A. PENGERTIAN
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang
prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi
limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%,
sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA
adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B.
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
1
kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6
bulan.
b. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
1) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit
2
2) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan
penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.
c. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
FAB (French-American-British) dibuat klasifikasi LLA berdasarkan
sebagai berikut:
1) L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin
dan bervakuolisasi
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
3
a. Keturunan
1) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
khususnya ALL.
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
4
hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang
dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk produk minyak,
AML.
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan jug leukemia (ANLL) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada
kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang
selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga
pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para
5
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA .
D. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit
atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah
normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum
tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah
(myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi
sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan
dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang. ALL
meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan
dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel
stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid
dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang
6
menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur,
pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, seizures dan
gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat
kekurangan makanan.
E. PATWAY
7
F. MANIFESTASI KLINIS
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda
dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan
8
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia),
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah
gramnegatif usus
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,
muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan
perubahan statusmental.
G. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
9
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
6. PT/PTT : memanjang
mielomonositik.
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih
dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah
ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm 3 darah. Demam dan
10
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat
kemoterapi.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada
diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri
dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan
11
biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan
sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel
leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah
penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat
jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi
bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid
12
diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid
Penatalaksanaan lain:
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau
13
cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui
besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih
rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
14
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai
remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid
kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon
tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah
mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
15
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya
harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
memadai.
5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
7. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten
16
8. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (10 5 - 106), imunoterapi mulai
dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara
ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia,
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut,
dosis biasa.
d) Reinduksi
17
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama
10-14 hari.
e) Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk
(Carpenito, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Aster, Jon. 2011. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi
Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2010 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
Soparman dan Sarwono. 2008. Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: Balai Peberbit FKUI.
18
Wong, Donna L. 2010. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol 2. Jakarta: Penerbit
19