DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. ASTRI WAHYUNI
2. AYDILA RUZHALIA
3. HELZA APRILIA YUSDI
4. REFIOLA FERMONTASYA
5. SISTRI INDAH WULANDARI
6. YUMILA ZASKRI MONIKA
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. YOLA YOLANDA, M.Kep
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari hubungan
intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial tersebut diperlukan
individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan hidup.Maka dari itu
seorang manusia perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
Menurut pengajar departemen Psikiatri, fakultas kedokteran universitas Indonesia, surjo
Harmono, penelitian oranisasi kesehatan dunia WHO di berbagai Negara menunjukkan,
sebagain sebesar 20-30% pasien yang datang ke pelayana kesehatan dasar menunjukkan
gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan interaksi
peran serta yang tinggi , disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa
memiliki, kerja sama , hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart and Sundeen ,1995)
Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu dalam
menjalin interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini akan
mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain .
B. Tujuan penulisan
1. Mampu mengetahui Definisi Isolasi Sosial
2. Mampu mengetahui Rentang respon sosial
3. Mampu mengetahui Faktor predisposisi
4. Mampu mengetahui Faktor presipitasi
5. Mampu mengetahui Faktor lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial
6. Mampu mengetahui Tanda dan gejala
7. Mampu mengetahui proses terjadinya masalah
8. Mampu mengetahui Penyebab
9. Mampu mengetahui Akibat yang ditimbulkan
10. Mampu mengetahui Penatalaksanaan medis
11. Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus isolasi sosial
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TEORITIS
1. DEFINISI
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang
lain. (Balitbang, dalam Fitria, 2010)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat dan Akemat,
2009)
Selain itu isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009)
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain,
tetapi tidak mampu mewujudkannya (Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Individu mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2006).
3
2. RENTANG RESPON SOSIAL
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif (Stuart & Sundeen,
2006), yaitu :
Saling tergantung
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009) respon adaptif
meliputi :
4
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-
cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Sujono &
Teguh (2009) respon maladaptif tersebut adalah :
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai obyek, hubungan
terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi pada
diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan
atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat diduga,
tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari
pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga diri yang
rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak
mendapat dukungan dari orang lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang respon maladaptif
(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang
lain.
b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan orang lain, individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain hanya sebagai objek.
d. Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Fitria (2009, hlm. 33-35) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan
Isolasi Sosial, diantaranya:
1. Faktor Tumbuhan Kembang
5
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas perkembangan
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan
dapat menimbulkan masalah sosial.
Tahap Tugas
Perkembangan
6
dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak,
serta perubahan ukuran dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.
4. Faktor Komunikasi dan Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk dalam masalah
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana
seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
4. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya
mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan, yang memenuhi
kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sebagai berikut:
Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti.
Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan.
7
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
yaitu sebagai berikut:
a. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. (Rasmun, 2004, hlm. 35)
Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.
b. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
Splitting
Formasi reaksi
Proyeksi
Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain.
Idealisasi orang lain
Merendahkan orang lain
Identifikasi proyeksi
3. Sumber Koping
Menurut Stuart sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif
adalah sebagai berikut :
8
6. TANDA DAN GEJALA
Menurut Townsend, M.C & Carpenito,L.J isolasi sosial menarik diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
c. Tampak menyendiri dalam ruangan
d. Tidak berkomunikasi, menarik diri
e. Tidak melakukan kontak mata
f. Tampak sedih, afek datar
g. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
h. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usianya
i. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
j. Kurang aktivitas fisik dan verbal
k. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
l. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya
9
dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
8. PENYEBAB
Isolasi sosial sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain,
perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi
dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend,
M.C,1998). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998). Isolasi sosial disebabkan oleh
gangguan konsep diri harga diri rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen,
1998). Menurut Townsend (1998) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998) bahwa harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan diri.
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan sensori persepsi
halusinasi (Townsend, M.C, 1998). Gangguan sensori persepsi halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai
dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang
sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995).
Menurut Maramis (1998) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik. Perubahan persepsi
sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:
Data subjektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
10
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara
seolah-olah mendengarkan sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
e. Gerakan mata yang cepat
f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang
kompleks.
11
Coputerized Tomografi (CT Scan)
Induvidu dengan gejala negatif seringkali menunjukkan abnormalitas struktur
otak dalam sebuah hasil CT scan.
Magnetik Resonance Imaging (MRI)
Mengukur anatomi dan status biokimia dari berbagai segmen otak.
Positron Emission Tomography
Mengukur fungsi otak secara spesifik seperti metabolisme glukosa, aliran darah
terutama yang terkait dengan psikiatri.
Elektroconvulsif Therapy (ECT)
Digunakan untuk pasien yang mengalami depresi. Pengobatan dengan ECT
dilakukan 2 sampai 3 kali per minggu dengan total 6 sampai 12 kali pengobatan.
b. Metode Psikososial
Menurut Hawari (2006) ada beberapa terapi untuk pasien skizofrenia,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila penderita
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
bagi keluarga dan masyarakat.
c. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai manfaat.
Diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih cepat hilang, lamanya
perawatan lebih pendek, hendaya lebih cepat teratasi, dan lebih cepat dalam
beradaptasi dengan lingkungan. Terapi keagamaan yang dimaksud adalah berupa
kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, shalat, ceramah keagamaan,
kajian kitab suci dan lain sebagainya.
12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.
4) Psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.
b. Konsep Diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
c. Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam
diri.
d. Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
5) Status Mental
a. Penampilan Diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien.
b. Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
c. Aktifitas Motorik
13
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
d. Emosi
Emosi dangkal
e. Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
f. Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g. Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
h. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai
dengan kenyataan (secara kualitatif).
i. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
j. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,
selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
6) Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin
mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, intirahat tidur.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ganggua sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. HDR
14
3. INTERVENSI
1) Gangguan sensori persepsi ; halusinasi
a. Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
b. Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
o Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
o Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
o Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
b) Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
o Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
o Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
c) Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
o Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
o Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
d) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
o Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat
yang sama.
o Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
o Tingkatkan interaksi secara bertahap
o Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
o Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
o Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
e) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
15
Tindakan:
o Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
o Beri pujian atas keberhasilan klien
f) Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
o Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
o Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2) Isolasi sosial
a. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
o Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terpeutik
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
o Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
o Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
o Utamakan memberi pujian yang realistik.
c) Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan :
o Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
o Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
d) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
o Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
o Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
16
o Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan :
o Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
o Beri pujian atas keberhasilan klien.
o Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah.
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
o Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
o Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
o Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
17
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
KASUS
Tuan A (35Tahun) selama dirawat diruangan bukit barisan tampak berdiam diri, klien suka
melamun dan duduk dibawah tempat tidur klien menghindar bila ada yang mendekatinya saat
dikaji oleh perawat Tn. A menyatakan putus asa sama keluarganya. Mengeluh cemas dan
khawatir, Klien mengatakan merasa sepi dan tidak aman , Klien mengatakan tidak yakin
hidup, klien mengatakan merasa ditolak, klien mengungkapkan perasaan tidak berguna,
penolakan oleh lingkungan klien mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang
dimiliki, klien tampak dengan posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung
menghadap ke pintu, klien suka melamun dan duduk dibawah tempat tidur, klien menghindar
bila ada yang mendekatinya, klien cenderung menarik diri, Kontak mata kurang, klien sering
menunduk, tidak konsentrasi dan ingin menyelesaikan percakapan dan Curiga, Klien tidak
berkomunikasi, menarik diri, Klien tampak sedih, afek datar, Mengekspresikan perasaan
kesepian dan penolakan di wajahnya
18
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit jiwa karena bingung. Dari status klien pada saat
dirumah sering marah-marah tanpa sebab, bicara nglantur.
III. Riwayat Penyakit Sekarang Dan Faktor Presipitasi
Pada saat dirumah klien sering marah-marah tanpa sebab, bicara nglantur, oleh keluarga klien
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Hb Saanin pada tanggal 21Desember 2015 dan langsung masuk
UGD jam 15.30 WIB, kemudian klien masuk ruang perkutut. Pada tanggal 22 Desember 2015
klien dipindahkan ke Ruang Cenderawasih sampai saat ini.
IV. Faktor Predisposisi
1. Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan pengobatan seperti sekarang ini.
3. Tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien. Serta
aniaya fisik (dari data status klien pernah mengalami riwayat trauma aniaya fisik selama
kurang lebih 12 tahun dipasung oleh keluarganya di rumah). Pernah mengalami penyakit
fisik yaitu pada pipi kanan dan kiri klien ada bekas luka dan kedua kaki di bagian engkel
ada luka bekas pasungan.
4. Anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Diagnosa Keperawatan : -
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Dari data status klien pernah dipasung di rumah oleh keluarga selama kurang lebih 12
tahun.
Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma
V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah 130/90 mmHg, Nadi 84 x/m, RR 18 x/m.
3. Ukur : BB 44 kg, TB 155 cm.
4. Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Diagnosa Keperawatan : -
VI. Pengkajian Psikososial
1. Genogram
19
Penjelasan :
a. Pola Asuh
Klien mengatakan diasuh oleh ke dua orang tuanya, klien mengatakan ayahnya sayang
dengan klien.
b. Pola Komunikasi
Klien mengatakan dalam bicara dikeluarganya biasa saja.
c. Pola Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan tidak tahu.
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
b. Identitas
Klien mengaku namanya angga, klien mengatakan bangga menjadi laki-laki.
c. Peran : saat di rumah
Klien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan klien senang membantu orang tua
bekerja sebagai petani.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan bertemu dengan salah satu
tunangannya. Klien juga ingin cepat sembuh.
e. Harga Diri : Klien mengatakan malu kepada tetangganya karena gagal bertunangan dan
Klien mengatakan malu dengan teman dikamar karena dibawa ke rumah sakit.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / terdekat
Klien mengatakan orang terdekat adalah ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kemasyarakatan / kelompok
Klien mengatakan tidak melakukan apa-apa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sibuk bertani membantu ayah disawah.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
20
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dia beragama Islam dan dia percaya adanya Tuhan.
b. Kegiatan Ibadah
Dirumah klien mengatakan tidak pernah beribadah karena dipasung, saat di rumah sakit
klien mengatakan kadang-kadang sholat.
Diagnosa Keperawatan : -
VI. Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi, dibuktikan dengan rambut acak-acakan tidak disisir, terdapat ketombe, kancing
baju tidak dipasang, berjalan kaku.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Lambat, klien tidak mampu memulai pembicaraan, dibuktikan dengan jika tidak ditanya
terlebih dahulu klien tidak akan bertanya, misalnya apa kabar bapak hari ini ? baru klien
mau menjawab baik , kata-kata kurang jelas, suara pelan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal.
3. Aktivitas Motorik / Psikomotor
Kelambatan : Hipokinesa, hipoaktivitas, dibuktikan dengan klien lebih suka duduk dan
berdiam dikamar dan tiduran dikamar.
Masalah Keperawatan : Defisit Aktivitas Deversional.
4. Afek
Ekspresi wajaah klien sedih, dia mengatakan ingin pulang dan bertemu keluarganya. klien
mengatakan merasa kesepian, klien mengatakan tidak ada yang dibicarakan lebih baik
diam, klien banyak diam, kontak mata kurang, interaksi dengan teman-temannya tampak
kurang.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, dibuktikan dengan klien sering menunduk, tidak konsentrasi dan
ingin menyelesaikan percakapan dan Curiga
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
21
6. Persepsi Sensori
Tidak tampak masalah pada klien
Masalah keperawatan : -
7. Proses Pikir/ Arus Pikir
Saat perawat bertanya maukah bapak berkenalan dengan teman yang lain ? klien
menjawab dengan suara pelan dan tidak jelas.
Masalah keperawatan : -
8. Isi Pikir
Tidak ada ganguan
Masalah keperawatan : -
9. Kesadaran
Klien mampu berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang dengan baik, klien
mengetahui bahwa ia sedang di RS.J
Masalah keperawatan : -
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu meminta pertanyaan diulang. Pasien dapat
berhitung sederhana
Masalah keperawatan :-
12. Kemampuan Penilaian
Klien tidak menjawab pertanyaan perawat, Klien diam saja dengan kepala menunduk.
Masalah keperawatan :
13. Daya Tilik Diri : Mengingkari Penyakit Yang Diderita
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien tidak dapat menyiapkan makanan sendiri dan Klien mampu mencuci piringnya
apabila disuruh.
2. BAB/BAK
Klien bab/bak di toilet dan Klien mengatakan setelah bab/bak disiram dan dibersihkan
3. Mandi
22
Klien mau mandi apabila disuruh dan Klien mengatakan mandi menggunakan sabun mandi
dan tidak menggosok gigi.
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian sendiri tanpa bantuan, Klien tidak meminta ganti baju apabila tidak
diberi, Klien tidak menyisir rambutnya setelah mandi.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur siang mulai jam 13.00-15.00, Klien mengatakan tidur malam mulai
jam 20.00-04.00, Klien mengatakan kadang-kadang susah tidur. Aktifitas klien sebelum
tidur/sesudah tidur : klien hanya berdiam diri, setelah bangun tidur ke tempat tidak mau
merapikan tempat tidur.
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat 2 x1 hari, Klien mengatakan tidak tau manfaat obat, Klien
tidak meminta obat apabila tidak diberi oleh perawat
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan tidak tahu
8. Aktifitas dalam rumah
Klien diam saja tidak menjawab
9. Aktifitas di luar rumah
Klien diam saja tidak menjawab pertanyaan perawat
Masalah keperawatan :-
VIII. Mekanisme Koping
Klien mengatakan diam saja tidak mau bicara dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping Individu.
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan tidak pernah bergaul dengan orang lain karena saat dirumah dipasung.
Dan klien mengatakan malu dengan tetangganya karena gagal bertunangan dengan
pacarnya.
Masalah Keperawatan : isolasi social
X. Pengetahuan kurang tentang
Klien diam saja, tidak menjawab pertanyaan perawat.
23
Masalah keperawatan :-
XI. Aspek medis
Diagnose medis : Axis 1 :F 20 10
Axis 2: Pendiam, pemalu, tertutup
Axis 3 :Tidak ditemukan
Axis 4 :Tidak jelas
Axis 5 :Tidak jelas
Terapi medik : Clopramazine 1 x 100 mg : 1 0 1
Haloperidol 2 x5 mg : 1 0 1
24
Klien tampak sedih, afek datar
Mengekspresikan perasaan kesepian dan
penolakan di wajahnya
Posisi meringkuk di tempat tidur dengang
punggung menghadap ke pintu
2 Data Subjektif : Halusinasi
Tidak mampu mengenal waktu, orang dan
tempat
Tidak mampu memecahkan masalah
Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya
mendengar suara-suara atau melihat bayangan)
Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif :
Tampak gelisah
Perubahan perilaku dan pola komunikasi,
kadang berhenti berbicara seolah-olah
mendengarkan sesuatu
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan
suara
Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
Gerakan mata yang cepat
Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi
rendah
Respons-respons yang tidak sesuai (tidak
mampu berespons terhadap petunjuk yang
kompleks.
3. Data subjektif: Harga Diri Rendah
Klien suka mengkritik diri sendiri atau orang
lain
Klien mengatakan tidak mampu
25
Klien mengatakan adanya rasa bersalah
Klien mengatakan selalu bersikap negatif pada
diri sendiri dan pesimis pada kehidupan
Klien mengeluh sakit fisik
Klien mengatakan adanya pengurangan
diri/mengejek diri sendiri
Klien mengatakan cemas dan takut
Klien mengatakan tidak mampuan menentukan
tujuan
Data objektif:
Produktivitas menurun
Perilaku destruktif pada diri sendiri
Menarik diri dari hubungan social
Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan
sukar makan
26
XIV POHON MASALAH
Halusinasi
Isolasi Sosial
27
Ada kontak o Tunjukkan sikap empati
mata dan menerima klien apa
Klien mau adanya
berjabat tangan o Beri perhatian pada klien
Klien mau dan perhatikan kebutuhan
berkenalan dasar klien
Klien mau
menjawab
pertanyaan
Klien mau
duduk
berdampingan
dengan perawat
Klien mau
mengungkapkan
perasaannya
24 Isolasi TUK 2: Setelah 2X Tanyakan pada klien
november Sosial Klien mampu interaksi klien tentang:
2016 menyebutkan dapat menyebutkan o Orang yang tinggal
penyebab minimal satu serumah/teman sekamar
menarik diri penyebab menarik klien
diri dari yang o Orang yang paling dekat
berasal dari: dengan klien di rumah/di
1. Diri sendiri ruang perawatan
2. Orang lain o Apa yang membuat klien
3. Lingkungan dekat dengan orang
tersebut
o Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah/di
ruang perawatan
28
o Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
o Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya
Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
25 Isolasi TUK 3 : Setelah 2X Kaji pengetahuan klien
November Sosial Klien dapat interaksi klien tentang manfaat dan
2016 menyebutkan dapat menyebutkan keuntungan bergaul dengan
keuntungan keuntungan orang lain
berhubungan berhubungan Beri kesempatan pada klien
dengan orang sosial,misalnya: untuk mengungkapkan
lain dana. Banyak teman perasaannya tentang
kerugian tidakb. Tidak kesepian keuntungan berhubungan
berhubungan c. Bisa diskusi dengan orang lain
dengan orangd. Saling menolong Diskusikan bersama klien
lain tentang manfaat
berhubungan dengan orang
lain
Beri reinforcement positif
29
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain
Setelah 2X interaksi klien
dapat menyebutkan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain. Misal: sendiri,
tidak punya teman, kesepian,
tidak ada temannya ngobrol.
27 Isolasi TUK 4 : Setelah 2X Observasi perilaku klien saat
November Sosial Klien dapat interaksi klien berhubungan dengan orang
2016 melaksanakan dapat lain.
hubungan sosial melaksanakan Beri motivasi dan bantu klien
secara bertahap hubungan sosial untuk
secara bertahap berkenalan/berkomunikasi
dengan orang lain
Beri reinforcement terhadap
keberhasilan yang telah
dicapai
Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
Motivasi dan libatkan klien
untuk mengikuti kegiatan
terapi aktifitas kelompok
sosialisasi
Diskusikan jadwal kegiatan
harian yang dapat dilakukan
30
untuk meningkat
kemampuan klien
bersosialisasi
Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah di
buat
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang
dilaksanakan
05-01-15 Isolasi TUK 5 : Setelah 2X Dorong klien untuk
Sosial Klien mampu interaksi klien mengungkapkan
mengungkapkan dapat perasaannya setelah
perasaannya mengungkapkan berhubungan dengan orang
setelah perasaan setelah lain/kelompok
berhubungan berhubungan Diskusikan dengan klien
dengan orang dengan orang lain manfaat berhubungan
lain untuk: Diri sendiri, dengan orang lain
Orang lain dan Beri reinforcement positif
kelompok atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan
dengan orang lain.
28 Isolasi TUK 6 Setalah 2X Diskusikan pentingnya peran
November Sosial Klien mendapat pertemuan keluarga serta keluarga sebagai
2016 dukungan dapat menjelaskan pendukung untuk mengatasi
keluarga dalam tentang: Pengertian prilaku menarik diri
memperluas menarik diri, Tanda Diskusikan dengan anggota
hubungan sosial dan gejala,
31
Penyebab dan keluarga tentang: Perilaku
akibat menarik diri menarik diri, Tanda dan
gejala menarik diri, Penyebab
Setelah 2X prilaku menarik diri, Cara
pertemuan keluarga keluarga meghadapi klien
dapat yang sedang menarik diri
mempraktekkan Diskusikan potensi keluarga
cara merawat klien untuk membantu klien
menarik diri. mengatasi prilaku menarik
diri
Latih keluarga cara merawat
klien menarik diri
Tanyakan perasaan keluarga
setalag mencoba cara yang
dilatihkan
Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien berkomunikasi
dengan orang lain
Anjurkan anggota keluarga
untuk rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal
1x seminggu
Beri reinforcement atas hal-
hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga
merawat klien di rumah sakit
29 Isolasi TUK 7 Setalah 2x interaksi Diskusikan dengan klien
November Sosial Klien dapat klien menyebutkan: tentang manfaat dan kerugisn
2016 memanfaatkan Manfaat minum tidak minum obat, nama,
32
obat dengan obat, Kerugian warna, dosis, cara, efek terapi
baik tidak minum obat dan efek samping
Nama,warna dosis, penggunaan obat
efak terapi dan efek Pantau klien saan
samping obat penggunaan obat
Setelah 2x interaksi Anjurkan klien minta sendiri
klien obat pada perawat agar dapat
mendemonstrasikan merasakan manfaatnya
penggunaaan obat Beri pujian jika klien
dan menyebutkan menggunakan obat dengan
akibat berhenti benar
minum obat tanpa Diskusikan akibat berhenti
konsultasi ke minum obat tanpa konsultasi
dokter dengan dokter
Anjurkan klien untuk
konsultasi dengan
dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan.
33
berhubungan isos,keuntungan punya
dengan orang lain teman dan tidak punya
3. Diskusikan teman dan pasien mampu
kerugian tidak memperkenalkan diri yang
berhubungan benar.
dengan orang
lain. A:
4. Ajarkan pasien Isolasi sosial masih ada
cara berkenalan
dengan orang P Pasien :
lain. Latihan berkenalan
5. Anjurkan pasien dengan 1 orang 2 kali
untuk sehari jam 10 dan jam 2
memasukkan siang
kegiatan tersebut P Perawat :
kedalam jadwal Mengoptimalkan sp 1 dan
harian lanjut sp 2
2 Rabu 29 Isolasi Sp 2 S:
November Sosial 1. Evalusi aktivitas Pasien mengatakan mau
2016 pasien berkenalan.
2. Evaluasi sp I
3. Berikan O:
kesempatan pasien pasien mampu berkenalan
mempraktekan cara dengan 2 orang
berkenalan dengan
orang lain. A:
4. Motivasi klien Isolasi sosial masih ada.
untuk berbincang-
bincang dengan P pasien :
orang lain Lataihan berkenalan dengan
Anjurkan pasien untuk 2 orang yang lain, 2 kali
34
memasukkan kegiatan sehari jam 10 dan jam 2
berbincang-bincang siang
dengan orang lain P Perawat :
kedalam jadwal harian Mengoptimalkan sp 1 dan 2
dan lanjut sp 3
3 Jumat 1 Isolasi SP 3 S:
Desember Sosial 1. Evaluasi jadwal Pasien mengatakan mau
2016 kegiatan pasien berkenalan dengan perawat
2. Berikan kesempatan lain.
pasien untuk
berkenalan didepan O:
kelompok pasien mampu
3. Observasi jadwal memperaktekkan cara
kegiatan pasien berkenalan
4. Observasi aktivitas dengan 3 orang perawat.
harian pasien
A : Isolasi social masih ada
P Pasien :
Latihan berkenalan dengan
perawat lain 2 kali sehari
jam 10 dan jam 2 siang
P Perawat :
Mengoptimalkan sp 1 2 dan
3
35
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
B. SARAN
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan
kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya
guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapat
membantu proses penyembuhan.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/122567407/Laporan-Pendahuluan-Isolasi-Sosial
https://iputujuniarthasemaraputra.wordpress.com/2012/09/01/asuhan-keperawatan-jiwa-pada-
isolasi-sosial/
37