Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN MIOPI (RABUN JAUH)

Miopi (dari bahasa Yunani: myopia "penglihatan-dekat) atau rabun jauh adalah sebuah
kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam
keadaan santai. Miopi dapt terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan
kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh
tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan
menggunakan kacamata negatif (cekung).

Rabun jauh adalah kesalahan refraksi mata di mana bola mata terlalu mencembung dan fokus cahaya
berada di depan retina mata. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang jauh dari
mata (Kamus Kesehatan).

Miopi merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang
dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga
bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh diretina (Mansjoer, 2002).

Miopi adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak
dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar
dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal
dari bahasa Yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur
bila melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness (American Optometric Association, 2006).

Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan
pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Sidarta,
2007).

Miopi adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara keseluruhan
dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut sebagai kabur jauh / terang dekat
(Syafa, 2010).

Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di depan retina pada
mata yang istirahat ( tanpa akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan cahaya didepan retina. (Yayan
A.Israr, 2010).

B. KLASIFIKASI MIOPI

1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:

a. Miopi aksial

Miopia aksial dalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan
panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm)
sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
b. Myopia Kurvatura

Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan
kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.

c. Miopi Refraksi

Miopi Refraksi adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek bias media refrakta. (Sidarta,
2008)

d. Perubahan Posisi Lensa

Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya
myopia.

Miopi dikatakan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi penderitanya, karena
tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata. Miopi berbahaya ini dibarengi dengan kerapuhan dari
selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu ke waktu. Pada puncaknya proses
penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala (retina), yang membutuhkan tindakan bedah
sedini mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat
tergantung pada kecepatan tindakan penanggulangannya.

2. Miopi berdasarkan berat ringan

a. Miopi ringan

b. Sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0D

c. Ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -1 s/d -3 D

d. Miopi sedang dapat dikoreksi dengan kaca mata -3 s/d -6 D

e. Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan kaca mata -6 s/d -10 D

f. Miopi berat dapat dapat dikoreksi dengan kacamata > -10 D

3. Klasifikasi myopia secara klinis (American Optometric Association, 1997)

a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata yang terlalu panjang, atau
indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.

b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling kurang cahaya.
Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini
dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak
cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi
sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia,
disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai kekejangan
akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi.

d. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive myopia. Biasanya
merupakan myopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah
mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.

e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan,
naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.

4. Klasifikasi myopia berdasar umur

a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)

c. Early adult-onset myopia (2-40 tahun)

d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun). (Sidarta, 2007)

C. PATOFISIOLOGI

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya
terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio
retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di
dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi
sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post
natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada miopi.

Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk:

1. Miopi stasioner, miopi yang menetap setelah dewasa

2. Miopi progresif, miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata.

3. Miopi degenertif atau miopi maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada
fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada
bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah
terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi rupture membran Bruch yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopi dapat terjadi bercak Fuch berupa
biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi
degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).

D. MANIFESTASI KLINIK

Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh
( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah
membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika
derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua
mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan
(astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen
(estropia). Apabila terdapat miopi pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi
ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang
disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).

Pasien dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah
kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai
pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata
ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

E. ETIOLOGI (PENYEBAB)

1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main komputer, main
ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata. Pelajari jarak aman aktivitas mata kita
agar selalu terjaga kenormalannya.

2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan komputer, di depan
layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan
sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.

3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat yang jauh-jauh
sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa
melihat jarak pandang yang jauh.
4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil tidur-
tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari langsung yang silau,
menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.

5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat mengganggu
kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai kacamata yang tidak sesuai
dengan mata normal kita, dan sebagainya.

6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang mampu
bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten,
ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto fundus / retina

2. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri

3. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)

4. USG ( ultra sono grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada tumor,panjang bola mata ,
kekentalan benda kaca (vitreous)

5. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)

6. CT scan dengan kontras / MRI.

G. FAKTOR RISIKO

Beberapa faktor resiko terjadinya miopi diantaranya adalah:

1. Genetik

Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.

2. Kekurangan makanan bergizi pada masapertumbuhan hingga usia 12 tahun.

3. Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus seperti membaca,
melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak dekat, membaca sambil tiduran, dan
membaca ditempat yang kurang cahaya (remang).
H. KOMPLIKASI

Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, perdarahan
vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau terdapat ambliopia.

I. PENCEGAHAN

1. Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan menonton
TV dengan jarak yang dekat.

2. Memegang alat tulis dengan benar.

3. Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.

4. Batasi jam membaca dan aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter).

5. Gunakanlah penerangan yang cukup.

6. Jika memungkinkan memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya
sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.

J. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Non-Farmakologi

a. Kacamata

Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk membaca
dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah memberikan kaca mata
sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi
dengan 3.0 D memberika tajam penglihatan 6/6, dan demikian memberikan istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi (Ilyas, 2003).

b. Lensa Kontak

Pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan harus melakukan terapi dengan cara
menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33 cm, bila jarak berubah maka
pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa masih dapat mengembang, tetapi sangat
menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi tergantung
pada pada jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi
presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat
jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang
dijual bebas.

c. Bedah Keratorefraktif

Bedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior
bola mata diantaranya adalah keratomi radial, keratomileusis keratofikia, epiakerarfikia.

d. Terapi dengan menggunakan laser dengan atau operasi lasik mata.

Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopi dengan
menggunakan laser.

e. Photorefractive Keratotomy (PRK)

Terapi ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda.

f. Operasi orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata

Orang-orang dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan teknik ini. Orthokeratologi
menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea.
Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan kedalam kornea
mata untuk mengganti kornea yang rusak.

2. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang
masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia

K. ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN REFRAKSI (MIOPIA)


1. Pengkajian

a. Keluhan Utama

Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.

1) Riwayat Penyakit sekarang

Klien datang ke RS dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat, klien
mengatakan padangan kabur setiap saat.

2) Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.

3) Riwayat Penyakit keluarga

Klien mengatakan ibu klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.

4) Riwayat Kebiasaan

Klien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam keadaan tidak terlalu
terang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan


memfokuskan sinar pada retina.

b. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.

3. Intervensi dan Implementasi

a. Koreksi mata miopi dengan memakai lensa minus atau negatif ukuran teringan yang sesuai Tujuan:
untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.

b. Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktifitas membaca terus menerus.

Tujuan: Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit
syaraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
a. Alat :

1) Kartu Snellen.

2) Bingkai percobaan.

3) Sebuah set lensa coba.

b. Teknik:

1) Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.

2) Pada mata dipasang bingkai percobaan.

3) Satu mata ditutup.

4) Minta penderita untuk membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar sampai pada huruf terkecil yang
masih bisa terbaca.

5) Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan jika tajam penglihatan menjadi lebih baik
ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat membaca huruf yang paling terkecil dari kartu
Snellen tersebut.

6) Lakukan kembali pada mata yang sebelahnya.

5. Evaluasi

Subjektif : klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.

Objektif : Klien membaca buku dengan jarak yang pas (30 cm)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan merebaknya masalah kesehatan sekarang ini, alangkah baiknya kita menjaga kesehatan kita agar
tidak terserang penyakit, salah satunya adalah penyakit miopi (rabun jauh).

B. SARAN

Mencegah lebih baik daripada mengobati, salah satunya adalah menjaga kondisi mata kita agar tetap
dalam keadaan yang sehat, sering makan buah dan sayuran segar terutama yang mengandug vitamin A.
Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya segera periksakan dan obati agar tidak menjadi semakin parah

DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-miopia.html. Diakses tanggal


4 Desember 2013.

http://kamuskesehatan.com/arti/rabun-jauh/. Diakses tanggal 4 Desember 2013.


http://www.diwarta.com/pengertian-bagian-bagian-mata-beserta-penjelasannya/. Diakses tanggal 4
Desember 2013.

Ilyas, Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.

Istiqomah, Indriana N. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta: 2005.

http://www.tipsehat.indoinfo.web.id/2012/11/02/penyebab-mata-menjadi-rabun-jauhmiopimyopia-
mata-minus/. Diakses tanggal 4 Desember 2013.

a) Anatomi Fisiologi

Mata merupakan organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina dengan
perantaraan serabut nervus optikus dan menghantarkan rangsangan ke pusat penglihatan pada otak
untuk ditafsirkan.

1) Bagian-bagian mata yaitu :

a) Konjungtiva

Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata, kecuali daerah pupil. Permukaan
dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra yang merupakan lapisan mukosa. Bagian yang
membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Konjungtiva palpebra
melipat ke dalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbi membentuk kantung yang disebut sakus
konjungtiva. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Walaupun
konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh-pembuluh
darah yang ada di dalamnya. Pembuluh-pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbi diatas sklera
mata. Konjungtiva berfungsi melindungi mata (kornea) dari gesekan dan mencegah mata dari
kekeringan.

b) Sklera

Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna
putih. Sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa yang elastis. Bagian depan sklera tertutup
oleh kantong konjungtiva. Sklera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi
tempat melekatnya otot mata.

c) Otot-otot

Otot-otot yang melekat pada mata, yaitu :

1) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
2) Muskulus levator palpebralis superior inferior berfungsi mengangkat kelopak mata.

3) Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), fungsinya untuk menutup

mata.

4) Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), fungsinya menggerakkan

mata dalam (bola mata).

5) Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke

bawah dan ke dalam.

6) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, bawah

dan keluar.

d) Kornea

Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya dan memiliki penampang yang lebih tebal dari sklera.
Melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Kornea tidak mengandung pembuluh darah,
peralihan antara kornea ke sklera disebut sclero corneal junction. Kornea juga merupakan jalan masuk
cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina. Kornea berfungsi menerima cahaya yang
masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat
difokuskan (memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya).

e) Koroid

Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan
sejumlah sel pigmen. Letaknya di sebelah dalam sklera. Di bagian depan mata, lapisan koroid
memisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang. Koroid berfungsi sebagai
penyuplai retina (mengandung pembuluh darah untuk memberi makan retina) dan melindungi refleksi
cahaya dalam mata.

f) Iris dan pupil

Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua perangkat otot
polos yang tersusun sirkuler dan radial. Pupil adalah ruangan ditengah-tengah iris, ukuran pupil
bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek (akomodasi). Ketika mata
berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang, otot sirkuler berakomodasi
sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaliknya. Iris berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan
pupil mengurangi lewatnya cahaya (mengatur cahaya yang masuk ke mata).

g) Lensa
Lensa berada tepat di belakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat
berubah-ubah yang diatur oleh otot siliaris. Ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut
ruang vitreus, berisi cairan yang lebih kental (vitreus humor), yang bersama dengan aqueous humor
berperan dalam memelihara bentuk bola mata. Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan
mengubah bentuk lensa.

h) Retina

Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada
retina terdapat reseptor (fotoreseptor) yang terdiri dari sel batang (rod cell) dan sel kerucut (cone cell).
Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang
memanjang sampai ke otot. Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot
tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini, kita tidak dapat
mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Pada bagian retina, terdapat sel
batang yang banyak ditemukan pada daerah perifer retina, berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap
mata. Sel-sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam
cahaya terang. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu
membedakan warna. Oleh karena itu kita mampu melihat di malam hari tetapi yang terlihat hanya warna
hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut dapat ditemukan di
dekat pusat retina, jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap
intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna.
Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan
impuls ke saraf optik (II).

i) Vitreous Humor (Humor Bening)

Badan bening ini terletak di belakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli (agar-agar) yang
jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat. Vitreous humor (humor bening)
berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata.

j) Aqueous Humor (Humor Berair)

Aqueous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairan sel,
mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.
Aqueous humor (humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata.

k) Alis mata (Supersilium)

Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di atas mata. Alis mata berfungsi mencegah masuknya air
atau keringat dari dahi ke mata.

l) Bulu mata

Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi untuk
melindungi mata dari benda-benda asing.
m) Kelopak mata (palpebra)

Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata
(menutup dan membuka mata).

n) Badan siliaris

Badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensa berubah bentuk,
dan mensekresikan aqueous humor (humor berair).

2) Mekanisme proses penglihatan

Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea,
aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir di retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian
saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak
besar. Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital
kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian
diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan lobus
osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola matanya sehat.

Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di
bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang
dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi
kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu
benda tersebut jatuh di bagian pada bintik buta retina.

Anda mungkin juga menyukai