Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN I

Sasaran Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja

OLEH:

YOBELIA HABEL

(A31114035)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
SASARAN AUDIT, BUKTI AUDIT, DAN KERTAS KERJA

A. AUDIT TOP-DOWN VS. AUDIT BOTTOM-UP


Bukti audit top-down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan
industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumberdayanya untuk
mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi dipasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas
yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategi yang dihadapi
klien, bagaimana kline menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas.
Bukti audit bottom-up berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem
yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti buttom-up meliputi
beberapa bentuk penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran
penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

B. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT


Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang lingkup dan
pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
a. Sifat Pengujian Audit
Sifat (nature) pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja
kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Auditor
juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan
audit yang spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman
yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian
substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit yang penting tentang sifat
pengujian audit tersebut.
b. Saat Pengujian Audit
Saat (timing) mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik
kesimpulan audit. Pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang
masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku
(sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa). Selain itu, banyak
perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal,
mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantif atas transaksi, dapat dilaksanakan
sebelum tanggal neraca.
c. Luas pengujian Audit
Luas (extent) prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti audit
yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi
yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh, seorang auditor dapat
mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada dalam akun piutang usaha atau
hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.
d. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi sesuai dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit
yang sedang diperiksa. (AU 316.27), consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82,
menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan dengan cara penugasan personel. Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang
berkaitan dengan bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2) bilamana akan memperoleh
bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), 4) siapa yang akan ditugaskan untuk
memperoleh bukti (penetapan staf audit).
C. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT
Tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain itu, tujuan audit juga dikembangkan untuk
(1) transaksi relevan yang memeranguhi piutang usaha, (2) aspek penting pada saldo akun piutang usaha
sebagaimana dilaporkan pada tanggal neraca. Dengan memahami tujuan audit spesifikini, auditor akan
mampu memahami salah saji yang mungkin timbul dalam laporan keuangan. Kemudian auditor auditor
dapat memperoleh bukti audit bahwa laporan keuangan telah menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, serta arus kas.
Tujuan Audit untuk Keberadaan atau keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian, biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai
berikut:
Validitas/pisah batas (cutoff): Semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama periode
akuntansi.
Validitas (completeness):: Semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat sebagimana
mestinya dalam neraca.
Tujuan Audit untuk Kelengkapan
Berkaitan dengan masalah kelengkapan, auditor biasanya akan memastikan hal-hal sebagi berikut:
Kelengkapan/pisah batas (cutoff): semua transaksi yang terjadi dalam periode itu telah dicatat.
Kelengkapan (completeness): semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva,
kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Tujuan Audit untuk Hak dan Kewajiban
Tentang maslah masalah hak dan kewajiban, biasanya auditor menguji kepemilikan, kesesuaian atas hak
entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan
kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien telah menggadaikan
atau menjual piutang, dan selanjutnya merencanakan untuk melakukan pengujian atas hak kepemilikan
yang sesuai
Tujuan Audit untuk Penilaian Atau Alokasi
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau lokasi di mana masing-masing
mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang berbeda pula. Auditor
akan menggunakan pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan tentang volume kegiatan dalam bisni, dan
pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi penjualan untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai
kotornya.
Tujuan Audit untuk Penyajian dan pengungkapan
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor menekankan perhatian secara khusus pada
klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
dalam siklus penjualan dan penagihan.

D. BUKTI AUDIT, INFORMASI PENGUAT, DAN PROSEDUR AUDIT


Dalam Bab sebelumnya telah disebutkan bahwa materialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta ukuran
dan karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Sedangkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah
relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.
Data Akuntansi dan Informasi Penguat
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit untuk mencapai tujuan
audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi
auditor. Komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar, kertas kerja,
rekonsiliasi dan sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan.
Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan keuangan. Auditor harus
merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat guna mendukung data akuntansi yang
mendasari tersebut. Jenis bukti penguat tersebut adalah (a) bukti analitis; (b) bukti dokumenter; (c) bukti
elektronik; (d) konfirmasi; (e) bukti matematis; (f) bukti fisik; (g) representasi tertulis; (h) bukti lisan.
Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi
bahan bukti yang mencukupidan kompeten.
a. Prosedur Analitis
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal dan laporan
presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran, serta
penggunaan model matematis dan statistik.
b. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan sumberdaya
berwujud.,
c. Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari sumber independen diluar organisasi klien.
d. Permintaan Keterangan
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan dari auditor. Permitaan
keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan
keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e. Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik sumberdaya berwujud
seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. (2) akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag
telah dicetak.
f. Penelusuran
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor (1) memilih
dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang
diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku
besar)
g. Pemeriksaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2)
mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk
menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
h. Pengamatan
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau
proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya
auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
i. Pelaksanaan Ulang
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk
menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern yang telah dirumuskan.
j. Teknik Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat
menggunakan teknik berbantuan komputer untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang
telah diuraikan sebelumnya.

E. KERTAS KERJA
Dokumentasi bukti audit disediakan dalam kertas kerja. Kertas kerja sebagai catatan yang disimpan oleh
auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit.

Jenis Kertas Kerja


Terdpat banyak jenis kertas kerja yang ada dalam suatu audit: (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan
analisis, (3) memoranda audit dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi.
a. Kertas Kerja Neraca Saldo
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit karena:
Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.
Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.
Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap item laporan keuangan.
b. Skedul dan Analisis
Apabila beberapa akun buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka harus disusun sebagai
skedul kelompok atau skedul utama. Skedul utama juga mengidentifikasi skedul atau analisis kertas
kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun kelompok tersebut.
c. Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda meliputi komentar-komentar atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1)
lingkup pekerjaan, (2) temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Selain itu, auditor juga dapat
menyusun memoranda audit untuk mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut:
Salinan risalah rapat dewan direksi
Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar organisasi
Salinan kontrak-kontrak penting.
d. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian merupakan koreksi atas kesalahan klien sebagai akibat pengabaian atau salah
penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri ayau
bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku
besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai.

Menyusun Kertas Kerja


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik adalah sebagai berikut
ini :
a. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif yang dapat
mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti Rekonsilisasi Bank-City Nasional Bank, serta
tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.
b. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau nomor referensi untuk
tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan seterusnya.
c. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lainnya
atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang.
d. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda pengecekan yang
digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur pada
item-item dimana tanda pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas kerja tersebut.
e. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan masing-masing tugasnya,
penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas
kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang
dilaksanakan.

Me-review Kertas Kerja


Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor CPA. Review tingkat
pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan atau manajernya. Review dilakukan apabila
pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan review
terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh,
serta kesimpulan yang tela dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila
pekerjaan lapangan telah diselesaikan semuanya.
Pengarsipan Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1) file permanen dan (2) file
tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor
dalam banyak perikatan dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file)
memuat informasi penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :
a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
b. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
c. Struktur organisasi
d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
e. Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
f. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun, perjanjian pembagian laba
dan bonus
g. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
h. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor. Namun hak
kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam
kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan
bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama
pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan.
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia bertanggung jawab untuk menyimpannya
dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak
terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan selama file
tersebut dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum
sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan jarang yang melampui waktu
enam tahun.

Anda mungkin juga menyukai