Anda di halaman 1dari 23

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PUSKESMAS SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG

Oleh:

LUKMANUL HAKIM

NIM. 100500167
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PUSKESMAS SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG


Oleh:

LUKMANUL HAKIM

NIM. 100500167

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PUSKESMAS SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG

Oleh:

LUKMANUL HAKIM

NIM. 100500167
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak beberapa dasawarsa terakhir masyarakat semakin menyadari pentingnya upaya mengatasi
masalah-masalah lingkungan hidup. Diantara masalah-masalah lingkungan yang banyak mendapat
perhatian publik adalah menipisnya sumber daya alam dan tingginya pencemaran. Hal tersebut
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Jika masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi dapat
mengancam kelangsungan pembangunan nasional dibidang lingkungan hidup. Bahwa untuk
melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Bahwa kegiatan puskesmas mempunyai potensi menghasilkan limbah yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian
terhadap pembuangan limbah cair yang dibuang ke lingkungan.

Secara umum, limbah puskesmas terdiri dari tiga kelompok yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah
gas. Limbah tersebut biasa dianggap sebagai limbah yang infeksius sehingga diperlukan pemisahan
limbah secara ketat berdasarkan jenis limbahnya, akan tetapi hal ini sangat bergantung pada macam
dan jenis kuman yang terkandung di dalam limbah dan jenis limbahnya. Pada beberapa jenis limbah,
kuman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena memang sesuai dengan kondisi ideal yang
dibutuhkan oleh jenis kuman tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan kuman dengan menggunakan berbagai cara pengolahan limbah,
bahkan memusnahkan kuman yang ada agar tidak menyebar ke lingkungannya. Secara alamiah cahaya
matahari yang mengandung sinar ultra ungu juga mengendalikan pertumbuhan kuman, namun pada
beberapa kondisi hal tersebut tidak cukup memadai dalam mengendalikan kuman yang ada di
puskesmas, sehingga perlu dilakukan berbagai cara dan metode agar pengendalian kuman tersebut
dapat dilakukan dengan cara yang seefektif mungkin dengan maksud agar dampak yang diakibatkan
dapat ditekan seminimal mungkin. Upaya pengendalian pencemaran kuman penyebab penyakit
biasanya dilakukan oleh suatu tim yang dinamakan Tim Pengendali Nosokomial, yaitu sebuah tim
pengendali intern puskesmas untuk menangani dan menanggulangi infeksi di puskesmas. Tim
pengendali nosokomial bertugas melakukan upaya agar tidak terjadi cross contamination, waterborne
disease, dan airborne di lingkungan Puskesmas, Prihandito (1996). Dengan demikian tidak terjadi
penularan penyakit di antara sesama pasien, sesama petugas maupun antara petugas dan pasien
bahkan masyarakat sekitar puskesmas.

Kabupaten Tana Tidung adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia yang di
setujui pembentukannya pada sidang paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari 3 wilayah kecamatan di kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur, yakni
Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan Kecamatan Tanah Lia. Sejak tahun 2012, Kabupaten ini
merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan pemekaran Provinsi baru tersebut dari
Provinsi Kalimantan Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengelola limbah yang terdapat di Puskesmas Sesayap Hilir
Kabupaten Tana Tidung.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang pengelolaan
limbah Puskesmas Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik limbah adalah zat atau bahan
buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,
sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah
hasil buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas
melebihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. (Suharto,
2011).

Adapun karakteristik limbah adalah sebagai berikut:

1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil yang dapat kita lihat.

2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada lingkungan yang
terkena limbah saja melainkan berdampak pada sektor-sektor kehidupan lainnya, seperti sektor
ekonomi, dan sektor kesehatan.

3. Berdampak jangka panjang antar generasi, maksudnya masalah limbah tidak dapat diselesaikan
dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada generasi yang akan datang.

4. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai), yaitu
limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan,
kotoran, dan lain-lain.

5. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable
waste/tidak mudah terurai), misanya plastik, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.

B. Tinjauan Umum Limbah Puskesmas

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-
milah limbah ke dalam berbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara
pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh
mungkin menghindari risiko kontaminsai dan trauma, Abednego M, (1993). Jenis jenis limbah rumah
sakit:

1. Limbah Klinik.

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi.
Limbah ini berbahaya dan mengakibatkan infeksi kuman. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas
sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum- jarum dan semprot bekas, kantung urin, dan produk
darah.

2. Limbah bukan Klinik.

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan
cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.

3. Limbah Dapur.

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor yang bukan berasal dari tempat-tempat penghasil
limbah infeksius.
C. Pengelolaan Limbah

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, yaitu
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan
air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan
terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus. Rumah sakit merupakan
sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan
sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa.
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.
Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit.

Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus
memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu
memperhatikan hal-hal berikut:

a) Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan
yang lain untuk bukan klinik.

b) Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.

c) Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah bukan klinik.

d) Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna
yang menyangkut pemisahan limbah adalah sebagai berikut:

a) Limbah harus dipisahkan dari sumbernya.

b) Semua limbah berisiko tinggi hendaknya diberi label jelas.

c) Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana
plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

Dibeberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas
yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna di bangsal
dan unit- unit lain.

a) Penyimpanan limbah

Cara penyimpanan limbah adalah sebagai berikut :


1) Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian
atasnya dan diberi label yang jelas.

2) Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi
badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan.

3) Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah
dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai.

4) Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum
diangkut ke tempat pembuangannya.

b) Penanganan limbah

Petugas pengangkut limbah memperlakukan limbah sebagai berikut:

1) Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup.

2) Kantung dipegang pada lehernya.

3) Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat
dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut.

4) Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus
kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging).

5) Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di
dalam kantung yang salah.

6) Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya ke dalam kantung limbah.

c) Pengangkutan limbah

Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bukan klinik
misalnya dibawa ke kompaktor, limbah klinik dibawa ke incinerator.

d) Pembuangan Limbah

Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang di tempat penimbunan
sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan
kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai
membusuk. Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan
limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan
khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar:

1) Tidak berbau (terutama oleh gas H2S dan Amoniak).

2) Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam.
3) Angka kuman. Ruang operasi: kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman pada gen
(khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi:
kurang dan 700 kaloril m3 udara dan bebas kuman patogen.

Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah
ditentukan. Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. Insineratorberukuran
kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 oC atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah
sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit
yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa
keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk
benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik
dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi
sebagai berikut:

1) Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

2) Tebarkan limbah klinik di dasar lubang sampai setinggi 75 cm.

3) Tambahkan lapisan kapur.

4) Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter di
bawah permukaan tanah.

5) Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medis, dan non
medis yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial, budaya
dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar terhadap lingkungan.

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa
virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum
ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dari
rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas,
penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air,
tanah, serta pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen
kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia. Undang-undang Nomor
23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu pemerintah
menyelenggarakan usaha-usaha dalam lapangan pencegahan dan pemberantasan penyakit pencegahan
dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan pada
rakyat, dan lain sebagainya. Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka usaha
pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami kemajuan. Adapun cara-cara
pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah rumah sakit antara lain adalah melalui proses
pengelolaan limbah padat rumah sakit dan proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi menerima limbah
cair yang berasal dari berbagai alat yang menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam
gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan
buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran pembuangan ke
perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota. Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal,
dapur, kamar operasi, dan lain sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-
baiknya sehingga kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar
dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut.

e) Upaya pengolahan limbah rumah sakit secara ozonisasi

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus,
senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah
sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari Laboratorium paling perlu
diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji Laboratorium tidak bisa diurai hanya
dengan aerasi atau activated sludge. Bahan- bahan tersebut mengandung logam berat dan infeksius,
sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum "dilempar" menjadi limbah tak berbahaya. Untuk
foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah
bahan ini digunakan, limbahnya dibuang. Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang
lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari
Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi
kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih
300 lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di
Amerika. Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan,
pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya
penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi
dengan senyawa di sekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat
dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge. Melalui proses
oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri Escherichia
coli,Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisme patogen lainnya (Crites,
1998).

Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisme (cell lysis)
sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2)
dan hidroksil radikal/hydroxyl radical (-OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan
perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair
domestik dan industri. Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry,
toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor
untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi
senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair.Limbah cair yang sudah teroksidasi
kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada
tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi
dalam tangki reaktor dapat diendapkan. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi.
Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat polutan yang terlewatkan pada
proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan
karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti,
dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke
sungai. Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hydroxyl radical (-OH), sebuah radikal bebas yang
memiliki potensial oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V), dan chlorine (1.36
V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol,
pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikal
akan berubah menjadi hydroquinone,resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi
asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan
kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air. Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat
dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisme, menghilangkan bau, dan
menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik
serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit. Pada
saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap
oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses
penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen
peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air
yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya
sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%. Dengan pemanfaatan
sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat
menggunakan kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu
juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas seperti:

1. Potensi pencemaran limbah rumah sakit

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh Rumah Sakit di
Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa
dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari.
Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh
menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa
limbah infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat)
Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari
gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan
dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Rumah Sakit di Indonesia
menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahayakan kesehatan di
lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5-0,6 Kg per tempat tidur rumah sakit per
hari.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Penelitian dilakukan selama
2 (dua) bulan mulai pada tanggal 02 Mei 2013 sampai dengan02 Juli 2013, yang meliputi kegiatan
orientasi lapangan, persiapan penelitian, pembuatan daftar pertanyaan, pengumpulan data, hingga
penyusunan penulisan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Alat tulis, digunakan untuk menulis data selama penelitian.

Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Lembar kuisoner yang digunakan untuk pengambilan data.

2. Pada penelitian karya ilmiah ini, peneliti menggunakan petugas Puskesmas sebagairesponden
narasumber untuk mendapatkan informasi. Responden 10% dari total petugas di
Puskesmas. Responden dipilih secara purposive.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan penelitian (Alat tulis, kuisioner dan kamera).

2. Melakukan survei lapangan, menentukan lokasi penelitian yang akan dilaksanakan.

3. Membagi kuisioner kepada petugas Puskesmas.

4. Mengambil gambar atau foto di sekitar lokasi penelitian.

5. Melakukan pengumpulan data dari kuisioner serta informasi yang didapatkan daripetugas
Puskesmas

6. Mengolah data, menganalisa semua data yang didapatkan.

7. Menyusun laporan penenlitian


D. Pengolahan Data

Data yang dihasilkan diolah kemudian dipresentasikan, diklasifikasikan, kemudian ditabulasikan.


Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara menyeluruh
mengenai keadaan yang sebenarnya tentang pengelolaan limbah di lapangan sesuai dengan data yang
diperoleh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sesayap merupakan salah satu desa yang tertua yang berada di Kecamatan SesayapKabupaten
Bulungan dan terjadi pemekaran wilayah Kecamatan Sesayap wilayah bagian timur
yaituKecamatan Sesayap Hilir kemudian sejak Kecamatan Sesayap Hilir Definitif akhirnya DesaSesayap
menjadi bagian Kecamatan Sesayap Hilir. Akhirnya pada tahun 2007 terbentuklah kabupaten pemekaran
baru yaitu Kabupaten Tana Tidung yang ibu kotanya terletak di Tideng PaleKecamatan Sesayap. Dengan
demikian Desa Sesayap menjadi kebanggaan Kabupaten TanaTidung yang perlu mendapat perhatian
serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tana TidungProvinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Semboyan
Desa Sesayap adalah "Desa MABAT" yaitu singkatan dari Mungil, Asri, Bersih, Aman, dan Tertib.

Secara administratif, Desa sesayap terletak sekitar 18 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten. Wilayah Desa
Sesayap didominasi oleh hutan. Luas wilayah seluruhnya 43.000 Ha dan penduduk berjumlah 1.851 jiwa
(pada 2012) serta kepadatan sebesar 9,33 jiwa/km2. Dengan batas-batas wilayah Desa Sesayap terdiri
dari:

Sebelah Utara : Kecamatan Sembakung

Sebelah Selatan : Desa Seludau

Sebelah Timur : Desa Sepala Dalung

Sebelah Barat : Desa Sebawang

2. Informasi Umum Puskesmas

Puskesmas Desa Sesayap Hilir merupakan puskesmas yang diresmikan tahun 2005. Puskesmas sesayap
hilir terletak di jalan Agis Pulak RT. IV Desa Sesayap Kecamatan Sesayap Hilir mempunyai luas tanah 339
m2 dan luas bangunan 151 m2.

Dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas Desa Sesayap Hilir mengacu pada azaz penyelenggaraan yaitu
wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan. Sejak tahun 2007 sampai dengan
sekarang puskesmas telah diberikan kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatan
dalam bentuk upaya preventif promotif dan operasional pelayanan kesehatan yang dituangkan dalam
RKA (Rencana Kerja dan Anggaran).

a. Pelayanan Puskesmas Sesayap Hilir

1. Poli Umum

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli umum terdiri dari pemeriksaan dan pengobatan pasien,
konsul dokter umum, pemeriksaan kesehatan lanjut usia (lansia), pelayanan rujukan danpemeriksaan
penyakit, dan pada setiap hari nya 10 hingga 15 pasien yang dilayani poli umum.

2. Poli kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli kesehatan ibu dan anak (KIA) terdiri dari pemeriksaan dan
pengobatan bayi dan balita, pemeriksaan dan pengobatan ibu hamil, perawatan bayi baru lahir,
penyuluhan ibu hamil dan menyusui, deteksi tumbuh kembang anak, audit maternal perinatal,
pelayanan rujukan, di poli KIA ini rata-rata pasien yang berkunjung per hari nya mencapai 5-8 pasien.

3. Poli keluarga berencana (KB)

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli keluarga berencana (KB) terdiri dari pelayanan KB subsidi,
pelayanan KB mandiri suntik, pelayanan KB mandiri pil, pelayanan KB mandiri susuk, pelayanan KB alat
kontrasepsi, pelayanan KB mandiri kondom, pemeriksaan papsmer, pelayanan rujukan, poli KB
ini melayani pasien 3-5 per hari.

4. Poli gigi

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli gigi terdiri dari perawatan gigi, pencabutan gigi (exo gigi
tetap, gigi susu), pengobatan pulpa tetap, bedah ringan, pelayanan rujukan, poli ini merupakan poli yang
jumlah pasien nya sangat minim di banding poli yang lain berkisar antara 1 sampai 2 pasien saja per hari
nya.

5. Poli gizi

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli gizi terdiri dari pelayanan kesehatan gizi, pelayanan
kesehatan gizi lansia, pelayanan diagnose status gizi, pelayanan penyakit diet gizi untuk penyakit
tertentu, pelayanan survei konsumsi gizi, pelayanan PMT anak sekolah, pelayanan paripurna gizi balita,
pelayanan kesehatan gizi ibu hamil, pelayanan konsultasi gizi,poli ini kedatangan pasien yang cukup
banyak dalam per hari nya mencapai 5-8 pasien.

6. Poli imunisasi

Pelayanan yang diberikan pada poli imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi BCG, pelayanan imunisasi
DPT1,DPT2,DPT3, pelayanan imunisasi polio1,polio2,polio3,polio4, pelayanan imunisasi campak,
pelayanan hepatitis B1,hepatitis B2,hepatitis B3, pelayanan imunisasi DT, pelayanan imunisasi TT,
pelayanan imunisasi TT ibu hamil, pelayanan imunisasi serum anti tetenus, poli ini melayani pasien
sangat jarang pada setiap hari nya karena imunisasi di lakukan berdasarkan jadwal yang telah di
tetapkan oleh pihak puskesmas.

7. Poli kesehatan lingkungan

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli kesehatan lingkungan terdiri dari pengambilan sampel air,
kesehatan sekolah, pengawasan pengobatan tradisional, pengawasan dan pendataan masjid,
pengawasan dan pendataan pasar, pengawasan dan pendataan kantin sekolah, pengawasan dan
pendataan warung makan, pendataan TPS, inspeksi rumah sehat, poli ini melakukan kegiatan rutin nya 2
hingga 3 kali dalam setiap bulan.

8. Poli tindakan

Pelayanan yang diberikan pada bagian poli tindakan terdiri dari tindakan bedah kecil, jahitan luka, ganti
perban, poli ini dalam setiap hari nya jumlah pasien yang ditangani cukup sedikit hanya sekitar 2 sampai
4 pasien.

9. Laboratorium

Pelayanan yang diberikan pada bagian laboratorium terdiri dari pemeriksaan golongan darah,
pemeriksaan gula darah, tes narkoba, tes kehamilan, pemeriksaan malaria, pemeriksaan TBC, poli ini
hampir tidak pernah melakukan pelayanan pada setiap hari nya dikarenakan persediaan peralatan yang
sangat minim dan listrik yang tidak menunjang kelancaran

b. Jumlah petugas puskesmas Sesayap hilir

Untuk memperlancar proses pelayanan kesehatan kepada pengunjung puskesmas diperlukan


adanya jumlah petugas layanan atau staff yang memadai, petugas yang memadai yaitu petugas atau
staff yang mampu secara cepat dan tepat menangani banyaknya tugas yang diemban atau dikerjakan,
dengan tidak adanya tumpang tindih pada pekerjaan serta tidak adanya petugas yang menganggur
karena kelebihan kapasitas penempatan petugas atau staff layanan.

Jumlah petugas pelayanan di Puskesmas Sesayap Hilir adalah : dokter 4 orang, bidan 11 orang, perawat
16 orang, TPG 2 orang, apoteker 1 orang, kesling 1 orang, analis 1 orang, supir 1 orang dan petugas
kebersihan 4 orang.

3. Pengelolaan Limbah Puskesmas

Puskesmas Sesayap Hilir adalah Puskesmas dengan pelayanan 24 jam dan pelayanan rawat inap (4
kamar). Bentuk layanan yang meliputi upaya pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat. Petugas Puskesmas
berjumlah 36 orang ditambah 1 tenaga supir dan 4 petugas kebersihan.

Sebagai puskesmas yang melayani kesehatan masyarakat, baik rawat jalan maupun rawat inap, memberi
konsekuensi terhadap adanya limbah yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil wawancara, limbah yang dihasilkan oleh puskesmas terdiri dari limbah berbahaya dan
limbah yang tidak berbahaya. Limbah berbahaya seperti jarum suntik dan yang tidak berbahaya antara
lain botol/tabung infus, kasa, sarung tangan, masker, bungkus/botol obat. Limbah-limbah yang
dihasilkan di puskesmas ini tidak terlalu banyak dan beragam sebagaimana limbah rumah sakit yang
memiliki kapasitas dan pelayanan yang luas. Data tentang volume persis sampah yang dihasilkan setiap
hari tidak diperoleh, namun dengan melihat kapasitas puskesmas tersebut limbah yang dihasilkan
tidaklah sebanyak puskesmas dan rumah sakit yang pelayanan dan kapasitanya besar.

Fasilitas kebersihan dan penampungan sampah yang tersedia di puskesmas yaitu tong sampah yang
dibedakan 2 (dua) warna yaitu hijau untuk sampah yang tidak berbahaya seperti kertas, plastik, kaleng
bekas minuman dan kuning untuk sampah.berbahaya seperti sisa obat-obatan bekas sedangkan untuk
membuang limbah berbahaya seperti jarum suntik, ditempatkan pada safety box khusus. Sampai
dengan tahap ini, penanganan limbah puskesmas telah sesuai dengan tata lakana penanganan limbah
medis yaitu Permenkes Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit yang meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan Limbah khususnya pada kegiatan
pemilahan limbah. Pada pemilahan limbah dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam berat
yang tinggi. Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah adalah kunci
pembuangan yang baik.

Pada tahap selanjutnya yaitu pengangkutan limbah. Limbah-limbah yang dihasilkan dikumpulkan atau
dipindahkan dari tong-tong sampah yang ada dan diangkut ke tempat pembuangan selanjutnya setiap
hari. Hal ini juga telah sesuai dengan Permenkes yang sama, di mana Limbah tidak boleh dibiarkan
dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka
harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu .

Pembuangan sampah ini Untuk golongan limbah yang tidak berbahaya seperti botol/tabung infus, kasa,
sarung tangan, masker, bungkus/botol obat, limbah langsung ditempatkan atau dibuang di tempat
pembuangan sampah sederhana tidak terlalu jauh dari puskesmas . Di Puskesmas Sesayap Hilir, belum
terdapat tempat pembakaran limbah kering khusus (incenerator). Oleh karenanya limbah-limbah
tersebut hanya di bakar di tempat pembakaran sampah terbuka (lihat Gambar...pada lampiran) oleh
petugas kebersihan.

Sedangkan untuk limbah berbahaya dan tajam seperti jarum suntik yang telah dipisahkan ke
dalam safety box, diangkut ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Tidung di Tideng Pale. Karena jarum-
jarum suntik tersebut telah berada pada tempat yang aman (Safety box) dan jumlahnya yang tidak
banyak, maka tidak disediakan kendaraan khusus untuk mengangkutnya.

Menurut Kuncoro (2008), pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai dari
sumber penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke tempat pembuangan untuk
dimusnahkan, atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan,
penghancuran, pengeringan dan pendaurulangan.

Untuk pembuangan limbah medis cair, Puskesmas Sesayap Hilir belum dilengkapi dengan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah). Padahal keberadaan IPAL bagi puskesmas dan rumah sakit penting sebagai
upaya untuk mereduksi atau mengurangi tingkat bahaya limbah cair yang dihasilkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sesayap Kecamatan Sesayap Kabupaten
Tana Tidung dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesadaran petugas Puskesmas cukup baik dalam mengelola limbah.

2. Limbah dibakar oleh petugas kebersihan Puskesmas seminggu sekali.

3. Dinas Kesehatan mengadakan penyuluhan terhadap petugas Puskesmas untuk melakukan kerja
bakti setiap bulan.

B. Saran

1. Perlu mengadakan koordinasi secara terpadu dari instansi yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan limbah dengan semua instansi dan masyarakat.

2. Sebaiknya dilakukan sosialisasi disertai pelatihan terhadap petugas di Puskesmasbahwa limbah


Puskesmas juga memilik nilai ekonomi jika dikelola, misalnya bekas botol infus dapat dijadikan kerajinan
tangan.

Lampiran. 1 Kuisioner Responden

KUISIONER RESPONDEN
Responden yang terhormat, kami adalah mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
sedang mengerjakan penelitian. Judul penelitian tersebut adalah PENGELOLAAN LIMBAH PUSKESMAS
SESAYAP KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG. Dalam penelitian ini kami
membutuhkan data primer dari petugas/Instansi dinas kesehatan. Oleh karena itu kami sangat
membutuhkan bantuan dari petugas/instansi dinas kesehatan untuk mengisi kuisioner ini. Atas
waktunya saya ucapkan terima kasih.

Bagian I

Pernyataan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas responden.

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Lama domisili :

6. Pekerjaan :

Bagian II

Pertanyaan pada bagian II merupakan tolak ukur pada pengelolaan limbah puskesmas. Oleh
karena itu Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

1. Menurut anda, apakah lingkungan puskesmas sudah terjaga kebersihannya dengan baik?

a. Iya

b. Tidak

2. Menurut anda, apakah petugas puskesmas selalu menjaga kebersihan?

a. Iya/sudah

b. Tidak/belum,

3. Aoakah selama ini anda telah membuang limbah puskesmas pada tempatnya?

a. Iya/sudah
b. Tidak/belum

4. Jenis limbah apa saja yang anda buang?

a. Organik

b. Anorganik

c. Organik dan anorganik

5. Apakah sebelum membuang sampah, anda terlebih dahulu memisahkan limbah organik dan limbah
anorganik?

a. Iya/sudah

b. Tidak/belum

6. Apa jenis tempat pembuangan limbah anda?

a. TPS

b. Sembarang tempat

7. Menurut anda, Bagaimana cara petugas mengelola limbah puskesmas?

a. Dibuang saja

b. Dibakar

c. Digunakan kembali

8. Menurut anda, limbah apa saja yang berbahaya di puskesmas?

a. Jarum suntik

b. Obat bekas

9. Menurut anda, apakah ada penanganan lebih lanjut setelah limbah dibuang ke TPS?

a. Ada/sudah

b. Tidak/belum

c. Tidak tahu

10. Jika pernah kapan limbah tersebut dibuang?


a. Setiap hari

b. Seminggu sekali

c. Sebulan sekali

11. Apakah dari pihak dinas kesehatan pernah mengadakan penyuluhan tentang bahaya dampak limbah
puskesmas?

a. Ada/pernah

b. Tidak/belum

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran Kelapa Sawit.Penebar
Swadaya. Jakarta.

Anonim, 2011a. Dokumen rkttl (Rencana Kerja Tahunan Teknis&Lingkungan).

Anonim, 2011b. Dokumen rkab (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya).

Anonim, 2011c. Dokumen CSR yang Telah di Realisasikan.

Anonim, 2011d. Peta Geografis PT. LHI.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.Agro Media Pustaka Jakarta

Pahan, 2006. Pemupukan Tanaman Vegetatif dan Generatif

Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktifitas Kelapa Sawit. Kanisius.

Yogyakarta.

Sastrosayono. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.


Sunarko, 2009. Penyiraman Tanaman Kelapa Sawit.

Syaufii, M. 2000. Standar Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Keselamatan Kerja dan
Peraturan Perundangannya. Departemen Tenaga Kerja RI.Jakarta.

Yudantara IK. 1999. Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Bedugul Corpotatiaon & Trading
Company.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai