Anda di halaman 1dari 6

RMK

CORPORATE GOVERNANCE
SAP 7

PERANAN INVESTOR INSTITUSIONAL, INVESTOR ASING, DAN


KREDITUR, SERTA KASUS PT KALTIM PRIMA COAL
Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

EMA 469 C2
KELOMPOK 4

Putu Nesy Swendriani (1506305029/ Absen 06)


Ni Wayan Dhevi Sukma Dewi (1506305062/ Absen 13)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
1. Peranan Investor Institusional, Investor Asing, dan Kreditur
1.1 Peranan Investor Institusional
Cara investor institusional untuk berperan serta dalam mendorong penerapan
GCG adalah dengan investasi yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan
investasi yang bertanggung jawab adalah dengan membuat kebijakan hanya akan
melakukan penempatan investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan
GCG, dan tentu secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan
investasi. Dengan cara ini, institusi tersebut bertanggung jawab terhadap masyarakat
karena penempatan yang salah menjadi lebih keccil, dan di lain pihak perusahaan
yang sahamnya menjadi lirikan investor dan masuk dalam dafta saham yang desirable
atau ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh hal ini akan menaikan nilai saham yang
secara tidak langsung juga menaikan nilai perusahaan.
Tentu untuk bisa menerapkan investasi yang bertanggung jawab dibutuhkan
usaha tambahan oleh investor institusional, karena harus ada fungsi di dalam institusi
tersebut yang bertanggung jawab melakukan analisis secara berkesinambungan
terhadap penerapan GCG perusahaan-perusahaan target dengan menggunakan acuan
yang benar sebagai dasar penerapan GCG. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika
memang sudah menjadi sebuah itikad dalam melakukan investasi yang bertanggung
jawab, dalam mengelola dana masyarakat.
Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika memang sudah menjadi sebuah itikad
dalam melakukan investasi yang bertanggungjawab, dalam mengelola dana
masyarakat. Sebagai contoh, CalPERS (California Public Employees Retirement
System) adalah suatu organisasi pengelola dana pensiun yang dibentuk pada tahun
1932 di Amerika untuk mengelola manfaat pensiun dan kesehatan bagi pegawai
negeri di negara bagian California (jika melihat fungsinya, kurang lebih, bisa kita
sejajarkan dengan Taspen atau Jamsostek di Indonesia), dan saat ini memiliki lebih
dari 1,3 juta anggota dengan total dana kelolaan senilai US$ 218 milyar per Oktober
2010. CalPERS percaya bahwa penerapan GCG akan memberikan kinerja investasi
yang lebih baik, dan dalam upaya melindungi investornya (nasabah yang dikelola
dananya oleh CalPERS), maka institusi tersebut hanya mau melakukan penempatan

2
investasi pada perusahaan yang telah lulus seleksi penerapan GCG. CalPERS
melakukan review terhadap kinerja perusahaan tersebut, melihat indikator
pengembalian (investment return) untuk periode 1, 3 dan 5 tahun terakhir dan
melakukan pembandingan dengan indeks umum dan spesifik untuk industri terkait;
kemudian CalPERS juga melakukan review terhadap indikator governance seperti
antara lain independensi dewan, mekanisme pengangkatan anggota dewan,
kompensasi eksekutif, keragaman kemampuan anggota dewan, pelaksanaan
manajemen risiko, serta isu terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan pada
perusahaan. Perusahaan yang gagal memenuhi standar penilaian, tidak akan dijadikan
target investasi; dan bukan hanya itu, CalPERS juga mengumumkan dalam
websitenya nama-nama perusahaan yang masuk dalam daftar yang lolos sensor
penerapan GCG dan nama-nama perusahaan yang dikeluarkan dari daftar tersebut
karena dianggap sudah tidak lagi menerapkan GCG; daftar ini pun diperbaharui
secara berkala. Sehingga, hasil analisis mereka bisa dilihat oleh publik, dan dapat
memiliki dampak antara lain, menunjukkan pemenuhan tanggung jawab fidusia
mereka kepada para investor/nasabah yang dananya dikelola; dan daftar tersebut
dapat digunakan sebagai acuan oleh investor lain dalam memilih perusahaan target
investasi. Jika daftar tersebut digunakan sebagai acuan oleh pihak lain, tentunya
perusahaan yang masuk daftar akan senang, tapi tidak demikian dengan perusahaan
yang tidak masuk daftar atau bahkan dikeluarkan dari daftar, karena berarti publik
dapat menilai ada sesuatu yang tidak baik dalam pengelolaan perusahaan tersebut,
serta bisa mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar.
Jadi ini saatnya bagi investor untuk melakukan investasi yang bertanggung jawab,
bukan saja hal ini merupakan refleksi dari penerapan GCG, namun juga mendorong
penerapan GCG perusahan-perusahaan di Indonesia.

1.2 Peranan Investor Asing


Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder,
semakin besar kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap
keinginan stakeholdernya.

3
Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas pertanggungjaawaban
terhadap sosial dan lingkungan atas aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut.
Perusahaan yang berbasis asing kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih
banyak dibanding perusahaan berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga
lebih besar dan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar juga. Hal
tersebut mengakibatkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
1) Investasi asing akan menciptakan perusahaan-perusahaan baru, memperluas
pasar atau merangsang penelitian dan pengembangan teknologi lokal yang baru.
2) Investasi asing akan meningkatkan daya saing industri ekspor, dan merangsang
ekonomi lokal melalui pasar kedua (sektor keuangan) dan ketiga (sektor
jasa/pelayanan).
3) Investasi asing akan meningkatkan pajak pendapatan dan menambah pendapatan
lokal/nasional, serta memperkuat nilai mata uang lokal untuk pembiayaan impor.
4) Pembayaran utang adalah esensial untuk melindungi keberadaan barang-barang.
finansial di pasar internasional dan mengelola integritas sistem keuangan. Kedua
hal ini, sangat krusial uuntuk kelangsungan pembangunan.
5) Sebagian besar negara-negara dunia ketia tergantung pada investasi asing untuk
menyediakan kebutuhan modal bagi pembangunan karena sumberdaya-
sumberdaya lokal tidak tersedia atau tidak mencukupi.
6) Para penganjur investasi asing berargumen bahwa sekali investasi asing masuk,
maka hal itu akan menjadi batu alas bagi masuknya investasi lebih banyak lagi,
yang selanjutnya menjadi tiang yang kokoh bagi pembangunan ekonomi
keseluruhan.

1.3 Peranan Kreditur


Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk
memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Dengan semakin tinggi
leverage, yang mana akan menambahbeban untuk program corporate social
responsibility menjadi terbatas atau semakin tinggi leverage, maka semakin rendah
program CSR.

4
Kreditur dalam hal ini contohnya bank, bank harus dapat menilai apakah
perusahaan yang mengajukan permintaan kredit mampu mengembalikan pinjaman
atau tidak. Kreditur akan menolak usulan kredit dari suatu perusahaan bila informasi
akuntansi perusahaan itu meragukan atau tidak menunjukkan perkembangan yang
positif.

5
DAFTAR PUSTAKA

Putri ,I Gusti Ayu Made Asri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.
Putri, Kartika Eka. 2015. CSR, Peran Investor, dan Kreditur.
https://www.scribd.com/doc/289452113/CSR-Peran-Investor-dan-Kreditur. Diakses
pada 7 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap 12
    Sap 12
    Dokumen16 halaman
    Sap 12
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen30 halaman
    Bab 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Poin 2 Dan 3
    Poin 2 Dan 3
    Dokumen6 halaman
    Poin 2 Dan 3
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • RMK Bab 11
    RMK Bab 11
    Dokumen7 halaman
    RMK Bab 11
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen7 halaman
    Materi 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat