Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN TUGAS TAX PLANNING

MATERI 10-11 WITHOLDING TAX PLANNING

1. Diketahui :
Imbalan jasa Rp 10.000.000
Upah harian untuk masing-masing pekerja Rp 180.000
Total upah harian untuk 5 orang pekerja Rp 4.500.000
Pembelian suku cadang AC Rp 1.000.000
Jawaban :
a) Dalam withholding tax system, atas imbalan jasa perawatan AC, yang bertindak sebagai
PAYOR adalah Ny. Lilyceria (pembayar pajak), dan yang bertindak sebagai PAYEE
adalah PT. ABADI (penerima pembayaran pajak atau pemotong pajak).
b) Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan oleh Ny. Lilyceria, dapat diketahui
bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian
yang dipekerjakan oleh Ny. Lilyceria dan biaya untuk membeli suku cadang AC, maka
jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh
PT. ABADI atas imbalan yang diberikan kepada Ny. Lilyceria adalah sebesar imbalan
bruto dikurangi upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan oleh Ny. Lilyceria dan biaya
suku cadang AC. Perhitungannya sebagai berikut :
Rp 10.000.000 Rp. 4.500.000 Rp 1.000.000 = Rp 4.500.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT. ABADI atas penghasilan yang
diterima Ny. Lilyceria adalah sebesar :
5% x 50% x Rp 4.500.000 = Rp 112.500
Dalam hal Ny. Lilyceria tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus
dipotong oleh PT. ABADI menjadi :
5% x 120% x 50% x Rp 4.500.000 = Rp 135.000
c) Dalam hal PT. ABADI tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang
dilakukan atau dokumen yang diberikan oleh Ny. Lilyceria mengenai upah yag harus
dikeluarkan Ny. Lilyceria atau pembelian suku cadang, PPh Pasal 21 yang harus dipotong
oleh PT. ABADI atas penghasilan yang diterima Ny. Lilyceria adalah sebesar :
5% x 50% x Rp 10.000.000 = Rp 250.000
Dalam hal Ny. Lilyceria tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus
dipotong oleh PT. ABADI menjadi :
5% x 120% x 50% x Rp 10.000.000 = Rp 300.000
Catatan :
Untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal
21 oleh Ny. Lilyceria.
d) Bagi PT. ABADI yang lebih menguntungkan disisi pajak adalah scenario kedua, yaitu
jika PT. ABADI tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan atau
dokumen yang diberikan oleh Ny. Lilyceria mengenai upah yag harus dikeluarkan Ny.
Lilyceria atau pembelian suku cadang. Karena dengan begitu pajak yang dipotong dari
Ny. Lilyceria lebih besar, sehingga pajak terutang PT. ABADI pada akhir tahun semakin
kecil karena telah dikreditkan sebelumnya oleh PPh Pasal 21 tersebut.

2. Diketahui :
Pada November 2017 sebuah Bank BUMN di Jakarta akan melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Rapat koordinasi internal tahunan dengan total pengeluaran sebesar Rp 25.000.000.
Dengan dua scenario sebagai berikut:
a.1) Rapat koodinasi tersebut diadakan di gedung pertemuan yang disewakan oleh PT
GEMARIA (biaya sewa sudah termasuk paket meeting, makanan dan minuman).
a.2) Rapat koodinasi tersebut diadakan di Aula gedung milik sendiri dan membeli
makanan dan minuman dari Restoran ternama di Jakarta.
b) Membeli bensin dari SPBU Pertamina untuk keperluan kendaraan dinas seharga Rp
4.000.000 dan membeli benda pos Rp 3.000.000 di kantor pos.
c) Membeli secara tunai alat tulis kantor sebesar Rp 30.000.000 (belum termasuk PPN) dari
CV. BERDAYA.
Diminta :
a. Buatlah perhitungan pajak (sebutkan obyek PPh potput Pasal berapa).
b. Potensi adanya perencanaan pajak pada pengeluaran Bank BUMN tersebut diatas, hitung
berapa penghematan pajaknya
Jawaban :
a. Objek PPh Potput Pasal 22 atas transaksi pembelian oleh BUMN tertentu untuk BBM,
alat tulis kantor dan benda-benda pos.
membeli bensin dari SPBU Pertamina untuk keperluan kendaraan dinas seharga Rp
4.000.000 dan membeli benda pos Rp 3.000.000 di kantor pos.
membeli secara tunai alat tulis kantor sebesar Rp 30.000.000 (belum termasuk PPN)
dari CV. BERDAYA
Perhitungan PPh Potput Pasal 22 (dengan tariff 1,5% dari harga beli) :
Pembelian bensin : 1,5% x Rp 4.000.000 = Rp 60.000
Pembelian benda pos : 1,5% x Rp 3.000.000 = Rp 45.000
Pembelian alat tulis kantor (sudah termasuk PPN) : 1,5% x Rp 33.000.000 = Rp
495.000
b. Potensi adanya perencanaan pajak pada pengeluaran Bank BUMN :
Menurut pendapat saya, scenario pertama untuk mengadakan rapat koordinasi internal
tahunan lebih menguntungkan dan dapat menghemat pajak karena terdapat beban
sewa yang dikenakan pajak PPh potput Pasal 22 dengan tariff 2%. Sehingga akan
terjadi pemotongan PPh Pasal 22 yaitu sebesar 2% x Rp 25.000.000 = Rp 500.000.
Jika menggunakan scenario kedua maka tidak ada beban sewa gedung yang dapat
dibebankan oleh perusahaan.
PPh Pasal 22 FINAL atas pembelian bensin oleh perusahaan dari SPBU Pertamina
dapat di kreditkan oleh WP perusahaan tersebut dan lebih menguntungkan daripada
dibebankan sebagai biaya perusahaan. Penghematan pajak yang diperoleh yaitu
sebesar 0,5% dari pajak yang dipotong sebelumnya.

3. Diketahui :
PT DIPTA berencana untuk mengadakan family gathering seluruh karyawan di Bandung
dengan perincian sebagai berikut:
Biaya transport untuk 4 hari sebesar Rp 20.000.000
Biaya akomodasi untuk 3 malam sebesar Rp 50.000.000
Biaya konsumsi (makan siang dan malam serta snack) untuk 4 hari sebesar Rp
28.000.000.
Biaya pemberian hadiah undian (doorprize) sebesar Rp 25.000.000 (dikenakan pajak)
Uang saku (honor) seluruh karyawan sebesar total Rp 80.000.000
Diminta :
Buatkan scenario terbaik untuk perencanaan pajak, yang tujuannya adalah seluruh
pengeluaran untuk family gathering tersebut dapat menjadi deductible expense dan memiliki
tujuan akhir adalah penghematan pajak sebesar-besarnya.
Jawaban :
Dari penjelasan kasus diatas terkait family gathering, dapat disimpulkan bahwa ada
pemberian natura kepada karyawan. Dampak pajaknya :
Bagi karyawan bukan objek pajak PPh Pasal 21
Bagi perusahaan menjadi undeductible expense utk PPh Badan
Akan lebih baik jika acara family gathering dibungkus dalam bentuk pelatihan, misalnya
pelatihan seperti out-bond. Karena pelatihan dalam rangka meningkatkan kinerja dan
produktivitas karyawan pada prinsipnya dapat diakui sebagai beban dalam laporan keuangan
fiskal. Sehingga perusahaan dapat menjadikan seluruh pengeluaran tersebut menjadi
deductible expense untuk tujuan penghematan pajak.

4. Diketahui :
PT DIPTA menyewa pihak Event Organizer (EO) untuk menghendle seluruh acara, fee 2%
dari seluruh jumlah pengeluaran.
Diminta :
Buatlah saran kepada PT DIPTA bagaimana perencanaan pajaknya agar tujuan
memaksimalkan DE dan penghematan pajak tercapai.
Jawaban :
Atas tagihan jasa Event Organizer dipotongkan PPh Pasal 23 dgn tarif 2% kalau memiliki
NPWP atau 4% kalau tidak memiliki NPWP.
Jika memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 yang dipotong adalah sebagai berikut :
Jumlah seluruh pengeluaran = Rp 203.000.000
Fee untuk jasa EO sebesar 2% x Rp 203.000.000 = Rp 4.060.000
Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa EO yaitu 2% x Rp 4.060.000 = Rp 81.200
Jika tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 yang dipotong menjadi :
4% x Rp 4.060.000 = Rp 162.400
Saran perencanaan pajak kepada PT DIPTA agar tujuan memaksimalkan DE dan
penghematan pajak tercapai adalah sebagai berikut : family gathering yang dimaksud dalam
kasus ini merupakan salah satu bentuk natura kepada karyawan, sehingga perusahaan tidak
dapat diakui sebagai beban (prinsip taxability and deductibility), jadi sebaiknya acara family
gathering dibungkus dalam bentuk pelatihan, misalnya pelatihan seperti out-bond. Karena
pelatihan dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan pada prinsipnya
dapat diakui sebagai beban dalam laporan keuangan fiskal. Saran lainnya yaitu dengan
mengubah semua natura menjadi tunjangan atau pemberian benefit kepada karyawan dalam
bentuk uang atau bentuk lain yang berhubungan dengan produktivitas perusahaan.

5. Diketahui :
PT. ADIKARYO mencarter kapal laut PT. KAPALQU dengan awak kapal untuk
mengangkut barang. PT KAPALQU adalah sebuah perusahaan pelayaran nasional. Ongkos
carter adalah Rp 100.000.000 dibayar pada November 2017.
Jawaban :
a) Scenario perencanaan pajaknya (termasuk kontrak/perjanjian/klausul Witholding Tax)
baik untuk menghindari perbedaan intepretasi antara kedua WP dan fiskus.
Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri
meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan
orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari:
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia; pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan di luar Indonesia; pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia;
dan pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Dengan demikian atas penghasilan PT. KAPALQU dari PT. ADIKARYO yaitu untuk
jasa pengangkutan barang terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari
peredaran bruto dan bersifat final. PPh yang terutang tersebut dipotong oleh PT.
ADIKARYO, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
1,2% x Rp 100.000.000 = Rp 1.200.000
Kewajiban PT. ADIKARYO sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah :
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa pelayaran untuk
pengangkutan barang sebesar Rp 1.200.000 dan memberikan bukti pemotongan
tersebut kepada PT. KAPALQU;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos
atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Desember
2017;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Oktober 2013 paling lama
tanggal 20 Desember 2017.
b) Dalam kasus ini, yang menjadi obyek PPh potput pasal 15 adalah penghasilan yang
diterima Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang
dan/atau barang, termasuk penyewaan kapal, dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di
Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan sebaliknya
serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia. Besarnya PPh
yang dipotong adalah sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final. Yang
dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan (orang
dan/ atau barang), termasuk penyewaan kapal, yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar
negeri dan/atau sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar
Indonesia. Berikut ini perhitungan pajak yang harus dipotong :
1,2% x Rp 100.000.000 = Rp 1.200.000
c) PPh Pasal 15 atas Jasa Pelayaran Dalam Negeri :
Saat terutang : pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti
Saat penyetoran :
- Disetor oleh pemotong : disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
- Disetor sendiri : disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
Saat pelaporan : dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dalam SPT
Masa PPh Pasal 15.

Anda mungkin juga menyukai