Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PETROLOGI #2

"Batuan Sedimen Karbonat"

Oleh :
Firmansyah
410014055

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014 2015

Kata Pengantar

1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah PETROLOGI dengan judul makalah "BATUAN SEDIMEN KARBONAT" tepat pada
waktunya. Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari jaman Jahiliyyah ke jaman yang terang benerang
ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Petrologi di program studi Teknik
Geologi STTNAS (Sekolah Tinggi Teknologi Nasional) Yogyakarta. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Hill Gendoet Hartono, S.T.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Petrologi dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari
bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 22 Mei 2015

Taufich hidayatuloh

DAFTAR ISI

2
Cover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4-5
B. Maksud. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
C. Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II
Pembahasan
A. Batuan Sedimen karbonat
1. Pengertian Petrologi . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2. Pengertian Batuan Sedimen Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Jenis-Jenis Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .8
1) Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef).
...........................................................
2) Batuan karbonat yang bersifat klastik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3) Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus. . . . . . . . .
4) Tipe Batugamping Kristalin. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
C. Komposisi Kimia dan Mineral Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
a). Aragonit : CaCO3 (Ortorombik). . . . . . . . . . . . . . . . . .
b). Kalsit : CaCO3 (Heksagonal). . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
c). Dolomit : CaMg (CO3)2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
e). Magnesit : MgCO3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
d). High Magnesium Kalsit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
D. Lingkungan Pengendapan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14-15
E. Penyusun Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15-16
F. Diagenesis Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16-23
G. Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham
(1962) dan Embry & Klovan (1971). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .23-25

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .26

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .27

BAB I
Pendahuluan
3
A. Latar Belakang
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada
bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung
dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama
lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya. Batuan
karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja
kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui
asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan
dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik
yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Batuan
karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan
yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %.
Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung
kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping..
Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan dolomit. Sedimen karbonat
dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut bersih, hangat, shallow water.
Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat
ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang
tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimen karbonat adalah :
1. Garis lintang dan iklim

Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 200 m) terakumulasi pada garis lintang
300 utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme seperti koral, dengan
pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m. Sedimen planktonik terbentuk pada
kedalaman yang lebih dalam dengan garis lintang 400 utara dan selatan. Endapan pada air dingin
neritik terletak pada garis lintang 200 400 , terbentuk dari bryozoa, moluska dan foraminifera.
Iklim dapat mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan, mempengaruhi komposisi air laut dekat
batas kontinental dan restricted basin.

4
2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya garis
lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow neritik , diatas 10
20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100 150 m yang
merupakan batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.

3. Salinitas

Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine yaitu
30 40 ppt (normal air laut sekitar 32 36 ppt).

B. Maksud

Dalam Dunia Geologi kita mempelajari ilmu tentang bumi serta faktor penyusun dari bumi
itu sendiri. Dimaksudkan agar kita dapat mengenal, mengetahui dan juga menguasai ilmu tentang
Batuan atau yang biasa disebut dengan bidang studi Petrologi yang menjadi salah satu dasar
terpenting dalam Bidang Geologi. Dan pada akhirnya,akan dapat lebih mudah dalam
mempelajari ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.

H. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah -
masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan batuan karbonat?
2. Bagaimana batuan karbonat terbentuk?
3. Apa saja mineralogi yang membentuk batuan karbonat?
4. Bagaimanakah tekstur batuan karbonat?

BAB II
Pembahasan

5
A. Batuan Sedimen Karbonat

1. Pengertian petrologi

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi
pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf,
dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit
atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan
volkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen
terikat dengan matrik atau material lebih halus). Petrologi batuan metamorf berfokus pada
komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang
bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau
tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis kimia
untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan
prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan
penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.
Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki
geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang
ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian
atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

6
2. Pengertian Batuan Sedimen Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai
batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50
%. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah
batugamping. secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran
reworked.
Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara
mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat proses
diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan
terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus lebih
kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi karbonatlah) dibagi dua jenis
yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara
0.004 dan 0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat
yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang lebih kasar dalam
batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis yang macam-macam. Secara umum
dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau skeletal grain dan fragmen yang bukan
dari tubuh fosil atau murni hasil presiptasi).
Dan menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih
besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila fraksi
karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang
umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut :

7
Tabel Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal


Aragonit CaCO3 Orthorombik
Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)
Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)
Dolomit CuMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)
Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)
Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonite, disamping itu
juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut kebanyakan berasal dari proses biogenic(ganggang
hijau ataucalcareous green algae) atau hasilpresipitasi langsung dari air laut secara kimiawi.
Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk akan berubah menjadi kalsit.
Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg, maka endapan kalsit pada endapan masa kini
ada dua macam, yaitu :

1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3<4% dan terbentuk pada daerah yang dingin.
2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada daerah yang hangat.

B. Jenis-Jenis Batuan Karbonat


Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

1) Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di Indonesia. Tipe ini
sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak berlapis atau perlapisan buruk yang
hanya kelihatan dari jauh.
Tipe gamping terumbu ini sering disebut Boundstone oleh Dunham, sedangkan berdasarkan
terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka Embrie dan
Klovan membuat klasifikasi : Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan Floatstone.
Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi dalam industri minyak,
klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry dan Klovan merupakan klasifikasi yang
biasa digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur pengendapan awal. Faktor utama
dalam dalam klasifikasi ini yang perlu diamati adalah :

8
Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham tidak dapat
digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik atau diagenesis

Batugamping Kerangka
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat digunakan
dengan pembagian sebagai berikut :
butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone. Mudstone terdapat
dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan. Calcareous mudstone berasal dari hancurnya
calcareous alga hijau, pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan kemungkinan penyerapan
inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan dan slope berasal dari winnowed
platform muds (periplatform ooze) atau berasal dari cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths
(nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi pada lingkungan energi rendah.
butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone, sedangkan
bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks disebut packstone. Wackestone dan
packstone diendapkan pada lingkungan energi transisi dimana arus tidak dapat memindahkan
seluruh lumpur dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut
juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja lebih dekat pada
tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi
diproduksi pada tempat pengendapan tersebut.
Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk dari butiran
skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids. Umumnya terbentuk pada lingkungan energi
tinggi seperti beaches, shoals atau nearby reefs.
Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan aktivitas
framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut boundstone.
Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk menggambarkan
terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy floatstone adalah butiran skeletal
dalam matriks lumpur; sandy floatstone mengandung matriks calcareous sand. Rudstone mungkin
bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara tekstur yang didukung butiran.
Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus, seperti
corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen pada reef flat. Stromatolite
alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.

Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan dari
rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan Foraminifera.
Ditinjau dari segi ekologinya, organisma pembentuk terumbu dapat berkembang dengan baik dan
mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang dangkal dengan kedalaman maksimum 60m.
Selain itu organisma pembangun terumbu memerlukan pula syarat untuk kelancaran hidupnya,
yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian oksigen.

9
2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan memudahkan masuknya
sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.

2) Batuan karbonat yang bersifat klastik


Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik

Gamping Tipe Bioklastik


Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmen-fragmen
kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang pernah lepas, terutama jika
ditransport.
''Coquina''

Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering merupakan laut yang beragitasi shoal, bagian-bagian dangkal dekat pantai (litoral)
terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikel-partikel terabrasi.
2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef; merupakan lembaran-
lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian air tenang, terutama jika bertektur
packstone ataupun wackstone, dengan butiran yang terabrasi. Di fore reef biasanya merupakan
breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri dari pecahan-pecahan cangkang koral.
3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya abrasi, misalnya
gamping foraminifera besar yang membentuk bank atau biostrome
Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari globigerina
dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk kapur/chalk.

10
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk biostrome atau bank tetapi dapat pula
sebagai bioherm.

Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)


Jenis ini sering pula disebut dendrital limestone (Pettijohn, 1957, p. 401) namun istilah ini
tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari fragmen-fragmen yang asalnya
tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah yang sering dipakai: calcarenite (<2 mm) dan
calcirudite (> 2 mm) juga Grainy Limestone, Granular Limestone.
Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai batupasir dan dengan
struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan sebagainya.

Gamping Tipe Peralihan


Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan klasifikasi.
Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran oolite/pellet sering terjadi.
Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam diagran klasifikasi ini.
Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru diendapkan. Biasanya
berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau konglomerat.

Lingkungan Pengendapan
Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone, diendapkan secara
mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk tipe batuan ini, dan semua sturktur
sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat diharapkan. Misalnya : dibagian luar suatu shelf
(platform) dimana banyak arus.
Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929) terdiri dari
klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak mengandung matrix
(packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus gelombang (backreef), beralih pada
tipe gelombang aphanitic (wackstone).

Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter


Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan reservoir
minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama dan Great Salt Lake
(USA).
Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter, malah campuran
dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.

Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan


Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain menyatakan
sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara fisika-kimiawi (Vaughn,
1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang cyanophycea (Rothpletz, 1892 dan wethered
1895). Menurut Bradley 1929, Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan pengamatan di Great Salt

11
Lake dan Green River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag diombang-ambing (diagitasi) secara
kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi dengan struktur lapisaan silang-siur (cross
bedding).
Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang supersaturated akan
kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine yang cukup kuat.
Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai kristal kecil (< 2
micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih besar. Setidaknya jatuh didasar laut dan
waktu yang sama sejumlah molekul yang sama keluar dari larutan mengendap pada butir yang
lebih besar. Butir ini tumbuh secara oolitis, karena akresi dan juga corrosion menjadi bundar,
sewaktu diombang-ambing oleh arus.

3) Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus


Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-kristal halus.

Cara Pembentukkan
Cara pembentukkannya yaitu :
1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang (micro-
granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh akan
CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-jarum
aragonit.
Lingkungan Pembentukkan
Lingkungan pembentukkannya yaitu :
1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan
perlapisan.

4) Tipe Batugamping Kristalin


Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari endapan, tetapi biasanya dari hasil
rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun gamping terumbu maupun
afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphosme. Gamping kristalin kasar
mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan pengendapan evaporit. Dolomit
biasanya terdapat selalu secara kristalin, berbentuk anhedral, bertekstur mosaik dan sukrosik.

''Batugamping Kristalin''

12
Cara terbentuknya batuan ini, terbagi menjadi tiga yaitu pertama pengendapan langsung
dalam supratidal atau evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori gamping klastik di daerah
supratidal, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement)
suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal dengan proses seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg/Ca ratio = 5 : 1,
sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun atau daerah
tropis yang kering.

C. Komposisi Kimia dan Mineral Batuan Karbonat


Mineral dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan
pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium
karbonat (Graha, 1987).
Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-lemen
jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi elemen jejak ini
dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari
butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur sekeltalnya.

a). Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)

Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya
diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi
kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

13
b). Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)

Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai
rekristalisasi dari aragonit, sering merupakancavity filling atau semen, dalam bentuk kristal
kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.

c). Dolomit : CaMg (CO3)2

Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan
kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung
dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.

d). High Magnesium Kalsit

Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan
batuan dolomit Ls.

e). Magnesit : MgCO3

Biasanya berasosiasi denga evaporit.

D. Lingkungan Pengendapan Karbonat

Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat
adalah:

a. Pengaruh sedimen klasitik asal darat

14
Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen klastik asal
darat. Karena sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses fotosintesa ganggang
gampingan.

b. Pengaruh iklim dan suhu

Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim tropis
sampai subtropis.

c. Pengaruh Kedalaman

Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal
dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis
yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan
pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).

d. Faktor mekanik

Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu antara
lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik pada
larutan, serta pH air laut.

E. Penyusun Batuan Karbonat

Penyususn batugamping menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping


dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :

a. Ooid dan Pisoid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih
struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat
atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki
ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun
oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 0,5 mm. Kebanyakan peloid
ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

15
c. Agregat dan Intraklas

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan
intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang
terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

2. Skeletal Grain

Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang
pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat
sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau Mikrit

Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai
butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi
mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran
kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi
ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik
mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

4. Semen

Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi
ataupun sulfat.

F. Diagenesis Batuan Karbonat

Diagenesa merupakan perubahan yang terjadi pada sedimen secara alami, sejak proses
pengendapan awal hingga batas (onset) dimana metamorfisme akan terbentuk. Pada batuan
karbonat, diagenesa merupakan proses transformasi menuju batugamping atau dolomit yang
lebih stabil. Faktor yang menentukan karakteristik akhir produk diagenesa antara lain

1. Komposisi sedimen mula-mula

2. Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya

3. Proses fisika dan kimia yang bekerja selama diagenesa

16
Proses Diagenesis

Gambar: Proses-proses diagenesis batuan karbonat

Proses-proses diagenesis yang dialami oleh batuan karbonat meliputi:

Pelarutan (Dissolution)
Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang menyebabkan meningkatnya
porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen terutama pada batuan yang mudah larut seperti
batuan karbonat dan evaporit. Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperature, tekanan parsial CO2,
komposisi kimia dan ion strength. Proses pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan permiabilitas
awal, mineralogy dan ukuran butir sedimen.. Material yang paling mudah larut dalam batupasir
adalah semen kalsit, sehingga efek utama dari proses pelarutan adalah penghilangan semen. Proses
ini diesbut disementasi. Mineral metastabil pada batupasir seperti feldspar, fragmen batuan dan
mineral berat, dapat juga mengalami pelarutan.

17
Sementasi (Cementation)
Proses Sementasi adalah proses dimana butiran-butiran sedimen direkatkan oleh material lain,
dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri.
Material semennya dapat berupa karbonat (CO3), silika (Si), atau oksida (Fe).

Sementasi dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya
mengendap dan merekatkan butiran-butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan
karbonat (CaCO3), silica (SiO3), oksida (besi) atau mineral lempung. Proses ini menyebabkan
porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
Semen merupakan komponen batuan karbonat yang mengisi pori-pori dan merupakan hasil
diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan dari batuan yang telah ada. Semen sering
disamakan dengan sparit hasil neomorphisme, padahal sparit hasil neomorphisme adalah
perubahan (rekristalisasi) dari komponen karbonat yang telah ada.

Beberapa jenis semen yang dikenal dalam batuan karbonat moderen adalah fibrous, botroidal,
isophaceous, mesh of needles dll. Jenis semen tersebut tergantung pada lingkungan pembentuk
semen yang dikenal sebagai lingkungan diagenesis.

Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan dibawah mikroskop
memperlihatkan warna tranparan. Semen dapat terbentuk pada ruang antar komponen dan dapat
juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau ruang hasil pelarutan.

18
Gambar: Kenampakan jenis-jenis semen dan jenis mineral pembentuk semen pada batuan karbonat. Jenis semen
yang umum dijumpai pada laut dangkal menurut James & Choquette, 1990.

Dolomitisasi (Dolomitization)

Dolomitisasi adalah perubahan limestone secara parsial maupun keseluruhan menjadi dolomit.
Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3) 2 dan secara kristalografi serupa dengan kalsit, namun
lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah (brittle). Secara umum,
dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan limestone.

Saat sedimen terakumulasi, mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau terjadi
rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu
yang porous. Mineral aragonite (bahan struktur koral hidup), lama-kelamaan berekristalisasi
menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.

Aktivitas Mikroba (Microbial Activity)

Aktifitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah material sedimen
mengalami pengendapan. Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadi proses
diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang
sangat kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organik. Proses dekomposisi material organik akan mempengaruhi pH dan
Eh air, sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen.

19
Gambar : Kenampakan singkapan dari koral yang dijumpai pada lower teras batugamping Selayar di daerah Bira,
Kab. Bulukumba (A). Foto sayatan tipis yang memperlihatkan fosil foraminifera besar (B) yang juga tersebar luas
dalam batuan karbonat.

Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan
pembentukan gas methana. Selain itu aktifitas organism lainnya terjadi ketika endapan sedimen
berlangsung seperti buworing dan boring. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah
permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen dengan kedalaan beberapa puluh
sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut
struktur sedimen.

Gambar: Komponen batuan karbonat berupa fragmen-fragmen algae merah (Corallinaceae) (A), Foram besar (B)
dan koral (C). A dan B dalam sayatan tipis, C dalam bentuk poles. Lokasi batugamping Selayar, Bira.

Kompaksi Mekanik (Mechanical Compaction)


Proses kompaksi pada umumnya terjadi akibat terbebaninya lapisan akibat sedimen yang
berada diatasnya, sehingga menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih dekat dan juga air
yang terkandung dalam pori-pori lapisan tertekan keluar. Dengan demikian volume batuan
sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.

20
Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali butiran sedimen sehingga menghasilkan
hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari proses kompaksi adalah penurunan porositas
dan permeablitas sedimen, pengualaran fluida dan pori antara butiran serta penipisan perlapisan.

Menurut Raymond (2002) kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butiran, bentuk butiran,
sorting, porositas awal dan jumlah fluida yang berada dalam sedimen. Butiran yang membundar
dan terpilah baik tidak lebih kompak dari butiran yant terpilah buruk dan menyuduut, karena yang
menyudut akan membentuk pola saling mengunci (interlocking) ketika kompaksi tejradi dan fraksi
yang lebih kecil akan mengisi ruang antar butiran di fraksi yang kasar.

21
Kompaksi Kimia (Chemical Compaction)

Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis, replacement,
inverse, dan solusi. Proses sementasi menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan partikel
oleh fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended load. Partikel
yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya dapat diangkut secara bedload dan yang lebih
halus akan terangkut oleh partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan, traksi
meliputi rolling, sliding, dan creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu mengalami
kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang mengangkut partkel sudah tidak
mampu lagi mengangkutnya.

Penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau sebagian mineral pada
waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya proses kristalisasi mineral baru yang berbeda
komposisinya pada tempat mineral yang mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada
umunya tidak mengalami perubahan (terawetkan).

Inversi merupakan proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain biasanya terjadi pada
mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya
adalah perubahan mineral aragonite (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral).
Contoh lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang mengandung
kristobalit (SiO2 ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan dengan proses rekristalisasi.

22
Larutan (solution) biasanya pada batuan karbonat akibat adanya larutan sehingga terbentuk
rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya struktur iolit.

Anthigenesis merupakan proses pembentukan mineral baru dalam lingkungan diagnetik,


sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik
ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain.

1. Mineral utama (Essential mineral) : mineral penetuan penanaman batuan. Contoh : kuarsa,
felpas, mika, amphibol, piroksin atau olivin

2. Mineral sekunder (Secondary mineral) : mineral yang terbentuk dari mineral primer yang
mengalami proses pelapukan, hidrotermal atau metamorfisme. Contoh : kalsit, serpentin,
klorit, serosit atau kaolin.

3. Mineral Tambahan (Accessorys mineral) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma
(kehadiran mineral ini 50%). Contoh : hematit, magmatit, kromit, apaptit, zikron, rutin
atau ilmenit.

G. Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962)

dan Embry & Klovan (1971)

Klasifikasi Dunham (1962) Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari
batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan
aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda
dengan Folk (1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported
bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada
perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi
Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan

23
mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur
karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling
bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan
disebut packstone / grainstone.

Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah
Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.

Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu
menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.
Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak
selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena
itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada
klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang
dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone, packstone,
grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham
(1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari presipitasi
kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.

Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai
pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila
kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi
grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk
menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud
supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur
karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya
terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran
yang dapat mengendap.

24
Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Dunham (1962)

Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi dari
klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).

Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Embry & Klovan (1971)

25
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai
batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50
%. Sedangkan batuan karbonat yang kandungan material karbonatnya lebih dari 90% adalah
batugamping. Pengklasifikasian bukan dari komposisi mineral, tetapi lebih berat kepada tekstur
daripada batuan karbonat tersebut.
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari
50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih
dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan
batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan dolomit. Sedimen
karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut bersih, hangat, shallow
water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu
dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang
tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme.

Klasifikasi Dunham (1962) Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari
batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan
aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda
dengan Folk (1959).

Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai
pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila
kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi
grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://akageo12.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

tanggal 19 mei 2015 jam 14.25 wib

http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html

tanggal 15 mei 2015 jam 20.53 wib

http://thekoist.wordpress.com/2012/07/25/diagenesis-pada-batuan-batuan-sedimen-diagenesis-
part-ii/
tanggal 15 mei 2015 jam 20.02 wib
https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/klasifikasi-batuan-karbonat-berdasarkan-tekstur-
pengendapan-menurut-dunham-1962-dan-embry-klovan-1971/

tanggal 19 mei 2015 jam 14.28 wib

http://akageo12.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

tanggal 19 mei 2015 jam 14.25 wib

27

Anda mungkin juga menyukai