Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras
sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif pelbagai
sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2025, para penanggungjawab
program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap
kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan.
Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan
seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan
strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan
kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya
penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat
sehat dan aman (safe community).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan
swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat
untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku
yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya
kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat.

1
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan
kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan
dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan
kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI,
pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup
berbagai unsur dan komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Keperawatan komunitas
adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan
kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Keperawatan komunitas mencakup di dalamnya
perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan gabungan dari Ilmu keperawatan, Ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Tahun Akademik 2016/2017 melaksanakan Praktik
Belajar Lapangan (PBL) Keperawatan Komunitas di Wilayah Dusun Longkrang Desa Banjarharjo
Kecamatan Banjarharjo dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan
pendekatan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan serta
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek
asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang
diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnosa atau
permasalahan dan menyusun rencana sesuai permasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan
dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
Desa Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes yang memiliki 11 Rukun
Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 11.055 jiwa yang hidup bersama dalam 630
kepala keluarga (KK) merupakan salah satu daerah komunitas masyarakat dengan masalah
kesehatan yang cukup tinggi. Berdasarkan informasi dari Puskesmas Bangetayu, peringkat kejadian
penyakit yang masih banyak terjadi di Kelurahan Banjarharjo antara lain adalah penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), Diare, dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Khusus untuk
kejadian DBD di RW IV Kelurahan Banjarharjo, tercatat sebanyak 6 kasus terjadi dalam periode
Januari November 2016. Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan ISPA pada balita masih cukup
tinggi. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil kuesioner, dimana sebanyak 57%
mengalami penyakit ISPA.
Masalah kesehatan masyarakat di RW IV Dusun longkrang Banjarharjo bukan hanya kesehatan
pada balita, tetapi juga mencakup masalah kesehatan pada remaja, dewasa dan lansia yang juga perlu
mendapatkan perhatian. Kesehatan pada lansia khususnya mengenai kesehatan penyakit hipertensi

2
merupakan masalah yang harus diperhatikan oleh warga RW IV. Berdasarkan hasil kuesioner
mengenai penyakit hipertensi terbanyak di lansia dengan prosentase sebanyak 40,5%. Oleh karena
itu, berdasarkan masalah tersebut kami ingin mengajak semua pihak untuk mendukung kegiatan
kami dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat berupa penyuluhan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pengarahan penatalaksanaan yang tepat kepada masyarakat di RW IV
Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.

B. Tujuan Penulisan Laporan


Adapun tujuan kami melakukan asuhan keperawatan komunitas di RW IV Dusun Longkrang
Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memiliki kemampuan dalam mengenali masalah kesehatan komunitas,
mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi, serta mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan
komunitas pada daerah binaan.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan praktek keperawatan komunitas diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi data-data hasil pengkajian berkaitan dengan masalah kesehatan di RW IV
Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes.
b. Menganalisa masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat RW IV Dusun Longkrang
Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes..
c. Merumuskan rencana program kegiatan / Planning Of Action (POA) dari permasalahan
yang ada di RW IV Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten
Brebes..
d. Melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat RW IV Dusun Longkrang Banjarharjo
Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes sesuai dengan rencana program kegiatan yang
telah disepakati untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
e. Mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan dan selanjutnya menyusun rencana
tindak lanjut pada masyarakat di RW IV Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan
Banjarharjo Kabupaten Brebes.
f. Mendokumentasikan dan melaporkan hasil kegiatan keperawatan komunitas selama 6
minggu di RW IV Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten
Brebes.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perawatan Kesehatan Masyarakat


Perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang
keperawatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan berorganisasi diterapkan
dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga
sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan
masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap
keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang
menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan dasar yang
melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi
dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Association (ANA,1980) didasarkan pada
asumsi :
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer,sekunder dan tersier merupakan komponen sistem pelayanan
kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan
penelitian melandasi praktek
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan
ditatanan kesehatan utama.
Berdasar pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dikembangkan falsafah keperawatan komunitas, sebagai landasan praktek keperawatan komunitas.
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio,psiko, sosial, kultural dan spiritual)
terhadap kesehatan komunitas. Dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 point penting yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kleompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya
dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua
orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

4
rehabilitatif.
5. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlagsung secara
berkesinambungan.
6. Perawat kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien (individu, keluarga, kleompok dan
masyarakat) sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga perawat kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan
dan terus menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam
upaya mendorong, mendidik dan berpartsipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.

B. Tujuan Perawatan Kesehatan Masyarakat


1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka
miliki
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan / keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka
kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik
yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
1. Individu

5
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai maslaah
kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan
sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka
akan berpengaruh terhadap anggota anggota kleuarga yang lain, dan keluarga keluarga yang
ada di sekitarnya.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permaslaahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
termasuk di antaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:
1) Ibu hamil
2) Anak balita
3) Anak usia sekolah.
4) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta
asuhan keperawatan, di antaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
2) Penderita yang mempunyai penyakit tidak menular seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, di antaranya:
1) Wanita tuna susila.
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba.
3) Kelompok kelompok pekerja tertentu.

4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas batas yang telah dettakan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
apakah itu permasalahan social, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya.

6
D. Karakteristik masyarakat desa dan kota
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan dan pada akhirnya
masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan dan merupakan kebiasaan
masyarakat pedesaannya. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana
cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri
dalam hidup bermasyarakat yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan
kondisi tertentu sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat di Jawa.
Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian
karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri masyarakat desa yang terkait dengan
etika dan budaya mereka yang bersikap umum.
1. Sederhana
2. Mudah curiga
3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di daerahnya
4. Mempunyai sifat kekeluargaan
5. Lugas atau berbicara apa adanya
6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8. Menghargai orang lain
9. Demokratis dan religius
10. Jika berjanji akan selalu diingat
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong antar sesama serta yang paling menarik sikap sopan santun
yang kerap digunakan masyarakat pedesaan. Berbeda dengan karakteristik masyarakat
perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding
kemyanaman pribadi. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban komunity.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang
lain.
3. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan karena perbedaan politik,
agama dan sebagainya.
4. Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarakat perkotaan.
5. Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi dari pada
kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan, oleh karena itu banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk
mencari ketenangan sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota

7
mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejarteraan mereka (http
://lorenfebrian.wordpress.com/perbedaan masyarakat kota dengan masyarakat desa).

E. Strategi intervensi keperawatan komunitas


1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/pengetahuan individu, media massa,
televisi, penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, dan sebagainya.
2. Pendidikan kesehatan (Health promotion)
3. Kerjasama (patnership)
4. Pemberdayaan (empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara
lain : adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan mandiri untuk
membentuk kekuatan baru (Hitchcock, Scubert dan Thomas, 1999). Pemberdayaan kemitraan
dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat sepesialis komunitas
ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan
dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip bekerja sama dengan
masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan, dan partisipasi masyarakat.

F. Ruang lingkup perawatan kesehatan masyarakat


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitasi) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan masyarakat kegiatan yang ditekankan adalah upaya
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi

8
g. Pendidikan seks
2. Upaya preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui kegiatan:
Imunisasi terhadap bayi, anak balita, serta ibu hamil
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan
rumah.
b. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyadu, puskesmas ataupun di rumah.
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggoat anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home care)
b. Perawtaan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit.
4. Upaya rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita penderita yang dirawat di rumah,
maupun terhadap kelompok kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya
kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, bagi yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang,
kelainan bawaan
b. Latihan latihan fisik tertentu bagi penderita penderita penyakit tertentu, misalnya: TBC:
latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh
perawat.
5. Upaya resosialitatif
Adalah upaya untuk mengembalikan individu, keluarga dan kelompok kelompok khusus ke
dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah kelompok kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat, karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok kelompok
masyarakat khusus seperti kelompok wanita tuna susila (WTS), tuna wisma dan sebagainya.
Disamping itu adalah bagaimana meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kleompok kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut, dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita tidak berbahaya terhadap kesehatan secara
keseluruhan. Tentunya perlu memberikan penjelasan dengan pengertian atau batasan batasan
yang jelas dan dapat dimengerti.

G. Metodologi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metodologi yang digunakan
adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan,
melalui tahap tahap sebagai berikut:

9
1. Pengkajian
Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh perawat kesehatan amsyarakat dalam mengkaji
masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
a. Pengumpulan data adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui wawancara, observasi, studi
dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi.
b. Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu
format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
c. Merumuskan masalah keperawatan/kesehatan dan diagnosa keperawatan kesehatan
masyarakat di berbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya.
d. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat actual, ancaman / resiko atau wellness.
e. Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu
ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara
keseluruhan (Nasrul Efendi, 2005).

2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
b. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi maslaah kesehatan dan keperawatan.
c. Menetapkan criteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.

3. Pelaksanaan
Adalah melaksanakan rencana yang telah disusun dengan melibatkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan
kesehatan asyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerjasama lintas sektoral dan lintas program dengan instansi terkait.
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.

4. Penilaian/evaluasi
Evaluasi terhadap respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (out put).

5. Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima
tugas kesehatan keluarga yaitu: mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan

10
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.

11
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW IV DUSUN LONGKRANG KELURAHAN BANJARHARJO KECAMATAN
BANJARHARJO KABUPATEN BREBES

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada masyarakat di RW IV Dusun Longkrang Banjarharjo Kecamatan
Banjarharjo Kabupaten Brebes dengan metode wawancara, pembagian kuesioner, dan windshield
survey.
1. Data Umum : Luas wilayah 53.500 M2

2. Batas wilayah
Sebelah Utara : Kelurahan Banjar Lor
Sebelah Selatan : Kelurahan Cikuya
Sebelah Barat : Kelurahan Parireja
Sebelah Timur : Kelurahan Karang Bandung

3. Demografi wilayah
Data yang kami tampilkan berikut ini adalah hasil pengkajian dengan 83 kepala keluarga
yang berhasil kami kaji dari total keseluruhan kepala keluarga di RW IV Dusun Longkrang
Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. yaitu sebanyak 83 Kepala Keluarga.
Berikut ini akan kami tampilkan data terkait demografi :
a) Kelompok khusus
Tabel 4.1. Distribusi berdasarkan kelompok khusus
N Rentang Usia Laki-laki Perempuan
o
1. Balita 48 58
2. Anak 48 42
3. Remaja 69 74
4. Dewasa 86 85
5. Lansia 32 47
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa populasi kelompok khusus terbanyak dari 83
kepala keluarga adalah kelompok usia dewasa sebesar laki-laki 86 dan perempuan 85.
Sedangkan populasi kelompok terendah adalah lansia dengan jumlah laki-laki 32 dan
perempuan 47.

12
b) Jenis kelamin
Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan Jenis kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi (%)
1. Laki-laki 40 %
2. Perempuan 60 %

Dari data diatas diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak dari 83 kepala keluarga di
Dusun Longkrang adalah laki-laki dengan prosentase 40 %, sedangkan perempuan dengan
prosentase 60.00 %.

c) Penghasilan
Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan Penghasilan
No Total penghasilan Frekuensi (%)
1. < 1 Jt 27.7 %
2. 1-2 Jt 48.2 %
3. > 3 Jt 24.1%

Dari data diatas diketahui bahwa penghasilan terbanyak dari 83 kepala keluarga di
Dusun Longkrang adalah penghasilan 1-2 juta dengan prosentase 48.2 %, sedangkan
pemghasilan terendah dengan prosentase 24.1 %.

d) Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Frekuensi (%)
1 TIDAK TAMAT SD 21.4 %
2 SD 31 %
3 SMP 25.4 %
4 SLTA 15.9 %
5 Perguruan Tinggi 6.3 %

Dari data di atas didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari 83 kepala
keluarga di Dusun Longkrang adalah tamat SMP dengan prosentase 25.4 %, sedangkan
jumlah masyarakat dengan tingkat pendidikan terendah adalah Perguruan Tinggi dengan
prosentase 6.3 %.

13
e) Pekerjaan
Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (%)
1 PNS/TNI/POLRI 12 %
2 Pedagang 20.4 %
3 Petani 26 %
4 Swata 41.6 %

Dari data diatas didapatkan hasil bahwa jenis pekerjaan terbanyak dari dari 83 kepala
keluarga di Dusun Longkrang adalah sebagai swasta dengan prosentase 41.6 %, dan jenis
pekerjaan yang terendah adalah sebagai PNS/TNI/POLRI dengan prosentase sebesar 12 %.

5. Data berdasarkan kuesioner


a) Lingkungan Fisik
1) Perumahan
Diagram 5.1 Status Kepemilikan rumah

Status kepemilikian rumah

Sewa Numpang Milik Sendiri

6% 8%

86%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 86% status kepemilikan rumah adalah dengan milik sendiri, 8% sewa, 6%
numpang.

Diagram 5.2 Tipe rumah

Tipe rumah
Permanen Semi permanen Tidak permanen

7%
17%

76%

14
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang
sebanyak 76% status tipe rumah adalah permanen, 17% semi permanen,7% tidak
permanen.
Diagram 5.3 Jenis lantai

Jenis lantai
tanah papan tehel semen

20% 6% 7%

67%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 67% jenis lantainya adalah tehel, 20% semen, 7% papan, 6% tanah.

Diagram 5.4 Jendela setiap rumah

Jendela setiap rumah


Ya Tidak

18%

82%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 82% memiliki jendela disetiap rumahnya dan 18% tidak memiliki jendela.

15
2) Sumber air
Diagram 5.4 Sumber air untuk masak dan minum

Sumber air untuk masak dan minum


PAM Sumur Mineral

14%

28%

58%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 58% mengkonsumsi air untuk memasak dan diminum menggunakan air sumur,
28% menggunakan air PAM dan 14% air mineral.

Diagram 5.5 Jarak sumber air dengan septic tank

Jarak sumber air dengan septic tank


<10 M > 10M

32%

68%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang sebanyak
68% jarak sumber air dari septic tank > 10 m dan 32% < 10 m dari septic tank.

16
Diagram 5.6 Tempat penampungan air sementara

Tempat penampungan sementara


Bak Gentong Ember Lain-lain

11% 2%
10%

77%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang sebanyak
77% cara menampung air sementara menggunakan bak, 11% ember, 10% gentong, dan 2%
menggunakan dengan yg lain.

Diagram 5.7 Kondisi tempat penampungan air

Kondisi penampungan air


Terbuka Tertutup

2%

98%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang sebanyak
98% kondisi penampungan airnya terbuka dan 2% tertutup.

Diagram 5.8 Kondisi air

Kondisi air
Berwarna Berbau Berasa Tidak berasa/berwarna

0%

100%

17
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang sebanyak
100% kondisi airnya tidak berasa dan berwarna.

3) Pembuangan sampah dan limbah


Diagram 5.8 Cara membuang sampah

Membuang sampah
Sungai Di timbun Di bakar
sembarangan lain-lain

4% 7% 24%

6%

59%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 59% cara keluarga dalam membuang sampah adalah dengan dibakar, 24%
dengan cara disungai, 7% dengan cara lain-lain, sebanyak 6% ditimbun, dan 4% dengan
cara sembarangan.

Diagram 5.9 Kebiasaan keluarga BAB dan BAK

Kebiasaan keluarga BAB dan BAK


Jamban/WC Sungai sembarangan

23% 0%

77%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 77% keluarga melakukan kebiasaan di jamban atau di WC dan 23% di sungai.

18
Diagram 5.10 Jenis jamban yang digunakan

Jenis jamban yang digunakan


Cemplung Plengsengan Leher angsa

7%
23%

70%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 70% jamban yang paling banyak digunakan adalah leher angsa, 23%
plengsengan dan 7% menggunakan cemplung.

Diagram 5.11 Pembuangan air limbah

Pembuangan air limbah


Resapan Got sembarangan

0% 2%

98%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 98% pembuangan air limbahnya Got dan 2% resapan.

Diagram 5.12 Kondisi saluran air

Kondisi saluran air


Lancar Tersumbat
0%

100%

19
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang sebanyak
100% kondisi saluran airnya lancar.

4) Kandang ternak
Diagram 5.13 kepemilikan kandang ternak

Kepemilikan kandang ternak


Punya Tidak Punya

5%

95%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 95% memiliki kandang ternak dan 5% tidak memiliki kandang ternak.

Diagram 5.14 Letak kandang ternak

Letak kandang
dalam rumah di luar rumah

25%

75%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 75% kandang ternaknya di luar rumah dan 25% di dalam rumah.
Diagram 5.15 Kondisi kandang ternak

20
Kondisi kandang ternak
Terawat Tidak terawat
0%

100%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


sebanyak 100% kandang ternak yang dimilikinya terawat.

b) Kondisi Kesehatan Umum


1) Sarana kesehatan terdekat
Diagram 5.16 Sarana kesehatan terdekat

Sarana kesehatan terdekat


RS Puskesmas
dr/perawat/bidan Balai pengobatan
lain-lain

7% 1% 4%
11%

77%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang


77% sarana kesehatan terdekatnya adalah puskesmas, 11% dr/perawat/bidan, 7% balai
pengobatan, 4% Rumah sakit dan 1% lain-lain.

Diagram 5.17 Sumber dana kesehatan keluarga

Sumber dana kesehatan keluarga


ASTEK/ASKES Tabungan Dana sehat JPS

15%
2%

0%

83%

21
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang 83%
sumber dana kesehatan keluarga menggunakan JPS dan paling rendah menggunakan dana sehat
0%.

Diagram 5.18 Sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga

Sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga


Jalan kaki Becak Angkot Kendaraan pribadi

1%
3% 1%

95%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang 95%
transportasi yang digunakan saat kepelayanan kesehatan keluarga menggunakan kendaraan
pribadi, 3% menggunakan jalan kaki, dan 1% menggunakan becak dan angkot.

2) Masalah kesehatan khusus


Diagram 5.19 Penyakit yang sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir

Penyakit yang paling sering diderita keluarga


dalam 6 bulan terakhir
DBD ISPA
ASMA TBC
1%
TYPHOID Infeksi menular sexual
lain-lain

27% 0% 55%
10% 2%

5%

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Dusun Longkrang 55%
penyakit yang sering dialami dalam 6 bulan terakhir adalah ISPA, 27% lain-lain seperti (diare,
vertigo, dispepsia, dll), 10% typhoid, 5% asma, 2% TBC dan paling terendah infeksi menular
sexual sebanyak 0%.

c) Ibu hamil dan menyusui

22
Diagram 5.20 Pasangan Usia Subur

Pasangan Usia Subur (PUS)


Ada Tidak ada

18%

82%

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa pasangan usia subur dari 83 kepala
keluarga di Dusun Longkrang yang ada sebanyak 82% dan yang tidak ada 18%.
Diagram 5.21 Ibu hamil

Ibu hamil
Ada Tidak ada

14%

86%

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa ibu hamil dari 83 kepala keluarga di Dusun
Longkrang yang ada sebanyak 14% dan yang tidak ada 86%.

Diagram 5.22 Ibu menyusui

Ibu menyusui
Ada Tidak ada

32%

68%

23
Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa ibu hamil dari 83 kepala keluarga di
Dusun Longkrang yang ada sebanyak 32% dan yang tidak ada 68%.

Diagram 5.23 Balita

Balita
Ada Tidak ada

14%

86%

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa yang memiliki balita dari 83 kepala
keluarga di Dusun Longkrang yang ada sebanyak 86% dan yang tidak ada 14%.

Diagram 5.24 kegiatan anak dan remaja diluar sekolah

Kegiatan anak dan remaja diluar sekolah


keagamaan olahraga karang taruna lain-lain

0%

39%

61%
0%

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa dari 83 kepala keluarga di Dusun
Longkrang kegiatan anak diluar sekolah paling banyak lain-lain ( seperti bermain, jalan-
jalan dll) sebesar 61%, 39% olahraga, dan paling terendah keagamaan dan karnagtaruna
sebesar 0%.

24
d) Lansia

Diagram 5.25 Lansia

Lansia
Ada Tidak ada

21%

79%

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa yang memiliki lansia dari 83 kepala
keluarga di Dusun Longkrang yang ada sebanyak 79% dan yang tidak ada 21%.
Diagram 5.26 Jenis Penyakit Lansia

11% Jenis penyakit lansia 10%


Asma TBC Hipertensi
Kencing manis(DM) Reumatik katarak
osteoporosis penyakit kulit Jantung
Lain-lain
0% 8%
0%
0%
0% 41%
22%
8%

Dari
diagram diatas didapatkan hasil dari 83 kepala keluarga di Dusun Longkrang jenis
penyakit yang paling banyak diderita adalah hipertensi sebanyak 41%, DM 22%, 11%
lain-lain( seperti maagh, kolestrol tinggi dll),TBC dan Asma sebanyak 8% dan jenis
penyakit yang lainnya sebanyak 0%.

6. Data Berdasarkan Wawancara


a) Wawancara dengan Ketua RW
- Sebagian besar karang taruna di dusun longkrang kurang aktif.
- Adanya fasilitas olahraga seperti lapangan bolla volley dan tenis meja tetapi tidak
dimanfaatkan remaja dengan baik, sehingga lapangan banyak ditumbuhi rumput dan
tidak terurus.

25
b) Wawancara dengan Ketua Kader Posyandu
- Ketua kader posyandu mengatakan di RW.4 dusun longkrang dulunya terdapat 1
posyandu lansia yang pelaksanaannya didusun longkrang. Namun sekarng sudah
beberapa tahun terakhir tidak ada poyandu lansia.
- Ketua kader posyandu mengatakan kegiatan posyandu berjalan secara rutin.
- Kader belum pernah mendapatkan pelatihan pengukuran tekanan darah dan pengisian
KMS lansia, dan sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang TBC dan DBD pada
balita.
- Belum pernah ada penyuluhan kesehatan tentang penyakit ISPA dan Hipertensi.
- Ada pihak Puskesmas yang selalu datang ketika kegiatan posyandu dilaksanakan.
- Posyandu selalu memberikan PMT, namun belum memiliki dana sehat yang dikelola
secara khusus. Dana untuk PMT didapat dari iuran sukarela dari warga.
- Program imunisasi dilakukan oleh pihak Puskesmas dan pelaksanaannya melalui program
kegiatan posyandu.
- Pembina Posyandu di dusun longkrang meminta untuk dibentuk secara khusus kader
posyandu lansia dan diberikan pelatihan cara pengukuran tekanan darah.
- Masalah kesehatan yang sering muncul adalah batuk/pilek(ISPA) dan pada balita,
hipertensi dan DM pada lansia .
- Lingkungan di dusun longkrang jika musim panas berdebu sehingga menyebabkan polusi
terutama bagi balita.
- Kader dan masyarakat meminta adanya foging sehingga mengurangi terjadinya Demam
berdarah
- Kader mengatakan tidak ada kegiatan khusus mengenai kebugaran lansia, dan meminta
untuk diadakan kegiatan senam lansia.

c) Wawancara dengan Pihak Puskesmas


- Berdasarkan informasi dari pihak Puskesmas Banjarharjo bahwa insiden atau kejadian
penyakit yang dominan terjadi adalah DBD, ISPA, Hipertensi, DM.
- Berdasarkan informasi dari pihak Puskesmas Banjarharjo pada periode tahun 2016
jumlah warga di dusun longkrang kelurahan Banjarharjo yang terjangkit penyakit DBD
sebanyak 6 orang.

d) Wawancara dengan ketua karang taruna


- Sebagian besar remaja karang taruna kurang aktif, dengan keanggotaan kurang lebih 50
orang.
- Belum ada karang taruna di tingkat RW, hanya di tingkat RT.
- Kegiatan yang rutin dilakukan hanya kerja bakti setiap sebulan sekali.
- Belum pernah ada penyuluhan tentang ISPA di dusun longkrang

26
e) Wawancara dengan Ketua RT/masyarakat
- Kejadian DBD sering terjadi di dusun longkrang, cukup banyak warga yang terjangkit
DBD dan penyakit ISPA
- Di dusun longkrang kegiatan yang biasa dilakukan untuk menjaga kesehatan lingkungan
antara lain melalui kerja bakti, dan mengunjungi warga apabila ada yang sakit serta
memberikan dana sumbangan.
- Rata-rata warga sudah memiliki televisi di setiap rumah, sehingga warga bisa
mendapatkan informasi mengenai kesehatan.

f) Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga lansia


- Keluarga lansia mengatakan rata-rata lansia sulit dibujuk untuk datang ke posyandu
lansia dikarenakan psohyandu tidak bertempat didusun longkrang melainkan di beda
dusun.
- Keluarga Lansia mengatakan lansia tidak memiliki aktivitas produktif tertentu untuk
mengisi waktu luangnya.

g) Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia


- Lansia mengatakan malas datang ke posyandu lansia karena tidak ada pengobatan gratis
dan jauh.
- Lansia mengatakan kurang mengetahui fungsi posyandu lansia.

7. Data Berdasarkan Observasi


a) Observasi di wilayah Dusun longkrang
- Jika musim panas, lingkungan di Dusun Longkrang berdebu.
- Terdapat genangan air di sekitar rumah warga, kondisi selokan atau parit juga kurang
lancar.
- Ditemukan adanya jentik nyamuk di beberapa rumah warga pada observasi pemeriksaan
jentik.
- Terdapat sampah yang berserakan di sisi jalan dan sisi sungai.
- Ada sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan olahraga tetapi kegiatan untuk olah
raga kurang berjalan dengan baik.
- Sebagian besar warga jarang melakukan kegiatan olahraga di pagi atau sore hari.
- Cara pengolahan sampah yang dilakukan masyarakat yaitu dengan mengumpulkan
sampah di halaman rumah kemudian dibakar.
- Sebagian besar masyarakat membersihkan rumah setiap hari dengan menyapu di dalam
rumah dan halaman rumah pada pagi hari atau sore hari.
- Sebagian besar lansia masih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, hanya
sebagian kecil lansia yang mengalami ketergantungan.
- Lansia tidak memiliki aktivitas khusus untuk mengisi waktu luangnya.

27
- Ada sarana olahraga berupa lapangan volley, tenis meja tetapi belum dimanfaatkan oleh
remaja.
b) Observasi di Posyandu
- Pelaksanaan 5 meja belum berjalan dengan optimal, meja 5 (penyuluhan kesehatan) belum
ada kader yang melaksanakan.
- Minat kunjungan lansia ke posyandu masih sangat kurang. Kunjungan lansia ke posyandu
hanya berjumlah 2 orang.

28
29

Anda mungkin juga menyukai