Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan bagian dari kebutuhan dasar kehidupan manusia, dengan


berkembangnya peradaban dan teknologi yang pesat, kebutuhan akan mineral semakin
meningkat dan beragam. Sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, mineral
diperlukan oleh setiap orang di manapun tinggal. Oleh karena itu pemenuhan
kebutuhan akan mineral untuk masyarakat, menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk
menjamin ketersediaannya, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sesuai dengan
kewenangannya.

Indonesia menempati posisi di antara tiga lempeng besar, yaitu lempeng


IndiaAustralia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Asia, menghasilkan bentukan geologi
yang sangat kompleks. Selain berpotensi bencana sebagai akibat tektonik yang sangat
aktif, dihasilkan juga sumber daya geologi berupa deposit mineral yang sangat
beragam. Contoh dari mineral yang ditemukan di indonesia adalah zirkon.

Zirkon termasuk mineral baru di Indonesia, karena selain keberadaannya sangat


langka, juga penggunaannya baru mulai berkembang dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Konsumen zirkon terbesar adalah industri keramik, terutama untuk produksi keramik
ubin (wall tile) dan rumah tangga (table ware). Konsumen terbesar lainnya adalah
industri logam dasar, yang kegunaannya adalah sebagai bahan anti korosi dan penahan
panas (refraktori dan foundri).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ganesa dari bahan galian zirkon ?

1
2. Bagaimana eksplorasi dari bahan galian zirkon ?
3. Bagaimana keberadaan zirkon di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui ganesa dari bahan galian zirkon.
2. Mengetahui kegiatan eksplorasi pada zirkon.
3. Mengetahui persebaran zirkon di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ganesa Zirkon

Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada batuan yang
terutama mengandung Na-feldspar, seperti batuan beku asam (granit dan syenit) dan
batuan metamorf (gneiss dan skiss). Secara ekonomis, zirkon dijumpai dalam bentuk
butiran (ukuran pasir), baik yang terdapat pada sedimen sungai maupun sedimen
pantai. Pada umumnya zirkon terkonsentrasi bersama-sama mineral titanium (rutil dan
ilmenit), monazit, dan mineral berat lainnya. Di Indonesia, zirkon merupakan sedimen
sungai yang terdapat di daratan dan lepas pantai. Mineral ini dijumpai bersama-sama
dengan mineral kasiterit dan elektrum (Au, Ag) sebagai mineral utama, ilmenit,
magnesit, monazit, xenotim, pyrit, mineral sulfide lainnya, dan kuarsa. Cebakan
keseluruhan mineral ini pada umumnya berasal dari batu granit yang telah mengalami
pelapukan dan transportasi.
Zirkon berasal dari endapan plaser. Endapan plaser adalah endapan yang
terkonsentrasi akibat proses pelapukan, tertransportasi dan terendapkan pada satu
tempat. Semua proses terbentuknya endapan terjadi secara alamiah, proses pelapukan
disebabkan oleh faktor cuaca panasdingin atau siangmalam, transportasi oleh air,
angin, gelombang dan lain-lain. Endapan plaser dapat mengandung mineral-mineral
yang ekonomis seperti emas, timah, platina, intan, zircon, magnetik, ilmenit, monasit
dan mineral yang mengandung unsur tanah jarang. Hal ini tergantung dari sumber
batuan asal sebelum mengalami pelapukan, transportasi dan lain-lainnya. Keterdapatan
endapan plaser ini ada yang dekat hingga jauh dari sumber batuan asalnya.

3
Gambar 2.1. Endapan aluvial

Mineral utama yang mengandung unsur zirconium adalah zirkon (zirkonium


silikat, ZrO2.SiO2) dan baddeleyit (zirkonium oksida, ZrO2). Di alam, kedua mineral
ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium (HfO2). Kandungan hafnium
sekitar 1,5 2,5% dari total berat zirkon atau baddeleyit. Pada umumnya zirkon
mengandung unsur besi, kalsium, sodium, mangan, dan unsur lainnya. Unsur unsur ini
memberikan variasi warna zirkon yang bermacam-macam. Warna zirkon murni adalah
putih bening.
Faktorfaktor yang mempengaruhi proses pelapukan batuan antara lain adalah:
Cuaca dimana pada daerah tropis, perbedaan temperatur antara siang
dan malam yang juga dipengaruhi oleh curah hujan dapat mempercepat
proses pelapukan.
Tektonik, dimana pada daerah yang mengalami tektonik yang tinggi
menimbulkan rekahan yang lebih banyak pada batuan sehingga proses
pelapukan lebih mudah dibandingkan dengan daerah batuan yang
rekahannya jarang.
Kimia dimana hal ini masih faktor yang kurang jelas, karena faktor
keasaman dari air hujan merupakan patokan utama. Sehingga
kemungkinan daerah perkotaan terutama yang banyak industrinya akan

4
menimbulkan hujan dengan kadar keasaman yang lebih tinggi sehingga
proses pelapukan lebih cepat.
Biologi dimana tanaman dan mahluk hidup yang terdapat diatas batuan
mempengaruhi proses pelapukan, makin tebal humus kemungkinan
mempengaruhi keasaman yang mempengaruhi proses pelapukan.
Selain itu akar-akar pohon yang menerobos batuan akan mempercepat
proses pelapukan.
Kandungan mineral yang terdapat pada batuan, dimana mineral yang
lebih tahan terhadap reaksi pelapukan seperti olivin dibandingkan
dengan muskovit atau kuarsa, seperti granit lebih tahan lapuk
dibandingkan gabro.
Erosi yang tinggi akan mempercepat proses pembentukan endapan
plaser.
Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan tertranportasi oleh air,
angin atau es, untuk daerah Indonesia terutama terjadi akibat proses air dan angin.
Akibatnya endapan plaser tersebut dapat terbentuk pada daerah yang dekat batuan asal
sampai ke laut.

Continental Plaser, merupakan endapan plaser yang terdapat di


lingkungan darat, lingkungan pengendapannya dipengaruhi oleh aliran
sungai. Berdasarkan letak keterdapatannya lingkungan continental
plaser ini dibagi atas 3 bagian, yakni :
Eluvial, merupakan endapan plaser yang terdapat dekat dengan batuan
asalnya, tertransportasi oleh karena longsoran, air hujan dan aliran
sungai. Endapan eluvial masih banyak mengandung bongkah-bongkah
batuan sehingga sulit untuk mengambil pasir yang mengandung
mineral berat, umumnya terdapat pada lembah yang agak sempit,
kemiringan sungai terjal hingga sedang.

5
Coluvial, merupakan endapan plaser yang tertransportasi agak jauh dari
batuan asalnya dan material yang terdapat selain hasil pelapukan dan
transportasi dari batuan asal juga dari hasil pelapukan dan transportasi
dari endapan eluvial yang berada dibagian hulu. Pengendapan coluvial
dipengaruhi oleh transportasi akibat arus sungai, terdapat pada lembah
yang terbuka, kemiringan sungai sedang, bongkah batuan sudah
berkurang.
Aluvial atau fluvial adalah endapan plaser yang tertransportasi jauh dari
batuan asal terutama oleh aliran sungai dan merupakan akumulasi dari
material yang berasal dari batuan asal, endapan eluvial dan coluvial.
Material yang terdapat pada endapan aluvial lebih halus, didominasi
oleh pasir, selain itu lempung gravel dan pebble. Endapan aluvial
menempati daerah landai dan datar dan merupakan endapan yang
paling banyak ditambang.
Transitional Plaser merupakan endapan plaser yang pembentukannya
dipengaruhi oleh lingkungan darat dan lingkungan laut, antara lain oleh
faktor arus air sungai, gelombang laut, arus laut, pengaruh pasang-surut
dan energi angin, diendapkan disekitar garis pantai.

2.2 Eksplorasi Zirkon


Zirkon biasanya terdapat sebagai endapan placer yang terdapat bersama-sama
dengan mineral-mineral berat lainnya seperti magnetit, rutil, ilmenit, leukoksen,
monazit, kuarsa, kasiterit dan emas. Dengan kata lain keterdapatan zirkon kebanyakan
sebagai produksi samping dari endapan emas atau timah plaser. Dahulu zirkon tidak
berharga sehingga dalam menambang endapan plaser zirkon dibuang, dianggap
sebagai tailling. Lain halnya dengan sekarang sesuai dengan perkembangan teknologi
maka zirkon banyak digunakan dalam teknologi saat ini, seperti industri komputer atau

6
komunikasi dan lain-lain. Oleh karena itu banyak tailing dari bekas-bekas tambang
emas atau timah plaser dieksplorasi lagi untuk meneliti zirkon.

Dalam melakukan eksplorasi sama halnya dengan yang dilakukan pada


endapan plaser lainnya yaitu dengan menggunakan alat bor bangka atau bor tangan
doormer, tergantung daripada posisi keterdapatan endapan plaser tersebut dan juga
dengan membuat sumur uji. Perbedaannya hanya dalam melakukan pencontoan,
dimana untuk endapan zirkon plaser dilakukan pengambilan conto secara langsung
dari hasil pemboran (direct sample). Preparasi conto di lapangan dilakukan dengan
cara proses cone and quartering yang bertujuan untuk mengurangi jumlah conto sesuai
dengan kebutuhan untuk analisa di laboratorium. Selain itu bisa juga dilakukan dengan
cara pendulangan dari conto yang diambil secara langsung. Tetapi untuk mengambil
konsentrat dulang dari zirkon harus hati-hati karena berat Jenis dari zirkon sekitar 4.20
4.86. Karena dalam sisa pendulangan konsentrat yang didapat masih banyak maka
dilanjutkan dengan proses cone and quartering.

Dalam pekerjaan eksplorasi mencari dan untuk menentukan keberadaan zirkon,


diperlukan metode tertentu diantaranya pengambilan conto di permukaan (stream
sediment sampling, soil sampling) dan bawah permukaan (geofisika IP/resistivity dan
pemboran diamond drilling):

1. Metode pengambilan conto permukaan:


a. Metode stream sediment sampling
Pengambilan endapan sedimen aktif ukuran butiran -80 mesh <180 mikron
(pasir sangat halus) dan ukuran butiran -200 mesh <60 mikron (lanau lempung)
dan pendulangan sungai aktif untuk memperoleh konsentrasi zircon. Metode
ini diterapkan untuk melokasikan daerah anomali keterdapatan zircon. Adapun
empat variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:

Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia

7
Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai
Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai

b. Metode soil sampling


Metode soil sampling termasuk metode eksplorasi tahap awal. Metode ini
digunakan di daerah yang pola aliran sungainya tidak berkembang. Apabila
prospek untuk eksplorasi selanjutnya, eksplorasi dilakukan di daerah anomali
yang dilokalisir oleh survei sedimen sungai dan survei geofisika. Beberapa
kondisi yang harus diperhatikan dalam melakukan sampling adalah sebagai
berikut :
Conto yang diambil disarankan cukup untuk analisis
Conto diambil pada horison yang sama
Jika conto tidak berkembang pada horison, disarankan untuk
mengambil pada kedalaman yang sama
Conto diambil pada jenis soil yang sama baik residual maupun
transported
Perlu mengetahui juga adanya kontaminasi pada sampel

2. Metode pengambilan conto bawah permukaan:


a. Metode geofisika IP/Resistivity
Metode geofisika IP/Resistivity termasuk metode eksplorasi tahap detail.
Metode yang dilakukan berupa penempatan elektroda potensial dalam tanah
dan diinjeksikan arus listrik. Tujuan dari metode geofisika ini adalah untuk
mendapatkan informasi profil tahanan jenis yang menginterpretasikan posisi
kedalaman dan keterdapatannya zonasi endapan mineral logam di bawah
permukaan.
b. Metode pemboran diamond drilling

8
Metode pemboran dengan diamond drilling termasuk dalam metode eksplorasi
tahap detail. Metode ini diterapkan untuk pengambilan conto bawah permukaan
dengan menggunakan alat bor dengan pahat bor intan (diamond bit) sehingga
memperoleh conto yang dapat mewakili hingga pada kedalaman tertentu sesuai
dengan jenis mineral logam yang di eksplorasi.

Di laboratorium pemisahan zirkon dilakukan dengan cara meja goyang


dan/atau menggunakan larutan bromoform. Larutan bromoform mempunyai berat
jenis sekitar 2,96 sehingga mineral yang tenggelam di dalam larutan ini dapat dianggap
sebagai mineral berat termasuk zirkon sedangkan mineral yang terapung dapat
dianggap sebagai mineral pengotor. Mineral berat yang diperoleh lalu dicuci,
dikeringkan, dan ditimbang lagi. Terakhir dilakukan proses mineralogi butir atau grain
counting untuk mengetahui jenis mineral dan komposisinya masing-masing. Dengan
demikian dapat diketahui kandungan zirkon ataupun mineral-mineral berat lainnya
dalam endapan placer tersebut.

Dalam melakukan perhitungan cadangan sama halnya dengan yang dilakukan


pada perhitungan cadangan endapan emas ataupun timah plaser. Demikian juga hasil
yang diperoleh dari laboratorium berupa hasil persen dari mineral yang ditemukan dari
conto konsentrat, seperti kuarsa, zirkon, magnetik, ilmenik, hematit, epidot, rutil,
garnet, turmalin, anatas, pirit, kasiterit, emas dan lainnya.

Tabel 2.1. Berat Jenis mineral yang umum terdapat dari conto konsentrat dulang

NAMA MINERAL : BERAT JENIS ;


Kuarsa 2.60 2.70
Zirkon 4.20 4.86
Magnetik 5.17 5.18
Ilmenit 4.50 5.00

9
Hematit 4.90 5.30
Epidot 3.00 3.60
Rutil 4.18 4.25
Garnet 3.42 4.27
Turmalin 2.98 3.20
Anatas 3.80 3.90
Pirit 4.90 5.20
Kasiterit 6.80 7.10
Emas 15.00 19.30

2.3 Persebaran Zirkon di Indonesia


Sampai dengan saat ini, jumlah cadangan zirkon di Indonesia tidak diketahui
secara pasti. Walaupun demikian, potensi mineral ini diperkirakan cukup besar. Di
Sumatera, penyebaran zirkon pada umumnya mengikuti penyebaran endapan kasiterit,
yang lebih dengan nama tin belt. Penyebaran tersebut meliputi daerah Sumatera bagian
timur, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Belitung, serta sebagian Kalimantan
bagian barat. Berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan, endapan zircon
dipastikan terdapat di daerah Hatapang (Sumatera Utara), Pulau Karimun Kundur dan
Pulau Bintan (Riau), serta Pulau Bangka dan Pulau Belitung (Sumatera Selatan). Di
Kalimantan tengah, zirkon merupakan mineral ikutan bijih emas aluvial, walaupun di
beberapa tempat kandungan zirkon kadang-kadang lebih dominan. Berdasarkan hasil
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tiga perusahaan Kontrak Karya Emas di daerah
Kalimantan Tengah, zirkon diketahui tersebar di sungai Cembaga dan Katingan
(termasuk anak-anak sungainya). Di Kalimantan Timur, zircon terdapat di daerah
Semboja yaitu sebagai endapan pantai yang dijumpai bersama-sama mineral rutil.

10
Menurut Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi setempat, cadangan
zirkon tersebut dipastikan sebesar 33 ribu ton. Di Irian Jaya, keberadaan zirkon
didasarkan kepada kegiatan eksploitasi sembilan perusahaan SIPD yang berlokasi di
daerah Kabupaten Jayapura. Karena terbatasnya data yang ada, potensi zirkon di daerah
ini belum jelas, baik tipe endapan, penyebaran maupun jenis mineral ikutannya. Daerah
potensi zirkon di Indonesia beserta hasilhasil penyelidikan yang telah dan sedang
dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Persebaran zirkon di Indonesia


Keterangan :
1. Hatapang, Rantau Prapat, Sumatera Utara
2. P. Karimun Kundur, Riau
3. P. Bintan, Riau
4. P. Bangka, Sumatera Selatan
5. P. Belitung Sumatera Selatan
6. Kasongan, Kalimantan Tengah
7. Semboja, Kalimantan Timur

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada batuan yang
terutama mengandung Na-feldspar, seperti batuan beku asam (granit dan syenit) dan
batuan metamorf (gneiss dan skiss). Di Indonesia, zirkon merupakan sedimen sungai
yang terdapat di daratan dan lepas pantai. Mineral ini dijumpai bersama-sama dengan
mineral kasiterit dan elektrum (Au, Ag) sebagai mineral utama, ilmenit, magnesit,
monazit, xenotim, pyrit, mineral sulfide lainnya, dan kuarsa. Cebakan keseluruhan
mineral ini pada umumnya berasal dari batu granit yang telah mengalami pelapukan
dan transportasi.
Mineral utama yang mengandung unsur zirconium adalah zirkon (zirkonium
silikat, ZrO2.SiO2) dan baddeleyit (zirkonium oksida, ZrO2). Di alam, kedua mineral
ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium (HfO2).

Zircon dimanfaatkan dalam industri keramik, terutama untuk produksi keramik


ubin (wall tile) dan rumah tangga (table ware). Pemanfaatan zircon lainnya yaitu pada
industri logam dasar, yang kegunaannya adalah sebagai bahan anti korosi dan penahan
panas (refraktori dan foundri).

keterdapatan zirkon kebanyakan sebagai produksi samping dari endapan emas


atau timah plaser. Dalam melakukan eksplorasi sama halnya dengan yang dilakukan
pada endapan plaser lainnya yaitu dengan menggunakan alat bor bangka atau bor
tangan doormer, tergantung daripada posisi keterdapatan endapan plaser tersebut dan
juga dengan membuat sumur uji.

Dalam pekerjaan eksplorasi mencari dan untuk menentukan keberadaan zirkon,


diperlukan metode tertentu diantaranya pengambilan conto di permukaan (stream

12
sediment sampling, soil sampling) dan bawah permukaan (geofisika IP/resistivity dan
pemboran diamond drilling):

Di laboratorium pemisahan zirkon dilakukan dengan cara meja goyang dan/atau


menggunakan larutan bromoform. Larutan bromoform mempunyai berat jenis sekitar
2,96 sehingga mineral yang tenggelam di dalam larutan ini dapat dianggap sebagai
mineral berat.

Penyebaran zircon meliputi daerah Sumatera bagian timur, Kepulauan Riau,


Pulau Bangka, dan Pulau Belitung, serta sebagian Kalimantan bagian barat.
Berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan, endapan zircon dipastikan terdapat di
daerah Hatapang (Sumatera Utara), Pulau Karimun Kundur dan Pulau Bintan (Riau),
serta Pulau Bangka dan Pulau Belitung (Sumatera Selatan).

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun ingin menyampaikan beberapa
saran diantaranya:
1. Untuk mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya menggali dan mempelajari mengenai zircon karena
manfaatnya yang sangat banyak dan potensi keberadaannya di Indonesia
cukup luas.
2. Untuk Universitas Palangka Raya
Universitas Palangka Raya khususnya Jurusan Teknik Pertambangan agar
lebih memperbanyak praktik di lapangan guna menambah pengetahuan
mahasiswa dan memberikan fasilitas penelitian kepada mahasiswa
3. Untuk Pemerintah
Pemerintah sebaiknya lebih memanfaatkan potensi zircon dimana zircon
memiliki nilai ekonomis yang tinggi guna kesejahteraan masyarakat.

13

Anda mungkin juga menyukai