Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS MANDIRI KIMIA ANALITIK

Nama : Sarah Salsabila Dikumpulkan Tanggal: 21 November 2017

NPM : 1606823090 Paraf Asisten :

Prog. Studi : Teknologi Bioproses

Kelompok :7 Pemicu : Pemicu III

I. OUTLINE
1.1 Struktur Kimia Pestisida Secara Umum
1.2 Kegunaan Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa (MS) dalam
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
1.2.1 Analisis Kuantitatif
1.2.2 Analisis Kualitatif

II. PEMBAHASAN
2.1 Struktur Kimia Pestisida Secara Umum

FAO mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk
mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi
manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau
pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil peternakan).Istilah
ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, merontokkan daun,
mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk
mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum maupun setelah
panen."
Berbagai pestisida dapat dikelompokan menjadi famili senyawa kimianya. Famili
senyawa kimia pestisida yang terkenal yaitu Organoklorin, Organofosfat, dan Karbamat. Selain
itu jenis pestisida lainnya ada Piretroid, Sulfonilurea, dan Biopestisida.

1. Organoklorin
Organoklorin bekerja dengan mengganggu keseimbangan ion kalium-natrium di
dalam jaringan syaraf. Organoklorin telah dilarang penggunaannya di berbagai negara
karena membahayakan lingkungan dan kesehatan serta bersifat sangat persisten.
Gambar 1. Struktur Kimia Organoklorin

Sumber : www.chem-is-try.org

2. Organofosfat
Pestisida organofosfat mempengaruhi sistem syaraf dengan mengganggu enzim yang
mengatur asetilkolin, zat penghantar sinyal syaraf. Ditemukan pada awal abad ke 19,
namun efeknya pada serangga dan manusia baru diketahui pada tahun 1932:
organofosfat sama berbahayanya bagi serangga dan manusia. Beberapa sangat
beracun dan digunakan di Perang Dunia II sebagai senjata. Namun biasanya tidak
bersifat persisten di alam.

Gambar 2. Struktur Kimia Organofosfat

Sumber : www.chem-is-try.org
3. Karbamat
Sama seperti organofosfat, namun efeknya bersifat reversible dan dapat
disembuhkan.

Gambar 3. Struktur Kimia Organofosfat

Sumber : www.chem-is-try.org

2.2 Kegunaan Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa (MS) dalam Analisis
Kuantitatif dan Kualitatif

2.2.1 Analisis Kuantitatif


Salah satu contoh yang dapat diberikan untuk analisis kuantitatif pada kromatografi gas
adalah, untuk melihat apakah seseorang mengkonsumsi narkoba atau tidak melalui tes urin.
Seseorang dikatakan positif mengonsumsi narkoba jika terdeteksi kandungan yang terdapat
dalam narkoba melewati batas tertentu. Oleh karena itu, metode analisis kuantitatif sangat
dibutuhkan untuk menetapkan apakah seseorang dikatakan positif atau negatif mengonsumsi
narkoba.

Analisis kuantitatif dengan GC tergantung pada hubungan antara jumlah suatu zat terlarut
dan ukuran dari pita elusi yang dihasilkan. Secara umum, dengan detektor diferensial, ukuran
jumlah zat terlarut yang paling baik adalah luas di bawah pita elusi. Zat-zat terlarut dengan
waktu retensi yang sangat rendah di mana pita bisa menjadi suatu pengukuran yang mencukupi
dapat menghasilkan pita-pita tajam yang sempit. Sebaliknya, integrasi semacam itu dibutuhkan
untuk memperoleh luasnya. Kepekaan detektor berbeda untuk berbagai senyawa-senyawa untuk
sel konduktivitas termal, dan yang sama adalah benar bagi detector-detektor lain. Jadi tidak
mungkin menghubungkan luas suatu pita elusi dengan jumlah zat terlarut selain dengan kalibrasi
dengan sampel yang telah diketahui. Setelah selesai, kita bisa tulis:
Jumlah zat terlarut = faktor kalibrasi x luas di bawah pita elusi

Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan semi
kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan perbandingan tinggi dari
puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas kromatografi secara kuantitatif terdapat
beberapa metode, yaitu:
Analisa Berdasarkan Tinggi Puncak
Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus antara
puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak kromatografi didapatkan
dengan menghubungkan baselines pada dua bagian puncak dengan garis lurus dan semua
variabel terkontrol kondisinya harus disesuaikan dengan temperatur kolom, laju alir
eluent, dan laju injeksi sampel.

Analisa Berdasarkan Area Puncak


Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju injeksi
sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik digunakan
sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi puncak.

Analisa dengan Kurva Kalibrasi dengan Standar


Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva kalibrasi.
Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot sebagai fungsi
konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu sumbu x merupakan
konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak (peak) sehingga akan terdapat
persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b.

Metode Internal Standar


Metode terbaik untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidakpastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat dihindari.
Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard internal terbagi
menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari metode ini adalah rasio
luas (tinggi) puncak analit dengan luas (tinggi) dari puncak standard internal.

Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis


yang sangat baik. Peneliti dapat menganalisis larutan organik, dalm hal ini adalah
narkoba dalam urin, kemudian memasukannya ke dalam instrumen, memisahkannya
menjadi komponen tinggal dan langsung mengidentifikasi larutan tersebut. Selanjutnya
peneliti dapat menghitung analisis kuantitatif dari masing-masing komponen. Jadi
pentingnya untuk mengetahui hal ini adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
dari analisis narkoba dalam urin, perlu adanya kombinasi dari keduanya, dan kedua
metode ini tidak dapat dipisahkan. Metode GC disini untuk memisahkan komponen-
komponen yang diinginkan, sedangkan MS digunakan untuk mengukur konsentrasi zat
yang ingin diketahui.

2.2.2 Analisis Kualitatif

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Dapat digunakan untuk menganalisis senyawa narkoba. Pelaksanaan kromatografi
lapis tipis menggunakan sebuah silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas
atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina meupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultraviolet. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina
dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang
akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air.

Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah
lempengan dan setetes pelarut (fase gerak) dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang
telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal
dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram di bentuk. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari jarak relatif f pada
pelarut.
III. Daftar Pustaka

Alifa, U.2008. Apa itu Narkoba dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.

Fowlis, Ian A.,1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning. John Wiley
& Sons Ltd: Chichester. Gas Chromatography. 2015. Gas Chromatography. [ONLINE]
Tersedia: http://teaching.shu.ac.uk/hwb/chemistry/tutorials/chrom/gaschrm.htm. [Diakses
16 November 2017].

Gritter,Roy J. Dkk. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung: Penerbit ITB

Skoog, A Douglas, Donald M West, M James Holler. 2014. Fundamentals of Analytical


Chemistry. 9th Edition. Bolent. Saunders College Publishing.

Takeuchi, Yoshito. 2009. Kromatografi [online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org. [Diakses


pada tanggal 16 November 2017].

Underwood, A.L. and R.A. Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai