Fisiologi Reproduksi
Fisiologi Reproduksi
Pendahuluan
pria dan wanita terutama tergantung pada kromosom tunggal (Kromosom Y) dan
pasangan tunggal struktur endokrin yaitu testis dalam pria dan Ovarium dalam
wanita. Kedua struktur endokrin ini lebih sering dikenal dengan sel Gonad
(Gonad laki laki : Testis dan gonad perempuan: Ovarium). Organ ini juga
perkembangan sifat kelamin pria dan wanita. Produksi hormone ini dikendalikan
maka keberhasilan hidup dan keturunan umat manusia tetap dipertahankan dan
berlangsung hingga saat ini. Ada banyak factor yang berperan serta dan
mempengaruhi semuanya ini, baik dari organ pelengkap pria maupun wanita .
Dalam Makalah ini akan membahas tentang fisiologi reproduksi pada pria dan
Wanita.
Bladder
Pubis
Rectum
Saluran Anus
Vesica Prostat
Bulbus Penis
Seminalis Urethra
Vas
deferens
Epididimis Penis
Glans
penis
Scrotu Preputiu
mr m
Testis
Spermatogenesis :
Rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulis
seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah
menjadi spermatozoa yang bebas. Terjadi dalam tubulus seminiferus
selama kehidupan seks aktif, mulai rata rata pada usia 13 tahun,
akibat perangsangan hormone gonadotropin adenohipofise. Terdiri tiga
tahap : spermatositogenesis, meiosis dan spermiogenesis. Ketiga tahap
ini berlangsung sekitar 75 hari.
Spermatositogenesis Pembelahan spermatogonia agar tetap tersedia
sel yang akan berkembang menjadi spermatosit
primer. (Tahap I )
Meiosis Merupakan rangkaian dua peristiwa pembelahan
untuk mengurangi jumlah kromosom dari diploid
menjadi haploid yang menghasilkan spermatid.
(Tahap II)
Spermiogenesis Merupakan peristiwa perkembangan dan perubahan
dari spermatid menjadi spermatozoa yang dilepas
kedalam lumen tubulus seminiferus. Saat ini
spermatozoa masih non motil. (Tahap III)
Spermatogenesis:
Spermatogonia Kromosom
Spermatosit Primer 46
Spermatosit sekunder 46
Spermatid 23
Spermatozoa 23
23
melalui media cair. Sperma yang normal cendrung bergerak dalam garis
rotasi lurus. Aktivitas pserma diperbesar pada media notral dan sedikit
basah. Pada media yang sedikit asam atau asam kuat dapat
menyebabkan kematian sperma. Dalam saluran genitalia wanita
sperma mempunyai kemampuan hidup 1 4 hari.
Akrosom
Membran Permukaan
Selubung Kepala Anterior
Vakuola
Mitokondria
selama bagian pertama siklus ovarium, sel sel strome dan sel sel
epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan endometrium
mengalami reepitelisasi dalam tiga sampai tujuh hari setelah
permulaan menstruasi. Selama dua minggu pertama siklus seksual
yaitu, sampai ovulasi tebal endometrium sangat bertambah, karena
peningkatan jumlah sel sel stroma dan karena pertumbuhan
progresif kelenjar kelenjar endometrium dan pembuluh darah ke
dalam endometrium, semua efek ini ditingkatkan oleh estrogen. Pada
saat ovulasi, tebal endometrium sekitar 2 sampai 3 mm.
Fase Sekresi (Fase Progesteron) Siklus Endometrium. Selama separuh terakhir
siklus seksual, progesterone dan estrogen di sekresi dalam jumlah
besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan proliferasi sel
tambahan dan progesterone menyebabkan pembengkakan hebat
dan pembentukan sekresi endometrium. Kelenjar tambah berkelok-
kelok, zat yang diekskresi tertimbun dalam sel epitel kelenjar, dan
kelenjar menyekresi sedikit cairan endometrium. Sitoplasma sel
stroma juga bertambah, lipid dan glikogen banyak mengandap dalam
sel stroma, dan suplai darah kedalam endometrium meningkat lebih
lanjut sebanding dengan aktivitas sekresi yang sedang berkembang.
Tebal endometriumsekitar dua kali waktu sekresi sehingga menjelang
akhir siklus haid, endometrium mempunyai ketebalan 6 sampai 9
mm. Tujuan dari seluruh perubahan endometrium ini adalah untuk
menghasilkan endometrium yang banyak menyekresi dan sangat
banyak mengandung cadangan zat guzi yang dapat memberikan
keadaan yang sesuai untuk implantasi ovum yang telah dibuahi
selama separuh terakhir siklus haid.
Menstruasi sekitar dua hari sebelum akhir siklus haid, sekresi hormon-hormon
ovarium,estrogen dan progesteron, turun dengan tajam sampai
rendah. Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak
progesteron dan estrogen pada akhir siklus hair ovarium. Efek
pertama adalah penurunan rangsangan sel-sel endometrium oleh
sesuai dari serebrum, timbul refleks yang menyebabkan orgasmus pada wanita,
yang juga dinamakan klimaks wanita. Orgasmus pada wanita analog dengan
ejakulasi pada pria, dan mungkin ini penting untuk fertilisasi ovum. Tentu saja
wanita diketahui sedikit lebih vertil bila dibuahi oleh hubungan seksual normal
dibandingkan oleh cara artificial, jadi menunjukan pentingnya fungsi orgasmus
pada wanita. Mungkin efek yang terjadi adalah:
Pertama, selama orgasmus, otot parinemum wanita berkontraksi berirama,
yang mungkin akibat refleks spinal yang sama seperti refleks yang menyebabkan
ejakulasi pada pria. Mungkin ini juga merupakan refleks yang sama meningkatkan
pergerakan uterus dan tuba fallopi waktu orgasmus, jadi membantu transport
sperma ke ovum tetapi sedikit informasi mengenai subjek ini.
Kedua, pada banyak binatang rendah, kopulasi menyebabkan kelenjar hipofisis
posterior menyekresi oksitosin, efek ini mungkin di perantarai melalui nuclei
amikdala dan kemudian melalui hipotalamus ke hipofisis. Oksitosin selanjutnya
menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus, yang juga dianggap
menyebabkan transport cepat sperma. Sperma telah terbukti berjalan sepanjang
tuba fallopii sapi sekitar lima menit, suatu kecepatan yang besarnya paling sedikit
10 kali kecepatan yang dapat dilakukan sperma itu sendiri. Apakah hal ini terjadi
pada manusia atau tida, tidak diketahui.
Selain efek orgasmus pada fertilisasi, kesan seksual mendalam yang timbul
waktu orgasmus juga melalui serebrum sedemikian rupa sehingga mengakibatkan
perasaan puas yang ditandai oleh perasaan tenteram dan damai, suatu efek yang
dinamai resolusi.
factor yang normal dan prodik perangsannya LH, yang biasanya terjadi sekitar 13
hari setelah mulainya siklus seksual bulanan. Dari pembicaraan fenomena ini pada
permulaan bab ini, diingatkan kembali bahwa gelora LH penting untuk
menimbulkan ovulasi.
Masalah pada meremcanakan cara penekanan hormonal pada ovulasi telah
mengembangkan kombinasi yang sesuai antara estyrogen dan progesterone yang
akan menekan ovulasi tapi tidak akan menimbulkan efek-efek yang tidak
diinginkan oleh kedua hormone. Misalnya terlau banyak salah satunya dapat
menyebabkan kelainan pasda pola perdarahan menstruasai. Akan tetapi
mengguanakan progrestin sintetik dalam menggantikan progesterone, khususnya
19 non steroid, disertai dengan estrogren biasanya akan mencegah ovulasi dan
memungkinkan memberikan pola menstruasi yang hamper normal. Oleh karena
itu, hamper semua pil yang digunakan untuk mengatur fertilitas terdiri dari
beberapa gabungan estrogen sintetik dan progestin sintetik. Alas an utama untuk
menggunakan estrogen sintetik dan progestin sintetik adalah bahwa hormone
hormone alamiah hamper seluruhnya dirusak oleh hati segera setelah mereka
diabsorpsi dari saluran pencernaan masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak
pencernaan masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak hormon sintetik dapat tahan
terhadapa kecenderungan destruktif hati ini, jadi memungkinkan pemberian oral.
Pengobatan biasanya dimulai pada stadium permulaan siklus seksual wanita
dan diteruskan sampai melewati saat ovulasi yang normal diperkirakan akan
terjadi. Kemudian dihentikan menjelang akhir siklus, memungkinkan menstruasi
terjadi dan siklus baru timbul lagi.
Paduan oral kontrasepsi juga telah dirancang dengan menggunakan
ekstrrogen dan progesteron dosis sangat rendah. Dalam hal ini sering terjadi
ovulasi, tetapi efek lain yang mencegah konsepsi. Efek ini adalah 1. waktu
transport yang abnormal melalui tuba falopi ( waktu yang biasanya dibutuhkan
hampir pasti 3 hari ) sehingga implintasi tidak akan terjadi ; 2. perkembangan
abnormal endometrium sehingga endometrium tidak menyokong ovum yang telah
dibuahi; 3. sifat mukoserviks yang abnormal, membuat ia mematikan sperma atau
dengan cara lain mematikan sperma ke dalam uterus; 4. kontraksi abnormal tuba
fallopi dan otot uterus sehingga ovum akan dikeluarkan bukan mengalami
implantasi .
Anovulasi dan Sterilitas Wanita. Sekitar satu dari setiap enam sampai sepuluh
pasangan adalah invertil; sekitar 60 prosen invertilitas ini disebabkan karena
sterilitas pada wanita.
Kadang-kadang, tidak ada kelainan apapun dapat ditemukan pada organ
genitalia wanita, pada keadaan harus dianggap bahwa invertilitas disebabkan
karena fun gsi fisiologis sistim gemitalia ya ng abnormal atau kelainan
perkembangan genetic dari ovum sendiri.
Akan tetapi, sejauh ini mungkin penyebab tersering sterilitas pada wanita
adalah kegagalan ovulasi. Hal ini dapat akibat hiposekresi hormone gonadotropin,
pada kasus ini intensitas perangsangan hormonal tidak cukup menyebabkan
ovulasi, atau dapat diakibatkan dari kelainan ovaraium yang tidak memungkinkan
terjadinya ovulasi. Misalnya, kapsula yang tebal terkadang terdapat pada bagian
ovarium yang menghalangi ovulasi.
Tidak ada ovulasi yang disebabkan oleh hilabgnya hiposekresi hormon
gonadotropin hipogfisis dapat diobati dengan pemberian gonatropik kronik
manusia, suatu hormone yang akan dibicarakan pada bab berikutnya dan yang
kan diekstrak dari plasent a manusia. Homon ini, walau diekskresi oleh plesenta,
mempunyai efek yang hampir sama seperti hormoon luteinasi dan karena itu
merupakan perangsang ovulasi yang kuat. Tetapi pemakaian hormone ini secara
berlebihan dapat menyebabkan ovulasi banyak folikel secara stimulant: dan hal ini
dapat menyebabkan kelainan ganda. Sebanyak enam anak terlah dilahirkan oleh
ibu yang diobati dengan hormone ini untuk infertilitas.