Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi
daripada biasanya atau diatas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang
mengalami gangguan kesehatan. Suhu normal manusia berkisar antara 36-370 C.
Demam merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dengan
mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak daripada
biasanya ini diikuti dengan naiknya suhu (Widjaja, 2001).
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat yang dapat digunakan untuk
meredakan demam. Selain itu Parasetamol juga dapat digunaan untuk melegakan
sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan. Digunakan dalam sebagian besar
resep obat analgesik salesma dan flu. Parasetamol aman dan dapat memberikan
efek bila diberikan dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis
obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Untuk mengetahui seberapa kandungan atau jumlah zat paracetamol dalam
suatu obat, maka perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak dibuat
atau diproduksi. Karena bentuk tablet dapat menjamin kesetabilan sifat fisika dan
kimia bahan obat. Tablet merupakan sediaan kering, mudah dalam pengemasan,
pengepakan, transportasi dan penggunannya. Disamping itu takaran obatnya pun
cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
Oleh karena itu dewasa ini telah diperkirakan paling tidak 40% dari
seluruh obat yang beredar di pasaran dibuat dalam bentuk tablet. Dan Pada
umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam bidang farmasi dapat
diproses menjadi menjadi tablet.
Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut
untuk sediaan tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larut dan bekerja local pada
saluran pencernaan (seperti antasida dan absorben) dan bahan yang larut,
terdisolusi dalam usus dan bekerja local pada saluran pencernaan (seperti antasida

1
dan absorben) dan bahan yang larut terdisalusi dalam usus dan bekerja secara
sistematik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Metode apa yang digunakan dalam penetapan kadar pada sediaan
tablet paracetamol?
b. Apa saja yang termasuk ke dalam evaluasi tablet?

1.3 Tujuan
a. Untuk melakukan penetapan kadar tablet paracetamol secara
nitrimetri.
b. Untuk melakukan evaluasi pada sediaan tablet paracetamol.

1.4 Manfaat
Untuk memenuhi tugas praktikum analisa sediaan obat, makanan, dan
kosmetik.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Tablet


Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan
obat yang dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.
Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan. Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan
kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan.
Tablet dapat diartikan sebagai campuran bahan obat yang dibuat dengan
dibantu zat tambahan yang kemudian dimasukan kedalam mesin untuk dikempa
menjadi tablet.
Dikenal dua jenis tablet berdasarkan metode pembuatan, yaitu tablet cetak
dan tablet kempa.
a. Tablet Cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa salam berbagai perbandingan. Massa dibasahi
dengan Etanol prosentasi tinggi kadar Etanol tergantung dengan kelarutan
zat aktif dan bahan pengisi dalam pelarut, serta kekerasan tablet yang
diinginkan. Pembuatan dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga tablet dapat di potek
dan harus hati-hati saat pengemasan dan pendistribusiannya., besar
tekanan pada tablet 25-50 bar.Kepadatan tablet tergantung pada
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung
pada kekuatan yang diberikan.

b. Tablet Kempa
Tablet kempa didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang dibuat
dengan cara pengempaan dari sebuah formula dengan memberikan tekanan
tinggi (tekanan di bawah beberapa ratus kg/cm2) pada serbuk/granul
menggunakan pons/cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat

3
aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, tetapi
dapat juga mengandung bahan pewarna, bahan pengaroma, dan bahan
pemanis.Tablet biasanya mempunyai ketebalan kurang dari
diameternya.Tablet kempa ganda, tablet kempa yang dibuat dengan lebih
dari satu kali siklus tekanan.

Parasetamol atau asetaminofen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang


populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit
ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep
obat analgesik selesma danflu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah
didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Berbeda
dengan obat analgesik yang lain sepertiaspirin dan ibuprofen, parasetamol tak
memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat
jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam
perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin.
Kata asetaminofen dan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan
tersebut: Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol asetominofenVersi
Inggris para-asetil-amino-fenol parasetamol
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim
siklooksigenase (COX:cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan
bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas
antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena
dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat
lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga
obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan
darah.

4
Monografi Paracetamol:
Sinonim : Paracetamolum, Asetaminofen.
Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.
Rumus molekul : C8H9NO2

Rumus bangun : HO NHCOCH3


Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus
cahaya.
(DitJen POM., 1995).

2.2 Evaluasi Tablet


Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman
bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur.
Berikut ini ulasan dari beberapa uji tersebut di atas.
a. Keseragaman Bobot
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul
lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg
atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat
(termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif
yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan
dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot ratarata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

5
masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10
tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan
kolom B.

Penyimpangan bobot rata-rata (%)


Bobot rata-rata
A B
25mg atau kurang 15% 30%
26mg s/d 150mg 10% 20%
151mg s/d 300mg 7,5% 15%
Lebih dari 300mg 5% 10%

b. Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan
dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan
antara 4-8kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat
lebih kecil dari 4kg atau lebih tinggi dari 8kg. Kekerasan tablet kurang dari
4kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas
yang diterapkan.

6
c. Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet
selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit
dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama
4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai,
keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan
sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari
1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase
kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang
tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan
bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.

d. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk
hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati
ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan
adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube
plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.

7
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya
kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori
tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan
lain waktu hancur tablet bersalut > 15 menit. Tablet yang akan diuji
(sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup
dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu
37 C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan
simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit,
sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60
menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.

2.3 Penetapan Kadar


Kimia analisis terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu
yang terkandung dalam suatu sampel (Day, 1991).
Metode titrimetric merupakan metode dalam analisis kuantitatif yang
dilakukan dengn mencari volume larutan yang diketahui konsentrasinya yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan sampel. Titik
ekuivalen pada titrasi adalah volume titran teoritis yang dibutuhkan untuk
bereaksi secara stoikiometri dengan analit. Titik akhir tercapai ketika volume
titran yang digunakan daam praktikum sudah ditambah analit (Valcarcel, 2000).
Titrasi diazoitasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk
mendapatkan kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-
senyawa anestetika lokal golongan asam amino benzoat. Titrasi dilakukan dengan
cara pengasaman natrium nitrit yang menyebabkan perubahan amin aromatic
primer menjadi garam diazonium (Watson, 2003).
Metode titirasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium

8
nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. (Gandjar dan Rohman, 2007).
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat:
1. Buret 6. Corong gelas
2. Klem buret & statip 7. Pipet tetes
3. Erlenmeyer 8. Lumpang dan alu
4. Beaker glass 9. Batang pengaduk
5. Gelas ukur 10. Timbangan analitis

b. Bahan :
1. Tablet Paracetamol 5. KBr
2. NaNO2 6. Sulfanilamida
3. Kalium Laktat 7. Es Batu
4. Pasta Kanji

3.2 Prosedur Kerja


a. Uji Kualitatif
1. Organoleptik
Sampel obat diamati bentuk, bau, warna, dan rasanya.

2. Uji Kelarutan
Di dalam air, larutkan sampel dalam air di dalam tabung
reaksi, lalu amati kelarutannya.
Di dalam etanol, larutkan sampel dengan etanol di dalam
tabung reaksi, lalu amati kelarutannya.

3. Reaksi Warna
Letakkan sampel secukupnya pada plat tetes, lalu tambahkan
pereaksi-pereaksi. Amati perubahan warnanya.

10
b. Evaluasi Tablet
1. Uji Keseragaman Bobot
Ambil 20 tablet, timbang dan hitung bobot rata-ratanya. Timbang
lagi satu persatu, cata penyimpangan bobotnya. Analisa hasilnya
dengan persyaratan farmakope indonesia.

2. Uji Kekerasan
Letakkan satu tablet pada posisi tegak lurus pada alat hardness
tester. Selanjutnya puter penekan alat pelan pelan sampai tablet
pecah. Baca skala yang menunjukkan kekerasan tablet pada satuan kg

3. Uji Kerapuhan
Di timbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian
dimasukkan kedalam abrasive tester, diputar selama 4 menit pada
kecepatan 25 rpm. Tablet dibebas debukan kembali dari fines yang
menempel dan hitung persen kehilangan bobotnya.

4. Waktu Hancur
Sejumlah 6 tablet dimasukkan kedalam masing masing tabung
pada disintegration tester. Alat tersebut selanjutnya dimasukkan
kedalam beker gelas yang telah diisi air bersuhu antara 36 38oC
kurang lebih 1000 ml atau sedalam kurang lebih 15 cm sehingga dapat
dinaik turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi
tinggi tepat pada permukaan air dan kedudukan terendah mulut
keranjang tepat di permukaan air. Tabung dinaik-turunkan secara
teratur 30 kali permenit.

c. Uji Kuantitatif
1. Pembakuan NaNO2 0,1M
Timbang seksama 2/3 x 25 x kesetaraan sulfanilamida PK yang
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105o C selama 3 jam,
masukkan ke dalam gelas kimia, tambahkan 50 ml air dan 5 ml asam

11
klorida P, aduk hingga larut. Dinginkan hingga suhu 15o C, dengan
cara dimasukkan kedalam wadah yang berisi pecahan es. Titrasi
perlahan-lahan agar terbentuk garam diazonium. dengan larutan
natrium nitrit, aduk kuat-kuat ad pengaduk kaca yang dicelupkan ke
dalam larutan titrasi dan disentuhkan pada kertas kanji iodida P
memberikan warna biru seketika. Titrasi akhir dicapai jika larutan
titrasi setelah dibiarkan selama 1 menit dan pengaduk kaca
dimasukkan ke dalam larutan kemudian disentuhkan pada kertas
kertas kanji iodida P memberikan warna biru seketika.

2. Penetapan Kadar Paracetamol


Timbang 2/3 x 25 x kesetaraan paracetamol , masukkan dalam
labu ukur titrasi 300 ml tambahkan Hcl (1:2) 20ml lalu refluks selama
30 menit dinginkan, +kan KBr 5 gram, trapeolin 5 tetes dan metilen
blue 3 tetes titrasi dengan larutan baku NaNo2 hingga berubah warna
ungu menjadi biru.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Uji Kualitatif
1. Organoleptik:
Bentuk : Tablet bulat
Bau : Tidak berbau
Warna : Biru
Rasa : Pahit

2. Reaksi Warna
Serbuk Parasetamol + FeCl3 Biru violet

b. Evaluasi Tablet
1. Keseragaman Bobot

No Bobot tablet (gram) No Bobot tablet (gram)

1 0,59 6 0,58

2 0,61 7 0,59

3 0,60 8 0,61

4 0,61 9 0,60

5 0,59 10 0,59

Bobot total : 5,96 gram


5,96
Bobot rata-rata tablet = = 0, 596 gram
10
0,5960,59
Tablet 1 = 100% = 1,006 %
0,596

13
0,5960,61
Tablet 2 = 100% = 2,35%
0,596
0,5960,60
Tablet 3 = 100% = 0,67 %
0,596
0,5960,61
Tablet 4 = 100 % = 2,35%
0,596
0,5960,59
Tablet 5 = 100 % = 1,006%
0,596
0,5960,58
Tablet 6 = 100% = 2,68 %
0,596
0,5960,59
Tablet 7 = 100% = 1,006%
0,596
0,5960,61
Tablet 8 = 100% = 2,35 %
0,596
0,5960,60
Tablet 9 = 100 % = 0,67%
0,596
0,5960,59
Tablet 10 = 100 % = 1,006%
0,596

2. Kekerasan

No Kekerasan Tebal Diameter

Tab 1 11 0,64 16,35

Tab 2 11 0,64 16,35

Tab 3 14 0,64 16,35

Tab 4 8 0,64 16,35

Tab 5 10 0,64 16,35

Rata2 10,8 0,64 16,35

2
Rumus : d =

2 10,8
d = 3,14 1,63 0,64 = 6,59kg

14
3. Kerapuhan

: = 100 [1 ]
0

Dimana :

B = Kerapuhan (%)

= Bobot setelah diputar ( dalam friability tester ), setelah dibebas


debukan

0 = Bobot mula-mula, setelah dibebas debukan

Freability :

3,00
= 100 [1 ] = 100[1 0,901] = 9,9%
3,33

Abrassive :

3,00
= 100 [1 ] = 100[1 0,901] = 9,9%
3,33

4. Waktu Hancur
Waktu hancur tablet paracetamol adalah 10 menit pada suhu 37C

c. Uji Kuantitatif
1. Pembakuan NaNO2 0,1M

No Sulfanilamid NaNo2

1 287,05 mg 10 ml

2 287,1 mg 11 ml

3 287, 08 mg 10 ml


Rumus: V x N = x grek

15
287,05
1. 10 x N = 250,27 1 = 0,115N
287,05
2. 11 x N = 250,27 1 = 0,124N
287,05
3. 10 x N = 250,27 1 = 0,114N

Rata2 = (0,115 + 0,124 + 0,114) / 3 = 0,117N

2. Penetapan Kadar

No Paracetamol NaNo2

1 258 mg 15 ml

2 254 mg 14,5 ml

3 252 mg 14,2 ml

()
Rumus : 100%
()

15 0,117 15,116
1. 0,1
258
100% = 102,82%
15 0,117 15,116
2. 100% = 100,96%
0,1 258
15 0,117 15,116
3. 0,1
258
100% = 99,65%

Rata2 : (102,82 + 100,96 + 99,65) / 3 = 101,14%

4.2 Pembahasan
Analisis kuantiatif atau penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan
metode nitrimetri karena paracetamol memiliki gugus amin aromatis primer yang
dapat dianalisis dengan baik dengan menggunakan metode ini. Metode nitrimetri
merupakan metode pentapan kadar secara kuntitatif dengan menggunkan larutan
baku natrium nitrit, yang didasarkan pada rekasi diazotasi yakni reaksi antara
amin aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam

16
diazonium. Namun karena asam nitrit tidak stabil dan mudah terurai, maka diganti
dengan natrium nitrit.
Reaksi yang terjadi antara HCl dan NaNO2 adalah sebagai berikut :
NaNO2 + HCl NaCl + HNO2
NH2 + HNO2 + HCl N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentuk mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi dilakukan dibawah
15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi
fenol dan nitrogen.
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan menggunakan pasta kanji iodida yang
telah dioleskan pada porselen. Titrasi dihentikan apabila warnanya telah berubah
dari ungu menjadi biru kehijauan atau apabila setetes larutan akan segera
memberikan warna biru pada kertas kanji iodida. Titik akhir tercapai apabila
terbentuk warna biru seketika ketika pertama kali digoreskan dan didiamkan
selama 2 menit, dan digoreskan lagi akan memberikan warna biru.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warrna
dari pasta kanji iodide sebagai indicator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena
senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan
iodida yang ada dalam pasta kanji. Reaksi ini akan mengubah iodida menjadi
iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat
ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan
warna yang dijadikan indikator dalam titrasi ini adalah :
KI +HCl KCl + HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru)
Keseragaman bobot ditetapkan dengan menimbang 20 tablet dan dihitung
bobit rata-ratanya, jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat diulang dengan

17
10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
Syarat keseragaman bobot tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
Bobot rata- A B
rata tablet
< 25mg 15 30
26 - 150 mg 10 20
151 - 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%, berdasarkan hasil


pengujian persen kerapuhan 9,9% brarti melebihi ketentuan Kerapuhan tersebut
diakibatkan karena pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen
di dalam tablet atau dapat diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi secara
manual Tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi rapuh
Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk bertahan
terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan
pengepakan mungkin karna tablet yang di gunakan telah expired jadi kesetabilan
sediaan sudah terganggu.
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara
4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil
dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan,
berdasarkan hasil praktikum yaitu kekerasanya 6,59kg brarti tablet termasuk baik
dalam hal kekerasan.
Pada uji waktu hancur tablet dapat hancur di bawah 15 menit yaitu 10
menit berarti tablet tersebut tergolong baik dalam waktu hancur atau dalam hal
kelarutan.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada percobaan kali ini yaitu penetapan kadar dan evaluasi tablet
paracetamol, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pada Evaluasi tablet di dapatkan hasil:
1. Uji keseragaman bobot tablet yaitu 0,596mg (memenuhi syarat)
2. Uji kekerasan tablet yaitu 6,59kg (memenuhi syarat)
3. Uji kerapuhan tablet yaitu 9,9% (tidak memenuhi syarat)
4. Uji waktu hancur yaitu 10 menit (memenuhi syarat)

b. Pada uji kuantitafi penetapan kadar tablet paracetamol yaitu 101,14%

5.2 Saran
Sebaiknya pihak universitas segera melengkapi alat-alat di laboratorium
agar praktikan dapat melaksanakan parktikum dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .Departement Kesehatan


Republik Indonesia : jakarta
Dirjen POM. 1995.Farmakope Indonesia edisi IV .Departement Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta
Anonim 2017 Penuntun Praktikum Analisa Obat Jakarta Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal
98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

20

Anda mungkin juga menyukai