Anda di halaman 1dari 2

4.

2 Parameter Pertumbuhan
4.2.1 Panjang Sulur
Panjang sulur tanaman labu merupakan ciri dari tanaman tersebut tumbuh dan
sehat. Pengukuran panjang sulur tanaman labu dilakukan dengan mengukur dari pangkal
batang hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran panjang sulur dilakukan dari 2 minggu
setelah tanam (2 mst) hingga 5 minggu setelah tanam (7 mst) untuk mendapatkan data
panjang sulur tanaman labu.

Tabel.. Perbedaan panjang sulur tanaman labu berdasarkan tiap perlakuan


Tinggi Tanaman (cm tanaman-1) pada Umur Tanaman (mst)
Perlakuan Kelas
2 3 4 5

Mulsa AA 39,6 117,2 218 329


hitam+Non
POC

Mulsa W 26.02 101 237 314


hitam+POC

Jerami+Non H 34,24 84,68 168,8 177


POC

Jerami+POC D 31,4 80,6 203,6 248,2

MPHP+Non Q 30,2 113,6 223,8 343,4


POC

MPHP+POC 46,6 83 182,4 321,8


N

Dari hasil pengamatan pada parameter tinggi tanaman, perlakuan mulsa


hitam non POC menunjukan peningkatan panjang sulur tanaman labu berkisar
196% pada 2 minggu setelah tanam (mst) menuju 3 mst, 86% pada 3 mst
menuju 4 mst, 51% pada 4 mst menuju 5 mst. Pada perlakuan mulsa hitam POC
menunjukan penigkatan panjang sulur tanaman labu berkisar 288% pada 2 mst
menuju 3 mst, 135% pada 3 mst menuju 4 mst, 32.5% pada 4 mst menuju 5 mst.
Perlakuan jerami non POC menunjukan peningkatan berkisar 147.3% pada 2 mst
menuju 3 mst, 99.3% pada 3 mst menuju 4 mst, 4.9% pada 4 mst menuju 5 mst.
Perlakuan jerami POC menunjukan peningkatan panjang sulur berkisar 156.7%
pada 2 mst menuju 3 mst, 152.6% pada 3 mst menuju 4 mst, 21.9% pada 4 mst
menuju 5 mst. Perlakuan MPHP non POC menunjukan peningkatan panjang
sulur berkiran 276.2% pada 2 mst menuju 3 mst, 96.8% pada 3 mst menuju 4
mst, 53.6% pada 4 mst menuju 5 mst. Data pengamatan terakhir adalah
perlakuan MPHP POC menunjukan peninkatan panjang sulur berkisar 78.1%
pada 2 mst menuju 3 mst, 119.8% pada 3 mst menuju 4 mst, 76.4% pada 4 mst
menuju 5 mst. Berdasarkan data hasil pengamatan pada beberapa perlakuan
selalu mengalami peningkatan panjang sulur dengan kisaran yang berbeda pada
setiap minggu setelah tanam.

Chart Title
400

350

300 Hitam+Non POC


Rerata Pajang Sulur

250 Hitam+POC

200 Jerami+Non POC

150 Jerami+POC
MPHP+Non POC
100
MPHP+POC
50

0
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst

Berdasarkan data hasil analisa grafik yang disajikan menunjukan bahwa


perlakuan menggunakan mulsa hitan non POC dan MPHP non POC menunjukan
peningkatan panjang sulur tertinggi di bandingkan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan tinggi tanaman yang diperoleh dari kedua varietas diduga
merupakan kemampuan dan ketahanan tanaman dalam bersaing
memperebutkan unsur hara. Tanaman mampu memanfaatkan faktor-faktor
tumbuh di sekelilingnya baik yang berada di bawah permukaan tanah maupun
yang berada di atas permukaan tanah yang berupa cahaya, air, dan oksigen. hal
ini sesuai dengan pernyataan Wicks, dkk(2004) dalam Budi dan Hajoeningtias
(2009), bahwa hasil tanaman yang meningkat merupakan refleksi kemampuan
kompetisinya yang tinggi, sehingga tanaman mengalami pertumbuhan yang lebih
baik dengan memanfaatkan faktor tumbuh yang ada secara maksimal. Perlakuan
jerami POC cenderung lebih menurun pada 4 mst menuju ke 5 mst karena
tanaman pada mulsa jerami masih beradaptasi terhadap lingkungan baru, selain
tinggi bibit sama dengan ketebalan mulsa jerami. Hal ini sesuai dengan
pernyataan hesti (2016) menyatakan bahwa hal ini diduga karena pada awal
pertumbuhan tanaman masih mengalami adaptasi terhadap lingkungan baru,
selain itu tinggi bibit pada awal tanam hamper sama dengan ketebalan mulsa.
Hal ini berpengaruh terhadap cahaya yang diterima tanaman untuk proses
fotosintesis, serta suhu dan kelembaban yang diterima tanaman.

Anda mungkin juga menyukai