Anda di halaman 1dari 15

1

FISIOLOGI RESPRODUKSI MANUSIA


Oleh : Simon Sani Kleden, SKep, NS

Pendahuluan

Genetika modern dan embriologi percobaan menjelaskan bahwa dalam

kebanyakan species mamalia (termasuk Manusia), beberapa perbedaan antara

pria dan wanita terutama tergantung pada kromosom tunggal (Kromosom Y) dan

pasangan tunggal struktur endokrin yaitu testis dalam pria dan Ovarium dalam

wanita. Kedua struktur endokrin ini lebih sering dikenal dengan sel Gonad

(Gonad laki laki : Testis dan gonad perempuan: Ovarium). Organ ini juga

menghasilkan hormone (Ingat perkuliahan sistim endocrine) yang menimbulkan

perkembangan sifat kelamin pria dan wanita. Produksi hormone ini dikendalikan

oleh Gonadotropin pada kelenjar hipofise.

Karena perbedaan dan penyatuan perbedaan kedua jenis kelamin ini,

maka keberhasilan hidup dan keturunan umat manusia tetap dipertahankan dan

berlangsung hingga saat ini. Ada banyak factor yang berperan serta dan

mempengaruhi semuanya ini, baik dari organ pelengkap pria maupun wanita .

Dalam Makalah ini akan membahas tentang fisiologi reproduksi pada pria dan

Wanita.

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


2

Review Of Anatomi Reproduksi Pria

Bladder

Pubis
Rectum
Saluran Anus
Vesica Prostat
Bulbus Penis
Seminalis Urethra
Vas
deferens

Epididimis Penis
Glans
penis
Scrotu Preputiu
mr m
Testis

Spermatogenesis :
Rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulis
seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah
menjadi spermatozoa yang bebas. Terjadi dalam tubulus seminiferus
selama kehidupan seks aktif, mulai rata rata pada usia 13 tahun,
akibat perangsangan hormone gonadotropin adenohipofise. Terdiri tiga
tahap : spermatositogenesis, meiosis dan spermiogenesis. Ketiga tahap
ini berlangsung sekitar 75 hari.
Spermatositogenesis Pembelahan spermatogonia agar tetap tersedia
sel yang akan berkembang menjadi spermatosit
primer. (Tahap I )
Meiosis Merupakan rangkaian dua peristiwa pembelahan
untuk mengurangi jumlah kromosom dari diploid
menjadi haploid yang menghasilkan spermatid.
(Tahap II)
Spermiogenesis Merupakan peristiwa perkembangan dan perubahan
dari spermatid menjadi spermatozoa yang dilepas
kedalam lumen tubulus seminiferus. Saat ini
spermatozoa masih non motil. (Tahap III)

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


3

Spermatogenesis:

Spermatogonia Kromosom

Spermatosit Primer 46

Spermatosit sekunder 46

Spermatid 23

Spermatozoa 23

23

Berlangsung 74 hari.:1 spermatogonia 512 spermatozoa.


Diberi makan oleh sel serotoli.
Perlu suhu (suhu tubuh inti + 32 C)
Belum begitu mobile, motilitas meningkat sepanjang epididimis.

PROSES PEMBENTUKAN SPERMA :


Pada tubulus seminiferus terdapat sel epitel germinal yang disebut :
Sprematogonia. Spermatogonia ini membelah diri dan akhirinya membentuk
spermatosit primer (pre kursor sperma). Spermatosit primer ini membelah diri
membentuk dua buar spermatosit sekunder yang selanjutnya membelah diri
menjadi empat buah spermatid. Dalam beberapa minggu spermatid ini
berkembang menjadi spermatozoa. Perubahan spermatid menjadi spermatozoa
dengan cara :
1. Menghilangkan beberapa sitoplasmanya.
2. Reorganisasi benda benda kromatin pada intinya untuk membentuk
kepala
3. Mengumpulkan sisa sisa sitoplasma dan memberan sel pada salah satu
ujung sel untuk membentu ekor.

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


4

Pada tahap II spermatogenesis (Meiosis) terjadi pembelahan sel yang spesifik


dimana 23 pasang kromososm tidak dibentuk kembali tetapi hanya memisahkan
diri . 23 kromosom yang tidak berpasangan ini akan masuk kedalam spermatosit
sekunder. Dan Proses ini akan terjadi terus mmenerus. Oleh karena itu setiap
spermatid terdiri dari 23 kromosom yang tidak berpasangan, sehingga setiap
sperma yang matur hanya membawa kromosom yang tidak berpasangan.
Kromosom seks :
Dalam spermatogonium terdapat 23 pasang kromosom yang mengandung
informasi genetic penentu jenis kelamin anak. Pada pasangan ini terdapat satu
kromosom X (kromosom wanita) dan satu kromosom Y (kromosom laki laki) .
Pada proses meiosis, kromosom seks ini membelah diantara spermatosit
sekunder, sehingga setengah setengah dari sperma menjadi sperma pria
(kromososm Y) dan setenganya menjadi sperma wanita (Kromosom X). Jenis
kelamin Anak akan ditentukan oleh kedua Jenis sperma ini.
Pematangan Sperma dan Penyimpanan Sperma
Pematangan Setelah dibentuk di tubulus seminiferus, sperma selanjutnya masuk
kedalam epididimus. Didalam epididimus, sperma yang belum
mempunyai kemampuan gerak ini dimatangkan. Epididimus mensekresi
banyak cairan yang mengandung hormone, ensim dan gizi khusus yang
sangat essential untuk pematangan sperma. Setelah 18 jam 10 hari
berada dalam epididimus, sperma ini mulai mengembangkan
kemampuan gerak. Sperma ini menjadi matang dan siap untuk
membuahi ovum.
Penyimpanan. Sebagaian kecil sperma disimpat didalam epididimus tetapi
sebagain besar disimpan disimpan didalam vas deferens dan dalam arti
luas didalam ampula vas deferens. Sperma tetap disimpan ditempat ini
dan mempertahankan fertilitasnya selama beberapa bulan. Kalau ada
aktifitas sesksual mata sperma siapkan diluncurkan dari tempat
penyimpanannya ini.
Fisiologi Sperma Matang. Sperma yang matang (motil dan fertile) melakukan
pergerakan menggunakan flagel dengan kesecepatan 1 4 mm/menit

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


5

melalui media cair. Sperma yang normal cendrung bergerak dalam garis
rotasi lurus. Aktivitas pserma diperbesar pada media notral dan sedikit
basah. Pada media yang sedikit asam atau asam kuat dapat
menyebabkan kematian sperma. Dalam saluran genitalia wanita
sperma mempunyai kemampuan hidup 1 4 hari.

Akrosom
Membran Permukaan
Selubung Kepala Anterior
Vakuola

Selubung Kepala Posterior Leher


Korpus

Mitokondria

Bagian Utama Ekor

Bagian ujung ekor

Gambar Struktur Spermatozoa Manusia

Mekanisme Rangsangan Pada Pria .


Glans penis merupakan isyarat saraf terpenting untuk memulai tindak
seksual pria karena glans penis mengandung organ akhir sensoris yang sangat
rapi, yang menghantarkan ke susunan saraf pusat suatu modalitas kesan khusus
yang dinamakan kesan seksual. Pemijitan glans waktu hubungan kelamin
merangsang organ akhir sensorik, dan kesan seksual selanjutnya dihantarkan
melalui nervus pundendus, kemudian ke pleksus sakralis masuk bagian sacral
medulla spinalis., dan akhirnya berjalan ke atas melalui medulla spinalis menuju ke
daerah serebrum yang belum jelas. Impuls juga dapat masuk medulla spinalis
dari daerah daerah yang berdekatan dengan penis untuk membantu
merangsang tindakan seksual. Misalnya perangsangan epitel anus, skrotum, dan

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


6

struktur perineum umumnya semua dapat mengirimkan impuls kedalam medulla


spinalis yang menambah kesan seksual. Kesan seksual malahan dapat berasal
dari struktur interna, seperti perangsangan daerah uretra, kandung kemih,
prostate, vesika seminalis, testis dan vas deferens. Tentu saja salah satu
penyebab dorongan seksual mungkin oleh pengisian berlebihan organ seksual
dengan secret. Infeksi dan peradangan organ seksual ini kadang-kadang hampir
selalu menyebabkan hasrat seksual yang terus menerus, dan obat ofrodisiak
seperti kantarid, meningkatkan hasrat seksusl dengan mengiritasi mukosa
kandung kemih uratra.
Unsur psikis perangsangan seksual pria. Rangsangan psikis yang sesuai
dapat sangat meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan
seksual. Memikirkan gagasan seksual atau malahan mimpi sedang melakukan
hubungan seksual dapat menyebabkan terjadinya tindakan seksual pria dan
mencapai puncaknya pada ejakulasi. Tentu saja emisi noturna waktu mimpi
terjadi pada banyak pria selama beberapa stadium kehidupan seksual,
khususnya selama usia belasan tahun.
Integrasi Tindakan Seksual Pria pada Medulla Spinalis. Walaupun factor
psikis biasanya memegang peranan penting pada tindakan seksual pria dan
jelas dapat memulainya, serebrum mungkin tidak diperlukan secara absolute
untuk pelaksanaannya, karena perangsangan genitalia yang cocok dapat
menyebabkan ejakulasi pada beberapa binatang dan kadang-kadang pada
manusia yang medula spinalisnya telah dipotong di atas daerah lumbal. Oleh
kerena itu, tindakan seksual pria akibat dari mekanisme refleks yang terintegrasi
pada daerah sakral dan lumbal medula spinalis, dan mekanisme ini dapat
diaktifkan oleh rangsangan psikis atau rangsangan seksual yang sebenarnya.

Tahap Tindakan Seksual Pria


Ereksi. Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria, dan derajat
ereksi sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh psikis atau fisik.
Ereksi disebabkan oleh impuls parasimpatis yang berjalan dari bagian
sakral medulla spinalis ke penis. Impuls parasimpatis ini melebarkan arteri

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


7

penis dan mungkin serentak menyebabkan kontriksi pada vena-vena, jadi


memungkinkan darah arteri mengalir dengan tekanan tinggi masuk ke
jaringan erektil penis. Jaringan erektil ini terdiri dari sinosoidvenosus
kavernosus yang besar, yang dalam keadaan normal relative kosong tetapi
akan sangat melebar bila darah arteri mengalir masuk dengan tekanan.
Juga, badan erektil dikelilingi oleh selubung fibrosa yang kuat; oleh karena
itu tekanan tinggi dalam sinusoid menyebabkan pengembangan jaringan
erektil sedemikian rupa sehingga penis menjadi keras dan memanjang.
Pelumasan. Selama perangsangan seksual, impuls parasimpatis, selain
meningkatkan ereksi, menyebabkan kelenjar Littre dan kelenjar
bulbouretralis menyekresi mucus. Jadi, mukus mengalir melalui uretra
waktu hubungan kelamin untuk membantu melumasi koitus. Akan tetapi,
sebagian besar pelumasan koitus di lakukan oleh organ seksual wanita
bukan oleh organ seksual pria. Tanpa pelumasan yang memuaskan,
tindakan seksual pria jarang berhasil karena hubungan seksual yang tanpa
pelumasan menyebabkan impuls nyeri yang menghambat kesan seksual,
bukan meningkatkan kesan seksual.
Emisi dan Ejakulasi. Emisi dan ejakulasi merupakan puncak tindakan seksual
pria.Bila rangsangan seksual menjadi sangat kuat, pusat-pusat refleks
medula spinalis mulai memancarkan impuls simpatis yang meninggalkan
medulla spinalis pada L-1 dan L-2 dan menuju ke organ genitalia untuk
memulai emisi, yang merupakan pendahuluan ejakulasi. Emisi diduga di
mulai dengan kontraksi epidinamis, vas deferen, dan ampula untuk
menyebabkan pendorongan sperma masuk uretra interna. Kemudian,
kontraksi pada vesika seminalis dan cairan vesika seminalis dan cairan
prostat, mendorong sperma kedepan. Semua cairan ini bercampur dengan
mukus yang telah disekresi oleh kelenjar bulbouretralis untuk membentuk
semen. Proses sampai di sini dinamakan emisi. Pengisian uretra interna
kemudian menimbulkan isyarat yang di hantarkan ke daerah sakral medulla
spinalis. Selanjutnya, impuls saraf berirama dikirim dari medula spinalis ke
otot-otot rangka yang meliputi basis jaringan erektil, menyebabkan

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


8

peningkatan tekanan berirama yang seperti gelombang pada jaringan


tersebut, yang mengejakulasikan semen dari uretra ke luar. Ini adalah
proses ejakulasi.

FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA


Review anatomi Reproduksi Wanita

Gambar 1.3 Struktur Anatomi reproduksi Wanita

SIKLUS ENDOTRIUM DAN MENSTRUASI

Berhubungan dengan siklus pembentukan estrogen dan progesteron oleh


ovarium adalah siklus endometrium yang bekerja melalui stadium stadium
berikut: pertama, proliferasi endometrium uterus; kedua, perubahan sekresi pada
endometrium; dan ketiga, deskuamasi endometrium, yang dikenal sebagai
menstruasi.
Fase Proliferasi (Fase Estrogen) Siklus Endometrium. Pada permulaan setiap
siklus menstruasi, sebagian besar endometrium mengalami
deskuamasi oleh proses menstruasi, setelah menstruasi, hanya
lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada basis endometrium
asli, dan satu satunya sel epitel yang tertinggal terletak pada
bagian dalam sisa sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah
pengaruh estrogen yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


9

selama bagian pertama siklus ovarium, sel sel strome dan sel sel
epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan endometrium
mengalami reepitelisasi dalam tiga sampai tujuh hari setelah
permulaan menstruasi. Selama dua minggu pertama siklus seksual
yaitu, sampai ovulasi tebal endometrium sangat bertambah, karena
peningkatan jumlah sel sel stroma dan karena pertumbuhan
progresif kelenjar kelenjar endometrium dan pembuluh darah ke
dalam endometrium, semua efek ini ditingkatkan oleh estrogen. Pada
saat ovulasi, tebal endometrium sekitar 2 sampai 3 mm.
Fase Sekresi (Fase Progesteron) Siklus Endometrium. Selama separuh terakhir
siklus seksual, progesterone dan estrogen di sekresi dalam jumlah
besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan proliferasi sel
tambahan dan progesterone menyebabkan pembengkakan hebat
dan pembentukan sekresi endometrium. Kelenjar tambah berkelok-
kelok, zat yang diekskresi tertimbun dalam sel epitel kelenjar, dan
kelenjar menyekresi sedikit cairan endometrium. Sitoplasma sel
stroma juga bertambah, lipid dan glikogen banyak mengandap dalam
sel stroma, dan suplai darah kedalam endometrium meningkat lebih
lanjut sebanding dengan aktivitas sekresi yang sedang berkembang.
Tebal endometriumsekitar dua kali waktu sekresi sehingga menjelang
akhir siklus haid, endometrium mempunyai ketebalan 6 sampai 9
mm. Tujuan dari seluruh perubahan endometrium ini adalah untuk
menghasilkan endometrium yang banyak menyekresi dan sangat
banyak mengandung cadangan zat guzi yang dapat memberikan
keadaan yang sesuai untuk implantasi ovum yang telah dibuahi
selama separuh terakhir siklus haid.
Menstruasi sekitar dua hari sebelum akhir siklus haid, sekresi hormon-hormon
ovarium,estrogen dan progesteron, turun dengan tajam sampai
rendah. Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak
progesteron dan estrogen pada akhir siklus hair ovarium. Efek
pertama adalah penurunan rangsangan sel-sel endometrium oleh

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


10

kedua hormon tersebut, diikuti dengan cepat oleh inovolusi


endometrium itu sendiri sampai sekitar 65 % tebal sebelumnya.
Selama 24 jam sebelumnya mulai menstruasi, pembuluh darah yang
menuju ke lapisan mukosa endometrium menjadi vasospastik,
mungkin karena bweberapa efek inovolusi, seperti pengeluaran zat
vasoskonstruktor. Vasospasme dan kehilangan rangsangan
hormonal mulai menimbulkan nekrosis pada endometrium. Sebagai
akibatnya darah merembes dalam lapisan vaskuler endometrium,
area perdarahan mulai terbentuk setelah 24- 36 jam. Lambat laun
lapisan endometrium yang nekrotik terlepas dari uterus tempat
perdarahan, pada 48 jam setelah mulainya menstruasi, semua
lapisan superfisial endometrium telah mengalami deskuamasi dan
darah dalam kubah uterus memulai kontraksi uterus yang
mengeluarkan isi uterus. Selama menstruasi normal, sekitar 35 ml
darah dan 35 ml cairan serosa hilang. Cairan menstruasi ini dalam
keadaan normal tidak membeku, karena fibrinolisin dikeluarkan
bersama dengan endometrium yang nekrotik. Dalam tiga sampai
tujuh hari setelah menstruasi mulai, perdarahan berhenti karena
pada saat ini endometrium sudah mengalami epetelisasi penuh.

Perangsangan Pada Wanita


Perangsang tindakan seksual wanita. Seperti halnya dengan tindakan seksual
pria, penampilan tindakan seksual wanita yang berhasil bergantung pada
perangsang psikis seksual local.
Factor psikis yang merupakan dorongan seksual pada wanita yang sulit
ditafsirkan. Hormone-hormon seks dan hormone korteks adrenal juga, tampaknya
memberi pengaruh langsung pada wanita untuk menimbulkan dorongan seksual.
Tetapi sebaliknya anak wanita yang sedang tumbuh dalam lingkungan modern
sering beranggapan bahwa seks merupakan sesuatu yang harus disembunyikan
dan tak bermoral. Sebagai akibat pendidikan ini basnyak dorongan seks alamaiah
terhambat dan apakah wanita akan mempunyai dorongan seksual yang kecil atayu

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


11

tidak mempinyai dorongan seks (frigiditas) atau akan mempunyai dorongan


seksual yang tinggi sebagian mungkin tergantung pada keseimbangan antara
factor-faktor alamiah dan pendidikan sebelumnya.
Perangsangan seksual lokal pada wanita terjadi kurang lebih sama separti
pada pria, karena pengurutan, iritasi atau perangsangan jenis lain pada daerah
perineum, organ seksual, dan saliran kemih menimbulkan kesan seksual. Klitoris
sangat sensitif untuk memulai kesan seksual. Seperti pada pria, isyarat sensoris
seksual diperantarai segmen sacral medulla spinalis melalui nervus pudendus dan
pleksus sakralis. Setelah isyarat ini masuk medulla spinalis, kemudian ia
dihantarkan ke serebrum. Refleks local juga paling sedikit sebagian bertanggung
jawab akan orgasmus pada wanita yang diintegrasikan pada bagian sacral dan
lumbal medulla spinalis.
Ereksi dan Pelumasan pada wanita. Sekitar introitus dan meluas sampai klitoris
terdapat jaringan erektil yang hampir identik dengan jaringan erektil penis.
Jaringan erektil ini, seperti penis, diatur oleh saraf parasimpatis yang berjalan
melaui nervi erigentesdari pleksus sakralis ke genitalia eksterna. Pada fase
permulaan perangsangan seksual, parasimpatis melebarkan arteri dan
menyempitkan vena vena jaringan erektil, dan hal ini memungkinkan
penimbunan darah dengan cepat pada jaringan erektil sehingga introitus menjepit
penis, hal ini sangat membantu pria mencapai perangsangan seksual yang cukup
untuk timbulnya ejakulasi.
Impuls parasimpatis juga berjalan ke kelenjar Bartolini bilateralyang terletak di
bawah labia minora untuk menyebabkan sekresi mucus dengan tepat di sisi dalam
introitus. Mucus ini bertanggung jawab akan sebagian besar pelumasan selama
hubungan seksual. Pelumasan selanjutnya perlu untuk menimbulkan kesan
pemijatan yang memuaskan waktu hubungan seksual bukan kesan iritasi yang
dapat ditimbulkan oleh vagina yang kering. Kesan pemijatan merupakan jenis
kesan optimum untuk menimbulkan refleks yang sesuai yang memuncakpada
klimak pria dan wanita.
Orgasmus pada Wanita. Bila rangsangan seksual local mencapai intensitas
maksimum, khususnya bila kesan local disokong oleh isyarat bersyarat psikis yang

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


12

sesuai dari serebrum, timbul refleks yang menyebabkan orgasmus pada wanita,
yang juga dinamakan klimaks wanita. Orgasmus pada wanita analog dengan
ejakulasi pada pria, dan mungkin ini penting untuk fertilisasi ovum. Tentu saja
wanita diketahui sedikit lebih vertil bila dibuahi oleh hubungan seksual normal
dibandingkan oleh cara artificial, jadi menunjukan pentingnya fungsi orgasmus
pada wanita. Mungkin efek yang terjadi adalah:
Pertama, selama orgasmus, otot parinemum wanita berkontraksi berirama,
yang mungkin akibat refleks spinal yang sama seperti refleks yang menyebabkan
ejakulasi pada pria. Mungkin ini juga merupakan refleks yang sama meningkatkan
pergerakan uterus dan tuba fallopi waktu orgasmus, jadi membantu transport
sperma ke ovum tetapi sedikit informasi mengenai subjek ini.
Kedua, pada banyak binatang rendah, kopulasi menyebabkan kelenjar hipofisis
posterior menyekresi oksitosin, efek ini mungkin di perantarai melalui nuclei
amikdala dan kemudian melalui hipotalamus ke hipofisis. Oksitosin selanjutnya
menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus, yang juga dianggap
menyebabkan transport cepat sperma. Sperma telah terbukti berjalan sepanjang
tuba fallopii sapi sekitar lima menit, suatu kecepatan yang besarnya paling sedikit
10 kali kecepatan yang dapat dilakukan sperma itu sendiri. Apakah hal ini terjadi
pada manusia atau tida, tidak diketahui.
Selain efek orgasmus pada fertilisasi, kesan seksual mendalam yang timbul
waktu orgasmus juga melalui serebrum sedemikian rupa sehingga mengakibatkan
perasaan puas yang ditandai oleh perasaan tenteram dan damai, suatu efek yang
dinamai resolusi.

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


13

FERTILITAS PADA WANITA


Periode Fertil Setiap Siklus seksual. Ovum tetap dapat hidup dan mampu
dibuahi setelah ia dikeluarkan dari ovarium mungkin tidak lebih dari 24 jam. Oleh
karena itu, sperma harus ada segera setelah ovulasi agar vertilisasi dapat
berlangsung. Sebaliknya, beberapa sperma dapat tetap hidup pada saluran
reproduksi wanita sampai 72 jam, walaupun bagian terbesar tak lebih dari 24 jam.
Oleh karena itu, agar fertilisasi dapat terjadi, hubungan seksual biasanya harus
terjadi antara satu hari sebelum ovulasi sampai satu hari setelah ovulasi.
Metode kontrasepsi berirama, salah satu cara kontrasepsi yang sering
digunakan adalah menghindari hubungan seksual dekat saat ovulasi. Kesukaran
dengan cara kontrasepsi ini adalah tidak mungkin meramalkan waktu ovulasiyang
tepaqt. Namun interval dari ovulasi sampai munculnya menstruasi berikutnya
hamper selalu antara 13-15 hari dengan kata lain, bila periodisitas siklus
menstruasi berikutnya adalah 28 hari, ovulasi biasanya terjadi dalam hari ke 14
siklus haid.sebaliknya bila siklus periodisitas haid adalah 40 hari,ovulasi biasanya
terjadi dalam satu hari dari hari ke 26 siklus haid. Sehingga jika periodisitas siklus
haid 21 hari, biasanya ovulasi terjadi dalam satu hari dari hari ke 7 siklus haid.
Oleh karena itu biasanya dikemukakan bahwa menghindari dalam 4 hari sebelum
dan 3 hari sesudah ovulasi yang dihitung mencegah konsepsi.cara kontrasepsi
seperti ini hanya dapat digunakan bila periodisitas siklus menstruasi teratur,
karena bila tidak, tidak mungkin menentukan timbulnya menstruasi yang akan
dating . sehingga tidak mungkin menetukan hari ovulasi.
Penekanan hormonal pada fertilitas pil. Telah lama diketahui bahwa
pemberian estrogen atau progesterone, dalam jumlah mencukupi dapat
menhambat ovulasi. Walaupun mekanisme tepat efek i ni belum jelas, telah
diketahui bahwa adanya salah satu atau kedua hormone tersebut dalam jumlah
mencukupi, maka hipotalamus tidak dapat mengekskresi gelora LH-releasing

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


14

factor yang normal dan prodik perangsannya LH, yang biasanya terjadi sekitar 13
hari setelah mulainya siklus seksual bulanan. Dari pembicaraan fenomena ini pada
permulaan bab ini, diingatkan kembali bahwa gelora LH penting untuk
menimbulkan ovulasi.
Masalah pada meremcanakan cara penekanan hormonal pada ovulasi telah
mengembangkan kombinasi yang sesuai antara estyrogen dan progesterone yang
akan menekan ovulasi tapi tidak akan menimbulkan efek-efek yang tidak
diinginkan oleh kedua hormone. Misalnya terlau banyak salah satunya dapat
menyebabkan kelainan pasda pola perdarahan menstruasai. Akan tetapi
mengguanakan progrestin sintetik dalam menggantikan progesterone, khususnya
19 non steroid, disertai dengan estrogren biasanya akan mencegah ovulasi dan
memungkinkan memberikan pola menstruasi yang hamper normal. Oleh karena
itu, hamper semua pil yang digunakan untuk mengatur fertilitas terdiri dari
beberapa gabungan estrogen sintetik dan progestin sintetik. Alas an utama untuk
menggunakan estrogen sintetik dan progestin sintetik adalah bahwa hormone
hormone alamiah hamper seluruhnya dirusak oleh hati segera setelah mereka
diabsorpsi dari saluran pencernaan masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak
pencernaan masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak hormon sintetik dapat tahan
terhadapa kecenderungan destruktif hati ini, jadi memungkinkan pemberian oral.
Pengobatan biasanya dimulai pada stadium permulaan siklus seksual wanita
dan diteruskan sampai melewati saat ovulasi yang normal diperkirakan akan
terjadi. Kemudian dihentikan menjelang akhir siklus, memungkinkan menstruasi
terjadi dan siklus baru timbul lagi.
Paduan oral kontrasepsi juga telah dirancang dengan menggunakan
ekstrrogen dan progesteron dosis sangat rendah. Dalam hal ini sering terjadi
ovulasi, tetapi efek lain yang mencegah konsepsi. Efek ini adalah 1. waktu
transport yang abnormal melalui tuba falopi ( waktu yang biasanya dibutuhkan
hampir pasti 3 hari ) sehingga implintasi tidak akan terjadi ; 2. perkembangan
abnormal endometrium sehingga endometrium tidak menyokong ovum yang telah
dibuahi; 3. sifat mukoserviks yang abnormal, membuat ia mematikan sperma atau
dengan cara lain mematikan sperma ke dalam uterus; 4. kontraksi abnormal tuba

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS


15

fallopi dan otot uterus sehingga ovum akan dikeluarkan bukan mengalami
implantasi .
Anovulasi dan Sterilitas Wanita. Sekitar satu dari setiap enam sampai sepuluh
pasangan adalah invertil; sekitar 60 prosen invertilitas ini disebabkan karena
sterilitas pada wanita.
Kadang-kadang, tidak ada kelainan apapun dapat ditemukan pada organ
genitalia wanita, pada keadaan harus dianggap bahwa invertilitas disebabkan
karena fun gsi fisiologis sistim gemitalia ya ng abnormal atau kelainan
perkembangan genetic dari ovum sendiri.
Akan tetapi, sejauh ini mungkin penyebab tersering sterilitas pada wanita
adalah kegagalan ovulasi. Hal ini dapat akibat hiposekresi hormone gonadotropin,
pada kasus ini intensitas perangsangan hormonal tidak cukup menyebabkan
ovulasi, atau dapat diakibatkan dari kelainan ovaraium yang tidak memungkinkan
terjadinya ovulasi. Misalnya, kapsula yang tebal terkadang terdapat pada bagian
ovarium yang menghalangi ovulasi.
Tidak ada ovulasi yang disebabkan oleh hilabgnya hiposekresi hormon
gonadotropin hipogfisis dapat diobati dengan pemberian gonatropik kronik
manusia, suatu hormone yang akan dibicarakan pada bab berikutnya dan yang
kan diekstrak dari plasent a manusia. Homon ini, walau diekskresi oleh plesenta,
mempunyai efek yang hampir sama seperti hormoon luteinasi dan karena itu
merupakan perangsang ovulasi yang kuat. Tetapi pemakaian hormone ini secara
berlebihan dapat menyebabkan ovulasi banyak folikel secara stimulant: dan hal ini
dapat menyebabkan kelainan ganda. Sebanyak enam anak terlah dilahirkan oleh
ibu yang diobati dengan hormone ini untuk infertilitas.

Fisiologi Reproduksi Manusia / Simon Sani Kleden, SKep, NS

Anda mungkin juga menyukai