Anda di halaman 1dari 15

1.

Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998)
mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006). Penyakit
reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (Arif Mansjour. 2005 ) Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan,
pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan
sekitarnya (Adellia, 2011).

2. Etiologi
Hingga kini penyebab Reumatoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1) Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan


faktor Reumatoid
2) Gangguan Metabolisme
3) Genetik
4) Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi),
faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah,
2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya
artritis reumatoid adalah;
Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
(artritis reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga ada yang menderita penyakit
artritis Reumatoid maka kemungkinan besar keturunan akan terkena juga.

3. Tanda dan Gejala


Klien-klien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Klien tampak anemis
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gerakan menjadi terbatas
Adanya nyeri tekan
Deformitas bertambah pembengkakan
Kelemahan
Depresi
Gejala Extraartikular :
Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub), Pericarditis,Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis,Scleritis
Pada lympa : Lhymphadenopathy
Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
Pada otot : Mycsitis
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius
terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada
pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak
setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan
terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat
terjadi berulang

4. Patofisiologi

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan


sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari
tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus
(Long, 1996).
Pathway
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik khusus pada sistem muskuloskeletal meliputi :
Inspeksi pada saat diam/istirahat, inspeksi pada saat gerak, palpasi.
a. Sikap/postur badan
Perlu diperhatikan bagaimana cara penderita mengatur posisi dari
bagian badan yang sakit. Sendi yang meradang biasanya mempunyai tekanan
intraartikuler yang tinggi, oleh karena itu penderita akan berusaha
menguranginya dengan mengatur posisi sendi tersebut seenak mungkin,
biasanya dalam posisi setengah fleksi. Pada sendi lutut sering diganjal dengan
bantal. Pada sendi bahu (glenohumeral) dengan cara lengan diaduksi dan
endorotasi, mirip dengan waktu menggendong tangan dengan kain pada
fraktur lengan.
Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan eksorotasi maka penderita akan
merasa sangat kesakitan karena terjadi peningkatan tekanan intraartikuler.
Ditemukannya postur badan yang membongkok ke depan disertai
pergerakan vertebra yang terbatas merupakan gambaran khas dari spondilitis
ankilosis.
b. Deformitas
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan diam, tetapi
akan lebih nyata pada keadaan gerak. Perlu dibedakan apakah deformitas
tersebut dapat dikoreksi (misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak) atau
tidak dapat dikoreksi (misalnya restriksi kapsul sendi atau kerusakan sendi).
Berbagai deformitas di lutut dapat terjadi antara lain genu varus, genu valgus,
genu rekurvatum, subluksasi tibia posterior dan deformitas fleksi. Demikian
pula deformitas fleksi di siku. Pada jari tangan antara lain boutonniere finger,
swan neck finger, ulnar deviation, subluksasi sendi metakarpal dan
pergelangan tangan. Pada ibu jari tangan ditemukan unstable Z-shaped
thumbs. Pada kaki ditemukan telapak kaki bagian depan melebar dan miring
ke samping disertai subluksasi ibu jari kaki ke atas. Pada pergelangan kaki
terjadi valgus ankle.
c. Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit
sering pula disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering ditemukan
antara psoriasis dan eritema nodosum. Kemerahan disertai deskuamasi pada
kulit di sekitar sendi menunjukkan adanya inflamasi periartikuler, yang sering
pula merupakan tanda dari artritis septik atau artritis kristal.
d. Kenaikan suhu sekitar sendi
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan
adanya kenaikan suhu di sekitar sendi yang mengalami inflamasi.
e. Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang.
Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah
kapsul sendi yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang
khas pada tempat tersebut, misalnya :
1)Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda.
2)Pada sendi interfalang pembengkakan terjadi pada sisi posterolateral di
antara tendon ekstensor dan ligamentum kolateral bagian lateral.
3)Efusi sendi glenohumeral akan mengisi cekungan segitiga di antara
klavikula dan otot deltoid di alas otot pektoralis.
4)Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkak-an pada sisi
anterior. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah
cairan yang sedikit dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi
lutut bila dilakukan pijatan pada cekungan medial maka cairan akan
berpindah ke sisi lateral patela dan kemudian berpindah sendiri ke sisi medial.
Balloon sign ditemukan pada keadaan efusi dengan jumlah cairan yang
banyak, bila dilakukan tekanan pada satu titik akan menyebabkan
penggelembungan di tempat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada efusi
sendi. Pembengkakan kapsul sendi merupakan tenth spesifik dari sinovitis.
Pada pembengkakan tergambar batas dari kapsul sendi yang makin nyata
pada pergerakan dan teraba pada pergerakan pasif.
f. Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal yang
penting untuk menentukan penyebab dari keluhan klien. Nyeri raba
kapsuler/artikuler terbatas pada daerah sendi merupakan tanda dari artropati
atau penyakit kapsuler. Nyeri raba periartikuler agak jauh dari batas daerah
sendi merupakan tanda dari bursitis atau entesopati.
g. Pergerakan
Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada keadaan pasif dan
aktif dan dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis akan menyebabkan
berkurangnya luas gerak sendi pada semua arah. Tenosinovitis atau lesi
periartikuler hanya menyebabkan berkurangnya gerak sendi pada satu arah
saja. Artropati akan memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid
mempunyai autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor
reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM)
yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari
1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula reumatoid, penyakit yang berat,
vaskulitis, dan prognosis yang buruk.
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu,
tetapi uji untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk
menyingkirkan diagnosis reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga
menyatakan adanya penyakit jaringan penyambung seperti lupus eritematosus
sistemik, sklerosis sistemik progresif, dan dermatomiositis. Selain itu, sekitar
5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang positif dalam serumnya.
Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang
normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid dalam
titer yang rendah. Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan
yang bersifat tidak spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100
mm/jam atau lebih tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat
dipakai untuk memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid dapat
menyebabkan anemia normositik normokromik melalui pengaruhnya pada
sumsum tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap pengobatan anemia
yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat
anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat untuk mengobati
penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons terhadap pemberian besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda
hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan
sinovial kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat
mencapai 15.000 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak
jernih. Cairan semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat
dan mudah pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu
menegakkan diagnosis lainya, misalnya : gambaran immunoelectrophoresis
HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta Rose-Wahler test.
b. Pemerikasaan Gambaran Radiologik
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami
kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena
hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan
densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik
didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi
yang terkena.

7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


A. Medis
Kelas obat yang biasa diresepkan untuk pengobatan RA antara lain non-
steroid anti-inflammatory drugs (NSAID), glukokortikoid (kortikosteroid),
DMARDs, dan pengubah respon biologis atau Biologic Response Modifiers
(BRMs) (Burns et al., 2008).
1. NSAID
NSAID bermanfaat sebagai analgesik dan antiinflamasi untuk nyeri
sendi dan bengkak, namun tidak mencegah merusaknya sendi dengan
menghambat sintesis prostaglandin (Burns et al., 2008).
2. Glukokortikoid (Kortikosteroid)
Kortikosteroid digunakan dalam RA sebagai antiinflamasi dan
imunosupresif. Mekanismenya yaitu mengganggu presentasi antigen ke
limfosit T, menghambat prostaglandin dan sintesis leukotrien, dan
menghambat neutrofil dan monosit superoksida. Kortikosteroid juga
mengganggu migrasi sel dan menyebabkan redistribusi monosit, limfosit, dan
neutrofil, sehingga menghentikan respon inflamasi dan autoimun (Dipiro et
al., 2005).
3. DMARDs
DMARDs merupakan andalan pengobatan RA karena mampu
memodifikasi proses penyakit dan mencegah atau mengurangi kerusakan
sendi. Obat-obat yang termasuk DMARDs adalah methotrexate,
hydroxychloroquine, sulfasalazine, dan leflunomide (Burns et al., 2008).
Selain itu juga gold salts, azathioprin, d-penicillamin, siklosporin,
siklofosfamis, dan minocycline (Dipiro et al., 2005).
4. BRMs
BRMs secara genetik merupakan molekul protein rekayasa yang
mampu memblokir sitokin proinflamasi. Obat ini mungkin efektif bila
DMARDs lainnya gagal untuk mencapai respon, tetapi obat ini jauh lebih
mahal. Obat ini tidak memiliki toksisitas yang membutuhkan pemantauan
laboratorium, tetapi memiliki peningkatan risiko kecil untuk infeksi.
B. Keperawatan
1) Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,
penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan
regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada
klien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat
yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam,
kurangi aktivitas yang berat secara perlahan-lahan.
2) Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Oleh karena itu, klien harus membagi waktu istirahat dan
beraktivitas.
3) Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x
sehari.
4) Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri.
5) Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan


mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan
pada sendi.
Adapun syarat syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup,
lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine
yang dikeluarkan setiap hari. Rata rata asupan cairan yang dianjurkan
adalah 2 2 L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65
75% dari kebutuhan energi total

8. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Agen-agen Gangguan
- Mengungkapkan secara verbal penyebab cidera rasa
- Melaporkan dengan isyarat ( biologis, nyaman:
DO: kimia) Nyeri
- Gerakan menghindari sendi
- Perubahan autonomik dari tonus otot
- Gelisah, merintih, menangis
- Gangguan pola tidur
2 DO: Kekakuan sendi Gangguan
- Kesulitan saat bergerak dan penurunan mobilitas
- Perubahan cara berjalan kekuatan dan fisik
- Keterbatasan kemampuan kendali massa
- Ketidak stabilan posisi tubuh saat otot
melakukan aktivitas
- Keterbatasan rentang gerak
3 DO: Nyeri dan Defisit
- ketidakmampuan untuk menyuap gangguan perawatan
makanan dari piring ke mulut muskuloskletal diri
- ketidakmampuan untuk memegang
alat makan
- ketidakmampuan untuk mengambil
cangkir atau gelas

9. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
10. Nursing Care Planning

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
akut/kronis keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
berhubungkan diharapkan nyeri teratasi komprehensif meliputi
dengan : agen Indikator IR ER lokasi, karakteristik,
pencedera; - Melaporkan durasi frekuensi,
distensi adanya nyeri kualitas, intensitas dan
jaringan oleh - Luas tubuh factor presipitasinya
akumulasi terpengaruhi 2. Observasi isyarat
cairan/ proses - Frekuensi ketidaknyamanan non-
inflamasi, nyeri verbal khususnya pada
destruksi - Pernyataan mereka yang tidak
sendi. nyeri mampu
- Ekspresi mengkomunikasikan
nyeri pada secara efektif
wajah 3. pemberian analgetik
Ket : atau strategi non-
1. Kuat farmokologi sebelum
2. Berat dilakukan prosedur
3. Sedang yang menimbulkan
4. Ringan nyeri
5. Tidak ada
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan klien tentang
Mobilitas Fisik keperawatan selama 1x24 jam dan pantau
berhubungan diharapkan mobilitas fisik penggunaan alat
dengan: dalam rentan normal. bantu mobilitas
Deformitas Indikator IR ER 2. Ajarkan dan bantu
skeletal - Keseimbanga klien dalam proses
perpindahan
Nyeri, n tubuh 3. Berikan penguatan
ketidaknyaman - Posisi tubuh positif selama
an, Intoleransi - Gerakan otot aktifitas
aktivitas, - Gerakan 4. Kaji kemampuan
penurunan sendi klien dalam
kekuatan otot. - Kemampuan mobilisasi
berpindah 5. Dampingi dan bantu
- Ambulasi: klien saat mobilisasi
berjalan dan bantu penuhi
Ket: kebutuhan ADLs
1. Tidak mandiri
2. Dibantu orang dan alat
3. Dibantu orang
4. Dibantu alat
5. Mandiri penuh
3 Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kebutuhan
perawatan diri keperawatan selama 1x24 jam klien
berhubungan diharapkan klien dapat 2. Sediakan barang-
dengan melakukan perawatan diri barang yang
kerusakan Indikator IR ER diperlukan klien
muskuloskelet - Mandi 3. Sediakan bantuan
al; penurunan - Berpakaian hingga klien dapat
kekuatan, daya - Toileting melakukan perawatan
tahan, nyeri - Makan pribadi secara penuh
pada waktu - Kebersihan 4. Dorong klien untuk
bergerak, diri melakukan ADLs
depresi. - Oral Hygine sesuai dengan tingkat
- Ambulasi: kemampuan
-
Ket:
1. Tidak mandiri
2. Dibantu orang dan alat
3. Dibantu orang
4. Dibantu alat
5. Mandiri penuh
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:


Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi
7. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku


Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai