Anda di halaman 1dari 8

NAMA : LAILATUL MUFIDA

NRP : 02311745000003

TUGAS I MATA KULIAH TEKNIK OPTIK


1. Sebutkan dan Jelaskan 5 macam fenomena gelombang di alam besrta penjelasan dan
kemungkinan penerapan
2. Mencoba mengitung keliling bumi dengan metode optik. (bisa memakai metode
jam/planet/eratosthenes).
3. Menentukan tanggal awal puasa dengan metode optikal level (menyaksikan)

JAWABAN
1. Berikut ini 5 macam fenomena gelombang dan penerapannya dalam bidang teknologi
a) Fenomena Terjadinya Bunyi Gamelan (Gelombang Bunyi)
Proses Terjadinya:
Gamelan jika ditabuh antara satu dengan yang lainnya akan berbeda karena besar
dari gemelan. Pada gamelan didapati fenomena fenomena akustik yang
mempengaruhi pada aransemen musik yang dipakai oleh gamelan. Karakteristik warna
suara atau timbre seperti sound envelope pada dasarnya mempengaruhi komposisi lagu
yang dimainkan oleh gamelan degung sunda, dikarenakan pengaruh dari berubahnya
tingkat kekerasan suara atau amplitudo gelombangnya seiring dengan berjalannya
waktu. Begitu juga dengan karateristik spektralnya, frekuensi fundamental yang
dimiliki oleh alat musik tersebut berpengaruh pada pemakaian tangga nada,
penempatan not, dan kesesuaian permainan alat musik gamelan jika dimainkan dengan
alat musik lainnya.
Bunyi adalah pemampatan mekanis atau gelombang logitudinal yang merambat
melalui medium. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getar. Gelobang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang
bergetar merambat ke berbagai arah. Saat molekul-molekul tersebut berdesekan di
beberapa tempat, akan menghasilkan wilayah tekanan tinggi. Tapi, saat molekul-
molekul tersebut berada di tempat lain merenggang, akan menghasilkan wilayah
tekanan rendah. Gelombang yang bertekanan tinggi maupun rendah secara bergantian
bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang ini kemudian
menghantarkan bunyi ke telinga manusia.
Berikut ini penjelasan secara singkat mengenai sifat-sifat gelombang bunyi:
Dapat dipantulkan
Gelombang yang dipantulkan dan menjadi bunyi akan terjadi bila bunyi
tersebut mengenai permukaan benda yang keras, seperti permukan dinding
batu, semen, besi, dll.
Dapat dibiaskan
Terjadinya pembiasan (refraksi) karena danya pembelokan arah lintasan
gelombang setelah melewati bidang batas antara 2 medium yang berbeda.
Dapat dipadukan
Misalnya ada dua atau tiga macam bunyi yang menghasilkan satu campuran
bunyi yang lebih indah
Dapat dilenturkan (difraksi)
Difraksi adalah peristiwa pelunturan gelombang bunyi ketika melewati satu
celah sempit.
Sehingga gelombang bunyi memiliki peranan penting dalam perkembangan dan
penerapan teknologi.
Dibawah ini merupakan penerapan teknologi (aplikasi) dari gelombang
bunyi:
Sonar (Sound Navigiator Ranging)
Salah satu peralatan yang menerapkan prinsip gelombang bunyi adalah
perangkat SONAR (Sound Navigation and Ranging). Selain dimanfaatkan
untuk menangani pencarian kapal atau korban kecelakaan kapal laut seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, SONAR juga dimanfaatkan di bidang
eksplorasi bawah laut baik itu digunakan untuk Pengukuran Kedalaman dasar
laut (Bathymetry), pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut
(Subbottom Profilers), pemetaan dasar laut (Sea bed Mapping), pencarian
kapal-kapal karam didasar laut, penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar
laut, melakukan survey penangkapan ikan, dan lain sebagainnya, Pada
dasarnya SONAR memiliki dua bagian alat yang memancarkan gelombang
ultrasonik yang disebut transmiter (emiter) dan alat yang dapat mendeteksi
datangnya gelombang pantul (gema) yang disebut sensor (reciver).
Gelombang ultrasonik dipancarkan oleh transmiter (pemancar) yang
diarahkan ke sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali dan ditangkap oleh
pesawat penerima (reciver). Dengan mengukur waktu yang diperlukan dari
gelombang dipancarkan sampai gelombang diterima lagi, maka dapat
diketahui jarak yang ditentukan. Untuk mengukur kedalaman laut, Sonar
diletakkan di bawah kapal. Dengan pancaran ultrasonik diarahkan lurus ke
dasar laut, dalamnya air dapat dihitung dari panjang waktu antara pancaran
yang turun dan naik setelah digemakan.

b) Fenomena Perbedaan Kondisi Antara di Dalam Atmosfer Bumi dan di Luar


Atmosfer Bumi
Proses Terjadinya:
Perbedaan kondisi antara di dalam atmosfer bumi dan di luar atmosfer bumi yaitu
ada atau tidak adanya medium yaitu udara.apabila seseorang berbicara di dalam
atmosfer bumi maka suara orang tersebut akan terdengar karena adanya medium yaitu
udara. Bunyi termasuk gelombang longitudinal yang membutuhkan medium dalam
perambatannya sedangkan apabila bersuara di luar angkasa, bunyi tersebut tidak akan
terdengar karena tidak adanya medium. Oleh karena itu harus menggunakan radio
yang merupakan gelombang transversal.
Terdapat 4 teori yang mendasari proses terjadinya suara :
Refleksi atau pantulan
Difraksi atau penyebaran
Refraksi atau pembiasan
Absorpsi atau penyerapan

c) Fenomena Peristiwa Terjadinya Pelangi (Gelombang Cahaya)


Proses Terjadinya:
Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Pelangi merupakan
fenomena optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya (hampir)
selanjar di langit apabila matahari bersinar semasa hujan turun. Pelangi dihasilkan
apabila cahaya terbias melalui titik air di udara. Sebab itulah pelangi selalu dapat
dilihat selepas hujan. Ia berbentuk melengkung (bulat) kerana titisan air di udara
berbentuk bulat/sfera. Namun biasanya bahagian bawah pelangi itu "terlindung" oleh
bumi.
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata
manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum yakni
dispersi, interferensi, difraksi dan polarisasi. Ada dua jenis cahaya yaitu cahaya
polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang
terdiri atas banyak warna dan panjang gelomang . Contoh cahaya polikromatik adalah
cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang terdiri atas satu
warna dan satu panjang geklombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya
merah dan ungu.
Berikut ini penjelasan secara singkat mengenai sifat-sifat gelombang cahaya:
Dispersi Cahaya
Dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya putih diarahkan ke prisma
maka cahaya putih tersebut akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan
deviasi untuk setiap panjang gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan
kelajuan masing-masing gelombang pada saat melewati medium pembias.
Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap
panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda Semakin kecil
panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya.
Interferensi Cahaya
Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang
baru. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat yakni: Kedua gelombang
cahaya harus koheren yakni kedua gelombang cahaya harus memiliki beda
fase yang selalu tetap, sehingga harus memiliki frekuensi yang sama dan
kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.
Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan gelombang
oleh celah sempit sebagai penghalang. Gelombang terdifraksi selanjutnya
berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan daerah penguatan dan
pelemahan.
Polarisasi Cahaya
Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar
menjadi satu arah getar. Polarisasi cahaya dapat terjadi karena beberapa hal
berikut yakni pemantulan (reflection), pembiasan (reflaction), absorpsi
selektif , hamburan (scattering).
Sehingga gelombang cahaya memiliki peranan penting dalam perkembangan dan
penerapan teknologi.
Dibawah ini merupakan penerapan teknologi (aplikasi) dari gelombang
cahaya:
Mesin Scanner
Mesin scanner adalah alat yang membantu komputer mengubah gambar atau
objek grafis ke dalam kode digital yang dapat ditampilkan dan digunakan
pada komputer. Mesin scanner memiliki kemampuan untuk menerjemahkan
sinyal-sinyal listrik analog ke dalam kode-kode digital. Mesin scanner dapat
dipadukan dengan suatu software komputer untuk mengenali karakter yang
discan namanya Optical Character Recognition (OCR). Software ini dapat
mengenali tulisan seperti yang tercetak atau tertulis. Informasi tersebut dapat
dimanipulasi dengan komputer. Prinsip kerja dari mesin scanner yakni Pada
Flatbed scanner sumber cahaya dilewatkan di bawah gambar atau dokumen
untuk menerangi gambar atau dokumen tersebut. Warna putih atau daerah
yang kosong memantulkan lebih banyak cahaya daripada yang bertinta atau
daerah yang berwarna. Mesin menggerakkan komponen scanner di bawah
halaman. Ketika komponen scanner bergerak, ia menangkap cahaya yang
dipantulkan oleh daerah yang sedang disinari. Cahaya dari halaman tadi
dipantulkan masuk ke dalam sistem cermin yang rumit yang diarahkan pada
suatu lensa. Lensa memfokuskan cahaya tersebut pada diode yang sensitif
terhadap cahaya yang mengubah sejumlah cahaya menjadi arus listrik. Besar
arus tergantung seberapa banyak cahaya yang dipantulkan. Pengubah data
analog ke digital yang tadi dijelaskan menyimpan pembacaan voltase analog
ke dalam pixel yang digambarkan dengan daerah hitam atau putih. Scanner
yang lebih canggih melakukan 3 kali penyinaran untuk ditangkap oleh filter
warna merah, hijau atau biru sebelum gambar lengkap. Informasi digital
tersebut kemudian dikirim ke komputer yang kemudian diubah ke dalam
format yang dapat dibaca oleh program grafis. Pada kebanyakan handled
scanner, ketika anda memekan tombol scan lampu LED menyinari gambar
yang berada di bawah scanner. Sebuah cermin pembalik dengan sudut
tertentu yang berada di kanan atas layar scanner memantulkan gambar pada
lensa yang berada di belakang scanner. Lensa memfokuskan gambar dalam
satu garis tunggal ke alat CCD (charge coupled device), dimana merupakan
alat yang mendeteksi perubahan voltase yang sangat kecil. Ketika cahaya
menyinari beberapa baris detektor yang diletakkan di CCD, masing-masing
memberikan voltase yang diterjemahkan sama dengan hitam, putih atau abu-
abu. Chip analog yang khusus menerima voltase yang dihasilkan CCD untuk
koreksi gamma. Proses ini memperjelas warna hitam sehingga mata akan
mudah mengenali bayangan dari gambar. Ketika gambar dipindahkan dari
alat pengubah data analog ke digital. Pada scanner untuk warna abu-abu, alat
konversi menyimpan 8 bit setiap pixelnya, atau 256 bayangan abu-abu.

d) Fenomena Terjadinya Petir


Proses Terjadinya:
Petir terjadi pada saat hujan turun karena terdapat kilat terlebih dahulu kemudian
petir muncul. Petir merupakan gejala alam atau bisa di sebut dengan listrik udara. Petir
sering terjadi atau muncul bukan di musim hujan, melainkan pada musim panas. Jika
udara sangat panas atau terik maka akan muncul awan cumulonimbus atau awan besar
dengan bagian dasarnya berwarna abu abu pekat. Awan Cumulonimbus adalah awan
yang terjadi sangat cepat akibat pemanasan tinggi di permukaan Bumi. Pemanasan di
permukaan Bumi ini mendorong uap air naik ke atas dengan cepat. Oleh karena itu,
ciri-ciri awan Cumulonimbus adalah bentuknya yang menggumpal seperti kapas dan
membubung tinggi di langit. Awan ini terjadi karena adanya pemanasan matahari dan
arus udara naik ke atas. Begitu juga dengan uap air, juga akan naik ke atas dan
berkumpul membentuk awan. Bila awan cumulonimbus ini muncul, akan terjadi hujan
yang di iringi dengan petir. Petir sangat potensial terjadi di daerah yang hutannya
gundul dan daerahnya sangat terbuka. Bila musim panas, biasanya bumi akan
menyerap panas tersebut melalui pepohonan. Tetapi bila suatu daerah pohonnya sangat
kurang dan lebih banyak lapangannya, maka panas udara kurang dapat di serap oleh
tanah. Akibatnya terjadi arus kontektif atau udara yang bergerak ke atas. Sebagai
kapasitor raksasa, awan akan menyimpan energi sesaat. Selama pergerakannya, akan
terjadi benturan dengan awan yang lain sehingga muatan negatif akan berkumpul pada
suatu sisi, sedangkan muatan positif akan berkumpul pada sisi lainnya. Jika perbedaan
potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan
negatif ( elektron ) dari awan ke bumi untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses
pembuangan muatan ini, media yang di lalui adalah udara. Pada saat elektron mampu
menembus ambang batas isolasi udara, akan terjadi ledakan suara. Panas tersebut juga
diserap oleh awan. Akibatnya, ion negatif dan positif bertemu dan berbenturan
sehingga menimbulkan hujan dan petir.

e) Fenomena Terjadinya Tsunami


Proses Terjadinya:
Tsunami terjadi ketika terdapat gempa kemudian air laut akan naik ke daratan dan
menyebabkan tsunami. Gempa bumi bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain
letusan gunung berapi (erupsi vulkanik), tumbukan meteor, ledakan bawah tanah
(seperti uji nuklir), dan pergerakan kulit bumi. Yang paling sering dirasakan adalah
karena pergerakan kulit bumi, atau disebut gempa tektonik. Berdasarkan seismologi
(ilmu yang mempelajari fenomena gempa bumi), gempa tektonik dijelaskan oleh
"Teori Lapisan Tektonik". Teori ini menyebutkan, lapisan bebatuan terluar yang
disebut lithosphere atau litosfer mengandung banyak lempengan. Di bawah litosfer
ada lapisan yang disebut athenosphere, lapisan ini seakan-akan melumasi bebatuan
tersebut sehingga mudah bergerak. Di antara dua lapisan ini, bisa terjadi tiga hal, yaitu
lempengan bergerak saling menjauh, maka magma dari perut bumi akan keluar menuju
permukaan bumi. Magma yang sudah dipermukaan bumi ini disebut lava. Lempengan
bergerak saling menekan, maka salah satu lempeng akan naik atau turun, atau dua-
duanya naik atau turun. Inilah calon gunung atau lembah, atau lempengan bergerak
berlawanan satu sama lain, misalnya satu ke arah selatan dan satunya ke arah
utara. Ketiga prediksi tersebut akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh media
tanah dan batu. Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave), bergerak ke
segela arah. Inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah tanah tempat sumber getaran
disebut fokus gempa. Jika fenomena lempengen bergerak saling menekan atau
bertemu terjadi di dasar laut, ketika salah satu lempengan naik atau turun, maka
voluma daerah di atasnya akan mengalami perubahan kondisi stabilnya. Apabila
lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan bertambah. Sebaliknya apabila
lempeng itu naik, maka volume daerah itu akan berkurang. Perubahan volume tersebut
akan memengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai akan tersedot ke arah tersebut.
Gelombang-gelombang (tidak hanya sekali) menuju pantai akan terbentuk karena
massa air yang berkurang pada daerah tersebut (efek dari hukum Archimedes); karena
pengaruh gaya gravitasi, air tersebut berusaha kembali mencapai kondisi stabilnya.
Ketika daerah tersebut cukup luas, maka gelombang tersebut mendapatkan tenaga
yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut tsunami.

2. Mengukur keliling bumi menggunakan metode Eratosthenes


Eratosthenes merupakan seorang filsuf dan sekaligus ahli matematika dari Yunani
yang hidup pada 270-190 SM. Pengukuran keliling bumi oleh Eratosthenes didasarkan
pada perbedaan panjang bayangan yang terjadi pada dua tempat di waktu yang sama.
Melalui pengamatan ia dapati bahwa pada setiap tanggal 21 Juni, tepatnya saatsummer
solstice, di suatu kota bernama syene, terletak di pinggiran sungai nil, semua sumur
dapat dilihat sampai ke dasarnya, tidak ada bagian yang gelap. Artinya saat itu di sana
matahari benar-benar tegak lurus dengan permukaan bumi.
Hal yang berbeda justru terjadi di Alexandria. Justru pada saat yang sama, bayangan
yang dibuat matahari saat siang hari di waktu yang sama dengan saat pengukuran di
Aswan, tidak menunjukkan hal yang serupa. Bayangan benda justru masih terlihat.
Erastosthenes menggunakan bayangan tongkat. Waktu spesial ini yang hanya terjadi
satu hari dalam setahun ini terjadi saat summer solstice, yaitu tanggal 21 Juni. Hal
inilah yang memberikan ide bagi Eratosthenes untuk melakukan pengukuran diameter
bumi memanfaatkan pengetahuan tentang trigonometri.
Eratosthenes melakukan beberapa asumsi dalam melakukan pengukuran ini, antara
lain: bentuk bumi adalah sebuah bola sempurna, sinar matahari yang datang di kedua
kota arah sinarnya sama-sama sejajar, serta jarak Syene dan Alexandria berada pada
satu garis bujur yang sama.

Gambar Baynagan antara Kota Siena dan Alexandria

Jika tongkat di Alexandria dan di Aswan tersebut kita tarik garis lurus sampai dengan
pusat Bumi, kira-kira kita akan mendapatkan gambar seperti berikut ini:

Gambar Sudut Antara Kota Alexandria dan Siena


Dengan menggunakan prinsip sudut sehadap dan bertolak-belakang, kita bisa
mendapatkan bahwa sudut antara kota Alexandria dan kota Aswan juga sama dengan
7,2o

Gambar Sudut Sehadap dan Bertolak Belakang antara Kota Alexandria dan Siena

Sehingga Eratosthenes bisa menghitung keliling bumi. Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar Menghitung Keliling Bumi

Keliling tersebut bisa dicari dengan persamaan berikut ini:

Perbandingan antara sudut 7,2o dengan 360o sama dengan perbandingan antara L dan
keliling. L adalah jarak dari kota Alexandia ke kota Aswan. Eratosthenes dikabarkan
membayar orang untuk berpergian dengan unta untuk mengukur jarak antara kedua kota
tersebut. Dia mendapatkan jaraknya adalah 5000 stadia (sekitar 925 km). Dengan
demikian, dia bisa memasukkan angka ini ke dalam rumus di atas. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

Jika dibandingkan dengan keliling bumi yang diukur di zaman modern (40.075 km),
perhitungan Eratosthenes ini meleset sekitar 15%. Salah satu penyebab melesetnya itu
adalah karena data yang kurang akurat. Sebagai contoh, jarak antara kedua kota tersebut
sebenarnya bukan 925 km, tapi 843 km. Kemudian sudut kedua kota tersebut juga bukan
7,2o, tapi 7,76o. Seandainya Eratosthenes menggunakan data yang lebih akurat dalam
menghitungnya, maka dia akan mendapatkan hasil keliling bumi sebesar 39.108 km
sehingga hanya meleset 2,4% dari keliling bumi yang diukur di zaman modern.

3. Menentukan Awal Puasa dengan metode optik (menyaksikan hilal/bulan sabit)


Aktivitas mengamati visibilitas hilal (bulan sabit), yakni penampakkan bulan sabit
yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjugasi). Menyaksikan hilal
dapat dilakukan setelah matahari terbenam dengan mata telanjang atau dengan alat
bantu optik seperti teleskop. Hilal hanya tampak setelah matahari terbenam (magrib),
karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya matahari, serta
ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (magrib) waktu
setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Ketentuan usia hilal (bulan
sabit), tinggi hilal (bulan sabit) dan sudut elongasi minimum agar hilal (bulan sabit)
dapat dilihat dengan mata ini masih terdapat beda pendapat. Pertama umur hilal (bulan
sabit) minimum 8 jam sejak ijtimak. Kedua, tinggi hilal (bulan sabit) minimum
tergantung pada azimut Bulan-Matahari. Bila hilal (bulan sabit) berada lebih dari 6
derajat , tinggi minimumnya 2,3 derajat. Tetapi bila hilal (bulan sabit) tepat berada
diatas matahari, tinggi minimumnya 8,3 derajat . Penentuan awal bulan (kalender)
Hijriyah harus dengan memenuhi dua prinsip yakni Ijtimak (konjugsi) telah terjadi
sebelum matahari terbenam dan bulan terbenam seelah matahari terbenam (moonset
after sunset). Jika dua prinsip terpenuhi maka pada petang hari tersebut dinyatakan
sebagai awal bulan kalender Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian
(altitude) hilal (bulan sabit) saat matahari terbenam. Apabila hilal tidak terlihat maka
awal bulan (kalender) hijriyah ditetapkan mulai magrib hari berikutnya. Perlu
diketahui bahwa dalam kalender hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya
matahari waktu setempat, bukan tengah malam. Sementara penentuan awal bulan
(kalender) tergantung pada penampakkan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan
kalender Hijriyah berumur 29 atau 30 hari.

Anda mungkin juga menyukai