Anda di halaman 1dari 6

Samakah temperatur dan kalor?

Temperatur dan kalor sering dianggap sama oleh banyak


mahasiswa, padahal arti kedua kata itu berbeda. Apakah temperatur itu? Apakah kalor itu?
Bagaimana hubungan antara temperatur dan kalor? Jawaban atas petanyaan ini dapat Anda
temukan dalam uraian materi berikut.
Jika sebuah ketel air dingin diletakkan di atas kompor yang menyala, maka temperatur
air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air dingin. Dua benda yang
temperaturnya berbeda diletakkan saling bersentuhan, kalor akan mengalir dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Jika kedua benda disentuhkan
cukup lama sehingga temperatur keduanya sama, keduanya dikatakan dalam keadaan
setimbang termal, dan tidak ada lagi kalor yang mengalir diantara
keduanya.
a. Kalor sebagai Transfer Energi
Pada abad kedelapan belas, model kalor menggambarkan aliran kalor sebagai gerakan
fluida yang disebut kalori. Fluida kalori ini tidak pernah dapat dideteksi. Pada abad
kesembilan belas, ditemukan berbagai fenomena yang berkaitan dengan kalor. Kalor dapat
dideskripsikan secara konsisten tanpa perlu menggunakan model fluida. Model baru
memandang bahwa kalor berhubungan dengan kerja dan energi.
Suatu satuan untuk kalor adalah kalori. Satu kalori didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius. Dalam
keseharian lebih sering digunakan satuan kilokalori (kkal) yang besarnya 10.000 kalori.
Dengan demikian 1 kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg air
sebesar 1 derajat Celsius. Dalam S.I., satuan kalor adalah joule, tetapi kalori dan kilokalori
tetap digunakan.
Gagasan bahwa kalor berhubungan dengan energi dikerjakan lebih lanjut oleh para
ilmuwan pada tahun 1800-an. James Prescott Joule (1818-1889) melakukan percobaan untuk
menetapkan bahwa kalor seperti kerja, merepresentasikan transfer energi.
Untuk mencari kesetaraan energi dengan kalor, James Prescott Joule melakukan
percobaan seperti pada Gambar 1 . Pada percobaan tersebut, beban yang jatuh menyebabkan
roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda pedal menyebabkan temperatur air naik.
Pada percobaan ini, joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu
ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif kerja 4,186 joule (J)
ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik :
4,186 J = 1 kalori (kal) dan 4,186 x 103 J = 1 kilo kalori (k.kal).
Sebagai hasil percobaan ini, para ilmuwan menginterpretasikan bahwa kalor bukan
sebagai zat, dan juga
bukan sebagai bentuk energi, tetapi kalor merupakan transfer energi. Ketika kalor mengalir
dari benda panas ke benda yang lebih dingin, energilah yang ditransfer dari benda panas ke
yang dingin. Dengan demikian, kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke
benda lainnya karena adanya perbedaan
temperatur.
Jumlah total energi pada semua molekul pada sebuah benda disebut energi termal atau
energi dalam. Sebagaimana kita ketahui bahwa kalor bukan merupakan energi yang dimiliki
sebuah benda, tetapi energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lainnya pada temperatur
yang berbeda. Dengan menggunakan teori kinetik, kita dapat membuat perbedaan yang jelas
antara temperatur, kalor, dan energi. Temperatur (dalam kelvin) merupakan pengukuran dari
energi kinetik rata-rata dari molekul. Energi termal dan energi dalam mengacu pada energi
total dari semua molekul pada benda. Dengan demikian dua batang besi bermassa sama dapat
memiliki temperatur yang sama, tetapi keduanya memiliki energi termal dua kali lipat dari
pada satu batang besi yang lain. Akhirnya, Kalor mengacu pada transfer energi (seperti energi
termal) dari satu benda ke benda lainnya karena adanya perbedaan temperatur. Temperatur
sebagai sifat materi (benda) yang dikaitkan dengan rata-rata energi kinetik atom-atom atau
molekul-molekul materi tersebut.
b. Temperatur , Kalor dan Transfer Energi Dalam

Arah aliran kalor diantara kedua benda bergantung pada temperatur keduanya, bukan
pada berapa banyak energi dalam yang dimiliki masing-masing. Jika 50 g air pada 300 C
dicampur dengan 200 g air pada 25o C, kalor mengalir dari air 30oC ke air 25oC walaupun
energi dalam pada air 25oC jauh lebih besar karena jauh lebih banyak. Jika kalor diberikan
pada suatu benda, maka temperatur benda akan naik. Besar kalor Q yang dibutuhkan untuk
merubah temperatur zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut, dan dengan
perubahan temperatur t, dinyatakan dalam persamaan :
Q = mc t
c adalah kalor jenis dinyatakan dalam satuan J/Kg o C
Nilai kalor jenis suatu zat pada tekanan 1 atmosfir dan temperatur 20o
C ditunjukkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Kalor Jenis (pada tekanan 1 atm dan 20oC)

2.3 Kalor Jenis

Sampai batas tertentu, nilai c bergantung pada temperatur (sebagaimana bergantung sedikit
pada tekanan), tetapi untuk perubahan temperatur yang tidak terlalu besar, c seringkali dapat
dianggap konstan.
Contoh 1.
(a) Berapa kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur tong kosong 20 kg yang
terbuat dari besi,
dari 10oC sampai 90oC?
(b) Bagaimana jika tong tersebut diisi 20 kg air?

Penyelesaian:
(a) c (besi) = 450 J/kg.oC (lihat Tabel 2.1)
t = 90oC 10oC = 80oC
maka Q = mc t = (20kg) (450J/kg.oC) (80oC) = 720 kJ
(b) Air itu sendiri memerlukan kalor :
Q = mc t
= (20kg) (4186J/kg.oC) (80oC) = 6700 kJ
Total untuk tong dan air diperlukan kalor sebanyak 720 kJ + 6700 kJ
= 7400 kJ

Apabila kalor diberikan pada suatu zat pada tekanan konstan maka pada zat itu terjadi
kenaikan temperatur. Kadang-kadang zat dapat menyerap kalor dalam jumlah yang besar
tanpa mengalami perubahan temperatur. Ini terjadi selama perubahan fase, yaitu ketika
kondisi fisis itu berubah dari satu bentuk menjadi bentuk lain. Jenis perubahan fase adalah
pembekuan- perubahan cairan menjadi padat (seperti pembekuan air menjadi es); penguapan
- perubahan cairan menjadi uap dan gas (seperti pada penguapan air); dan
sublimasiperubahan padat langsung menjadi gas (seperti pada penguapan kamper atau karbon
dioksida padat). Perubahan fase dapat dipahami dengan teori molekuler. Kenaikan temperatur
zat menggambarkan kenaikan energi kinetik. Apabila suatu zat berubah dari cairan menjadi
bentuk gas, molekulmolekulnya yang berdekatan dalam bentuk cairan bergerak saling
menjauhi. Ini membutuhkan usaha yang dilakukan melawan gaya- tarik yang
mempertahankan molekul-molekul berdekatan. Dalam arti bahwa energi harus diberikan pada
molekul untuk memisahkannya. Sejumlah energi kalor tertentu dibutuhkan untuk mengubah
fase zat tertentu. Kalor yang dibutuhkan sebanding massa zat. Kalor yang dibutuhkan untuk
mencairkan zat bermassa m tanpa perubahan temperaturnya adalah :
Q = m Lf (2.2)
Lf adalah kalor laten peleburan zat tersebut. Untuk pencairan es
menjadi air pada tekanan 1 atm, kalor laten peleburan adalah 333,5
kJ/kg = 79,7 kkal/kg. Bila perubahan fase adalah dari cairan menjadi
gas, maka kalor yang dibutuhkan adalah :
Q= m Lv
Lv adalah kalor laten penguapan.

Kalor laten untuk mengubah cairan menjadi gas diperlukan tidak hanya pada titik didih.
Air dapat berubah dari fase cair ke gas bahkan pada temperatur ruangan. Untuk air pada
tekanan 1 atm, kalor laten penguapan adalah 2260 kJ/kg (540 kkal/kg) pada 100oC. Ketika
air menguap, air akan mendingin karena energi yang dibutuhkan (kalor laten untuk
penguapan) datang dari air itu sendiri. Penguapan air dari kulit merupakan satu dari metode
penting yang digunakan tubuh untuk mengendalikan temperaturnya. Ketika temperatur darah
naik sedikit di atas normal, kelenjar hypothalamus mendeteksi naiknya temperatur ini dan
mengirimkan sinyal ke kelenjar keringat untuk menaikkan produksinya. Energi yang
dubutuhkan untuk menguapkan air ini berasal dari tubuh, dengan demikian tubuh menjadi
dingin.
Contoh 2
Berapa banyak energi yang harus dikeluarkan lemari es dari 1,5 kg
air pada 20oC untuk membuat es pada -12oC?
Penyelesaian:
Kalor harus keluar untuk memperkecil air dari 20oC, untuk
mengubahnya menjadi es, dan kemudian untuk menurunkan es dari
0oC menjadi -12oC.
Q = mcairDt +mL f + mcesDt
Q = mc (20oC-0oC) + mL f + mces[0oC (-12oC)]
= (1,5 kg) (4186J/kg.oC) (20oC) + (1,5 kg) (3,33 x 105 J/kg)
+ (1,5 kg) (2100 J/kgoC) (12oC)
= 6,6 x 105J = 660 kJ

Semua produksi energi dalam sel berasal dari metabolisme seluler. Produksi kalor dalam
sel disebut termagenesis. Energi kimia yang dicerna dalam bentuk makanan diubah menjadi
bentuk energi lain. Sekitar 75 % - 85 % energi tersebut dilepas sebagai kalor energi termal.
Jumlah kalor yang dilepas melalui oksida (yaitu perubahan zat makanan menjadi energi
kalor) dari 1 gram zat makanan berikut:

Tabel 2 Energi Kalor yang dilepas


melalui Oksida dari Zat makanan
Jenis Makanan Kilojoule per gram

Sumber : Cree, L & Rischmiller, S

Lemak memiliki nilai energi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein. Lemak menghasilkan zat sisa yang terlalu banyak, dan jumlah oksigen yang
diperlukan untuk metabolisme sangat besar, karena itu lemak tidak dianjurkan sebagai bahan
bakar tubuh. Laju kalor yang dihasilkan tubuh merupakan alat ukur laju pelepasan energi dari
makanan. Proses tersebut disebut sebagai laju metabolisme. Laju metabolisme ini dapat
mencapai nilai terendah 250 300 kJ per jam.
Produksi kalor merupakan tugas semua jaringan, tetapi kalor terbanyak dihasilkan oleh
jaringan yang mengalami reaksi kimia yang cepat. Jantung, otak, dan hati serta sebagian
besar kelenjar endoktrin menghasilkan kalor dalam jumlah besar saat istirahat. Sebagai
akibatnya, temperatur organ tersebut sekitar satu derajat lebih tinggi daripada temperatur
keseluruhan tubuh. Produksi kalor dari otot yang istirahat adalah rendah, tetapi dapat
mencapai 30 % dari total kalor yang dikeluarkan tubuh karena separuh massa tubuh terdiri
dari otot. Kondisi otot dan derajat aktivitas dapat mempengaruhi jumlah kalor yang
dihasilkan. Selama
aktivitas berat, keluaran kalor dalam otot meningkat sampai 50 kilo kalori yang dihasilkan
semua jaringan, jika digabungkan. Fakta ini dimanfaatkan oleh tubuh dalam pengaturan
temperatur tubuh, misalnya saat menggigil suatu proses untuk menghangatkan tubuh.
Banyak proses yang terjadi dalam organisme hidup bergantung pada temperatur. Temperatur
merupakan salah satu pengukuran fisiologis yang terpenting. Sistem temperatur diukur
menggunakan transduser kalor.
Hypothalamus dalam otak mengatur temperatur tubuh. Hypothalamus terletak pada dasar
otak di bawah thalamus. Secara konstan, hypothalamus tersebut memantau aliran darah di
sekitarnya, tulang belakang dan dari termoreseptor perifer pada kulit. Termoreseptor
memantau temperatur permukaan (kulit). Penguapan air dari kulit merupakan satu dari
metode penting yang digunakan tubuh untuk mengendalikan temperaturnya. Ketika
temperatur darah naik sedikit di atas normal, hypothalamus mendeteksi naiknya temperatur
ini dan mengirimkan sinyal ke kelenjar keringat untuk menaikkan produksinya. Energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan air berasal dari tubuh, sehingga tubuh menjadi dingin. Pada
tubuh, kalor yang dihasilkan melalui metabolisme makanan, digunakan untuk
mempertahankan temperatur tubuh agar tetap dalam rentang temperatur normal, 36,1oC
37,1 oC. Lokasi pada tubuh yang dapat digunakan untuk mengukur temperatur adalah mulut,
ketiak, telinga dan dubur.

b. Pengaturan dan Pengukuran Temperatur Tubuh


Tidak ada satupun nilai temperatur yang dapat dipandang normal karena terdapat
kisaran nilai yang diamati. Selain itu, temperatur juga bervariasi di antara berbagai lokasi
tubuh sebagai respons terhadap berbagai faktor yang ada di lokasi tersebut. Faktor tersebut
antara lain, aktivitas kimiawi, kontak den an lingkungan eksternal, dan sistem pengatur yang
tidak selalu 100% efektif. Rata-rata temperatur pada bagian dalam tubuh, biasanya hampir
selalu sama yaitu dalam kisaran plus atau minus 6o C, kecuali jika seseorang terserang
demam.
Peningkatan atau penurunan temperatur seiring perubahan temperatur lingkungan
sebenarnya terjadi pada temperatur permukaan temperatur kulit. Oleh karena itu, sebelum
kita dapat mewakili temperatur sebenarnya dari tubuh seakurat mungkin. Instrumen yang
paling berguna dalam pengukuran temperatur tubuh adalah termometer merkuri, termometer
termistor, dan digital. Termometer merkuri disebut juga thermometer klinis. Termometer
merkuri digunakan dengan beberapa alasan : (1) merkuri tidak tembus pandang sehingga
mudah dilihat; (2) merkuri merupakan konduktor kalor yang baik; (3) merkuri akan naik
secara teratur; (4) merkuri tidak melekat pada kaca; dan (5) merkuri tetap berbentuk cair
sampai kisaran suhu tertentu. Termometer merkuri merupakan alat yang paling lazim, mudah
dan murah untuk mengukur temperatur tubuh manusia, tetapi juga merupakan alat yang
paling lambat (3 menit) dan paling rapuh. Termometer merkuri mampu mengukur temperatur
di bawah 35o C untuk situasi seperti hipotermia hebat (temperatur tubuh sangat rendah).
Termistor mendeteksi kalor dan mengubahnya menjadi aliran listrik kecil yang diperkuat
dan diubah menjadi pembacaan temperatur. Termistor merupakan kawat (probe) terbungkus
yang fleksibel, peka kalor, dan berujung tumpul yang terhubung pada sebuah alat pencatat
temperatur secara digital. Termometer elektrik
digital memiliki kelebihan dibandingkan dengan termistor dan termometer merkuri, yakni
pencatatan temperatur lebih cepat dibandingkan thermometer merkuri (3 menit); oral (4
detik); ketiak (10 detik); dubur (15 detik) dan timpani (2 detik). Kalor dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat lain melalui tiga proses: konduksi, konveksi, dan radiasi.

a. Konduksi
Jika sebuah sendok diletakkan ke dalam mangkuk sop, ujung yang kita pegang akan
segera menjadi panas. Walaupun tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas. Kita
katakan bahwa perpindahan kalor ini disebut konduksi. Konduksi adalah transfer kalor dari
suatu tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur lebih rendah melalui
gerakan molekul. Pada konduksi, terjadi transfer energi kalor lewat interaksi antara atom-
atom atau Transfer Kalor dan penerapannya dalam biologi molekul, walaupun atom-atom dan
molekulnya sendiri tidak berpindah.
Konduksi kalor pada zat terjadi sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Pada proses
konduksi ini, partikel atau molekul hanya bergetar di sekitar posisinya, dengan energi relatif
kecil pada temperatur rendah ke energi besar pada temperatur tinggi. Pada suatu ujung yang
dipanaskan, molekul-molekul di tempat itu bergetar dengan energi lebih besar dibandingkan
molekul-molekul di ujung yang lebih dingin. Molekul-molekul itu bertumbukan dengan
molekul disampingnya yang bergetar dengan energi lebih kecil, molekul-molekul itu
mentransfer sebagian energi di molekul-molekul lain sepanjang benda.
Sebagian besar penghantaran kalor dalam tubuh berlangsung dengan proses konduksi
melalui sel dan cairan sel dibantu oleh sirkulasi cairan tersebut dan sirkulasi darah. Untuk
melindungi tubuh, kita mengenakan pakaian dan selimut yang dapat menghangatkan kita
dalam cuaca dingin. Pakaian dan selimut berperan sebagai isolator, menjaga agar kalor tetap
berada di dalam. Sifat isolasi dari pakaian bersumber dari sifat isolasi idara.
Apabila tanpa pakaian, tubuh kita akan memanaskan udara yang bersentuhan kulit, dan
akan segera menjadi nyaman karena udara merupakan isolator yang baik. Karena udara
bergerak ada dingin, dan orang itu sendiri bergerak- maka udara hangat akan digantikan oleh
udara dingin. Cara demikian menyebabkan perbedaan temperatur dan meningkatkan
kehilangan kalor dari tubuh. Pakaian menjaga kita tetap hangat dengan menahan udara,
sehingga tidak dapat bergerak bebas. Bukan pakaian yang mengisolasi kita, tetapi udara
yang dikurung olehnya.
Bulu merupakan isolator yang sangat baik karena sejumlah kecil bulu akan
mengembang dan mengurung udara yang banyak. Dengan dasar ini, kita dapat menjawab
pertanyaan mengapa tirai di jendela memperkecil kehilangan kalor dari sebuah rumah.
b. Konveksi
Konveksi adalah proses transfer kalor dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke
tempat yang lain. Konveksi merupakan transfer kalor dalam cairan dan gas oleh bergeraknya
partikel-partikel yang dipanaskan. Transfer konveksi sangat berbeda dengan konduksi. Pada
konveksi, kalor ditransfer langsung lewat perpindahan massa. Dengan cara ini, air hangat
naik di atas air dingin, dan udara hangat naik di atas udara dingin. Ini menyebabkan burung-
burung membubung tinggi dalam udara hangat.
Ketika sepanci air dipanaskan, terjadi arus konveksi. Sementara air yang dipanaskan di
bagian bawah naik karena massa jenisnya berkurang, dan digantikan oleh air yang lebih
dingin di atasnya. Konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar,
sedangkan konduksi melibatkan molekul yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan
bertumbukan. Sebagai contoh, bila udara dekat lantai dipanaskan, udara memuai dan naik
karena kerapatannya yang lebih rendah. Jadi energi termal di udara panas ini ditransfer dari
lantai ke langit-langit dengan massa udara panas.
Tubuh manusia menghasilkan energi termal yang besar. Energi diubah dari makanan di
dalam tubuh, maksimal 20% digunakan untuk melakukan kerja, sehingga lebih dari 80%
sebagai energi termal. Selama kegiatan yang ringan, jika energi termal ini tidak dikeluarkan,
temperatur tubuh akan naik sekitar 3o C perjam. Kalor yang dihasilkan oleh tubuh harus
transfer keluar. Temperatur kulit pada lingkungan yang nyaman adalah 33o C sampai 35o C,
sementara temperatur bagian dalam tubuh sebesar 37 oC. perbedaan temperatur yang kecil
ini, ditambah konduktivitas termal jaringan, konduksi langsung mengakibatkan sedikit sekali
kalor yang dikeluarkan. Kalor dibawa ke permukaan oleh darah. Sebagai tambahan bagi
peranannya yang penting, darah berfungsi sebagai fluida konveksi untuk mentransfer kalor
sampai persis di bawah permukaan kulit. Kalor
kemudian dihantarkan (melalui jarak yang sangat kecil) ke permukaan. Sekali berada di
permukaan, kalor ditransfer ke lingkungan dengan konveksi, penguapan dan radiasi.
Seorang pasien yang menjalani mandi air dingin atau suamsuam kuku dapat kehilangan
kalor akibat proses konveksi yang berlangsung di dalam air begitu kalor dipindahkan ke
molekul air terdekat melalui proses konduksi. Menggigil merupakan suatu komplikasi yang
mungkin muncul dalam perlakuan ini.

c. Radiasi
Semua kehidupan di dunia ini bergantung pada transfer energi dari Matahari. Energi ini
ditransfer ke Bumi melalui ruang hampa. Bentuk transfer energi ini dalam kalor, dinamakan
radiasi. Pada radiasi, energi dipancarkan dan diserap oleh benda-benda dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Radiasi ini bergerak lewat ruang hampa dengan kelajuan cahaya. Proses ini
merupakan metode transfer kalor yang tidak bergantung pada zat apa pun. Radiasi termal,
gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang televisi, dan sinar X semuanya adalah
bentuk radiasi elektromagnetik yang berada dalam panjang gelombang dan frekuensi.
Semua benda memancarkan dan menyerap radiasi elektromagnetik. Bila benda ada
dalam kesetimbangan termal denga sekitarnya, benda memancarkan dan menyerap energi
pada laju yang sama. Apabila benda dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi daripada
sekitarnya, maka benda meradiasi keluar lebih banyak energi daripada yang diserapnya,
dengan demikian benda menjadi
lebih dingin sementara sekitarnya menjadi panas.
Kehilangan kalor dari kulit dapat terjadi akibat radiasi dan jumlah kehilangan itu
beragam bergantung pada keadaan dilatasi pembuluh darah pada kulit semakin besar
dilatasi, semakin banyak kalor yang hilang.

RANGKUMAN:
+ Kalor mengalir dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur
rendah .
+ Satu kalori menyatakan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg air
sebesar 1oC.
+ Energi termal adalah total energi pada semua molekul dalam sebuah benda
+ Kalor jenis adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg massa suatu
zat sebesar 1o C
+ Kalor dapat melakukan perpindahan dengan cara konduski, konveksi dan radiasi

Anda mungkin juga menyukai