin, yang berarti "bengkak
3. Pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal
4. Pembesaran ukuran jaringan atau organ secara abnormal

2.2 Pembagian tumor


Tumor dapat berupa tumor neoplasma dan tumor non-neoplasma.
1. Tumor non-neoplasma (benjolan yang bukan penyakit keganasan)
Dapat bermacam-macam :
Kiste: suatu tumor yang berupa kantong dan didalamnya berisi cairan (encer atau setengah
padat). Sebagian besar kista adalah suatu non-neoplasma.
Radang: pembesaran / tumor akibat proses radang yaang disebabkan oleh infiltrasi sel-sel
radang - oedema - vasodilatasi.
Hipertrofi: pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel - sel jaringan
penyusunnya.
Hiperplasia: pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya sel - sel jaringan
penyusunnya.
Displasia: pembesaran suatu organ, akibat bertambah banyaknya dan bertambah besarnya
sel - sel jaringan yang berbeda.
2. Sel Neoplasma (sel kanker)
Adalah sel tubuh itu sendiri yang mengalami mutasi dan transformasi dari bentuk dan
sifatnya, yang berakibat pertumbuhannya menjadi otonom dan tak terkendali.
Mutasi dan transformasi ini terjadi karena kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan
dan differensiasi, dimana kerusakan yang terjadi ini dapat ringan sampai berat dan luas.

Hal 3
Imunologi kanker 2017
Bila kerusakannya ringan, akan terbentuk sel / jaringan neoplasma jinak dan bila berat
dan luas akan terbentuk sel / jaringan neoplasma ganas yang ganas yang lebih akrab dikenal
sebagai kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang
berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang tissue berdekatan dan
tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal menjadi besar. Mereka
biasanya tidak muncul kembali setelah penyingkiran melalui operasi.
Tumor yang tumbuhnya tidak terus menerus dan tidak menginvasi jaringan sehat
sekitarnya secara luas disebut tidak ganas (benigna). Tumor yang terus tumbuh dan
menimbulkan progresif invasif disebut ganas (maligna). Istilah tumor adalah spesifik untuk
tumor yang ganas. Tumor ganas cendrung bermetastasis, gerombol sel tumor kecil dapat terlepas
dari tumor, menginvasi pembukuh darah atau limfe dan dibawa ke organ lain untuk seterusnya
berpoliferasi. Dalam hal ini, tumor primer di satu pihak menimbulkan tumor sekunder di tempat
lain.

2.3 Penamaan, stadium, dan penyebab tumor


A. Penamaan
Hampir semua jenis tumor dinamakan berdasarkan tempat awal mereka berasal.
Misalnya, tumor pada paru dinamakan tumor paru atau tumor pada payudara dinamakan tumor
payudara. Dan ada juga penamaan berdasarkan jaringan asal tumor itu berada, misalnya
fibroadenoma mamae yang berasal dari jaringan fibrous pada payudara.

B. Stadium / Staging
Penentuan stadium / staging diberikan hanya untuk tumor ganas (kanker), dipergunakan
untuk mengetahui seberapa jauh dan luasnya penyakit, dan juga penting untuk pemilihan jenis
terapi dan prognosa (tingkat kesembuhan).

C. Penyebab tumor
1. Mutasi dalam DNA sel
2. Pola hidup yang tidak sehat
3. Demografis populasi
4. Lingkungan dan bahan kimia

Hal 4
Imunologi kanker 2017
5. Faktor keturunan
6. Patogen
Kanker terbentuk melalui 2 kondisi yaitu adanya promoter dan inisiator. Promoter
merupakan rangsangan/stimulus yang berulang-ulang hingga saat memicu DNA inti sel
mengalami mutasi secara tiba-tiba (inisiator). Akibatnya gen-gen akan memberikan instruksi
yang kacau pada tubuh dan memberikan perintah untuk membentuk jaringan monster atau apa
pun bentuknya yang bukan merupakan jaringan normal. Sel-sel yang telah kacau inilah yang
merupakan generasi jaringan kanker atau tumor yang disebut sebagai inisiator kanker. Bila gen
kanker sudah terbentuk maka gen ini akan mudah diturunkan sehingga generasi berikutnya juga
beresiko terkena kanker. Seberapa cepat proses ini terjadi sangat tergantung kepada seberapa
kuat factor promoter dan berapa lama paparan terjadi, serta kemampuan tubuh dalam
menangkal/menetralkan factor promoter.
Prof yukie niwa (pakar radikal bebas internasional) dalam bukunya free radical invite
death memaparkan bahwa oksigen radikal bebas adalah promoter, bahkan sekaligus inisiator
yang dominant dalam menyebabkan kanker/tumor atau bentuk sel tidak normal lainnya. Perlu
diketahui bahwa radikal bebas merupakan bagian dari imun tubuh, karena itu kontak dengan atau
penggunaan/pemakaian bahan-bahan asing/tidak dibutuhkan tubuh turut merangsang
diproduksinya radikal bebas secara berlebihan. Akibatnya radikal bebas tidak saja merusak
bakteri/virus atau menetralkan senyawa asing, tetapi juga ikut merusak inti sel disekitarnya
sehingga berkembang menjadi sel tidak normal, tumor/kanker
Radikal bebas dapat masuk dari berbagai sumber eksternal (dari luar tubuh) seperti :
rokok, polusi udara, polusi air, radiasi sinar UV dan sinar X, zat kimia pertanian, serta obat-
obatan. Radikal bebas sendiri juga diproduksi secara berlebihan oleh tubuh di saat stress,
kelelahan yang amat sangat (fatigue), aktivitas fisik/olahraga berlebihan dalam kondisi suhu
yang ekstrim dan peradangan.
Tumor juga disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah penimbunan mutasi
dibutuhkan untuk tumor dapat muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan gen
penahan tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel memiliki mekanisme yang memperbaiki
DNA dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan dirinya melalui
apoptosis bil DNA rusak terlalu parah. Mutasi yang menahan gen untuk mekanisme ini dapat
juga menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen atau satu gen penahan tumor

Hal 5
Imunologi kanker 2017
biasanya tidak cukup menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah kombinasi dari sejumlah mutasi
dibutuhkan.
DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan apakah oncogene atau gen penahan
tumor telah termutasi. Di masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih baik dengan
menggunakan DNA microarray untuk menentukan karakteristik terperinci dari tumor.
Penuaan menyebabkan lebih banyak mutasi di DNA mereka. Ini berarti prevalence tumor
meningkat kuat sejalan dengan penuaan. Ini juga kasus di mana orang tua yang terdapat tumor,
kebanyakan tumor ini merupakan tumor ganas. Contohnya, bila seorang wanita berumur 20
tahun memiliki tumor di dadanya kemungkinan besar tumor ini adalah jinak. Namun, apabila
wanita berumur 70 tahun makan kemungkinan besar tumor ini adalah ganas.

2.4 Antigen Tumor


Dalam penyelidikan terhadap tumor-tumor yang disebabkan oleh virus dan zat
karsinogen kimia pada binatang percobaan, telah dapat diambil suatu kesimpulan yang jelas
kalau sel tumor tersebut mengandung suatu antigen yang asing bagi tubuhnya sendiri. Bila suatu
tumor yang diinduksi pada binatang yang murni, ditransplantasikan kepada binatang lain dari
jenis yang sama, akan tetapi sebelumnya telah diimunisasi dengan sel-sel tumor tersebut, maka
binatang ini dapat menolak pertumbuhan tumor yang ditransplantasikan tadi.
Timbulnya antigen baru pada suatu tumor dapat disebabkan oleh dua proses, yaitu
1. Hilangnya beberapa antigen yang spesifik daripada jaringan normal,
2. Timbulnya beberapa antigen baru yang spesifik untuk tumor dan tidak terdapat pada sel-sel
normal lainnya.
Proses menghilangnya antigen tubuh yang baru itu agaknya berhubungan dengan proses
diferensiasi fungsi sel tumor. Oleh karena fungsi beberapa system enzim didalam sel tadi
berubah atau menghilang, maka akibatnya proses-proses biokimianya daripada sel tumor berbeda
dengan sel yang normal. Bersamaan dengan kejadian ini, maka keantigenan daripada struktur
protein tersebut yang mungkin mengidentifikasi sel atau jaringan yang bersangkutan, akhirnya
menghilang juga. Disamping proses menghilangnya antigen tadi, maka sel tumor dapat
memperoleh antigen yang baru, terutama pada sel-sel tumor yang diinduksi dengan zat kimia
atau/dan virus. Pada tumor-tumor yang disebabkan oleh zat kimia, maka antara antigen yang
baru timbul dengan zat karsinogen tersebut tidak tampak suatu hubungan yang timbal-balik.

Hal 6
Imunologi kanker 2017
Sering ditemukan kalau zat karsinogen yang sama akan menghasilkan tumor-tumor dengan
antigen yang berbeda-beda serta tidak memperlihatkan reaksi silang sama sekali. Sebaliknya
pada tumor-tumor yang diinduksi oleh virus, umpamanya virus Rous sarkoma pada ayam, virus
polioma pada tikus, virus SV40 pada monyet, ternyata akan menimbulkan antigen-antigen yang
baru serta spesifik untuk tumor.
Yang dimaksudkan dengan spesifik ialah, spesifik terhadap virus yang menginduksi
tumor tadi dan tidak tergantung kepada spesies atau jenis binatangnya. Hal ini agaknya
disebabkan karena informasi genetik virus, terutama virus yang mengandung DNA
("deoxyribonucleic acid"), akan menggabungkan diri dengan khromosom sel yang diinfeksi.
Setelah menggabungkan diri, akhirnya khromosom virus akan turut dalam proses-proses sintesa
protein didalam sel dan hasilnya akan diekspresikan sebagai antigen yang baru serta asing tadi;
biasanya antigen ini terletak pada permukaan sel tumor. Antigen sel tumor ini selain spesifik
juga dapat mengakibatkan suatu reaksi penolakan pada proses transplantasi, oleh karena itu
antigen ini dikenal sebagai "Tumor Specific Transplantation Antigen" atau sering disingkat
dengan TSTA. Selain antigen pada permukaan sel ini, sebenarnya ada pula antigen baru. yang
letaknya lebih kedalam sel, yaitu pada nukleusnya; akan tetapi ditinjau dari sudut imunologi,
antigen-antigen tersebut lebih sukar untuk dikenal.
Identifikasi molecular antigen tumor telah dapat memberikan berbagai informasi
mengenai respon imun terhadap tumor dapat merupakan faktor kunci dalam perkembangan
imunoterapi antitumor. Antigen tumor yang unik dapat digunakan sebagai molekul sasaran untuk
dikenal sistem imun untuk dihancurkan secara spesifik. Antigen tersebut dapat dibagi sesuai
gambaran ekspresinya pada sel tumor dan sel normal.
1. Tumor Specific Antigen
TSA atau TSTA merupakan antigen sasaran ideal untuk tumor terapi imun tumor.
Respons imun terhadap antigen demikian memberikan banyak harapan untuk dapat
menghancurkan banyak sel tumor tanpa merusak sel yang sehat. Contoh TSA adalah suatu
protein yang diproduksi akibat mutasi satu atau lebih gen. Jenis TSA yang lain adalah protein
dalam tumor yang diindiksi virus. TSA sangat menarik ditinjau dari imunoterapi, meskipun
sampai sekarang belum memberikan keuntungan yang jelas.
2. Tumor Associated Antigen

Hal 7
Imunologi kanker 2017
Ada 2 jenis antigen tumor yaitu TSTA dan TATA. Yang pertama tidak ditemukan pada
sel normal, dapat timbul oleh mutasi sel tumor yang memproduksi protein sel yang berubah.
Proses protein terjadi dalam sitosol dan menghasilkan peptida yang diikat MHC-1 dan
menginduksi CTL yang tumor spesifik.
TAA tidak unik untuk tumor, dapat merupakan protein yang diekspresikan oleh sel
normal selama perkembangan fetal waktu sistem imun masih imatur dan dan tidak dapat
memberikan respons. Pada keadaan normal tidak diekspresikan pada dewasa. Pada banyak hal,
tumor tidak menunjukkan antigen unik yang dapat dikenal limfosit untuk diproses sebagai
antigen. Tumor dapat dikenal sebagai sistem imun atas dasar perubahan kuantitatif dalam
ekspresi profil proteinnya. Antigen tersebut tidak tumor spesifik, disebut TAA.
a. Antigen onkofetal adalah contoh TAA. Antigen tersebut disandi oleh gen yang
diekspresikan selama embryogenesis dan perkembangan janin, namun transkripsional
tenang pada dewasa. Gen tersebut menjadi protein yang diduga berperan dalam
pertumbuhan cepat sel embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada
tumor yang tumbuh cepat. Golongan antigen onkofetal diekspresikan testis normal,
dikenal sebagai antigen tumor testis, paru, kepala, leher, dan kandung kencing.
Dewasa ini dikensl lebih dari 50 jenis TAA dan banyak epitop yang sudah dapat
diidentifikasikan sel T.
b. Jenis TAA lain adalah tissue-specific dan ekspresinya ditemukan terus sesudah
transformasi neoplastik. Jadi antigen tersebut menunjukkan asal jaringan tumor.
Melanoma differentiating antigen gp 100
Gen tersebut menjadi protein yang berfungsi dalam jalur biosintesis melanin sel kulit dan
juga diekspresikan oleh banyak tumor melanoma dengan pigmen.
PSA diekspresikan jaringan prostat normal dan dengan tumor.
Carcinoembryonic Antigen
CEA yang dapat dilepas ke dalam sirkulasi, ditemukan dalam serum penderita dengan
berbagai neoplasma. Kadar CEA yang meningkat ( diatas 2,5 mg/ml ) ditemukan dalam
sirkulasi penderita tumor kolon, tumor pancreas, beberapa jenis tumor paru, tumor payudara
dan lambung. CEA telah pula ditemukan dalam darah penderita nonneoplastik seperti
emfisema, colitis ulseratif, prankreatitis, peminum alkohaol dan perokok.

Hal 8
Imunologi kanker 2017
AFP ditemukan dengan kadar tinggi dalam serum fetus normal, eritroblastoma testis dan
hepatoma.

2.5 Respons Imun Terhadap Tumor


Imunitas tumor ialah proteksi sistem imun terhadap timbulnya tumor. Meskipun adanya
respon imun alamiah terhadap tumor yang dapat dibuktikan, namun imunitas sejati dapat terjadi
pada subset tumor yang mengekspresikan antigen imunogenik, misalnya tumor yang di induksi
virus onkogenik yang mengekspresikan antigen virus. Berbagai jenis virus yang dilaporkan
menunjukkan hubungan dengan tumor.

2.6 Imunitas Humoral


Melalui cara sebagai berikut:
1. lisis oleh antibodi dan komplemen
2. opsonisasi melalui antibodi dan komplemen
3. hilangnya adhesi oleh antibodi
Meskipun imunitas selular ada tumor lebih banyak berperan dibanfing imunitas humoral,
tapi tubuh membentuk juga antibody terhadap antigen tumor. Antibody tersebut ternyata dapat
menghancurkan sel tumor secara langsung atau dengan bantuan komplemen atau melalui sel
efektor ADCC. Yang terakhir reseptor Fc misalnya sel NK dan makrofag (opsonisasi) atau
dengan jalan memcegah adhesi sel tumor. Pada penderita tumor sering ditemukan kompleks
imun, tetapi pada kebanyakan tumor sifatnya masih belum jelas. Antibody diduga lebih berperan
terhadap sel yang bebas (leukemia, metastase tumor) disbanding tumor padat. Hal tersebut
mungkin disebabkan karena antibody membentuk kompleks imun yang mencegah sitotoksisitas
sel T.

2.7 Imunitas selular


Pada pemeriksaan patologi anantomi tumor, sering ditemukan infiltrate sel-sel yang
terdiri atas sel fagosit mononuclear , limfosit, sedikit sel plasma dan sel mast. Meskipun pada
beberapa neuplasma, infiltrate sel mononuclear merupakan indicator untuk prognosis yang baik,
tetapi pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun
dapat langsung menghancurkan sel tumor tanpa sensitasi sebelumnya.

Hal 9
Imunologi kanker 2017
Limfosit matang akan mengenal TAA dalam pejamu, meskipun TAA merupakan self-
protein yang disandi gen normal. Adanya limfosit yang self-raktif nampaknya berlawanan
dengan self-toleran. Bila sel B dan T menjadi matang dalam sumsum tulang dan timus, limfosit
yang terpajan dan berikatan dengan self-antigen akan mengalami apoptosis . namun banyak yang
self-antigen tidak di ekspresikan dalam sumsum tulang dan timus. Oleh karena deletion sentral
tidak lengkap dan limfosit sel reaktif yang mengenal antigen tidak di ekspresikan dalam sumsum
tulang atau timus, maka sistem imun biasanya tidak responsive terhadap antigen oleh karena ada
dalam keadaan energy. Mengapa sel autoreaktif dipertahankan dalam keadaan inaktif tidaklah
jelas. Diduga limfosit anergik tidak memberikan respon terhadap self-antigen dengan kadar yang
di ekspresikan pada keadaan normal oleh sel sehat, namun responsive terhadap peningkatan
ekspresif antigen pada sel tumor.

1. Cytolytic Thymus-Dependent Lymphocytes (Ctls) = Cytotoxic T Cells


a) Banyak studi menunjukkan bahwa tumor yang mengekspresikan antigen unik dapat memacu
CTL/Tc spesifik yang dapat menghancurkan tumor. CTL biasanya mengenal peptide asal
TSA yang diikat MHC-I. CTL tidak selalu efisien, disamping respon CTL tidak selalu
terjadi pada tumor.
b) CTLs, dapat membunuh tumor setelah dipresentasikan oleh MHC kelas I. sebagai sel-sel
efektor utama dalam penolakan tumor cangkok dan tumor-tumor yang disebabkan oleh DNA
virus. CTLs dapat membunuh sel-sel target melalui 2 pathway :
a. Pathway pertama, yang melibatkan sekresi protein dan protease serin alami yang
keduanya ada dalam granula unik pada CTLs
b. Pathway kedua, memerlukan cross-linked ligands permukaan pada CTLs
dengan reseptor permukaan spesifik pada sel-sel tumor untuk merangsang
apoptosis sel-sel tumor (program kematian sel).

2. Sel NK
Sel NK adalah limfosit sitotoksik yang mengenal sel sasaran yang tidak antigen spesifik
dan juga tidak MHC dependen. Diduga bahwa fungsi terpenting sel NK adalah anti tumor. Sel
NK mengekspresikan FcR yang dapat mengikat sel tumor yang dilapisi antibody dan dapat
membunuh sel sasaran melalui ADCC dan pengelepasan protease, perforin, dan granzim. Sel-sel

Hal 10
Imunologi kanker 2017
NK dapat membunuh sel-sel tumor tanpa mensintesa sebelumnya Antigen spesifik, aktivitas-nya
tidak memerlukan adanya MHC kelas I pada sel-sel target. Diperkirakan sel-sel NK ambil bagian
dalam pengawasan tumor yang mulai timbul dan juga terhadap pertumbuhan metastatik tumor.
NK, berkembang dalam bone marrow, kemudian diperoleh dalam peripheral blood, sel
pit (sinusoid liver)dan sinusoid limpa . Dapat mensekresi interferon gamma, dan secara spontan
membunuh sel yang diinfeksi virus dan sel-sel tumor. Mempunyai reseptor yang berikatan
dengan bagian dari molekul IgG. Saat berikatan, sel-sel NK memasukkan suatu protein ke sel
target, menyebabkan sel target membengkak dan pecah.

Aktivasi Sel NK dan ADCC

3. Makrofag
Memiliki enzim dengan fungsi sitotoksik dan melepas mediator oksidatif seperti
superoksik dan oksida nitrit. Makrofag juga melepas TNF- yang mengawali apoktosis. Diduga
makrofag mengenal sel tumor melalui IgG-R yang mengikat antigen tumor. Makrofag dapat

Hal 11
Imunologi kanker 2017
memakan dan mencerna sel tumor dan mempresentasikannya ke sel CD4+. Jadi makrofag dapat
berfungsi sebagai inisiator dan efektor imun terhadap tumor.

Lebih jelasnya, berikut penjelasan reaksi imunologi tubuh terhadap tumor:


Oleh karena sel-sel tumor mempunyai antigen baru yang oleh mesin imunologik
dianggap bukan sebagai "self" antigen, maka lambat laun akan terjadi suatu proses terbentuknya
suatu reaksi imun terhadapnya. Pada prinsipnya reaksi imun itu dapat dibagi atas dua bagian,
yaitu pertama, dengan jalan terbentuknya suatu molekul imunoglobulin yang mempunyai daya
antibodi yang spesifik terhadap TSTA, dan kedua, dengan jalan terbentuknya sel-sel limfosit
yang sensitif terhadap antigen itu. Dengan lain perkataan, didalam tubuh dapat terjadi dua
macam reaksi imunologik, yang satu dibawakan oleh system humoral dan yang lainnya
dibawakan oleh system sel.
Agar respons imun dapat dimulai, maka antigen harus dilepaskan terlebih dahulu oleh
sel-sel tumor dan dengan aliran darah atau limfe, akhirnya sampai kedalam limfonodus dan/atau
limpa. Didalam organ-organ tersebut, antigen itu akan diproses oleh sel-sel makrofag agar
selanjutnya dapat bereaksi dengan sel-sel limfosit. Sel ini, yang umumnya berasal atau berada
dibawah pengaruh sumsum tulang, dikenal sebagai sel limfosit-B (dari "Bone Marrow"), dan
setelah mengadakan kontak dengan antigen tersebut lambat laun sel ini akan berkembang dan
mengalami proses diferensiasi. Sel limfosit tersebut akhirnya akan menjadi sel yang matang dan
siap untuk mensintesa molekul imunoglobulin, yaitu suatu molekul yang 'mempunyai daya
antibodi yang spesifik; dalam hal ini, spesifik terhadap antigen sel tumor tadi. Antibodi-antibodi
yang dibentuk ternyata dapat mempunyai beberapa aktifitas; dan dari sekian banyak antibodi,
yang mempunyai hubungan dengan pasang-surutnya pertumbuhan tumor hanya ada dua macam,
yaitu "cytotoxic antibody" dan "enhancement antibody". Antibodi yang pertama ini dapat
mengaktifkan sistem komplemen didalam peredaran darah. Biasanya antibodi ini termasuk kelas
IgG yang mempunyai sifat dapat mengikat sistem komplemen tadi. Selanjutnya secara proses
yang bertingkat, maka seluruh komponen didalam sistem komplemen itu diaktifkan sehingga
dapat berfungsi, yaitu dengan jalan melakukan pengrusakan pada membran sel tumor.

Hal 12
Imunologi kanker 2017
Pada "enhancement antibody" keadaan yang sebaliknya akan ditemukan; dalam hal ini,
justru dengan adanya antibodi tersebut, sel-sel tumor dapat tumbuh dengan baik. Agaknya
antibodi ini memperlihatkan suatu daya "blocking efect" terhadap serangan imunologik yang
dibawakan oleh sistem sel. Hal ini disebabkan karena antibodi tersebut ternyata hanya bereaksi
dengan TSTA akan tetapi tidak mengaktifkan system komplemen. Dengan terjadinya reaksi
antara antigen dan antibodi itu, maka antigenik determinan pada TSTA justru akan terlindung
terhadap serangan sel-sel imun.
Antigen-antigen tumor selain mengadakan kontak dengan sel-sel Iimfosit-B, juga dapat
merangsang sel-sel yang berasal atau berada dibawah pengaruh kelenjar timus; sel seperti ini
disebut sel-sel Iimfosit-T (dari "Thymus"). Sel tersebut bila telah mengadakan kontak dengan
antigenik determinan sel tumor, segera akan berkembang dan melakukan diferensiasi sehingga
menjadi suatu sel limfosit yang peka atau sensitif. Nanti bila ada rangsangan antigen yang serupa
untuk kedua kalinya, sel tersebut akan segera bereaksi dengan jalan mengeluarkan suatu zat yang
disebut "Iymphokine". Zat ini mempunyai daya merangsang sel-sel fagosit diseluruh tubuh;
selain sel-sel tersebut akan memperbayak diri dan mengadakan migrasi ketempat terjadinya
tumor, juga dapat mengakibatkan sel-sel itu melakukan penyerangan secara fagositosis.
Pengrusakan jaringan oleh sistem sel ternyata lebih bermanfaat dan hebat daripada sistem
humoral. Adanya proses imun yang dibawakan oleh system sel ini, dapat dibuktikan pada
binatang percobaan, yaitu dengan jalan memindahkan sel-sel limfosit yang peka dari hewan yang
imun ke hewan yang tidak imun. Hewan yang menerima sel tersebut segera akan
memperlihatkan suatu reaksi imunologik. Pada hewan-hewan yang telah dilakukan suatu
timektomi atau pada penderita yang mempunyai kelainan pada kelenjar timusnya, tidak akan
memperlihatkan suatu reaksi imun sel; dan biasanya pada hewan atau penderita semacam itu
akan lebih mudah terjangkit tumor.

Hal 13
Imunologi kanker 2017

Hal 14
Imunologi kanker 2017

2.8 Peran respon imun dalam menangkal tumor


Sel tumor kebanyakan terbentuk pada keadaan system imun tersupresi, ketika tidak ada
respon imun sel T, sel tumor yang seringkali muncul pada keadaan tersebut adalah
lymphoproliferative.

2.9 Efektivitas respon imun dalam melawan sel tumor


1. Sel tumor berada pada situs daerah istimewa
Mata dan jaringan dari nervous system adalah bagian dari situs istimewa yang kemudian
keberadaan sel tumor ini akan hancur oleh respon system imun.
2. Modulasi antigen dari antien tumor
Respon imun akan merusak seluruh antigen sel tumor.
3. Kehadiran dari blocking factor
Proses penghancuran sel tumor oleh komponen dari system imun merupakan blockade sel
tumor tersebut dari sirkulasi atau perputaran sel tumor dalam tubuh.
4. Supresor T limfosit
Antigen spesifik supresor sel T berperan dalam regulasi system imun.
5. Imun supresi oleh sel tumor

Hal 15
Imunologi kanker 2017
Sel tumor memproduksi prostaglandin, yang dapat mengurangi sensitivitas respon imun.
6. Pertumbuhan pesat dari sel tumor
Respon imun dan komponen-komponenya mempunyai keterbatasan dalam
menghancurkan sel tumor, hal ini dapat terjadi pada saat system imun sdang lemah atau
sel tumor dan mekanisme pertumbuhannya dapatmengelabui system imun.

2.10 Usaha Tumor Menghindari Sistem Imun


Kemampuan sistem imun dalam mendeteksi dan menghancurkan sel tumor disebut
immune surveillance.
Tumor dapat mengelabui sistem imun dengan berbagai macam cara
a) Tumor dapat memiliki imunogenitas yang rendah, beberapa tumor tidak memiliki peptide
atau protein lain yang dapat ditampilkan oleh molekul MHC, oleh karena itu sistem imun
tidak melihat ada sesuatu yang abnormal. Sel tumor lain tidak memiliki satu atau lebih
molekul MHC, dan kebanyakan tidak mengekspresikan co-stimulatory protein yang
dibutuhkan untuk dapat mengaktivasi sel T.
b) Beberapa sel tumor memproduksi faktor-faktor seperti TGF- yang dapat secara langsung
menghambat aktivitas sel T.
Didalam tubuh manusia atau hewan, sebenarnya terdapat dua proses yang saling
bertentangan, yaitu proses pertumbuhan tumor dan proses penolakan tumor oleh sistem
imunologik tubuh. Sebenarnya hal ini dapat diumpamakan sebagai suatu timbangan yang terdiri
daripada kedua proses tersebut, proses yang satu disebelah kanan dan lainnya disebelah kiri. Jadi
bila anak timbangan lebih berat pada reaksi imunologiknya, maka tumor tidak akan tumbuh, dan
sebaliknya, bila anak timbangan lebih berat pada pertumbuhan tumor, maka tumor tersebut akan
lebih leluasa dan cepat tumbuhnya.
Perubahan-perubahan pada respons imun atau keadaan-keadaan yang mengakibatkan
lumpuhnya reaksi imunologik sehingga menyebabkan suatu tumor dapat tumbuh tanpa mendapat
suatu gangguan, dapat disebabkan oleh beberapa faktor atau hal, yaitu antara Iain,

1. Umur

Hal 16
Imunologi kanker 2017
Umur sangat mempengaruhi kematangan system mimun respons didalam tubuh. Pada
umur yang muda hingga dewasa, kapasitas imunitas akan mencapai puncaknya dan lambat
laun akan menurun terutama pada usia yang agak lanjut.

2. Genetika
Bila ada kelainan-kelainan genetika, terutama yang menyerang mesin imunologik dan
komponen- komponen imun sel dan humoral, dapat mengakibatkan fungsi imunologik yang
abnormal pula.
3. Defisiensi imunologik
Terjadinya kekurangan pada faktor-faktor imunologik, sehingga reaksi kekebalan tidak
sempurna. Pada keadaan-keadaan seperti hipogamaglobulinemia, ataksi-telangiektasia dan
lain-lain, akan ditemukan frekwensi tumor yang lebih tinggi daripada orang-orang yang
normal.
4. imunosupresif
Bila sistem imunologik tertekan, umpamanya disebabkan oleh obat-obatan (azathioprine,
6- mercaptopurine dll), radiasi atau serum antilimfosit, maka akan mengakibatkan suatu
kelainan dalam daya tangkap terhadap rangsangan anti gen.
5. Toleransi
Antigen-antigen yang spesifik seperti pada permukaan sel tumor, kadang-kadang sangat
lemah, sehingga tidak cukup untuk dapat merangsang sistem respons imun. Antigen-antigen
yang lemah ini terutama ditemukan pada tumor-tumor yang disebabkan oleh virus-virus
yang mempunyai periode laten yang panjang, sedangkan virus-virus dengan periode laten
yang pendek, keantigenannya kuat sekali.
6. "Blocking efect"
Hal ini telah diterangkan diatas, yaitu adanya antibodi yang justru melindungi TSTA dari
serangan sel-sel limfosit.

2.11 Keganasan Sistem Imun


1. Penyakit limfoproliferatif

Hal 17
Imunologi kanker 2017
Kelainan limfoproliferatif yaitu lekemia limfoid dan limfoma maligna merupakan
keganasan sel limfoid yang terjadi pada tahap diferensiasi yang berbeda. Tumor sistem imun
dapat dibagi menjadi limfoma atau leukemia. Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan
limfoid mencakup system limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai
dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dan
kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar system limfatik
dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organ lain. Perbedaannya dengan
leukemia, limfoma berproliferasi sebagai tumor padat dalam jaringan limfoid seperti sumsum
tulang, KGB dan timus. Sedangkan leukemia cenderung berproliferasi sebagai sel tunggal dan
ditemukan dari peningkatan jumlah sel dalam darah atau kelenjar limfe. Leukemia dapat
berkembang dalam jaringan limfoid atau myeloid. Pada lomfoma sel abnormal hanya ditemukan
dalam jaringan (kelenjer limfoid dan limfa). Namun pada beberapa kasus kurang adekuat
membedakan keduanya.
a. Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah keganasan system limforetikuler dan jaringan
pendukungnya yang sering menyerang kelenjar getah bening dan disertai gambaran histopatologi
yang khas. Ciri histopatologis yang dianggap khas adalah adanya sel Reed Steinberg atau
variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran pleimorfik kelenjar getah bening
Klasifikasi
Tipe utama Sub-tipe Frekuensi
Bentuk lymphocyte predominance (LP) Nodular }5%
Difus
Bentuk nodular sclerosis (NS) 70-80%
Bentuk Mixed Cellulating (MC) 10-20%
Bentuk Lymphocyte Depletion (LD) Reticular }1%
Fibrosis difus

b. Limfoma non Hodgkins


Adalah kanker yang berasal dari sistem limfatik, disease ini melewati jaringan dan
menyebar ke seluruh tubuh. Pada non Hodgkins limfoma, tumor berkembang dari sel darah

Hal 18
Imunologi kanker 2017
putih. Tumor ini dapat tumbuh dari tempat yang berbeda-beda di tubuh. Hodgkin adalah suatu
keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat.
Non Hodgkins limfoma terjadi tujuh kali lebih sering dibanding dengan limfoma tipe
lain. Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Lebih dari 45.000 pasien didiagnosis
sebagai limfoma non Hodgkin (LNH) setiap tahun di Amerika Serikat. Limfoma non Hodgkin,
khususnya limfoma susunan saraf pusat biasa ditemukan pada pasien dengan keadaan defisiensi
imun dan yang mendapat obat-obat imunosupresif, seperti pada pasien dengan transplantasi
ginjal dan jantung.
c. Limfoma angioimunoblastik
Sering ditemukan adanya anemia hemolitik autoimun dan hipergamaglobulinema.
Histology kelenjar limfoid menunjukkan adanya infiltrate campuran limfoid dengan
pembentukan pembuluh darah kecil.
d. Limfoma/leukemia sel T dewasa
Leukemia jenis ini sering ditemukan di karibia dan Jepang. Ditimbulkan oleh virus
HTCL tipe 1 yang ditandai dengan proliferasi CD4 yang aktif mengekspresikan CD25.
e. Leukemia limfositik kronis
Tes diagnostic dilakukan dengan phonetyping limfosit. Pada 95% kasus ditemukan sel
yang berasal dari sel B (B-CLL). Sel tersebut menunjukkan ekspresi CD5 yaang biasa ditemukan
pada antigen panT (CD19+, CD5+). Beberapa sel tersebut juga ditemukan pada neonates dan
beberapa penyakit autoimun.
f. Hairy cell leukaemia (HCL)
HCL merupakan penyakit limfoproliferatif sel B yang lain yang cendrung ditemukan
pada usia lanjut. Lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Sering ditemukan
pansitopeia dan sel limfoid dengan penampilan hairy yang ditimbulkan oleh proyeksi
sitoplasma halus yang banyak. Fibrosis sumsum tulang dapat terjadi dan limfosit menunjukkan
ekspresi molekul adhesi CD11c yang anormal.
g. Common acute lymphoblastic leukemia
Call berasal dari sel B yang berkembang menjadi sel plasma dan sangat agresif. Tanpa
terapa, c ALL dapat menimbulkan kematian dalam beberapa minggu setelah diagnosis
ditegakkan. Myeloma berasal dari sel plasma matang, tumbuh perlahan, meepas immunoglobulin
monoclonal dan penderita dapat hidup bertahun-tahun tanpa terapi.

Hal 19
Imunologi kanker 2017
h. Mikosis fungoides
Mikosis fungoides merupakan limfona sel T kulit yang khas mengenai pria usia
pertengahan. Sela ganas adalah sel T CD4 dengan nucleus yang menunjukkan gambaran yang
tidak normal. Meskipun definisi mikosis fungoides terbatas pada kulit namun dapat menjadi
sistemik yang ditandai dengan limfadenooati, splenomegali, dan leukemia yang disebut sindrom
sezary.
i. Myeloma multiple
Myeloma multiple (MM) ditemukan terutama pada usia diatas 70 tahun, lebih banyak
daripada pria disbanding wanita. Dalam serum ditemukan paraprotein yaitu suatu
immunoglobulin abnormal yang diproduksi klon sel B yang ganas. Myeloma igG merupakan
yang terbanyak (37%), igA (27%), igD (1,5%), igM (0,2%), dan igE (0,1%).
j. Gamotapi monoclonal
Gamotapi monoclonal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan paraprotein
yang tidak memilki cirri paraprotein yang ganas. Diduga bahwa stimulasi imun menimbulkan
proliferasi selektif klon sel B.
k. Makroglobulinemia waldenstrom
Merupakan suatu penyakit yang umumnya terjadi pada usia sangat lanjut, yaitu diatas 80-
90 tahun. Namun kini mulai banyak ditemukan pada usia yang lebih muda. Penyakit ini ditandai
dengan perkembangan paraprotein igM.
l. Krioproteinemia
Krioprotein (termasuk kriogglobulin dan fibrinogen) merupakan serum protein abnormal
yang akan diendapkan pada suhu dibawah normal. Protein ini selanjutnya akan membentuk
kompleks imun dan secara parsial mengktifkan jalur komplemen klasik. Kadar C4 serum yang
rendah disertai C3 normal merupakan temuan yang khas pada krioproteinemia, yang terjadi
sebagai akibat aktifasi jalur klasik yang tidak sempurna pada fase cair.

2.12 Keganasan Yang Disebabkan Virus


Virus herpes dan virus retro menginfeksi sel tanpa menimbulkan sitolisis atau
membunuhnya. Virus dapat memacu pertumbuhan sel terinfeksi yang tidak terkontrol. EBV
dapat menimbulkan infeksi mononucleosis/glandular fever, limfona dan karsinoma
nasofaringeal, limfona yang dipacu EBV sering terjadi pada penderita dengan imunodefisiensi

Hal 20
Imunologi kanker 2017
dan daerah malaria. EBV memproduksi protein yang merangsang pertumbuhan sel terinfeksi
tidak terkontrol dan mencegah apoptosis.
Infeksi virus lainnya seperti virus herpes 8 (HV8) dapat menimbukkan sarcoma Kaposi
pada individu dengan imunodefisiensi. Keganasan sel T jarang terjadi. Bila terjadi sering
disebabkan virus T limfotropik (HLC1), suatu retrovirus yang menyandi protein tax dan
menunjukkan efek serupa dengan IL-2 (factor pertumbuhan sel T). HLV1 jarang terjadi dinegara
berkembang.

2.13 Imunodiagnosis
Dapat dilakukan dengan tujuan:
1. Menemukan Ag spesifik terhadap sel tumor.
2. Mengukur RI pejamu terhadap sel tumor.
Sel tumor dapat ditemukan dalam sitoplasma. Ciri-ciri suatu tumor dapat ditentikan dari
sitopasma permukaan sel atau produk yang dihasilkan atau dilepasnya yang berbeda baik dalam
sifat maupun dalam jumlah disbanding orang normal.
Pertanda tumor mempunyai sifat antigen yang lemah. Adanya antibody monoklonal telah
banyak membantu dalam imunodiagnosis sel tumor dan produknya. Sampai sekarang,
imunodiagnosis tumor belum dapat dipraktekkan untuk menemukan tumor dini, tetapi
mempunyai arti penting di klinik dalam memantau progres atau regresi tumor tertentu.

A. Imunodiagnosis tumor
1. Deteksi sel tumor dan produknya dengan cara imunologik
Protein mieloma Bence-Jones (misalnya tumor sel plasma)
Alfa Feto Protein (AFP pada kanker hati)
Antigen karsinoembrionik (CEA pada kanker gastrointestinal)
Deteksi antigen tumor spesifik (dalam sirkulasi atau dengan immunoimaging)

2. Deteksi respons imun anti-tumor


Antibodi antitumor
CMI antitumor

Hal 21
Imunologi kanker 2017
B. Tumor Marker (Petanda Tumor)

Petanda tumor adalah suatu substansi yang dapat ditemukan dalam tubuh karena adanya
kanker, biasanya ditemukan dalam darah atau urine, yang diproduksi langsung oleh sel-sel
kanker atau tubuh sendiri sebagai respon terhadap adanya kanker atau kondisi lain. Mayoritas
petanda tumor adalah protein.
Petanda tumor ini ada beberapa macam. Beberapa hanya terdapat dalam satu jenis
kanker, lainnya bisa terdapat dalam beberapa jenis kanker. Marker ini didaatkan dengan
memeriksa darah atau urine menggunakan antibodi manusia yang akan bereaksi dengan protein
spesifik dari tumor tersebut.
Petanda tumor ini sangat berguna untuk skrining dan deteksi awal kanker. Skrining
digunakan pada pasien sehat yang tidak memiliki keluhan maupun gejala klinis. Sedangkan
deteksi awal berarti menemukan kanker pada stadium awal, sebelum penyebaran dan masih
berespon baik terhadap pengobatan.
Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis kanker dan
membantu diagnosis penyebaran tumor ketika tumor primer(asal)nya belum diketahui. Petanda
tumor biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker, pada banyak kasus, kanker hanya
didiagnosis dengan biopsi. Petanda tumor juga dapat digunakan untuk menunjukkan agresivitas
kanker seseorang atau seberapa baik responnya terhadap obat tertentu. Hal ini mengingat
beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker yang lain.
Tumor marker juga digunakan untuk mendeteksi adanya kekambuhan (relaps) kanker
setelah terapi. Beberapa wanita yang sudah mendapatkan terapi untuk tumor payudara selama
bertahun-tahun, tetap harus melakukan pemeriksaan kadar Ca 15-3. Hal ini kadang dapat
mendeteksi berulangnya kanker bahkan sebelum munculnya gejala klinis atau terbukti dari
pemeriksaan MRI, pada kasus kanker colorectal, pemeriksaan CEA juga dapat mendeteksi
kekambuhan. Dan yang paling penting dari manfaat petanda tumor adalah untuk monitoring
erapi kanker, utamanya pada kanker stadium lanjut. Jika petanda tumor yang diperiksa spesifik
dengan jenis kanker, akan sangat mudah untuk mengetahui rspon terapi daripada harus
melakukan foto toraks ulang, CT scan, bone scan atau pemeriksaan lain yang relatif lebih mahal.
Jika kadar petanda tumor menurun, hampir selalu merupakan indikasi keberhasilan terapi, begitu
juga sebaliknya.

Hal 22
Imunologi kanker 2017

2.14 PETANDA TUMOR SPESIFIK


A. Alpha fetoprotein(AFP)
Sangat berguna untuk mengertahui responds terapi pada kanker hati ( Karsinoma
Hepatoseluler ).Kadar normal AFP biasanya <20ng/ml. Kadar AFP akan meningkat pada dua
dari tiga pasien dengan kanker hati, kadar AFP ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya
ukuran tumor. Pada pasien dengan kanker hati, kadar AFP meningkat hingga >500ng/ml tapi
perlu diwaspadai pula bahwa kadar AFP juga meningkat pada hepatitis akut dankronis tapi
kadarnya jarang melebihi 100ng/ml. Kadar AFP juga meningkat pada kanker testis tertentu dan
kanker ovarium tertentu meskipun jarang.

B. CA 15-3
Petanda tumor ini biasanya digunakan untuk monitoring kanker payudara. Peningkatan
kadarnya dijumpai <10% pasien dengan stadium awal dan sekitar 70% pasien dengan stadium
lanjut. Kadarnya akan turun seiring dengan berhasilnya pengobatan.

C. CA 125
Merupakan petanda tumor standar untuk monitoring selama atau setelah terapi kanker
epitel ovarium yang merupakan jenis kanker epitel ovarium tersering. Lebih dari 90% wanita
dengan kanker ovarium stadium lanjut memiliki kadar CA 125 yang tinggi.

D. CA 19-9
Sebenarnya petanda ini dikembangkan untuk kanker kolorectal, tapi ternyata lebih
sensitif terhadap kanker pankreas. Kadar normal <37 U/ml, kadar yang tinggi pada awal
diagnosis menunjukkan stadium lanjut dari kanker.

E. Carcinoembryonic antigen (CEA)

Hal 23
Imunologi kanker 2017
Petanda tumor untuk monitoring pasien dengan kanker kolorektal selama atau setelah
terapi, tetapi tidak bisa dipakai untuk skrining atau diagnosis. Kadarnya bervariasi antar
laboratorium, tapi kadar >5ng/ml dapat dikatakan abnormal.

F. Human chorionic gonadotropin (HCG)


Juga dikenal sebagai beta-HCG. Kadarnya meningkat pada pasien dengan beberapa jenis
kanker testis dan ovarium dan kanker choriocarcinoma. Kadar HCG ini dapat membantu
diagnosis, monitoring terapi juga mendeteksi berulangnya kanker pasca terapi.

G. Prostat-specific antigen (PSA)


Adalah petanda tumor untuk kanker prostat. Satu-satunya marker untuk skrining kanker
jenis umum. Kadarnya meningkat pada kanker prostat dankadang-kadang pada Benign prostat
hiperplasia (BPH). Kadar PSA < 4 ng/ml menunjukkan bukan kanker, kadar >10ng/ml
mengindikasikan adanya kanker, sedangkan kadar 4-10 ng/ml merupakan daerah abu-abu dan
biasanya perlu dilakukan biopsi atau diperiksakan free PSA, jika free PSA meningkat >25% dari
total PSA kemungkinan besar tidak ada kanker prostat, tapi apabila kenaikan free PSA < 10%,
kemungkinan terjadi kanker prostat lebih besar.

2.15 Pendekatan Terapi Pada Tumor


Hingga sekarang didalam klinik telah ditemukan beberapa tumor yang dapat menghilang
atau mengecil secara spontan tanpa diberi obat atau dioperasi. Hal ini telah terjadi, umpamanya
pada tumor-tumor neuroblastoma, melanoma, adenokarsinoma, limfoma dan lain-lain.
Mekanisme daripada daya pertahanan tubuh diduga memegang peranan penting dalam
proses tersebut. Oleh karena pengalaman-pengalaman di klinik seperti itu dan juga bukti-bukti
pada binatang percobaan, maka dipandang dari sudut ilmu kedokteran pencegahan, mungkin
sekali dikemudian hari para ahli dapat membuat suatu vaksin tumor. Umpamanya imunisasi
secara aktif dapat dilakukan dengan memberikan kumpulan-kumpulan daripada antigen yang
spesifik tumor, sehingga selang beberapa waktu akan timbul suatu reaksi imunologik yang
sewaktu-waktu siap untuk menyerang sel tumor yang sedang tumbuh. Disamping ini, maka kita
dapat juga memberikan serum yang sudah mengandung antibodi yang spesifik terhadap sel

Hal 24
Imunologi kanker 2017
tumor. Sayangnya untuk dapat melakukan kedua prosedur ini, imunisasi aktif dan pasif, masih
terlalu banyak rintangannya. Yang pertama, kita masih dihadapkan kepada persoalan-persoalan
dasar yang penting, yaitu antara lain, berapa dosis yang harus diberikan, bagaimana cara
pemberian antigen, dalam bentuk apa antigen tersebut diberikan, bagaimana cara mendapatkan
antigen yang murni dan lain-lain, yang kesemuanya memegang peranan dan tidak dapat
diabaikan begitu saja bila kita hendak membentuk antibodi yang mempunyai sifat-sifat sitotoksis
yang spesifik terhadap sel tumor. Yang kedua, yaitu kesulitan pada imunisasi secara pasif ialah
pemberian protein asing yang sering menyebabkan reaksi hipersensitif; selain ini, kita juga harus
mempersiapkan berbagai macam antibodi dengan spesifisitas yang tertentu.
Oleh karena daya penolakan terhadap tumbuhnya tumor lebih bermakna pada reaksi imun
yang dibawakan oleh sistem sel, maka para sarjana telah memikirkan pula kemungkinan-
kemungkinannya untuk membuat dan mempergunakan sel-sel limfosit yang sudah peka terhadap
sel tumor, sehingga dapat diimunisasikan secara pasif kedalam tubuh penderita. Pada binatang
percobaan, hal ini telah dapat dilakukan dan hasilnya sangat memuaskan. Untuk dapat dilakukan
pada manusia, agaknya masih memerlukan hasil-hasil penyelidikan yang lebih teliti lagi.
Disamping itu untuk mendapatkan sel-sel Iimfosit yang sudah sensitive spesifik terhadap
sel tumor tertentu sangat sulit oleh karena sulitnya mendapatkan penderita dengan tumortumor
tertentu serta dapat dijadikan donor.

2.16 Macam-macam terapi pada tumor

1. Khemoterapeutika sitostatika

Menyebabkan pemusnahan atau perusakan sel tumor. Tidak spesifik, menyerang jaringan
yang mempunyai laju pembelahan tinggi (sumsung tulang, kelenjar testes, mukosa usus,
rambut)

2. Operasi
Paling efektif dan cepat untuk tumor yang belum menyebar
3. Terapi Radiasi
Merusak sel yang membelah dengan cepat.
4. Khemoterapi

Hal 25
Imunologi kanker 2017
Digunakan secara oral atau injeksi dan dikombinasikan dengan terapi lainnya.
5. Terapi Hormon
Terapi hormon diberikan untuk menghambat hormon tertentu yang mendukung
pertumbuhan sel kanker

6. Imunoterapi
Menggunakan sistem imun tubuh untuk menyerang sel kanker dan melindungi tubuh.
a) Antibody monoclonal
Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang
memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh.
Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik. Pada teknologi antibodi
monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan dengan sel mamalia yang
memproduksi antibodi. Hasil penggabungan sel ini adalah hybridoma, yang akan terus
memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal mengenali setiap determinan yang antigen (bagian
dari makromolekul yang dikenali oleh sistem kekepalan tubuh / epitope). Mereka menyerang
molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama. Selain sangat spesifik,
mereka memberikan landasan untuk perlindungan melawan patogen. Antibodi monoklonal
sekarang telah digunakan untuk banyak masalah diagnostik seperti : mengidentifikasi agen
infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan level drug pada
serum, mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon
kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon.

b) Manipulasi sinyal kostimulator untuk meningkatkan imunitas


Imunitas tumor dapat ditingkatkan dengan memberikan sinyal kostimulator yang
diperlukan untuk mengaktifkan precursor CTL. Oleh karena antigen melanoma memiliki
sejumalah berbgai tumor, diduga dapat dibuat panel cell line melanoma B7 yang ditranfeksi
untuk ekspresi antigen tumor dan HLA . Antigen tumor yang diekspresikan tumor penderita
dapat ditentukan, selanjutnya penderita dapat divaksinasi dengan cell line B7 yang ditranfeksi
dan diradiasi yang mengekspresikan antigen tumor yang sama.

c) Imunotoksin

Hal 26
Imunologi kanker 2017
Imunoterapi dengan mAb terhadapa TAA telah dicoba bersama toksin yang dapat
mencegah proses seluler atau bersama radioisotp yang membantu menbunuh DNA dan melepas
partikel dengan energy tinggi. Namun dosis yang diperlukan tinggi dan toksik untuk sumsum
tulang. Cara pemberian antibody ini belum berhasil.

d) Sitokin
Dapat meningkatkan respon imun terhadap tumor. Isolasi dan mengklon berbagai gen
sitokin dapat menghasilkan sitokin dalam jumlah besar. Kesulitan dalam terapi sitokin ini adalah
jaring sitokin yang sangat kompleks yang sangat menyulitkan untuk mengetahui letak
intervensinya yang tepat.

e) Peningkatan aktivitas APC


Dapat memodulasi imunitas tumor. Sejumlah ajuvan seperti M.Bovis (BCG) dan K.
Parvum digunakan alam booster imunitas tumor yang meningkatkan aktivasi makrofag, ekspresi
berbagai sitokin, molekul MHC-II, dan molekul konstimulator B7. Makrofag yang diaktifkan
merupakan activator Th yang lebih baik sehingga secara keseluruhan meningkatkan respon
humoral dan seluler.

f) Vaksinasi dengan SD
Beberapa sel dendritik imatur dapat memfagositosis antigen lebih efektif disbanding sel
dendritik matang. Pemberian sel imatur tersebut akan dapat meninduksi respon anti tumor CTL
yang lebih baik. Pemberian SD yang ditransfeksi dengan RNA asal sel tumor dapat menginduksi
ekspansi sel T tumor spesifik. Cara alernatif menggunakan monosit CD4+ dari darah perifer yang
menghasilkan SD atas pengaruh GM-CSF dan IL-4.

g) Imunoterapi aktif
Telah digunakan dalam usaha mencegah anergi sel T. anergi terjadi bila antigen tumor
dipresentasikan ke sel T tanpa bantuan molekul kostimulator.jalan mudah untuk melakukan hal
itu ialah dengan menginfuskan sitokin.

h) Imunisasi dengan antigen virus

Hal 27
Imunologi kanker 2017
Imunisasi ini berdasarkan atas adanya beberapa jenis tumor yang ditimbulkan virus
onkogenik.

7. Lymphokine active killer cells


CTC/Tc dapat diaktifkan di luar tubuh dan kemudian diinfuskan kembali dengan atau
tanpa IL-2. Limfosit perifer dibiakkan dengan IL-2 untuk memperoleh sel LAK sitotoksis yang
diaktifkan. Sel tersebut tidak lain adalah sel NK, jadi tidak mempunyai spesifisitas sel T, tetapi
hanya bereaksi dan membunuh sel tumor saja yang tidak atau sedikit mengeskpresikan MHC-1.
Cara tersebut menunjukkan toksisitas yang bermakna.
8. Tumor infiltrating lymphocyte
Pada pemeriksaan histology tumor padat ditemukan infiltrasi sel. TIL tersebut terutama
terdiri atas makrofag dan limfosit yangberupa sel NK dan CTL. Seperti halnya dengan LAK, TIL
diperoleh dari penderita dengan tumor, diaktifkan denga IL-2. TIL adalah limfosit CD8+ yang
diperoleh dari tumor penderita yang beberapa diantaranya spesifik untuk tumor. Cara yang juga
menginfuskan kembali ke penderita dengan atau tanpa IL-2 ini menunjukkan toksisitas yang
berarti.
9. Macrophage activated killer cells
Pendekatan lain yaitu menggunakan sitokin dan makrofag yang diaktifkan. Monosit
diisolasi dari arah perifer penderita dengan tumor, dibiakan in vitro denga sitokin (IFN_) yang
mengaktifkan sel dan meningkatkan sitotoksitas sebelum diinfuskan kembali ke penderita.
Meskipun sel yang diperoleh sangat sitotoksik dan fagositik, namun nonspesifik.
10. Terapi gen
Terapi gen ditunjukkan untuk melokasikan sitokin ke tempat yang diperlukkan. Bila
sitokin hanya ditujukkan ke tempat tumor, akan mengurangi efek samping sistemik. Cara ini
dilakukan dengan mengangkat sel tumor lalu dilakukan transfeksi dengan gen sitokin,. Bila sel
tersebut diinfuskan kembali sel tumor tersebut akan mensekresi sitokin seperti IL-2 atau IFN-,
sehingga dapat menngaktifkan sel T. bila sel T sudah memberikan espon terhadap transfected
cell dan menjadi sel memori akan mempunyai kemampuan membunuh sel untuk waktu yang

Hal 28
Imunologi kanker 2017
lama. Sampai sekarang cara itu belum menunjukkan hasil efektif, baik yang diberikan sendiri
atau yang diberikan bersamaan dengan kemoterapi, radioterapi atau operasi.

11. Kombinasi dari metoda-metoda diatas

Hal 29
Imunologi kanker 2017
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Telah diuraikan hubungan antara perkembangan dan menghilangnya suatu tumor dengan
reaksi imunologik didalam tubuh. Ada dua macam respons imun yang memegang peranan dalam
proses ini, yaitu system imun yang dibawakan oleh humoral dan sistem imun yang dibawakan
oleh sel. Umumnya yang lebih berpotensi dalam menghancurkan tumor ialah system imun sel.
Pada sistem imun humoral, ditemukan dua macam antibodi, yaitu yang bersifat
menghancurkan sel tumor, terutama bila sistem komplemen telah diaktifkan, dan yang kedua,
suatu antibodi yang justru melindungi tumor terhadap serangan reaksi imun sel. Reaksi imun sel
dan humoral biasanya dibentuk terhadap antigen yang terletak pada permukaan sel tumor;
antigen tersebut merupakan antigen yang baru serta spesifik terhadap virus penyebab tumor itu.
Oleh karena daya penolakan sel tumor secara imunologik telah banyak dibuktikan pada
binatang percobaan, maka telah diuraikan pula beberapa kemungkinan untuk mempergunakan
metode imunologik sebagai terapi antitumor.

3.2 Saran
Dari semua penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa sistim imun atau kekebalan
tubuh kita adalah sangat penting untuk dijaga, tanpa sistim imun tubuh kita akan terserang
berbagai macam penyakit.

Hal 30
Imunologi kanker 2017
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Immune vs tumor http://4lifetransferfactorsindonesia.com/ diakses tanggal 19


November 2010
Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
Halim, Binarwan. Imunologi Tumor http://www.kalbe.co.id/ diakses tanggal 19
November 2010
Oehadian, Amaylia. Dasar-dasar biologik kelainan limfoproliferatif http://pustaka
unpad.ac.id/ diakses tanggal 20 November 2010
Roit, Ivan. 1990. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta:Gramedia
Tjokronegoro, Arjatmo. Imunologi Tumor http://www.kalbe.co.id/ diakses tanggal 19
November 2010

Hal 31

Anda mungkin juga menyukai