Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN I

Kewajiban Hukum Auditor

OLEH:

YOBELIA HABEL

(A31114035)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

A. LINGKUNGAN HUKUM
Profesi akuntan memiliki presentasi yang sangat rendah dalam hal perbandingan antara dugaan kegagalan
audit terhadap jumlah audit yang dilaksanakan. Kegagalan audit sangat jarang terjadi, namun apabila
terjadi dapat menimbulkan akibat yang luar biasa. Banyak auditor yang tidak pernah mengalami kegagalan
audit sepanjang karir mereka. Namun demikian, dugaan kegagalan audit dapat berdampak buruk bagi
setiap kantor akuntan .

B. KEWAJIBAN MENURUT COMMON LAW


Common law seringkali diartikan sebagai hukum yag tidak tertulis. Common law berasal dari prinsip-
prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang masuk akal, dan bukan hukum yang absolut,
tetap dan kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan masyarakat, sehingga perubahan
pada common law merupakan tanggapan atas kebutuhan masyarakat. Menurut vomon law, kewajiban
hukum para CPA berkaitan luas dengandua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Dengan menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum kontrak atau tort
law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).
a. Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak, apabila ia :
i. Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan GAAS.
ii. Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati.
iii. Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
b. Hukum Kerugian (Tort Law)
Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi seseorang.
Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah satu penyebab berikut ini :
i. Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama.
ii. Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan
yang paling ringanpada suatu kondisi tertentu.
iii. Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji,
menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material, sehingga dapat
merugikan pihak lain.
2. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang
ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat 2 kelompok pihak ketiga, yaitu : (1)
Pemegang hak utama, yaitu seseorang yang namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum
audit dilaksanakan sebagai penerima utama laporan auditor; dan (2) Pemegang hak lainnya, yaitu
Pihak ketiga yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan investor
potensial.
Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian kotor dan kecurangan
menurut hukum kerugian. Sebaliknya kewajiban auditor atas kelalaian biasa yang pada umumnya
berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.
3. Pembelaan dalam Common Law
Dalam hal tuntutan ganti rugi, pembelaan utama adalah bukti kecermatan atau kelalaian kontributif.
Apabila menggunakan pembelaan berdasarkan kecermatan, auditor harus berusaha membuktikan
bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan GAAS.

C. KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS


Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum negara (statutory law) yang ditetapkan oleh
lembaga legislative pada tingkat negara nagian atau tingkat federal. Dua hukum federal di A.S. yang sangat
mempengaruhi auditor yang dikelola oleh Securities and Exchange Commission (SEC) adalah :
1. Securities Act Tahun 1933
Undang-undang tahun 1933 ini dikenal sebagai kebenaran dalam undang-undang sekuritas (Truth in
Securities Act). Undang-undang ini dirancang untuk mengatur penawaran sekuritas kepada publik
melalui pos atau melaui interstate commerc).
Sesuai dengan ketentuan perdata dari undang-undang tahun 1933, kerugian keuangan yang diperoleh
kembali oleh seorang penggugat dibatasi pada perbedaan antara (1) jumlah yang dibayar investor
untuk sekuritas tersebut, dan (2) harga pasar atau harga jual pada saat gugatan diajukan. Apabila
sekuritas tersebut telah dijual, maka jumlah yang dapat dibayarkan sebagai ganti rugi adalah selisih
antara jumlah yang dibayarkan dikurangi dengan harga jual.
Pengaruh utama undang-undang ini atas pihak-pihak yang terlibat dalam suatu gugatan dapat
diringkas sebagai berikut :
a. Penggugat
i. Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan dalam
laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien auditor atau tidak.
ii. Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau laporan
keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.
iii. Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-rugi yang
meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan pendaftaran,
penggugat tidak harus membuktikan adanya ketergantungan pada keandalan laporan
yang tidak benar atau yang menyesatkan atau bahwa kerugian yang diderita diperkirakan
sebagai akibat laporan keuangan tersebut.
iv. Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakukan kelalaian atau kecurangan
dalam mengesahkan laporan keuangan terkait.
b. Tergugat
i. Memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan cara membuktikan
bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai dengan itu memiliki
dasar yang memadai untuk percaya, dan memang percaya bahwa laporan keuangna yang
disahkan adalah benar pada tanggal laporan tersebut serta pada saat laporan pendaftaran
menjadi efektif, atau
ii. Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara keseluruhan
atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar laporan yang dianggap tidak benar atau
menyesatkan tersebut.
Konsep ivestigasi yang memadai sering merujuk pada pembelaan berdasarkan kecermatan. Pasal 11 (c)
mnyatakan bahwa standar kelayakan adalah kecermatan yang diperlukan oleh orang yang bersikap hati-
hati dalam mengelola harta bendanya sendairi. Bagi seorang auditor, dasar dari investigasi yang
memadai atas laporan keuangan yang telah diaudit adalah GAAS.
2. Securities Exchange Act 1934
Undang-undang tahun 1934 ini mewajibkan perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam lingkup
undang-undang ini untuk (1) mengarsipkan laporan pendaftaran apabila sekuritas tersebut
diperdagangkan secara terbuka kepada masyarakat melalui pasar bursa efek atau pasar diluar bursa
efek, dan (2) menjaga agar arsip laporan penaftran tersebut tetap mutakhir dengan car mengarsipkan
laporan tahunan, laporan kuartalan, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan SEC.
Informasi keuangan tertentu, temasuk laporan keuangan, harus diaudit oleh akuntan public
independen. Karena adanya persyaratan laporan yang berulang dengan SEC, maka Undang-undang ini
sering disebut sebagai continuous disclosure act (Undang-undang pengungkapan berkelanjutan).
Ketentuan tentang kewajiban utama dalam undang-undang tahun 1934 ini disajikandalam pasal 18,
10,dan 32.

D. PERTIMBANGAN LAIN
1. Kewajiban Menurut Racketeer Influenced and Corupt Organization Act
RICO memuat ketentuan perdata yang memperbolehkan semua orang ynag secara pribadi menjadi
korban pola kegiatan pemerasan untuk menuntut rugi 3x lipat ditambah dengan penggantian
imbalan untuk kuasa hukum. Bagaimanapun juga, para auditor akan tetap dinyatakan bersalah
menurut RICO apabila pengadilan menyimpulkan bahwa hubungan antara auditor dengan klien telah
melampaui batas peran tradisional auditing.
2. Standar Profesional dan Keputusan Hukum
Terdapat perbedaan pendirian dikalangan AICPA, SEC, dan pengadilan tentang kepentingan relatif
standar profesional dalam keputusan hukum.
AICPA telah membuat pernyataan berikut tentang pentingnya standar profesional dan kesaksian pakar
yang meyakinkan tentang standar-standar tersebut :
a. Standar komunikasi yang diperlukan diukur menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP) dan GAAS yang spesifik, dan apabila tidak didapati adanya peraturan-peraturan
atau kebiasaan yang spesifik, maka akan digunakan pandangan para pakar (CPA profesional).
b. Para Juri (atau pengadilan dalam hal peradilan tanpa juri) tidak berwenang untuk
mempertanyakan kebijaksanaan standar profesional.
Sebaliknya, pendirian SEC tentang standar profesional serta kesaksian pakar dari kalangan para auditor
adalah sebagai berikut :
a. Auditor memiliki kewajiban yang jauh melampaui batas GAAP dan GAAS yang spesifik atau
kebiasaan profesional untuk berkomunikasi secara efektif tentang informasi yang material.
b. Apabila GAAP dan GAAS ternyata memiliki kekurangan, maka SEC tidak ragu-ragu meminta
badan yan berwenang untuk menetapkan standar kinerja yang berarti tanpa memperhatikan
kesaksian pakar pada standar profesional.
Pendirian SEC ini mewajibkan adanya komunikasi yang efektif tentang informasi material yang akan
disampaikansecara wajar dan berarti kepada para investor awam.
Sedangkan pendirian pengadilan tentang kedua hal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Apabila profesi telah menetapkan GAAS yang spesifik untuk menghadapi masalah yang muncul,
maka tugas profesional akan dibatasi pada menyesuaikannya dengan standar, sehingga laporan
keuangan dapat memberikan informasi yang wajar dan berarti bagi investor. Meskipun auditor
tidak mengikuti standar profesional, namun kewajiban hanya akan dibebankan apabila laporan
keuangan benar-benar menjadi penyebab timbulnya kerugian bagi penggugat. Akan tetapi, apabila
laporan keuangan yang menyesatkan ternyata menimbulkan kerugian, maka pengadilan tidak
akan ragu-ragu menghukum auditor meskipun terdapat bukti kuat adanya kesesuaian dengan
GAAP dan GAAS.
b. Apabila penerapan standar auditing memerlukan keahlian dalam mengevaluasi dan menguji
pengendalian intern, pengambilan sampel transaksi, dan mendapatkan bukti yang kompeten, maka
kesaksian pakar akan sangat meyakinkan. Namun, apabila dilakukan komunikasi temuan, maka
kesaksian pakar tentang kepatuhan pada GAAP hanya akan bersifat persuasif saja dan bukan
sesuatu yang memaksa.
3. Meminimalkan Risiko Litigasi
Para CPA menjalankan praktiknya dalam iklim kebijakan publik nasional yang sedang menekan pada
pentingnya perlindungan bagi konsumen (masyarakat umum) dari pekerjaan dibawah standar yang
dilakukan oleh para profesional. Dari hasil analisis diatas berbagai kasus pengadilan yang melibatkan
para CPA, direkmendasikan sejumlah tindakan pencegahan yang perlu diambil oleh seorang CPA
untuk meminimalkan risiko terjerat dalam litigasi.
a. Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa profesional. Surat-surat tersebut
akan menjadi dasar persetujuan kontraktual serta meminimalkan risiko kesalahpahaman
tentang jasa yang telah disepakati.
b. Melakukan investigasi yang menyeluruh atas klien prospektif. Investigasi ini penting
untuk meminimalkan kemungkinan CPA dikaitkan dengan klien yang manajemennya tidak
memiliki integritas.
c. Lebih menekankan mutu jasa dari pada pertumbuhan. Kemampuan sebuah kantor
akuntan untuk menetapkan staf dengan tepat pada suatu perikatan merupakan hal yang penting
bagi mutu pekerjaan yang dihasilkan. Penerimaan tugas dengan objek usaha baru yang akan
menimbulkan perlunya kerja lembur yang berlebihan, beban kerja diatas normal, serta
kurangnya supervisi dari profesional yang berpengalaman sebaiknya ditolak.
d. Mematuhi sepenuhnya ketentuan profesional. Kepatuhan pada Statement on Auditing
Standar (SAS) merupakan hal yang penting. Seorang auditor harus mampu memberikan
alasan terjadinya setiap penyimpangan dari pedoman yang telah ditetapkan.
e. Mengakui keterbatasan ketentuan profesional. Pedoman profesional tidak mencakup
semuanya. Selain itu, pengujian subjektif atas kelayakan dan kewajaran akan digunakan oleh
para hakim, juri, dan pejabat pemerintah dalam menimbang pekerjaan auditor. Auditor harus
menggunakan pertimbangan profesional yang mantap selama audit berlangsung dan dalam
penerbitan laporan audit.
f. Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian mutu.Kantor CPA dan
para auditor secara perorangan bertanggungjawab atas pengendalian mutu. Review sejawat
akan memberikan keyakinan independen tentang mutu dan efektivitas berlanjut dari prosedur
yang telah dirumuskan.
g. Membperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien dalam
kesulitan keuangan. Ancaman atas keadaan klien yang tidak solven ataupun kepailitan dapat
mengarah pada kesengajaan salah saji dalam laporan keuangan. Banyak gugatan hukum yang
dilancarkkan terhadap auditor berawal dari kepailitan perusahaan yang terjadi setelah terbitnya
laporan auditor. Auditor harus menimbang dengan cermat kecukupan dan kompetensi bukti
yang diperoleh ketika mengaudit perusahaan tersebut.
h. Mewaspadai risiko audit. Dalam pertemuan konsulatif antara para staf AICPA dengan
Dewan Standar Auditing (ASB) yang dilaksanakan secara periodik, dibahas tentang masalah-
masalah risiko audit yang harus diwaspadai. Risiko audit yang harus diwaspadai mengandung
informasi penting tentang perkembangan ekonomi dan kebijakan dalam industri tertentu yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan auditor dan pertimbangan profesional. Mengenali risiko
audit yang harus diwaspadai akan sangat membantu dalam menilai kelayakan dan kewajaran
laporan keuangan seorang klien dalam industri tertentu.

Anda mungkin juga menyukai