Anda di halaman 1dari 2

Apa Benar Penguasaan Energi oleh Asing Bermanfaat Bagi Rakyat?

Energi bagi sebuah negara merupakan denyut nadi dan nyawa untuk menggerakkan segala bidang
kehidupan. Jika energi suatu negara dikuasai negara lain, maka negara tidak mempunyai kedaulatan. Baik
di mata rakyat, maupun di kancah internasional.
Pengelolaan energi menuai polemik yang mengarah pada liberalisasi Migas, terlebih saat Ketua Asosiasi
Perminyakan Indonesia (API) Elisabeth Proust menyatakan ada salah persepsi dari publik bahwa industri
migas didominasi perusahaan asing sehingga tidak menghasilkan banyak manfaat bagi bangsa Indonesia.
(kompas.com, 6/12).
Faktor Ekonomi
Peran asing dalam megelola energi mengalami defisit perdagangan minyak dari tahun ke tahun.
Defisit perdagangan minyak meningkat empat kali lipat dari USD 4,02 miliar pada 2009 menjadi USD18,93
miliar di 2011. Defisit neraca perdagangan minyak Indonesia tahun 2012 naik sekitar 10% dibandingkan
tahun lalu yang sebesar US$ 18,93 miliar.
Defisit neraca perdagangan minyak Indonesia akan terus bertambah selama masih menjadi importer
minyak. Defisit neraca perdagangan minyak akan bertambah jika konsumsi bahan bakar minyak terus
bertambah dan tidak ada peningkatan produksi dalam negeri. Setiap pertumbuhan ekonomi 6% hingga 7%,
konsumsi bahan bakar akan naik setidaknya 10%.
Defisit neraca minyak Indonesia akan lebih besar jika terjadi gejolak harga minyak di pasar
internasional. Data Kementerian ESDM 2010 menunjukkan bahwa minyak bumi masih merupakan sumber
energi terbesar dengan 46,9 persen disusul batu bara (26,4 persen) dan gas (21,3 persen).
Mewujudkan Perpres 5/2006 membutuhkan peningkatan signifikan produksi gas. Peningkatan
terbesar terjadi pada bahan bakar mineral US$ 254,2 juta. Sementara untuk ekspor migas naik 7,87 persen
dari US$ 2,770 juta pada September 2012 menjadi US$ 2,988 juta pada Oktober 2012.
Pola perdagangan gas cukup menarik dengan ekspor meningkat dua kali lipat dari USD9,8 miliar pada 2009
menjadi USD18 miliar pada 2011, tapi impor gas meningkat empat kali lipat dari USD438 juta menjadi
USD1,62 miliar pada periode yang sama. Lalu, bagaimana cara menguatkan ketahanan dan daya saing
sektor energi Indonesia? Penguatan Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai perusahaan dan
minyak dan gas nasional.
perusahaan asing dan domestik dibiarkan menetapkan harga sendiri. Padahal, di Indonesia dengan
60 kontraktor Migas yang ada terkatagori kedalam 3 kelompok, (1) Super Major yang terdiri dari
ExxonMobile, Total Fina Elf, BP Amoco Arco, dan Texaco ternyata menguasai cadangan minyak 70% dan
gas 80% Indonesia. (2) Major yang terdiri dari Conoco, Repsol, Unocal, Santa Fe, Gulf, Premier, Lasmo,
Inpex, dan Japex telah menguasai cadangan minyak 18% dan gas 15%. Dan (3) Perusahaan independen
menguasai cadangan minyak 12% dan gas 5%.
Walhasil, kita bisa melihat bahwa minyak dan gas bumi kita hampir 90% telah dikuasai oleh asing. Mereka
semua adalah perusahaan multi nasional asing dan berwatak kapitalis tulen. Wajar jika negeri berlimpah
ruah akan minyak dan gas ini meradang tatkala harga minyak mentah dan gas dunia naik. Semuanya dijual
keluar negeri oleh perusahaan asing tersebut.
dominasi asing dalam usahanya mengeruk dan menguras habis sumberdaya alam kita bukan
disebabkan kinerja mereka sendiri, tetapi karena kekuasaan dan kewenangan besar yang dihambakan oleh
pemerintah kepada mereka.
Produksi minyak bumi Indonesia yang dimulai sejak jaman Belanda dan dieksploitasi secara besar-besaran,
serta konsumsi rakyat terhadap BBM yang setiap tahun semakin tinggi, menyebabkan Indonesia sejak tahun
2003 sudah tidak dapat mengekspor minyaknya lagi. Bahkan sejak tahun 2004,
Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai negara produsen minyak dunia dan merupakan anggota OPEC,
telah menjadi negara pengimpor minyak, yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Kondisi ini
semakin diperparah ketika Pemerintahan SBY yang baru naik pada waktu itu langsung membuat kebijakan
menaikkan harga BBM sebesar 126% pada tahun 2005, dengan alasan untuk menyesuaikan terhadap harga
minyak dunia.
Ini jelas membuktikan bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan minyak asing yang menguasai
90 persen produksi minyak Indonesia, telah menciptakan ketergantungan kebutuhan BBM bangsa ini
kepada mereka. Sehingga membuat pemerintah harus memohon kepada perusahaan-perusahaan asing
tersebut untuk dapat memenuhi keperluan BBM negeri ini, dan rakyat harus membeli BBM dari bumi
mereka sendiri dengan harga pasaran dunia kepada asing.
Solusi Pengelolaan Energi dalam Islam
Dalam pandangan Islam, semua sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia, baik primer, seperti batu
bara, minyak bumi, gas, energi matahari beserta turunannya (energi air, angin, gelombang laut), pasang
surut dan panas bumi dan nuklir maupun sekunder seperti listrik adalah HAK MILIK UMUM (Milkiyatul
Aammah). Dan Pengelola Hak Milik Umum adalah negara, melalui perusahaan milik negara (BUMN).
Rasulullah saw. Bersabda:







] [ :e
Kami diberitahu oleh Abdullah bin Said, kami diberitahu oleh Abdullah bin Khirasy bin Hausyab as-
Syaibani, dari al-Awwam bin Hausyab, dari Mujahid, dari Ibn Abbas berkata. Rasulullah saw.
bersabda: Kaum Muslim itu sama membutuhkan tiga hal: air, padang dan api. Dan, harganya pun
haram. (HR. Ibn Majah dalam Sunan Ibn Majah)

Anda mungkin juga menyukai