Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Masrukhi, M.pd.
Noorochmat Isdaryanto, S.s.,m.si
Margi Wahono, S.pd., M.hum.
Oleh
2. Masalah Pendidikan
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan),dengan kata lain
masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan
baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Sementara itu, Pendidikan adalah
persoalan asasi bagi manusia. Manusia sebagai makhluk yang dapat didik dan harus dididik
akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Semenjak
kelahirannya, manusia telah memiliki potensi dasar yang bersifat universal. Dalam
perjalanannya menuju tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan.. contoh masalah
pendidikan:
a. Masalah kurikulum
a. Kurikulum pendidikan Indonesia terlalu kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum pendidikan di negara maju, kurikulum yang
dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa
akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Sehingga siswa harus
berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Kedua hal
tersebut akan mengakibatkan ketidakpahaman siswa terhadap keseluruhan materi yang
diajarkan.
Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dengan hanya memahami sepintas
tentang materi tersebut. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya.
Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran.
Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak
sesuai dengan peran guru.
b. Seringnya berganti nama
Kurikulum pendidikan di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun,
perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep
kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum pendidikan
Indonesia. Pengubahan nama kurikulum pendidikan tentulah memerlukan dana yang cukup
banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut
digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
c. Kurangnya sumber prinsip pengembangan
Pengembangan kurikulum pendidikan tentu saja berdasarkan sumber prinsip, untuk
menunjukan dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber
prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang
terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen (temuan hasil penelitian),
cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common
sense).
Namun dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat
terbatas. Terdapat banyak data yang bukan diperoleh dari hasil penelitian juga terbukti efektif
untuk memecahkan masalah-masalah yang komploks, diantaranya adat kebiasaan yang hidup
di masyarakat (folklore of curiculum). Ada juga hasil pemikiran umum atau akal sehat
(common sense).
Solusi Masalah Kurikulum Pendidikan
Jika kita lihat melalui permasalahan kurikulum, hal yang dapat kita benahi adalah
pelaksanaan dan tuntutan yang diberikan kepada pelaksana kurikulum ini. Contohnya, jika
guru di sekolah diberikan keleluasaan dalam menjalankan kurikulum (asal masih berada pada
koridornya) maka janganlah guru dituntut untuk menghabiskan materi. Bukankah
pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa benar-benar memahami materi walaupun
sedikit, daripada banyak tapi yang diketahui hanya permukaannya saja
b. Biaya Pendidikan mahal
bagi sebagian besar masyarakat biaya pendidikan masih dianggap mahal. Kita lihat
contoh real mengenai program Wajib Belajar Sembilan Tahun, yang sejatinya masih menjadi
pekerjaan rumah bagi kita. Karena pada kenyataannya banyak anak-anak usia sekolah yang
tidak bersekolah atau putus sekolah dengan alasan biaya. Padahal ada dana bantuan dari
pusat, tapi tetap saja ada pungutanpungutan liar yang dilakukan sekolah berkedok
kesepakatan antara sekolah dan orang tua siswa. Tapi serta merta kita tidak bisa menyalahkan
sekolah saja. Praktek di luar, dana bantuan dari pusat tidak utuh sampai di sekolah. Entah di
tingkat mana dana-dana tersebut dipangkas oleh oknum-oknum yang terhormat.
Solusi biaya pendidikan yang mahal
Menyoal masalah biaya, jika semua pemangku pendidikan menjalakan program
dengan benar, anggaran pendidikan di negara ini tidaklah kurang. Sayangnya dengan adanya
permainan oknumoknum, segala hal menjadi kurang, pemerataan penerimaan dana
pendidikan pun tidak seimbang. Pendidikan yang berkualitas memang tidak murah, atau
tepatnya bisa kita katakan tidak harus murah atau gratis. Pemerintah seharusnya menjamin
bahwa setiap warga negaranya memperoleh pendidikan. Menjamin pula bahwa masyarakat
bawah bisa mengakses pendidikan yang bermutu. Idealnya pendidikan di Indonesia harus
dapat dikenyam oleh anak usia sekolah minimal SMA sederajat, tanpa memandang anak
tersebut berasal dari keluarga kaya ataupun miskin.
3. Masalah Kriminalitas
Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah
berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah laku manusia
yang dapat dipidana ,yang diatur dalam hukum pidana.
Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah
tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap
kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu
kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya
berdasarkan motif politik atau paham.
Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang
ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum:
seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang
dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana
atau narapidana. Contoh masalah kriminalitas:
a. Masalah Peredaran narkoba
Definisi narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Narkoba
biasa juga di asosiakan dengan kata NAZA (narkotika, alkohol dan zat adiktif) atau NAPZA
(narkotika, alkohol, psikotopika dan zat adiktif).
Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya.
Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga
disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika,Alkohol, dan Zat adiktif lainnya) dan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) (Witarsa, 2006). Narkoba
berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab ataskehidupan perasaan,yang disebut
sistem limbus.Pusat kenikmatan pada otak adalah bagian dari sistem limbus.Narkoba
menghasilkan perasaan high dengan mengubah susunan biokimia molekul pada susunan sel
otak yang disebut neuro transmitter.
Dapat dikatakan, otak bekerja dengan motto jika merasa enak, lakukanlah.Otak kita
memang dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan sakit atau tidak
enak, guna membantu kita memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti lapar,haus, rasa
hangat,dan tidur.mekanisme ini merupakan mekanisme pertahanan diri.
Solusi Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba
Solusi Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba Ada 3 (tiga) cara yang sederhana dalam
menanggulangi bencana narkoba, yaitu :
1)Pencegahan
Mencegah jauh lebih bermanfaat daripada mengobati, untuk ini
dapat dilakukan :
a) Pencegahan Umum
Narkoba merupakan satu wabah International yang akan menjalar ke setiap negara,
apakah negara itu sedang maju atau berkembang. Semua jadi sasaran dari sindikat-sindikat
narkoba, menghadapi kenyataan seperti ini Pemerintah telah berupaya dengan
mengeluarkan:
(i) Inpres No. 6 tahun 1971
Dalam Inpres ini masalah penyalahgunaan narkotika sudah dimasukkan ke dalam (6)
enam permasalahan nasional yang perlu segera ditanggulangi.
(ii)Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976.
Di sini lebih dipertegas lagi dan kepada pengedar dan sindikat-sindikat narkotika serta
yang menyalahgunakan. Narkotika diancam dengan hukuman yang cukup berat, baik
hukuman penjara, kurungan maupun denda.
(iii)Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 65/Menkes.SK/IV/1997
Penetapan bahan-bahan yang dilarang digunakan untuk kepentingan pengobatan.
(iv)Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :28/Menkes/Per/I/1978 Penyimpangan
Narkotika
(v)Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tindak pidana Narkotika
b) Dalam Lingkungan Rumah Tangga
(i) Jadikanlah rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti yang seluas-luasnya
(ii) Antar komunikasi yang harmonis antar seluruh anggota keluarga.
Hubungan antara ayah, ibu, dan anak harus terjalin cukup harmonis dalam arti saling
menghormati pupuk rasa kasih saying yang sedalam-dalamnya.
(iii) Keterbukaan orang tua dalam batas tertentu kepada anak akan member kesempatan
kepada anak untuk mengambil tanggungjawab terbatas dalam rumah tangga meskipun
dalam arti yang sangat kecil. Keikutsertaan anak dalam tanggungjawab bagaimanapun
kecilnya akan menjadi kebanggaan anak itu sendiri sebagai anggota keluarga yang
diperhitungkan.
c) Di Luar Lingkungan Rumah Tangga
Lingkungan di luar rumah tangga adalah merupakan masyarakat tersendiri yang
merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang tak dapat dipisahkan. Dalam lingkungan
ini akan tercipta suatu masyarakat sendiri dengan latar belakang social ekonomi yang
berbeda-beda, budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan banyak lagi perbedaan-
perbedaan yang kemudian berkumpul jadi satu kelompok. Ke dalam lingkungan ini
pengaruh narkoba mudah masuk dan berkembang. Untuk itu, kelompok ini harus cepat
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan dimana perbedaan-perbedaan tadi tidak menjadi
penghalang, seperti : kegiatan oleh raga, kesenian, kegiatan pengamanan lingkungan,
kegiatan sosial, membantu kegiatan-kegiatan lainnya yang positif.
d) Seluruh Masyarakat Berperan Serta Dengan Pemerintah
Meskipun sudah diancam hukuman yang berat kepada pengedar dan sindikat narkoba
namun pelanggaran tidak pernah berhenti, mungkin karena perdagangan ini sangat
menguntungkan atau subversi yang sangat berat. Penghancuran tanaman ganja terjadi di
mana-mana namun masih dijimpai tanaman baru. Hal ini harus dihadapi bersama oleh
seluruh lapisan masyarakat dengan aparat-aparat pemerintahdalam penumpasannya.
Masyarakat harus cepat tanggap terhadap hal-hal yang sekiranya menjurus kea rah
kejahatan narkoba. Komunikasi harus dijalin sebaik-baiknya antara masyarakat dengan
aparat-aparat pemerintah dalam mengadakan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.
(Romli, 2001 : 52)
2) Pengobatan
Merupakan upaya yang harus segera dilakukan bila individu secara positif sudah
memberikan tanda-tanda kecanduan narkotika/obat keras. Disadari bahwa penyakit yang
ditimbulkan karena kecanduan narkotika ini mempunyai permasalahan sendiri dan berbeda
dengan penyakit lainnya. Karena rumit dan kompleksnya masalah ini, yang menyangkut
aspek organobiologi, sosial cultural, pengibatan terhadap ketergantungan narkotika dan obat
keras ini sangat sulit. Meskipun demikian upaya kea rah pengobatan korban ketergantungan
narkotika/psikotropika harus dengan cepat dilaksanakan. Dalam pengobatan tidak hanya
persoalan deteksifikasi serta pengawasan saja, perlu pula disertai evaluasi serta bimbingan
psikiatrik yang kontinyu, walaupun penderita sudah kembali ke masyarakat, serta diperlukan
juga partisipasi serta pengertian maupun penerimaan masyarakat untuk membantu penderita
menjalani kehidupan yang wajar. Untuk penderita yang akut perlu diadakan di tempat-tempat
pengobatan yang mempunyai sarana-sarana perawatan (intensive unit cart). Dalam keadaan
kritis tindakan-tindakan harus segera diberikan sebelum penderita mendapat perawatan
dokter yang intensif. (Weresniwiro, 2004 : 75)
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi/pengembalian korban ke tengah-tengah masyarakat merupakan upaya
yang paling akhir selain itu partisispasi masyarakat di mana korban biasa bergaul diperlukan
sekali untuk memberikan semangat baru kepada si korban dan diberikan harapan bahwa masa
depan akan lebih berhasil. Peranan agama dalam keadaan seperti ini mutlak diperlukan.
Mendekatkan korban kepada ajaran agama dan menambah keimanan dan ketaqwaan si
korban kepada Tuhan yang Maha esa merupakan bagian yang ikut menentukan kebrthasilan
si korban kembali ke masyarakat dan berdiri sendiri dengan suatu kepastian dan keyakinan
b. Masalah human traficiking
Tindak pidana perdagangan orang adalah bentuk modern dari perbudakan manusia.
Tindak pidana perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari
pelanggaran harkat dan martabat manusia. Bertambah maraknya tindak pidana perdagangan
orang di berbagai negara, termasuk Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, telah
menjadi perhatian Indonesia sebagai bangsa, masyarakat internasional dan anggota organisasi
internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berdasarkan bukti empiris,
perempuan dan anak adalah kelompok yang paling banyakmenjadi korban tindak pidana
perdagangan orang. Korban diperdagangkan tidak hanya untuk tujuan pelacuran atau bentuk
eksploitasi seksual lainnya, tetapi juga mencakup bentuk eksploitasi lain, misalnya kerja
paksa atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek serupa perbudakan itu.
Upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Upaya pencegahan tindak pidana perdagangan orang atau trafficking dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu, pertama pemetaan tindak pidana perdagangan orang di
Indonesia baik untuk tujuan domestik maupun luar negeri. Kedua, peningkatan pendidikan
masyarakt, khususnya pendidikan alternative bagi anak-anak perempuan, termasuk dengan
sarana prasarana pendidikannya. Ketiga, peningkatan pengatahuan masyarakat melalui
pemberian onformasi seluas-luasnya tentang tindak pidana perdagangan orang beserta
seluruh aspek yang terkait dengannya. Keempat, perlu diupayakan adanya jaminan
aksesbilitas bagi keluarga khususnya perempuan dan anak untuk memperoleh pendidikan,
pelatihan, peningkatan pendapatan dan pelayanan social. Cara-cara tersebut terkesan sangat
ideal, tinggal bagaimana implementasinya
secara nyata.
Upaya tersebut juga memerlukan keterlibatan seluruh sektor pemerintah, swasta,
LSM.badan-badan Internasional, organisasi masyarakat, perseorangan termasuk media
massa. Sebagaisalah satu bentuk implementasi cara-cara tersebut, langkah yang selama ini
baru dilakukan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan untuk meminimalisir praktek
trafficking adalah dengan mengadakan pelatihan bagi para kepala desa tentang tertib
administrasi. Salah satu tujuan utama tertib administrasi tersebut adalah mengantisipasi
praktek pemalsuan identitas yang kian marak terjadi dalam hal pengurusan syarat-syarat TKI.
Dalam hal ini banyak bentuk kegiatan yang bisamenyentuh masyarakat secara umum,
termasuk kaum perempuan di dalamnya yang rentandengan trafficking.
Selain itu perlu dilakukan kampanye (sosialisasi) secara massif untuk
menyebarluaskan informasi tentang apa dan bagaimana praktek trafficking (perdagangan
orang) yang harus diwaspadai. Upaya sosialisasi ini adalah bagian dari program pendidikan
yang mampu memberdayakan para calon TKI. Mereka perlu mendapatkan pengetahuan
secara komprehensif tentang tawaran kerja di mana dan bagaimana konsekuensinya. Dengan
adanya pendidikan (traning) tersebut, maka para calon TKI akan merasa aman karena tidak
adanya biaya-biaya yang menyusahkan mereka. Umumnya, Praktek tindak pidana
perdagangan orang bermula dari tindakan tidak bertanggung jawab dari sejumlah pihak (calo
TKI) yang merekrut calon TKI dengan iming-iming tertentu. Tentunya para calon TKI yang
berasal dari pedesaan dan sedang dalam himpitan masalah ekonomi dengan mudahnya
menerima tawaran tersebut. Biasanya mereka hanya berpikir bahwa yang penting mendapat
pekerjaan. Ketika terjepit dalam masalah ekonomi, akhirnya mereka menerima pekerjaan
secara asal-asalan. Mereka kurang memperhatikan bagaimana akibatnya kemudian.
Langkah selanjutnya dalam mencegah tindak pidana perdagangan orang adalah
memberantas kemiskinan, ketidaksetaraan jender, sempitnya lapangan kerja dan peningkatan
konsumerisme. Disamping itu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang memerlukan adanya penegakan hukum yang tegas. Tanpa penegakan
hukum, pencegahan dan pemberantasan tindak pidana perdagangan orang akan sia-sia.
Pandangan Islam di atas perlu ditransformasikan untuk menangani masalah tindak pidana
perdagangan orang secara praktis. Meski tidak dalam pengertian memberikan zakat secara
langsung terhadap korban tindak pidana perdagangan orang, namun yang pasti solusi tersebut
dapat bermanfaat bagi pemberantasan tindak pidana perdagangan orang secara umum. Solusi
yang dimaksud adalah memfungsikan zakat sebagai pendukung dalam pendanaan
programprogram pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Disamping peran agama,
keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas) juga
berperan penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana perdagangan orang.
4. Masalah Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-
anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Contohnya:
a. Perceraian
perceraian adalah berakhirnya pernikahan yang telah dibina oleh pasangan suami istri
yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian dan atas keputusan keadilan. Dalam hal
ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan pernikahan dimana pasangan
suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan
memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya
sebagai suami istri.
Solusi Menyikapi Disorganisasi Keluarga (Perceraian)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut terdapat beberapa solusi yang dapat
dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam kehidupan berumahtangga tentunya tidak lepas dari permaslahan-permasalahan
yang terjadi, namun sebesar apapun suatu masalah pasti akan menemukan titik terang
dalam menyelesaikan masalahnya. Perceraian bukanlah satusatunya jalan dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam keluarga. Perceraian mempunyai dampak yang
tidak baik untuk anak, karena perceraian berarti terputusnya keluarga karena salah satu
atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti
melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Sebelum menjalani perceraian, orang tua
hendaknya benar-benar memikirkan psikologi anak yang akan mengalami perubahan
secara dramatis dalam kehidupannya.
2. Jika perceraian sudah terjadi, hal yang pertama harus dilakukan oleh orang tua adalah
menerangkan kepada anak-anak kenapa perceraian itu terjadi. Anak-anak perlu diberikan
kejelasan mengapa perceraian itu terjadi bukan karena orang tua tidak sayang atau tidak
memperdulikan mereka. Diwaktu yang sama, hubungan erat dan perhatian terhadap anak
harus tetap di jaga dan diperhatikan. Selain itu orang tuapun harus tetap menjaga
hubungan baik meskipun sudah bercerai, artinya tidak ada lagi perselisihan-perselisihan
yang berlanjut sehingga anak tidak segan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan
orang tua atau tidak membenci salah satu dari kedua orang tua. Begitu juga dengan hasil
belajar/prestasi anak harus senantiasa mendapatkan perhatian kedua orang tuanya
walaupun telah berpisah. Oleh karena itu, bimbingan dan nasehat harus dapat dijadikan
sebagai motivasi anak agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Masalah Disorganisasi keluarga melalui ikatan yang tidak sah
disebabkan oleh karena hubungan-hubungan yang dibangun tidak berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah secara hukum. Misalnya pernikahan siri
Solusi Terhadap Praktek Pernikahan Sirri.
1. .Preventif : Menunjukkan Dampak Pernikahan Sirri
Akibat buruk dari pernikahan Sirri dapat dirasakan oleh para pelaku baik suami
maupun isteri, Bahkan anak yang lahir dari pernikahan inipun, yang nota bene tidak tahu-
menahu, juga akan dapat menangung dampaknya. Seorang isteri yang ditinggal mati
suaminya karena pernikahnnya yang tidak mempunyai kekuatan hukum tidak dapat mewaris
harta kekayaan yang dimilikinya. Seorang suami karena perkawinannya yang tidak legal
tidak berhak atas pensiun isterinya yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Seorang anak
dalam akta kelahirannya hanya dapat dinasabkan kepada ibunya dan tidak kepada bapaknya
sebagaimana statusnya sebagai anak yang lahir di luar perkawinan yang sah karena kedua
orang tuanya tidak memiliki akta perkawinan yang sah. Demikian seterusnya akibat buruk
yang akan diderita oleh pasangan suami-isteri yang melakukan pernikahan sirri.
Dampak buruk yang demikian perlu terus-menerus disosialisasikan kepada
masyarakat agar mereka dapat berfikir mengambil keputusannya sendiri dengan tepat.
Ketaatan terhadap suatu peraturan atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dari diri sendiri
adalah merupakan hal yang sangat positif dibanding dengan ketaatan terhadap suatu
peraturan yang terkesan dipaksakan atas diri masyarakat.
2. Kuratif : Itsbat Nikah di Pengadilan Agama.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Selanjutnya pasal pasal 2 ayat (1) pada Bab II menegaskan bahwa Perkawinan adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
Dilanjutkan dengan ayat (2) pada pasal dan bab yang sama bahwa Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku Bila dikaji dengan seksama
maka pasal ini mengisyaratkan adanya keabsahan pernikahan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan agama (saja). Adapun pencatatan merupakan tindakan administratif yang harus
dilakukan agar peristiwa pernikahan yang sudah sah menurut agama itu kemudian
mempunyai kekuatan hukum. Dan pemahaman yang demikian ini pula yang membuat hakim
Pengadilan Agama dapat membuat suatu penetapan (itsbat) bahwa suatu pernikahan
dinyatakan sah dalam arti memenuhi ketentuan agama selanjutnya memerintahkan pegawai
pencatat nikah untuk mencatatnya dalam buku register pernikahan.