I. OUTLINE
1.1 Struktur Kimia Pestisida Secara Umum
1.2 Kegunaan Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa (MS) dalam
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
1.2.1 Analisis Kuantitatif
1.2.2 Analisis Kualitatif
II. PEMBAHASAN
2.1 Struktur Kimia Pestisida Secara Umum
FAO mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk
mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi
manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau
pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil peternakan).Istilah
ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, merontokkan daun,
mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk
mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum maupun setelah
panen."
Berbagai pestisida dapat dikelompokan menjadi famili senyawa kimianya. Famili
senyawa kimia pestisida yang terkenal yaitu Organoklorin, Organofosfat, dan Karbamat. Selain
itu jenis pestisida lainnya ada Piretroid, Sulfonilurea, dan Biopestisida.
1. Organoklorin
Organoklorin bekerja dengan mengganggu keseimbangan ion kalium-natrium di
dalam jaringan syaraf. Organoklorin telah dilarang penggunaannya di berbagai negara
karena membahayakan lingkungan dan kesehatan serta bersifat sangat persisten.
Gambar 1. Struktur Kimia Organoklorin
Sumber : www.chem-is-try.org
2. Organofosfat
Pestisida organofosfat mempengaruhi sistem syaraf dengan mengganggu enzim yang
mengatur asetilkolin, zat penghantar sinyal syaraf. Ditemukan pada awal abad ke 19,
namun efeknya pada serangga dan manusia baru diketahui pada tahun 1932:
organofosfat sama berbahayanya bagi serangga dan manusia. Beberapa sangat
beracun dan digunakan di Perang Dunia II sebagai senjata. Namun biasanya tidak
bersifat persisten di alam.
Sumber : www.chem-is-try.org
3. Karbamat
Sama seperti organofosfat, namun efeknya bersifat reversible dan dapat
disembuhkan.
Sumber : www.chem-is-try.org
2.2 Kegunaan Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa (MS) dalam Analisis
Kuantitatif dan Kualitatif
Analisis kuantitatif dengan GC tergantung pada hubungan antara jumlah suatu zat terlarut
dan ukuran dari pita elusi yang dihasilkan. Secara umum, dengan detektor diferensial, ukuran
jumlah zat terlarut yang paling baik adalah luas di bawah pita elusi. Zat-zat terlarut dengan
waktu retensi yang sangat rendah di mana pita bisa menjadi suatu pengukuran yang mencukupi
dapat menghasilkan pita-pita tajam yang sempit. Sebaliknya, integrasi semacam itu dibutuhkan
untuk memperoleh luasnya. Kepekaan detektor berbeda untuk berbagai senyawa-senyawa untuk
sel konduktivitas termal, dan yang sama adalah benar bagi detector-detektor lain. Jadi tidak
mungkin menghubungkan luas suatu pita elusi dengan jumlah zat terlarut selain dengan kalibrasi
dengan sampel yang telah diketahui. Setelah selesai, kita bisa tulis:
Jumlah zat terlarut = faktor kalibrasi x luas di bawah pita elusi
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan semi
kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan perbandingan tinggi dari
puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas kromatografi secara kuantitatif terdapat
beberapa metode, yaitu:
Analisa Berdasarkan Tinggi Puncak
Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus antara
puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak kromatografi didapatkan
dengan menghubungkan baselines pada dua bagian puncak dengan garis lurus dan semua
variabel terkontrol kondisinya harus disesuaikan dengan temperatur kolom, laju alir
eluent, dan laju injeksi sampel.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Dapat digunakan untuk menganalisis senyawa narkoba. Pelaksanaan kromatografi
lapis tipis menggunakan sebuah silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas
atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina meupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultraviolet. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina
dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang
akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air.
Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah
lempengan dan setetes pelarut (fase gerak) dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang
telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal
dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram di bentuk. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari jarak relatif f pada
pelarut.
III. Daftar Pustaka
Alifa, U.2008. Apa itu Narkoba dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.
Fowlis, Ian A.,1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning. John Wiley
& Sons Ltd: Chichester. Gas Chromatography. 2015. Gas Chromatography. [ONLINE]
Tersedia: http://teaching.shu.ac.uk/hwb/chemistry/tutorials/chrom/gaschrm.htm. [Diakses
16 November 2017].
Underwood, A.L. and R.A. Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga