Anda di halaman 1dari 14

BAB III

MATCHING

Sebelum membahas lebih jauh mengenai optimal assignment problem dan

cara penyelesaiannya, pada bab ini akan dibahas mengenai definisi matching dan

matching pada graf bipartit, karena penyelesaian optimal assignment problem akan

menggunakan penerapan matching pada graf bipartit.

3.1 Definisi Matching

Misalkan G=(V,E) adalah graf sederhana dan bukan graf kosong. Maka,

matching M didefinisikan sebagai himpunan bagian yang tidak kosong dari rusuk

E(G) sedemikian hingga tidak ada dua rusuk dari M yang saling ajasen di G.

Selanjutnya simpul-simpul ujung dari matching M disebut matched di bawah M.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3.1. M ={e1,e6,e7} adalah salah satu contoh

matching yang dapat dibuat pada graf G.

Gambar 3.1

21
22

Jika M adalah suatu matching, maka suatu simpul vi dikatakan saturated oleh

matching M atau matching M saturates terhadap simpul vi jika ada sebuah rusuk dari

matching M menempel pada simpul vi tersebut. Sebaliknya jika tidak ada maka

simpul vi disebut unsatured M. Pehatikan Gambar 3.1, v1 dan v2 disebut saturated

oleh M, sebaliknya pada Gambar 3.2, v1 disebut unsaturated karena tidak ada

matching M yang menempel pada v1.

Gambar 3.2

Matching M disebut matching sempurna jika setiap simpul pada G saturated

oleh matching M. Pada Gambar 3.1 semua simpul saturated oleh matching M, maka

graf pada Gambar 3.1 merupakan contoh matching sempurna. Sedangkan pada

Gambar 3.2 ada satu simpul yaitu v1 yang tidak saturated oleh matching M, maka graf

pada Gambar 3.2 bukan contoh matching sempurna.


23

Dari sebuah graf G, bisa saja diperoleh lebih dari satu matching M. Suatu

matching M disebut matching maksimum jika untuk setiap matching pada graf G

tidak terdapat matching M' dengan . Sehingga setiap matching sempurna

adalah matching maksimum. Namun sebaliknya, jika M adalah matching maksimum

belum tentu M merupakan matching sempurna. Gambar 3.1 merupakan matching

sempurna sekaligus matching maksimum dan Gambar 3.2 merupakan contoh

matching maksimum tetapi bukan matching sempurna.

Misalkan M adalah matching dan P adalah lintasan pada graf G. lintasan P

disebut M-alternating jika rusuk-rusuk pada P terbentang dalam M dan berada pada

E(G)\M, dengan kata lain rusuknya bergantian antara M dan E(G)\M. Selanjutnya

Lintasan P disebut M-augmenting jika lintasan ini M-alternating dan simpul awal

serta simpul akhir dari lintasan P merupakan M-unsaturated. Untuk lebih jelasnya

perhatikan Gambar 3.3.


24

Gambar 3.3

Pada Gambar 3.3, yang merupakan contoh lintasan M-alternating yaitu v1e1

v4e2v2e3v6e6v5e7v3. Sedangkan v8e9v6e3v2e5v5e7v3e8v7 merupakan contoh lintasan M-

augmenting karena simpul awalnya yaitu v8 dan simpul akhirnya yaitu v7 merupakan

simpul yang berada pada E(G)\M dan unsaturated M.

Misalkan M adalah matching pada graf G, dan terdapat matching lain, sebut

saja dengan menunjukan perbedaan simetris M dan . Maka dapat

diperoleh suatu graf H=G( ) yang merupakan graf yang direntang oleh rusuk

dengan menghapus semua rusuk dan rusuk (G\M) (G\ ). Untuk

lebih jelasnya perhatikan contoh 3.1.

Contoh 3.1:

Diberikan graf G yang memuat matching M dan matching seperti pada

Gambar 3.4. Akan dicari H= G( ).


25

Gambar 3.4

Rusuk yang menghubungkan simpul v5 dan simpul v8 merupakan anggota

anggota matching M sekaligus anggota matching ( ). Maka, rusuk tersebut

dihapus. Rusuk yang menghubungkan simpul v5 dan simpul v11 serta rusuk yang

menghubungkan simpul v6 dan simpul v8 bukan anggota matching M sekaligus bukan

anggota matching ((G\M) (G\ )), oleh karena itu dihapus. Selanjutnya

diperoleh H= G( ) seperti Gambar 3.5.


26

Gambar 3.5

H=G( )

Lemma 3.1:

Misalkan M dan adalah dua matching yang berbeda pada G, H = G

( ), dengan menunjukkan beda simetris dari M dan . Setiap komponen

dari H pasti berkaitan dengan salah satu dari ketiga bentuk di bawah ini:

1. Simpul terisolasi.

2. Siklus (M, M)-alternating dengan orde genap.

3. Lintasan (M, M)-alternating.

(Junming Xu, 2003: 232-233)

Bukti:
27

Misalkan V adalah himpunan simpul dan E adalah himpunan rusuk pada graf

G dengan M dan adalah dua matching yang berbeda, maka akan terdapat tiga

kasus:

1. Simpul yang berinsiden dengan rusuk atau rusuk (G\M) (G\ )

tetapi tidak berinsiden dengan matching M maupun , maka pada graf H

simpul tersebut merupakan simpul terisolasi.

Gambar 3.6

Graf G dengan dua matching yaitu matching M (ditandai

dengan garis tebal) dan matching (ditandai dengan garis putus-putus)


28

Gambar 3.7

H=G( )

2. Andaikan P adalah komponen dari H. Dalam hal ini . Jika

semua simpul pada P mempunyai derajat dua, maka masing-masing

simpulnya berinsiden dengan satu rusuk pada M dan satu rusuk pada .

Maka dapat disimpulkan bahwa siklus (M, M)-alternating dengan orde

genap.

3. Ada xV(P) sedemikian hingga degH(x) = 1. Maka terdapat paling sedikit

satu simpul misalkan saja simpul y, dengan derajat satu selain simpul x.

Ketika (P) 2, P adalah lintasan yang menghubungkan x dan y. Simpul-

simpul internalnya (jika ada) merupakan simpul berderajat dua, maka P

adalah Lintasan (M, M)-alternating.


29

Contoh 3.2:

1. Perhatikan Gambar 3.6 dan Gambar 3.7. Simpul v2,v4,v9 pada graf G menjadi

simpul terisolasi pada graf H.

2. Pada Gambar 3.7, v1v7v3v10 adalah lintasan (M, M)-alternating.

3. Pada Gambar 3.7, v5v8v6v11 v5 adalah siklus (M, M)-alternating dengan orde

genap.

Teorema 3.1 (Teorema Berge):

Matching M pada graf G adalah matching maksimum jika dan hanya jika G

tidak mengandung lintasan M-augmenting (Chartrand and Lesniak, 1996: 259).

Bukti:

() Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan M adalah matching

maksimum pada graf G dan terdapat lintasan M-augmenting P. Dalam

hal ini, P haruslah memiliki jumlah rusuk yang ganjil, karena agar suatu

lintasan P merupakan lintasan M-augmenting, setiap satu rusuk yang

merupakan matching M harus berajasen dengan dua rusuk lainnya yang

bukan matching (E(G)\M).

Untuk lebih jelasnya, misalkan lintasan M-augmenting P=v0v1v2 vk-

1vk. Perhatikan bahwa k jumlah rusuk berjumlah ganjil, karena v0 dan vk


30

unsarated M, artinya v0v1 dan vk-1vk harus bukan anggota matching M.

Selanjutnya, definisikan himpunan rusuk (G) dengan = (M-

{v1v2, v3v4,, vk-2vk-1}) { v0v1, v2v3,, vk-1vk}, maka merupakan

matching pada graf G dengan nilai . Hal ini kontradiksi

dengan M adalah matching maksimum. Oleh karena itu, jika M adalah

matching maksimum pada graf G, maka G tidak mungkin memiliki

lintasan M-augmenting.

() Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan M bukan matching

maksimum dan adalah matching maksimum di G. Akibatnya

. Definisikan, H=G( ) dengan menunjukkan

beda simetri di M dan .

Dari pembuktian lemma 3.1, diperoleh setiap simpul di H berderajat 1

atau 2, karena setiap simpul di H berinsiden dengan paling banyak satu

rusuk di M dan satu rusuk di . Dengan demikian, komponen H adalah

lintasan yang rusuknya bergantian di M dan atau siklus dengan

banyak rusuknya adalah genap. Karena dimisalkan sebagai matching

maksimum, dari penjelasan sebelumnya diperoleh .

Akibatnya, H mempunyai lebih banyak rusuk dibandingkan rusuk M.

Sehingga lintasan P di H yang rusuk awal dan rusuk akhirnya adalah

anggota dari . Dengan kata lain simpul awal serta simpul akhir dari
31

lintasan P merupakan M-unsaturated. Maka lintasan P adalah lintasan

M-augmenting.

Kita peroleh pernyataan, jika M bukan matching maksimum di G maka

G mengandung lintasan M-augmenting. Pernyataan ini ekivalen dengan

jika G tidak mengandung lintasan M-augmenting, maka M adalah

matching maksimum di G.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, algoritma Kuhn-Munkres dapat

direpresentasikan dengan graf bipartit. Representasi algoritma Kuhn-Munkres pada

graf bipartit melibatkan penerapan matching, maka akan dibahas mengenai matching

pada graf bipartit.

3.2 Matching Pada Graf Bipartit

Sebelum membahas lebih jauh mengenai matching pada graf bipartit, akan

dijelaskan dulu mengenai himpunan persekitaran. Misalkan terdapat graf sebarang

G=(V,E), dengan V adalah himpunan simpul pada G dan S merupakan subset dari

V(G), maka himpunan persekitaran dari S (neighbour set of S) adalah himpunan

semua simpul yang berajasen dengan simpul-simpul di S. Himpunan persekitaran

biasanya dinotasikan dengan NG(S).

Teorema 3.2 (Teorema Hall):


32

Misalkan G adalah graf bipartit dengan bipartisi {X,Y}. Maka G mengandung

sebuah matching yang saturates untuk setiap simpul di X jika dan hanya jika

untuk setiap (Junming Xu, 2003: 212).

Bukti:

() Misalkan G mengandung matching M yang saturates pada tiap simpul di

X dan S adalah subset dari X. Karena tiap simpul pada S matched di

bawah M dengan simpul berbeda di , maka diperoleh

() Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan G adalah graf bipartit

yang memenuhi untuk setiap , tetapi G tidak

mempunyai matching yang saturates pada setiap simpul dari X.

Misalkan M* adalah matching maksimum pada G, maka akan terdapat

simpul u di X yang merupakan unsaturated M*.

Selanjutnya definisikan himpunan simpul di G dengan Z={vV(G):

terdapat lintasan M*-alternating dari u ke v}, dengan kata lain Z adalah

himpunan semua simpul yang terhubung ke u oleh lintasan M*-

alternating. Karena M* adalah matching maksimum dan u unsaturated

M*, dari teorema 3.1 (teorema Berge) diperoleh u adalah satu-satunya

simpul yang unsaturated M* pada Z.


33

Misalkan S = Z X dan T = Z Y. Maka diperoleh simpul pada S\{u}

matched di bawah M* dengan simpul pada T. Sehingga

dan T subset dari .

Lebih tepat lagi NG(S)=T karena setiap simpul di NG(S) terhubung ke u

oleh suatu lintasan M*-alternating. Tetapi dan NG(S)=T,

jadi diperoleh hal ini kontradiksi dengan

pernyataan Maka haruslah G memiliki matching yang

saturates terhadap setiap simpul di X.

Akibat 1 (Teorema Marriage, Forbenius):

Graf bipartit G dengan bipartisi {X,Y}, memiliki matching sempurna jika dan

hanya jika dan untuk setiap atau Y (Junming Xu,

2003: 213).

Akibat 2 (Knig):

Jika G adalah graf bipartit k-regular dengan k > 0, maka G memiliki sebuah

matching sempurna (Junming Xu, 2003: 213).

Bukti:

Misalkan G adalah graf bipartit k-regular dengan bipartisi {X,Y}. Karena G

adalah k-regular, maka . Karena k>0, maka .


34

Misalkan S subset dari X, dengan E1 adalah himpunan rusuk yang berinsiden

dengan simpul di S dan E2 adalah himpunan simpul yang berinsiden dengan

simpul di NG(S). Maka berdasarkan definisi NG(S) diperoleh E1 subset dari E2

oleh karena itu diperoleh . Selanjutnya hal ini

menunjukan , maka berdasarkan teorema Teorema 3.2 (teorema

Hall) diperoleh pernyataan bahwa G memiliki matching M yang saturates

terhadap setiap simpul di X, dan karena , maka M adalah matching

sempurna.

Anda mungkin juga menyukai