Anda di halaman 1dari 7

RMK

CORPORATE GOVERNANCE
SAP 2 DAN SAP 3

TEORI YANG MENDASARI GCG, ALASAN DIPERLUKANNYA GCG,


MANFAAT GCG & TINJAUAN PRINSIP-PRINSIP GCG
Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

EMA 469 C2
KELOMPOK 5

Putu Nesy Swendriani (1506305029/ Absen 06)


Ni Wayan Dhevi Sukma Dewi (1506305062/ Absen 13)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
1. Teori Yang Mendasari Good Corporate Governance, Alasan Diperlakukannya Good
Corporate Governance, dan Manfaat Good Corporate Governance
1.1 Teori-Teori Yang Mendasari Good Corporate Governance
Perusahaan terdiri dari serangkaian kontrak (the nexus of contract) antara berbagai
pihak sehingga menimbulkan hubungan yang sangat kompleks dalam perusahaan.
Penerapan Corporate Governance membantu menyelaraskan dan menyatukan berbagai
pihak yang memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan, agar bersama-sama
berkolaborasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Terdapat beberapa teori yang mendasari
Good Corporate Governance, yaitu:
1. Teori Entittas (Entity Theory)
Teori entitas ini memandang pemegang saham (baik pemegang saham biasa dan
istimewa) sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori
entitas mengasumsikan terjadiya pemisahaan antara kepentingan pribadi pemilik
ekuitas (pemegang saham) dengan entitas bisnisnya (perusahaan). Kreditor dianggap
pihak luar dan pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen.
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional yang lebih
memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemegang
saham dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract. Implikasi teori keagenan terhadap
konsep Corporate Goverance yaitu dengan adanya pemberian insentif dan melakukan
monitoring (pengawasan).
3. Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)
Stewardship theory mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang baik
bagi perusahaan. Teori ini dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia
yakni manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggungjawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Manajer sebagai
pihak yang melayani perusahaan akan bekerjasama dan sangat dekat hubungannya
dengan pemegang saham utuk mencapai tujuan bersama.
1
4. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)
Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih
baik kepada pemegang saham biasa untuk pengambilan keputusan investasi. Konsep
ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi. Pemegang
saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen yang dibagikan untuk
mereka dipandang sebagai biaya. Persamaan akuntansi untuk mencerminkan konsep
ini adalah sebagai berikut: Aset Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual
5. Teori Dana (Fund Theory)
Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Teori
ini memandang bahwa kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebagai
kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri. Sumber keuangan untuk pelaksaan kegiatan
yang dilaporkan sebagai dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain,
sehingga diperlukan sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi dan
laporan keuangan untuk pelaporan kesatuan dana tersebut. Teori Dana dapat
dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut: Aset = Pembatasan penggunaan
asset.
6. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Teori pemangku kepentingan mengartikan suatu organisasi sebagai kesepakatan
multilateral antara perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Teori ini menjelaskan
bahwa direktur dan manajer perusahaan harus dapat memenuhi harapan semua
stakeholder bukan hanya pemilik perusahaan saja untuk dapat menciptakan
keberlanjutan (sustainablity) kesejahteraan ekonomi.
7. Teori Kontrak (Contracting Theory)
Teori kontrak menjelaskan hubungan kontraktual yang terjadi di masyarakat,
termasuk karyawan dengan manajer, bank dengan nasabah, yang berpotensi memicu
konflik kepentingan sehingga kontrak harus dirancang secara tepat dan sesuai untuk
memastikan semua pihak memperoleh manfaat dari kontrak tersebut. Semua pihak
yang terlibat dalam kontrak harus memiliki kontrak tertulis atau lisan yang memberikan
manfaat saling menuntungankan satu sama lain. Implikasi teori ini bagi CG yakni
adanya kebijakan remunerasi bagi eksekutif (OJK, 2014).

2
8. Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction Theory)
Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu
bersifat terbatas (bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme.
Rasionalitas individu dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon karena pada dasarnya
seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki informasi yang lengkap tentang
kejadian masa yang akan datang untuk memprediksi dengan sempurna kejadian masa
depan. Dengan demikian akan diperlukan biaya dan pengawasan dalam melakukan
kontrak yang tidak sempurna. Sedangkan sifat oportunisme individu juga
mempengaruhi kontrak terutama sebelum terjadi kontrak dan sesudah terjadi kontrak.
1.2 Alasan Diperlukannya Good Corporate Governance
Pada dasarnya, GCG merupakan hal yang sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan.
Dengan GCG perusahaan akan mendapatkan berbagai manfaat yang dapat membawa
perusahaan tersebut ke arah yang lebih baik. Alasan dari perlunya Good Corporate
Governance di dalam perusahaan adalah GCG dapat menciptakan nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder). Dari berbagai alasan mengenai pentingnya
penerapan GCG di perusahaan, pada dasarnya GCG diperlukan karena perusahaan akan
dapat menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi pemegang saham maupun pemangku
kepentingan lainnya, termasuk meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong
terciptanya pasar modal yang kuat dan efisien. Good Corporate Governance yang baik
merupakan kunci untuk pasar keuangan global, integritas perusahaan, lembaga keuangan
dan pasar, pusat kesehatan dan stabilitas ekonomi.
1.3 Manfaat Good Corporate Governance
Penerapan good corporate governance tidak hanya melindungi kepentingan para
investor saja tetapi juga akan dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan
bagi perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan perusahaan. Berbagai manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dengan penerapan good corporate governance dapat disebut antara lain:
1. Dengan penerapan good corporate governance perusahaan dapat meminimalkan
agency cost.
2. Perusahaan dapat meminimalkan cost of capital.

3
3. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung
secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat.
4. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-
kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak
direksi dalam pengelolaan perusahaan.
5. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya
kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi.
6. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan sebagai salah
satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi
dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
7. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para
stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan
naik.
8. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan perusahaan.

2. Tinjauan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance


Kesuksesan dari suatu perusahaan dalam mencapai kinerja yang maksimal dan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholdernya merupakan hasil dari implementasi prinsip yang
kuat. Berikut merupakan lima prinsip GCG menurut KNKG (Komite Nasional Kebijakan
Governance), yaitu:
2.1 Transparansi (Transparency)
Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahan. Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangan-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

4
2.2 Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan manajemen perusahaan kepada pihak
yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggungjawaban. Perusahaan harus
dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
2.3 Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip responsibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada stakeholder
dan masyarakat. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.
2.4 Independensi (Independency)
Prinsip independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu
keharusan organ-organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik
tanpa tekanan atau intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya
menguntungkan pihak tertentu saja. Hal ini menyebabkan masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Dalam
mekanisme GCG untuk menjamin adanya independensi maka perlu adanya pengawasan
dalam perusahaan dengan komisaris yang independen yang dibantu oleh komite audit.
2.5 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.
Penegakan prinsip fairness ini terutama ditujukan kepada pemegang saham mayoritas
maupun minoritas. Perlunya keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas agar tidak
ada kelompok pemilik yang dirugikan sehingga antara pemegang saham dan pemangku
kepentingan harus berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.
5
DAFTAR PUSTAKA

Dwiridotjahjono, Jojok. 2010. Penerapan Good Governance: Manfaat dan Tantangan Serta
Kesempatan Bagi Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis (2009),
Vol.5, No.2:hal. 101 102. Universitas Pembangunan Nasional, Jawa Timur
Putri ,I Gusti Ayu Made Asri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen30 halaman
    Bab 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Poin 2 Dan 3
    Poin 2 Dan 3
    Dokumen6 halaman
    Poin 2 Dan 3
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Sap 12
    Sap 12
    Dokumen16 halaman
    Sap 12
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen7 halaman
    Materi 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • RMK Bab 11
    RMK Bab 11
    Dokumen7 halaman
    RMK Bab 11
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat