Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memenuhi Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) dan
Sarjana Hukum (S.H.) pada Fakultas Syariah dan Fakultas Hukum
Universitas Islam Bandung
OLEH :
MILDI HAKIM
14010103001
PROGRAM KEMBARAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010 M / 1431 H
PERSETUJUAN
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
(Hj. Tatty Aryani Ramli S.H., M.H.) (H. Asep Ramdan H., Drs., M.Si.)
Mengetahui :
(H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., M.H.) (Neneng Nurhasanah, Dra., M.H.)
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqosahkan oleh tim penguji pada hari sabtu, tanggal 20
Februari 2010, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana (SI) pada jurusan Peradilan Agama Fakultas Syariah Universitas
Islam Bandung.
Ketua Sekertaris
(H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., M.H.) (Neneng Nurhasanah, Dra., M.H.)
Tim Penguji
MOTTO
KOLOM PERSEMBAHAN
'#$$!$$!$$$$'#**#))'#$#$$
$$#)$$!&$$!'!*#))'&$$!!'!*#))'
$$#+,"
+# -"-),+*+"!.!!*!#*#+/
,#*'-"0!*1 !-$
1'*-!*!**,-$!##.2
.-*#$!,!)-*3'!1"*2*,-"!$)#,-"#*'*!+$'$))-*.+!
3$*+-!'#.*4-)1,-$!#'!).#*!'1%'1*2'*$$)-)#$!+*
,-$!#,!++-!+!'#.'!'#*!)#.#*'!+!"5)!*66
2*'2)#$)!$
"7$)82*-$$#)-),!),!*.-*#$!'"!
+-0!$!*$$)-)*!$,-$!#'!!!*2#.2.-*#$!!'+)-*2!).*
'"!3$*)$)42$$).#*!$'1*2,-"!+*$"))#
'*3'!+*,-$!#'!*"),%),)#2*$-5)!*6
ABSTRAK
Kata Kunci : Dendeng, Daging Babi, Hukum Positif dan Hukum Islam
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan hidayatnya
Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
dimana berkat ajaran-ajarannya kita bias terbebas dari kebodohan dan kegelapan
dunia menuju kepada dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan cahaya
kebenaran.
Penjualan Dendeng Sapi Yang Mengandung Daging Babi Menurut Hukum Positif
dan Hukum Islam. Oleh karena itu, penulis meneliti lebih jauh masalah tersebut
Adalah sangat tidak bijaksana apabila dalam kata pengantar ini penulis
telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sebagai
manusia yang penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari dengan sepenuh hati
dan setulus jiwa bahwa tapa bantuan mereka tentu penulis tidak akan mampu
sebesar-besarnya kepada :
4. Keluarga besar K.H. Zaenuddin (Mama Aed) atas doa dan dukungan
morilnya
5. Kelurga besar K.H. Marfu Kamil atas doa dan dukungan morilnya
semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa dan budi baik
beliau.
8. Bapak H. Asep Ramdan Hidayat, Drs., M.Si., selaku dosen wali dan
penulis.
9. Ibu Hj. Tatty Aryani Ramli, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing di
10. Para dosen Fakultas Syariah dan Fakultas Hukum serta seluruh civitas
akademik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
11. Special Thanks to Ria Trisnawati S.H., S.H.I. dan keluarga yang telah
12. Untuk sahabatku Deri dan orang yang dekat denganku yang tak bias
13. Nono S.H., S.H.I., Rina S.H., S.H.I., Fabian, S.H., S.H.I., Dewi S.H.,
S.H.I., dan semua kawan di Fakultas Syariah dan Hukum serta kawan
14. Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan, sehingga
Hanya kepada Allah SWT semua penulis kembalikan, semoga Allah SWT
membalas segala apa yang mereka berikan dengan imbalan yang setimpal. Amin.
Kepada Allah SWT lah kita memohon agar skripsi ini dapat member
manfaat, agar Dia member rizki kepada kita berupa kelurusan kata dan tindakan,
menjauhkan kita dari tergelincirnya pikiran dan pena. Sesungguhnya Allah maha
mendengar permohonan.
Mildi Hakim
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ............................................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... ii
MOTTO ............................................................................................................ iii
KOLOM PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
C. Pengertian Pangan menurut UU Pangan ............................................ 33
D. Pengertian Produk .............................................................................. 34
1. Pengertian Produk Cacat ............................................................... 35
2. Macam-Macam Produk Cacat ........................................................ 37
3. Pengertian Tanggung Jawab Produk (product Liability) ................. 38
II. Landasan SyarI (Jual Beli Dendeng Sapi yang Mengandung Daging
Babi) ..................................................................................................... 41
A. Komponen Dalam Islam .................................................................... 41
B. Muamalah ......................................................................................... 43
1. Pengertian Muamalah ................................................................... 43
2. Ruang Lingkup Muamalah ........................................................... 44
C. Jual beli Dalam Islam .......................................................................... 45
1. Pengertian Jual Beli ....................................................................... 45
2. Landasan Hukum Jual beli ............................................................. 46
3. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ..................................................... 47
D. Bentuk-Bentuk Jual Beli ..................................................................... 49
E. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam .................................................. 51
C. Badan/Lembaga Perlindungan Konsumen Yang Mengawasi Peredaran
Pangan ................................................................................................ 76
D. Peran Dan Fungsi Badan/Lembaga Perlindungan Konsumen Yang
Mengawasi Peredaran Pangan ............................................................ 79
E. Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Pada Kenyataannya Yang
Merugikan Konsumen ........................................................................ 83
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari
umat Islam tidak terlepas dari syariat Islam begitupun dalam memenuhi
muslim. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut tidak dapat dilakukan sendiri, maka
1
http://parakontel.net/in/?p=75#more-75 (dikutip 19 mei 2009)
melindungi konsumen dan tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku
berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam
jawab sehingga tersedia pangan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat serta
pangan selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harga yang terjangkau
juga harus memenuhi persyaratan lain, yaitu sehat, aman, halal. Jadi, sebelum
2
kristiyanti, Celina Tri Siwi.. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika. Jakarta. 2008.Hlm
.12.
3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Penjelasannya ,
Visimedia, Jakarta, 2007. hlm. 51
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pertimbangan bagian
(c)
dan cita rasa, maka terlebih dahulu pangan tersebut harus benar-benar aman untuk
cemaran pestisida, logam berat, mikroba pantogen ataupun tercemar oleh bahan-
penggunaan daging babi pada dendeng/abon sapi yang diproduksi oleh usaha kecil
dan menengah (UKM). Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu
bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di
Indonesia. Jadi, usaha kecil dan menengah (UKM) mempunyai peran penting
nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15
persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan
usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga
kerja5.
Dendeng sebagai produk UKM adalah salah satu makanan tradisional yang
salah satu produk awetan daging tradisional yang sangat populer di Indonesia.
5
Aloysius, Gunadi Brata Distribusi Spasial Ukm Di Masa Krisis Ekonomi,
www.ekonomirakyat.org [Artikel - th. ii - no. 8 - nopember 2003]
kandungan mineral seperti kalsium, fosfor, dan besi. Sebagai produk olahan, masa
simpannya lebih lama dibanding daging sapi segar, sehingga produk dendeng
adanya penggunaan daging babi pada produk dendeng/abon sapi dengan nomor
penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
terhadap 15 produk dendeng dan 20 produk abon yang ada dipasaran, ditemukan 5
3. Abon & Dendeng Sapi Cap LIMAS kemasan 100 gram) diproduksi
Langgeng, Salatiga.
4. Dendeng Sapi Istimewa Beef Jerky Lezaaat kemasan 100 gram diproduksi
6
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1083217242,86128
7
Ibid
8
Surat Kabar Harian Pikiran Rakyat. Hal-1. Rabu 25 Maret 2009
5. Dendeng Daging Sapi Istimewa No.1 Cap 999, 250 gram diproduksi S.
Hendropurnomo, Malang9.
Bagi umat muslim tentu saja kasus ini sangat meresahkan sehingga
konsumen ragu bahkan bisa menolak untuk mengkonsumsi produk tersebut. Pada
sangat mencita-citakan adanya bisnis yang jujur, sehat dan tidak mengabaikan
juga secara khusus Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang pangan memberikan
dipasaran. Islam menganggap perdagangan sebagai salah satu wasilah kerja yang
Maka mencari rezeki dengan jalan berdagang ini dinamakan mencari sebagian
karunia Allah11. Seorang Muslim harus dipenuhi rasa suka sama suka pada
9
http://grandparagon.com/index.php/2009/04/16/5-produk-abondendeng-yang-dioplos-daging-
babi/
10
Qardhawi, yusuf.1995.Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid I.Gema Insani Press.Jakarta. Hlm-752a
11
Ibid.hal-753
B. Identifikasi masalah
kehalalannya ?
C. Tujuan Penelitian
12
Juhaya S. Praja, 1995: 114 sebagaimana dikutip dalam situs
http://www.mediakonsumen.com/Artikel1127.html
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
usaha, konsumen, ulama tentang jaminan produk halal bagi umat muslim
E. Kerangka pemikiran
1945 Pasal 1 ayat (3) Negara Indonesia adalah negara Hukum13. Sumber
hukum dalam hukum Indonesia adalah hukum adat, hukum Islam, dan hukum BW
yang pada perkembangannya telah banyak di adopsi menjadi hukum positif serta
untuk mencapai tujuan hidup bersama yaitu suasana perikehidupan bangsa yang
Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia14.
terlepas dari syariat Islam begitupun pangan sebagai kebutuhan dasar harus
Tahun 1996 tentang Pangan telah memberikan proteksi supaya umat muslim
terjaga kehalalannya.
13
UUD 45 Beserta Amandemennya. Bintang Pustaka Abadi
14
http://parakontel.net/in/?p=75#more-75 .loc.cit
barangdan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
barangdan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
Oleh karena itu, kewajiban pelaku usaha harus dilihat sebagi hak-hak konsumen15.
pengaturan yang lebih lanjut berkaitan dengan masalah pangan yang beredar
dipasaran bagi umat muslim khususnya dan non muslim umumnya yang berada di
Sangat jelas sekali bahwa pasal diatas telah melarang peredaran suatu
dendeng/abon yang mengandung daging babi dan telah beredar dipasaran, dimana
Hewan dan Kesmavet (BPPHK) Cikole, Kec. Lembang, Kab. Bandung juga
Badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan ayat (3) secara lebih
spesifik menyatakan :
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
dibawah standar atau kualitas yang lebih rendah daripada nilai harga yang
dibayar17.
Dalam Pasal 21 huruf (c) undang-undang no.7 tahun 1996 tentang Pangan
dinyatakan :
Tentu saja pelarangan ini berlaku untuk setiap produk makanan yang
sudah diketahui menggunakan bahan yang dilarang pada waktu melakukan proses
menjanjikan mutu yang baik akan tetapi diketahui mengandung bahan yang
dilarang.
17
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2005, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.hlm-66
18
Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan hlm-5 (adobe reader.net)
19
Ibid. hlm-6
Pangan memberikan suatu otonomi bagi pemeluk agama tertentu khususnya umat
masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak
dibedakan dalam dua hal besar, yaitu aman secara rohani dan aman secara
Islam, maka faktor kehalalan menjadi suatu prasyarat yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi; Sedangkan ciri teknis kemanan pangan, yaitu tidak mengandung
cemaran yang berbahaya, baik secara kimia, fisik, maupun mikro biologi20.
Berhubungan dengan prasyarat halal bagi muslim, maka Islam sendiri jauh
20
Purwiyatno Hariyadi dan Nuri Andarwulan, (SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor),
Mengonsolidasi Sistem Keamanan Pangan Di Indonesia. Sebagaimana dikutip oleh
Shofie,Yusuf. kapita selekta Hukum perlindungan konsumen di indonesia. PT Citra Aditya
Bhakti.2008. hlm-352
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
memakan makanan yang halal lagi baik, halal berarti dibolehkan oleh syara serta
baik berarti bergizi dan sehat; Asal dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
adalah halal dan mubah (dibolehkan), tidak ada satupun yang haram kecuali ada
nas yang sah dan tegas dari syari (yang berwenang membuat hukum itu sendiri,
Maka sesuatu yang dihalalkan dalam Islam sangatlah luas sebaliknya yang
Bahwa perkara yang haram itu sangat jelas hal ini diperkuat dengan hadis
nabi dari mutafaqun alaih yaitu ; sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram pun jelas... Oleh karena itu didalam masalah makananpun Allah telah
21
Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-quan Al-quran dan terjemahnya..depag
.1971
22
Qardhawi, Yusuf Halal dan Haram Dalam Islam, alih bahasa oleh Muammal Hamidy.PT
Bina Ilmu.Surabaya.1990 hal-()14-15)
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Di dalam ayat ini sangat jelas sekali bahwa salah satu makanan yang
diharamkan oleh Allah adalah babi. Dalam tinjauan fiqih, babi digolongkan
sebab pokok perdagangannya sudah mungkar yang ditentang dan tidak dibenarkan
umur hidup atau sejak dari buaian hingga ke liang lahad24, demikianpun untuk
berdagang; diriwayatkan bahwa umar bin khotob r.a. mengelilingi pasar dan
23
Al-Ashyar, Thobieb. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian
Rohani.PT.Al-Mawardi Prima.Jakarta. 2003 hal-(203-204)
24
Qardhawi, Yusuf. Op cit hal-190
berjualan dipasar kami melainkan orang yang faqih (mengerti peraturan jual beli).
Kalau tidak, niscaya dia memakan riba baik yang disengaja maupun tidak.
taqwa25.
F. Metodologi Penelitian
dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut
topik yang dibahas oleh penulis baik mengenai keamanan, pengawasan maupun
tanggung jawab yang dapat diberlakukan. Adapun data sekunder dibidang hukum
25
Yakub, Hamzah. Kode Etik Dagang Dalam Islam. Diponegoro. Bandung.1984 hal-28
26
Sumitro, Ronny Hanitiyo.Metodologi Penelitian Hukum Normatif dan Jurimetri.Jakarta.
Ghalia Indonesia, 1990
27
Ibid, hlm-11
MPR
c. Peraturan perundang-undangan
e. Yurisprudensi
f. Traktat
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami
c. Hasil-hasil penelitian
a. Bibliografi
b. Indeks kumulatif28.
2. Spesifikasi Penelitian
28
Ibid, hlm 11-12
Arikunto yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh29. Adapun teknik yang dilakukan dalam melakukan
sekunder.
pendukung analisis
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (ed. Revisi V), Rineka Cipta
, Jakarta, 1997. hlm.107
kepustakaan, yang dimaksudkan untuk mencari konsep, teori dan pendapat dalam
Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan sketsa awal penelitian dan mengestimasi
b. Pengumpulan Bahan
c. Penelitian Kepustakaan
bahan sekunder dan tersier diperoleh, maka penulis melakukan penelitian terhadap
d. Analisis Data
data-data yang terkait tersebut secara seksama sehingga memperoleh apa yang
e. Penyusunan Laporan
5. Metode Analisis
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya kemudian
yang ada sebagai norma hukum positif dan hukum Islam; kualitatif yaitu data
yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi lainnya.
kemudian data yang diperoleh disusun secara sistematis dan dianalisa untuk
G. Sistematika Penulisan
30
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986. hlm. 43
Penjualan Dendeng Sapi Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam, berupa
Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Positif yaitu Jual Beli Pada Umumnya,
Jual Beli Dendeng Sapi yang Mengandung Daging Babi, berupa Komponen
Muamalah, Jual beli Dalam Islam, yaitu Pengertian Jual Beli, Landasan Hukum
Jual beli, Rukun dan Syarat Sah Jual Beli, Bentuk-Bentuk Jual Beli dan Jual Beli
BAB III Pada bab ini pembahasannya meliputi: Penjualan Dendeng Sapi
Yang Mengandung Daging Babi Ditinjau Dari UUPK dan UU Pangan Serta
Hukum Islam, berupa Dendeng Sapi yaitu SNI Dendeng, Produk Dendeng Sapi
Tanggung Jawab Penjual Dendeng Sapi Yang Mengandung Daging Babi Menurut
Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dan Menurut Hukum Islam.
Daftar Pustaka
BAB II
perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan,1 artinya jual beli adalah suatu perjanjian dimana yang menjual wajib
membayar harga barang tersebut. Jika barang sudah diserahkan kepada pembeli,
oleh pembuat Undang-undang dalam pasal 1338 ayat (1) BW3. Asas ini
(perjanjian) yang berisi dan macam apapun (perjanjian bernama dan perjanjian
dan ketertiban umum.5 Perjanjian jual beli yang dilakukan oleh pelaku usaha akan
1
Subekti dan Tjitrosudibio Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta.2004 hal 366
2
Furqon, Andang. Harumiati. Imaniyati, Neni Sri dan Wiyanti Diana Pengantar Hukum
Indonesia , Fakultas Hukum Unisba.2005 hal 54
3
Syahrani, Riduan. Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung. 2004.hal-212
4
Badrulzaman, Mariam Darus, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya.
Alumni. Bandung. 1996 hal 107
5
Subekti, Hukum Perjanjian .Intermasa,.Jakarta.1979 sebagaimana dikutip oleh ; Syahrani,
Riduan. Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung. 2004.hal-212
menimbulkan hak dan kewajiban pada para pihak; adapun kewajiban utama dari
penjual terhadap sipembeli menurut pasal 1491 KUHPdt adalah untuk menjamin
dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram;
Lebih tegas mengenai cacat tersembunyi dalam pasal 1504 KUHPdt disebutkan si
dijual, yang membuat barang itu tak sanggup untuk pemakaian yang dimaksud,
mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan membeli barangnya, atau tidak
akan membelinya selain dengan harga yang kurang7. Dan sebaliknya kewajiban si
pembeli menurut pasal 1513 KUHPdt ialah membayar harga pembelian, pada
1. Pengertian Konsumen
6
Subekti dan Tjitrosudibio.OP.Cit. hal 380
7
Ibid hal 374
8
Ibid. hal 375
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangkan.9
Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk,
sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen
konsumen sesungguhnya tidak hanya terbatas pada subjek hukum yang disebut
orang akan tetapi masih ada subjek hukum lain yang juga sebagai konsumen akhir
yaitu badan hukum yang mengonsumsi barang dan/atau jasa serta tidak untuk
diperdagangkan.10
2. Hak-Hak Konsumen
3. Hak pilih.
9
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2006. hlm.1-2
10
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit hlm-5
11
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya
Bakti, Bandung. 2005, hlm 229
Ada delapan hak yang secara eksplisit dituangkan dalam Pasal 4 UUPK,
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi serta
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
lain.
Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi dari
akibat negatif persaingan curang.12 Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan
bisnis yang dilakukan pengusaha sering dilakukan tidak secara jujur, yang dalam
memang harus tertuang dalam upaya perlindungan konsumen. Oleh karena itu,
keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang dan atau jasa
Selain daripada terdapat hak atas keamanan dan keselamatan di atas hak
atas informasi ini sangat penting, karena tidak memadainya informasi yang
disampaikan kepada konsumen dapat juga merupakan salah satu bentuk cacat
produk, yaitu yang dikenal dengan cacat instruksi atau cacat karena informasi
12
Shidarta, op.cit. hlm. 22
13
Sutedi, Adrian. Loc.cit
14
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm.41
15
ibid. hlm.41-42
3. Kewajiban Konsumen
Konsumen :
jasa
secara patut.
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan
menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu produk, namun konsumen
kewajiban tersebut.16
transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena
16
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm. 48
bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat
dengan pelaku usaha, adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya
demikian.
Pelaku usaha adalah setiap perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 1 UUPK cukup luas karena
usaha tersebut, tidaklah mencakup eksportir atau pelaku usaha di luar negeri.
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
17
Ibid. hlm. 49
Hak-hak yang dimiliki oleh pelaku usaha terdapat dalam Pasal 6 yaitu
antara lain :
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang
diperdagangkan;
sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan;
lainnya.
Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai
usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/atau jasa yang
18
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo .Ibid. hlm. 9
diberikannya kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
tidak diskriminatif;
yang berlaku;
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
19
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm 50
20
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo Ibid. hlm. 51
dengan perjanjian.
merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan
tentang iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa perjanjian
harus dilaksanakan dengan iktikad baik sedangkan Arrest H.R. di Negeri Belanda
memberikan peranan tertinggi terhadap iktikad baik dalam tahap pra perjanjian,
bahkan kesesatan ditempatkan di bawah asas iktikad baik, bukan lagi pada teori
kehendak.
perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan berhadapan
dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh iktikad baik dan
hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu
pihak lain.
pihak harus menaruh perhatian yang cukup dalam menutup kontrak berkaitan
21
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo .Ibid, hlm. 52
dan/atau jasa.
Hal ini tentu saja disebabkan karena kemungkinan terjadi kerugian bagi
benar, jelas, dan jujur, disebabkan karena informasi di samping merupakan hak
konsumen, juga karena ketiadaan informasi atau informasi yang tidak memadai
dari pelaku usaha merupakan salah satu jenis cacat produk (cacat informasi), yang
mengenai suatu produk, agar konsumen tidak salah terhadap gambaran mengenai
22
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo Ibid, hlm 54
23
.Ibid, hlm 55
diberikan kepada konsumen ini memegang peranan penting dalam kaitan dengan
mendefinisikan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
tersebut sangat luas, sehingga bisa dipastikan segala bentuk pangan yang beredar
dimasyarakat baik yang bersumber dari hayati maupun air selama itu bertujuan
untuk konsumsi manusia maka akan masuk dan terakomodir dalam perlindungan
Dalam ayat selanjutnya yaitu Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa Pangan
olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan27. Ini menunjukan bahwa pangan yang
dikombinasikan denga bahan-bahan tertentu akan diatur secara khusus, mana yang
boleh digunakan atau tidak. Bahan yang tidak boleh digunakan dalam hal ini
adalah bahan yang membahayakan bagi konsumen secara teknis maupun secara
24
Ibid. hlm. 58
25
Ibid. hlm. 60
26
UU Pangan.Op.Cit
27
Ibid.
dan kesejahteraan rakyat28; Sistem pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang
kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap
dikonsumsi manusia.
D. Pengertian Produk
Produk secara umum dapat diartikan sebagai barang yang secara nyata
dapat dilihat dan dipegang (tangible goods), baik yang bergerak maupun tidak
produk bukan hanya berupa tangible goods tapi juga termasuk yang bersifat
intangible seperti listrik, produk alami (misal makanan binatang piaraan dengan
jenis binatang lain, tulisan (misal peta penerbangan yang diproduksi secara
massal), atau perlengkapan tetap pada rumah real estate (misal berbagai fasilitas
rumah).29
Kata produk oleh Agnes M. Toar diartikan sebagai barang, baik bergerak
produk sebagai berikut:produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba
maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan
dan pengecer, pelayanan persusahan dan pengecer yang diterima oleh pembeli
kebutuhan.32
proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau
tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka
sebagai berikut : 34
dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan berkurangnya manfaat
defect, design defect, dan warning or instruction defect.36 Hal tersebut dinyatakan
kembali oleh A.Z.Nasution bahwa, suatu produk dapat disebut cacat (tidak dapat
35
Sabarudin Juni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dilihat Dari Segi Kerugian Akibat
Barang Cacat Dan Berbahaya, Fakultas Hukum USU, Medan, 2002., hlm. 9.
36
E. Saefullah, loc.cit.
37
AZ. Nasution. loc.cit.
1. Production/manufacturing defect
2. Design defect
a. Production/Manufacturing Defect
berada dibawah tingkat harapan konsumen.39 Atau apabila produk tersebut tidak
sesuai dengan persyaratan sehingga akibatnya produk tersebut tidak aman bagi
1. Sebuah produk terlepas dari garis kumpulan pada kondisi yang tidak
memenuhi standar;
38
E. Saefullah, loc.cit.
39
AZ. Nasution. loc.cit.
40
Amaliyah, Skripsi (Perlindungan Konsumen Atas Bahan Tambahan Pangan Pada UU Nomor. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JO UU Nomor. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,
Fakultas Hukum UNISBA, Bandung, 2003. hlm. 49
41
Ibid. hlm. 50
b. Design Defect
Design defect adalah apabila bahaya dari produk tersebut lebih besar
daripada manfaat yang diharapkan oleh konsumen biasa atau bila keuntungan dari
umumnya terlalu banyak bahaya yang dapat dicegah. Produknya mungkin saja
tidak sempurna jika gagal untuk menampilkan sebisa mungkin seperti yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya. Ini diartikan dalam konteks yang
analisa.42
c. Warning/instruction defect
bahaya yang mungkin timbul dari produk tersebut atau petunjuk penggunaanya
yang aman.
diartikan sebagai tanggung jawab para produsen untuk produk yang dibawanya
yang melekat pada produk tersebut.43 Tanggung jawab itu dapat bersifat
42
Amaliyah .Ibid .hlm. 50
43
Toar, Agnes M. Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di Beberapa Negara
(Makalah, dibawakan dalam penataran Hukum Perikatan II, Ujung Pandang, 17-29 Juli 1989),1.
perbuatan melawan hukum), 44 dasar gugatan untuk tanggung jawab produk dapat
2. Kelalaian (negligence)
produsen), bahwa barang yang dihasilkan atau dijual tidak mengandung cacat.
Pengertian cacat bisa terjadi dalam konstruksi barang (construction defect), desain
R.C.Hoeber et al, biasanya prinsip tanggung jawab mutlak ini diterapkan karena
kompleks,
dalam pasal 19 ayat (1) UUPK dengan menyatakan : pelaku usaha bertanggung
jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan /atau kerugian
pangan olahan untuk diedarkan dan atau orang perseorangan dalam badan usaha
yang diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab
atas keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang
pula dengan tegas mengenai tanggung jawab produk ini. Tetapi dipasal 19 ayat (5)
UUPK dan pasal 41 ayat (7) UU Pangan diberikan peluang bagi pelaku usaha
untuk bebas dari tuntutan selama pelaku usaha tersebut bisa membuktikan bahwa
kesalahan ada pada konsumen bukan atas kesalahan atau kelalaian dari pelaku
usaha, maka sistem pembuktiannya terbalik dalam arti pelaku usahalah yang harus
selalu membuktikan ketika ada gugatan dari konsumen atas kerugian yang diderita
47
Hoeber. R.C. Contemporary Busines Law, Principles and Cases (New York: McGraw-Hill Book
Co., 1986), 420. Sebagaimana dikutip oleh Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,
Grasindo, Jakarta, 2006. Hlm 78
48
Shidarta op.cit hal 82
II. Landasan SyarI (Jual Beli dendeng Sapi yang Mengandung Daging Babi)
Dengan mengikuti sistematika iman, islam, dan ikhsan yang berasal dari hadits
Nabi Muhammad, kerangka dasar agama islam yang terdiri dari (1) aqidah, (2)
syariah, dan (3) ahlak. Pada komponen syariah dan ahlak ruang lingkupnya jelas
mengenai ibadah, muamalah dan sikap terhadap khalik (Allah) serta mahluk.
Pada komponen aqidah, ruang lingkup itu akan tampak pula jika dihubungkan
dengan iman kepada Allah dan para Nabi serta para Rasullnya. Yang dimaksud
dengan :
usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna) adalah ikatan,
49
Antonio SyafiI, Potensi dan peranan Sistem Ekonomi Islam Dalam upaya pembangunan umat
islam nasional, makalah, tanpa tahun hal 28. Sebagaimana dikutip oleh Furqon, Andang.
Harumiati. Imaniyati, Neni Sri dan Wiyanti Diana Pengantar Hukum Indonesia , Fakultas
Hukum Unisba.2005 hal 31
50
Bisa terbukti dengan beberapa aturan hukum Islam yang di adopsi jadi hukum positif seperti
KHI (kompilasi Hukum Islam) dan beberapa pasal yang dari aturan hukum yang mewajibakan
pemeluk agama islam untuk menjalankan agamanya.
karena itu selalu di tautkan dengan rukum iman atau arkanul iman yang
(oleh setiap umat islam). Dalam arti teknis, syariah adalah seperangkat
dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma ilahi yang mengatur
tata hubungan itu berupa (a) kaidah ibadah dalam arti khusus atau yang
disebut juga kaidah ibadah murni, mengatur cara dan upacara hubungan
3. Ahlak, ahlak berasal dari khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah
sikap, perangai, tingkah laku atau budi pekerti manusia terhadap khalik
(pencipta alam semesta) dan mahluk (yang diciptakan). Karena itu, sama
halnya dengan syariah, dalam garis besarnya ajaran ahlak juga dapat
dibagi dua yakni yang berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia
terhadap (a) khalik, Tuhan Maha Pencipta dan (b) terhadap sesama mahluk
(segala yang diciptakan oleh khalik). Sikap terhadap mahluk dapat di bagi
dua pula, yaitu (1) ahlak terhadap manusia yakni diri sendiri, keluarga,
tetangga dan masyarakat, dan (2) ahlak terhadap mahluk bukan manusia
yang ada disekitar lingkungan hidup kita. Yang terkahir ini dapat di bagi
51
Ali,Muhammd Daud, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 1998 hal 29
52
Ibid hal-30
lagi menjadi ahlak terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan ahlak terhadap (b)
hewan, bahkan (c) ahlak terhadap bumi dan air serta udara yang ada di
sekitar kita.53
B. Muamalah
1. Pengertian Muamalah
dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat mempunyai peran yang cukup
dalam islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini sebagai
a. Secara etimologi
) amala-yuamilu-muamalatan
Secara luas yaitu : aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
Sedangkan dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang
benda yang halal, haram, dan subhat untuk diperjual belikan, benda-benda
tukar menukar benda yang bersumber dari panca indera manusia, yang
Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiah ialah ijab qabul, saling
meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam
hidup masyarakat.
Artinya pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)
SWT berfirman :
1#
&%0+,/*
Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, ( Fathir :
29 )61
59
Suhendi, Hendi.Fiqih Muamalah.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta hal-5
60
M. Arifin Hamid Ibid. hal 73
61
Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-quan Al-quran dan terjemahnya. depag
.1971
Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik yang satu kepada yang lain atas dasar saling
Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau
dibolehkan.
Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta atas harta, maka terjadilah
muamalah :97)
beli adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan cara
suka rela sehingga keduanya dapat saling menguntungkan, maka akan terjadilah
penukaran hak milik secara tetap dengan jalan yang dibenarkan oleh syara.Yang
persyaratan, rukun-rukun dalam jual beli, maka jika syarat dan rukunnya tidak
62 62
Suhendi, Hendi.o.cit hal-
63
Sabiq, Sayyid . Fiqih Sunnah12. PT. Al-Maarif. Bandung.1987. hal 45
i. Akad
ii. Penjual dan pembeli
iii. Makud alaih(objek akad)
Aqad
64
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan
oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang
sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian,
seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud
dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab
zaman Jahiliyah.
65
Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-quan. Op.cit
66
Syafei. Rahmat.op.cit. hal 75
bersambung dan menjadi seutas tali yang satu.67 Para ahli hukum Islam
dan Kabul yang dibenarkan oleh syara yang menimbulkan akibat hukum
terhadap objeknya68
Unsur-unsur akad :
67
Ghufron A. Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual.cet 1, Raja Grafindo Persada, 2002 hlm 75
68
Ibid hal 76
69
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Indonesia. Kencana.Jakarta. 2005 hal 48
70
Syafei. Rahmat.op.cit. hal 77
71
Ibid hal 81
c. Islam
d. Pembeli bukan musuh72
Menurut madzhab hambali
a. Dewasa
b. Ada keridhaan73
Syarat benda yang menjadi objek akad :
a. Suci, maka tidak sah penjualan benda-benda najis, kecuali anjing untuk
berburu.
b. Memberi manfaat menurut syara.
c. Jangan dikaitkan atau digantungkan dengan hal-hal lain, missal : jika
ayahku pergi kujual motor ini kepadamu.
d. Tidak dibatasi waktunya.
e. Dapat diserahkan dengan cepat ataupun lambat.
f. Milik sendiri.
g. Diketahui barang yang diperjual belikan tersebut baik berat, jumlah,
takaran dan lain-lainnya.74
D. Bentuk Bentuk Jual Beli
Dilihat dari segi sah atau tidak sahnya, para ulama membagi jual beli
kedalam tiga bentuk, jual beli yang shahih, jual beli yang bathil, dan jual beli yang
fasid (rusak).
1. Jual beli dikatakan shahih apabila jual beli itu sendiri memang
2. Jual beli dikatakan bathil apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak
terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan.
72
Ibid hal 81-82
73
Ibid hal 84
74
suhendi,hendi.op.cit.hal 67-89
Misalnya, jual beli yang dilakukan anak-anak atau orang gila, barang-
barang yang diharamkan untuk dijual (seperti bangkai, darah, daging babi,
dan khamar).
a) Jual beli sesuatu yang tidak ada b) Jual beli barang yang tidak dapat
atau unsut spekulatif yang sangat tinggi d) Jual beli benda-benda najis e)
Jual beli urbun (uang panjar milik penjual apabila tidak jadi) f) Jual beli
air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak boleh dimiliki seseorang.
3. Adapun jual beli dikatakan fasid (rusak) apabila jual beli itu pada
a) jual beli majhul, jual beli barang yang tidak diketahui secara umum b)
Jual beli yang tergantung pada suatu syarat, c) Jual beli barang yang ghaib,
yang tidak pernah dihadirkan pada saat jual beli sehingga tidak dapat oleh
pembeli. d) Jual beli orang buta e) Jual beli denga harga yang diharamkan
f) Jual beli ajal g) Jual beli anggur dan buah-buahan lain untuk tujuan
pembuatan khamar h) Jual beli yang diiringi syarat i) Jual beli sebagian
barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kesatuannya. J) Jual
dipanen.75
75
Tim penulis (transliterator Ahmad Thib Raya). Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta 1996 hal 295
Menurut ulama hanafi jual beli fasid dapat menjadi sah apabila
kefasidannya diperbaiki.
Berkenaan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al-Juhaili
dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dapat memilih, dan mampu
ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yang dpandang tidak sah jual
belinya adalah :
a). Jual beli orang gila, b). Jual beli anak kecil, c). Jual beli orang buta, d).
Jual beli terpaksa, e). Jual beli fudhul, f). Jual beli malja.
Ulama fiqih telah sepakat atas sahnya jual beli yang didasarkan
antara ijab dan qabul; berada disatu tempat, dan tidak terpisah oleh suatu
tidak sah. Beberapa jual beli yang dipandang tidak sah atau masih
a). Jual beli Muathah, b). Jual beli melalui surat atau utusan, c). Jual beli
dengan surat atau tulisan, d). Jual beli barang yang tidak ada ditempat
76
Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqhul AL-Islami wa Adillatuh, Juz IV, hal 405-406 sebagaimana
dikutip oleh Syafei. Rahmat Fiqih Muamalah Pustaka Setia.Bandung. 2001. Hal 93-101
77
Ibid hal- 95
akad, e). Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan Kabul, f). Jual beli
munjiz
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli di anggap sah apabila maqud
alaih adalah barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk, dan dapat
bersangkutan dengan milik orang lain, dan tidak ada larangan syara.78
a). Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada, b). Jual
beli barang yang tidak dapat diserahkan, c). Jual beli gharar, d). Jual beli
barang yang najis dan yang terkena najis,ulama sepakat tentang larangan
jual beli barang yang najis seperti khamar. Akan tetapi, mereka berbeda
beli barang yang tidak jelas, f). Jual beli barang yang tidak ada di tempat
akad (ghaib), tidak dapat dilihat, g). Jual beli sesuatu yang belum
/ /0
12
/
/
. 3 4 , 56
1 , -. ,
/37
78
Ibid hal- 97
a). Jual beli riba, b). Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan,
c). Jual beli barang dari hasil pencegatan barang, d). Jual beli waktu azan
jumat, e). Jual beli anggur untuk dijadikan khamar, f). Jual beli induk
tanpa anaknya yang masih kecil, g). Jual beli barang yang sedang dibeli
79
Hasan M.Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalah).PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta 2003 hal 140-141
80
Ibid hal-99
BAB III
A. Dendeng Sapi
tenaga kerja dan masyarakat, mewujudkan jaminan mutu produk dan/atau jasa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mantap dan tercapainya persaingan yang
Tahun 1997 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun
kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001,
1
Wahyuni, Endang Sri. Aspek Hukum Sertifikasi dan Ketekaitannya Dengan Perlindungan
Konsumen.Citra Aditya Bakti. Bandung 2003. Hal 103
2
http://www.bsn.go.id/index.php tgl 9 1 2010
Salah satu kerja yang dilakukan badan ini ialah melakukan standarisasi
terhadap produk dalam bidang industri yang didalamnya terdapat dendeng sapi.
Bahwa dendeng yang dijamin mutunya adalah dendeng yang bertanda SNI nomor
1. Syarat mutu,
giling.
dikemas lagi dalam peti kayu atau kemasan lain yang sesuai.
SNI dendeng sapi ini termasuk kedalam kelompok daging dan produk
3
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni_2/3281 dikutip tanggal 2-12-2009
tersendiri. Ada panduan tentang cara mengolah dendeng yang baik yang
4
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/PIWP/dendeng_sayat.pdf
Panduan untuk membuat dendeng sapi yang baik pada kenyataannya tidak
pelaku usaha yang menjual produk dendeng sapi dipasaran ternyata mengandung
daging babi. Hal ini dibuktikan dengan berdasar pada pengujian oleh Balai
Maka penemuan ini ditindak lanjuti dengan penelitian yang dilakukan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap 15 produk dendeng dan 20
produk abon yang ada dipasaran, dari hasil penelitian tersebut BPOM menemukan
3. Abon & Dendeng Sapi Cap LIMAS kemasan 100 gram diproduksi
Langgeng, Salatiga.
4. Dendeng Sapi Istimewa Beef Jerky Lezaaat kemasan 100 gram diproduksi
5. Dendeng Daging Sapi Istimewa No.1 Cap 999, 250 gram diproduksi
S.Hendropurnomo, Malang.6
5
Loc.cit. Hal-4
6
Loc.cit hal 5
undang No.7 tahun 1997 tentang Pangan juga peraturan-peraturan lain yang
terkait. Selain ayat (1) diatas dalam pasal (3) dikatakan pula bahwa :
Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran.
1. Sanksi Administratif
a. Pasal 60
2. Sanksi Pidana
a. Pasal 61
b. Pasal 62
(2) Pasal 63
Dalam Pasal 21 huruf (c) undang-undang no.7 tahun 1996 tentang Pangan
dinyatakan :
sanksi yang ada dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
ialah :
a. Pasal 41
7
Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan hlm-5 (adobe reader.net)
8
Ibid. hlm-6
2. Ketentuan Pidana
a. Pasal 55
Tangga (IRT) maka dari hasil penelitian terhadap peraturan yang secara khusus
satu factor yang penting untuk mengetahui seberapa besar pemahaman PP-
IRT dalam melaksanakan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). Lalu
dan data sekunder, yaitu data hasil analisis laboratorium tentang mutu
Fasilitas (3) Peralatan Produksi (4) Suplai Air (5) Fasilitas dan Kegiatan
Higiene dan Sanitasi (6) Pengendalian Hama (7) Kesehatan dan Higiene
Pelatihan Karyawan.
yang Baik (CPPB) merupakan salah satu factor yang penting untuk
lalu di bagian c dikatakan pula bahwa Cara Produksi Pangan yang Baik
berskala Rumah Tangga, bahwa Pedoman ini wajib di ikuti oleh IRT
sesuai dengan bunyi ketetapn di bagian kedua yaitu bahwa setiap industri
berpedoman pada Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah
kesehatan.
pangan agar bermutu, aman dan layak untuk diknsumsi, maka tujuan
pengawasan.
IRT.
bahan tertentu yang secara syariah mengandung unsur bahan tidak halal
beragama Islam.
Adapun yang dimaksud dengan izin edar dalam peraturan ini pasal
1 ayat (1) mengatakan izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi bagi
Indonesia; ayat (7), makanan dan atau minuman adalah pangan olahan
hasil proses dengan cara atau metode terentu dengan atau tanpa bahan
tambahan; ayat (8) bahan tertentu adalaha bahan yang bersumber, atau
mengandung, atau berasal dari hewan atau mahluk hidup lainnya dalam
bahan tertentu; dijelaskan pula dalam pasal 2 a bahwa hewan atau mahluk
makanan dan minuman dalam pasal 6 ayat (1) bahwa produk makana dan
atau berasal dari babi, dapat diberikan izin edar dengan ketentuan harus
gambar babi dalam kotak dengan warna merah diatas dasar warna putih
pada penandaan/label.
a. Al-Quran
Tafsir
-
#! : Allah Telah menghalalkan jual beli
Jual beli adalah transaski yang menguntungkan kedua belah pihak, keuntungannya
diperoleh melalui kerja keras manusia, menuntut aktivitas manusia pula, dan
mengandung kemungkinan untung dan rugi tergantung pada kepandaian
mengelola serta kondisi dan situasi pasarpun ikut menentukan9.
Tafsir
$ "
: Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu
Allah mengharamkan kepada mereka daging babi, baik yang disembelih atau
karena mati biasa. Termasuk kedalam keharaman daging adalah bulunya.
Pengungkapan daging hanyalah untuk menyatakan bahwa daginglah yang biasa
dikonsumsi.10
Masalah : menurut Imam SyafiI dan ulama lainnya, susu dan telur yang menyatu
dengan barang najis adalah najis pula11.
9
Tafsir Al-Misbah hal 593
10
Ar-Rifai. Muhammad Nasib.Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jilid I). Gema Insani. Jakarta 1999
hal271
11
Ibid.
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah.".(Al-Anam 145)
Tafsir
+ ,
,
6*05 : sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya
/470
. : atau daging babi
1* 5
: Karena Sesungguhnya semua itu kotor
Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, adalah orang-orang
jahiliah suka memakan berbagai hal dan tidak memakan makanan lain karena
jijik. Kemudia Allah menurunkan Nabi berikut kitabnya. Dia mengharamkan
makanan yang diharamkanNya dan menghalalkan makanan yang dihalalkanNya.
Dan perkara yang dibiarkanNya boleh dimakan. Imam Ahmad meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, dia berkata, Domba Saudah binti Zammah mati. Dia bertanya,
Wahai Rasulullah, domba betinaku mati. Beliau bersabda,Maka mengapa
kalian tidak mengambil kulitnya? Saudah berkata, Apakah boleh kami
mengambil kulit domba? Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah hanya
berfirman,Katakanlah, Aku tidak menemukan dalam wahyu yang diturunkan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang ingin memakannya, kecuali
kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, dan daging babi. Kamu tidak
boleh memakannya, harus menyamaknya, lalu memanfaatkannya. Kemudian
Saudah menguliti domba, menyamaknya, lalu dia membuat kantong air dari kulit
itu.12
12
Ar-Rifai. Muhammad Nasib.op.cit hal 305
Tafsir
Sama dengan surat Al-Baqarah ayat (173)
6
20+,/
+ 5!
=$'.>
3<4
';9:&
1#8
& +1 #+ 3)368
7
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(an-Nisa
ayat 29).
[287] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang
lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat
merupakan suatu kesatuan.
Tafsir
5!
=$'.>
3<4
: janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
b. Hadis
5# $
J 9 I-
D "5A E :
FGH;! 0 C
K!7!
Bahwa Nabi saw ditanyai : mata pencaharian apakah yang paling baik, jawabnya :
seseorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik. (H.R
Al-Bazaar)14
$MP G 7 / 0 L ,<
F M % & N # F - I ;
F M
O / 8 C
>
Dan sesungguhnya Allah, apabila mengaharamkan makan Sesuatu kepada suatu
kaum, maka mengharamkan pula harganya. (H.R. Ahmad)
R'Q7 F 0? 1 K0B Q
B
F M
/ -: /8 C
/
Sesungguhnya Allah dan Rasullnya telah megaharamkan jual beli arak, bangkai,
babi dan patung-patung. (Muttafaqun Alaihi)
$MP7/
3
1 2E
N
! C $M
S 56
1
Tidak halal bagi seseorang menjual Sesuatu, melainkan hendaklah dia
menerangkan (cacat) yang ada padanya. (H.R. Ahmad)
13
Ar-Rifai. Muhammad Nasib hal 693
14
Yusuf, Ahmad M dkk.HImpunan Dalil dalam Al-Quran dan Hadits.PT. Media Suara Agung.
Jakarta. 2008 hal 101
keturunan, akal dan kehormatan, maka diperlukan sanksi bagi mereka yang
perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda ataupun yang lainnya
unsur ini biasanya disebut unsur formal (rukun syari). sebelum ada nas
sehat.
perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat, dan unsur ini biasa disebut
Jarimah ini bisa berakibat pelakunya di jatuhi hukuman, yakni: (1) hudd;
15
Hidayat. Asep Ramdan Hukuman Mati Dalam Perspektif Hukum Islam (Tahkim/Jurnal
Peradilan Agama) Fakultas Syariah Unisba. Bandung.2002 hal 59-60
1. Hudd
Secara bahasa, hudd berarti sesuatu yang membatasi di antara dua hal.
ditetapkan (kadarnya) oleh syariat dan menjadi hak Allah. Di sebut hudd
Allah. Hudd hanya dijatuhkan atas tindak kejahatan berikut: (1) zina
(pelaku dirajam [jika muhshan/telah menikah] atau cambuk 100 kali [jika
kali); (5) murtad yang tidak mau kembali masuk Islam (pelaku dibunuh);
dipotong tangan dan kaki secara bersilang jika hanya merampas harta dan
yang bersifat edukatif, yakni agar pelakunya kembali taat pada Negara,
2. Jinyt
pembunuhan;
dilakukan tidak dengan sengaja atau jika tindakan itu kemudian dimaafkan
3. Tazr
dijatuhkan atas kemaksiatan yang di dalamnya tidak ada had dan kafrat.
merusak akal; (4) pelanggaran terhadap harta; (5) gangguan keamanan; (6)
Sanksi tazr dapat berupa: (1) hukuman mati; (2) cambuk yang tidak
boleh lebih dari 10 kali; (3) penjara; (4) pengasingan; (5) pemboikotan; (6)
ganti rugi (ghuramah); (7) peyitaan harta; (8) mengubah bentuk barang;
(9) ancaman yang nyata; (10) nasihat dan peringatan; (11) pencabutan
pewartaan (tasyhr).
atau yang mewakilinya yaitu qdh (hakim) diberikan hak oleh syariat
4. Mukhlaft
17
http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=lpksmbrw&PropinsiID=2 dikutip tanggal 20
desember 2009
bahwa :
masyarakat)
(LPKSM).
18
Ibid hal 17
19
UUPK op.cit hal 33
Departemen dikatakan
masyakat yaitu :
Dari data yang diperoleh terhadap kasus penjualan dendeng sapi yang
Daftar Dendeng dan Abon Babi yang diperintahkan untuk ditarik dan
dimusnahkan oleh BPOM RI21
Keterangan pers tentang penjelasan terkait produk dendeng/abon babi
nomor : KH.00.01.1.53.1674 tanggal 16 april 2009
No.
No Label/Nama Produk PRODUSEN KETERANGAN
Pendaftaran
Dendeng/Abon Sapi
SP No SP milik
1. Gurih Cap Kepala Sapi Tidak diketahui
0094/13.06.92 Perusahaan lain
(250 gram)
Langgeng,
Abon dan Dendeng Sapi SP No SP milik
2. Salatiga
Cap LIMAS (100 gram) 030/11.30/94 Perusahaan lain
(Produsen fiktif)
Abon/Dendeng Sapi
SP No SP milik
3. Asli Tidak diketahui
030/11.30/94 Perusahaan lain
Cap A.C.C
Dendeng Sapi Istimewa MDC Food,
PIRT
4. Beef Jerky Lezaaat Surabaya- -
201357812877
(100 gram) Indonesia
Dendeng Daging Sapi S.
PIRT
5. Istimewa No. 1 Cap 999 Hendropurnomo, -
201357301367
(250 gram) Malang
21
http://sandynata.wordpress.com/2009/06/02/daftar-dendeng-dan-abon-babi-yang-diperintahkan-
untuk-ditarik-dan-dimusnahkan-oleh-bpom-ri/ Posted on Juni 2, 2009 by sandynata
2. Tidak ada tindak lanjut yang serius dari pihak-pihak yang berwenang
hukum Islam.
Pada dasarnya jual beli dendeng yang dilakukan antara konsumen dan
pelaku usaha tidak dilarang oleh undang-undang, artinya sah secara hukum (baik
hukum Positif maupun hukum Islam), akan tetapi ketika diketahui dikemudian
hari di temukan hal-hal lain seperti cacat yang dapat menyebabkan kerugian pada
salah satu pihak yaitu konsumen, maka konsumen dalam hal ini akan mendapat
ganti rugi maupun hal lain yang diatur oleh undang-undang tersebut. Dan pelaku
hukum positif maupun the living law (hukum Islam) ditemukan beberapa
peraturan yang melindungi konsumen dari praktek jual beli yang merugikan
seperti penjualan dendeng sapi yang mengandung daging babi sebagai produk
cacat dalam manufaktur (manufacturing defect) yang tentu saja bagi umat muslim
bagi jiwa (secara spiritual) mereka. Adapun peraturan yang penulis inventarisir ini
untuk menjaring produk-produk pangan yang masuk kepasaran yang tidak aman
menjual barang yang cacat seperti dendeng sapi yang mengandung daging babi ini
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha; dan pada akhirnya pelaku usaha mampu meningkatkan kualitas barang
dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,
dasar manusia yang memeberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan
menghasilkan pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi
jawab dan 3) mewujududkan tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar
dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan. Maka sesuai dengan pasal 64 tentang
melindungi konsumen yang telah ada pada saat UUPK diundangkan, dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam UUPK, Maka UU Pangan dan peraturan pelaksana yang
terhadap masalah penjualan dendeng sapi yang mengandung daging babi. Lebih
jelasnya untuk pemenuhan hak dan kewajiban serta sanksi berlaku Undang-
pangan khususnya dendeng secara teknis di atur oleh Undang-Undang No. 7 tahun
oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai Industri Rumah Tangga (IRT)
akan berlaku asas lex specialis derogate lex generalis yaitu dengan surat
keputusan dan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai
00.05.5.1639, Tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri
Rumah Tangga (CPPB-IRT). Bahwa Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
merupakan salah satu factor yang penting untuk memenuhi standar mutu dan
persyaratan yang ditetapkan untuk pangan, lalu di bagian c dikatakan pula bahwa
Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) untuk Industri Rumah Tangga perlu di
aplikasikan pada Industri berskala Rumah Tangga, bahwa Pedoman ini wajib di
ikuti oleh IRT sesuai dengan bunyi ketetapan di bagian kedua yaitu bahwa setiap
industri rumah tangga dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatannya wajib
berpedoman pada Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga
(CPPB IRT).
bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi, maka tujuan penerapannya 1) secara
umum adalah umtuk menghasilkan pangan yang bermutu, aman dikonsumsi dan
persyaratan produksi yang baik seperti persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas,
dan pengawasan.
Jika pelaku usaha Industri Rumah Tangga (IRT) dalam hal ini UKM
daging babi tidak akan terjadi disebabkan berdasarkan peraturan tersebut UKM
Khusus bagi umat Islam yang meyakini hukum Islam, maka dalam hal ini
ketentuan hukum Islam yang mengatur bidang muamalah mengenai jual beli dan
hal-hal yang terkait dengan jual beli dalam Islam sudah cukup kuat berdasarkan
Al-Quran, Hadits, dan hasil-hasil Ijtihad para sarjana Islam (ulama) yang
memenuhi syarat sah jual beli yaitu salah satunya objek jual beli harus
beli yang dilarang dalam Islam adalah sebab Maqud alaih, yaitu Jual
beli barang yang najis dan yang terkena najis, juga beli garar.
/ /0
12
/
/
. 3 4 , 56
1 , -. ,
/37
sesama muslim bersaudara, tidak halal (boleh) bagi seorang muslim
menjual barangnya kepada muslim yang lain, padahal barang itu terdapat
cacat (aib). (HR Ibnu Majah)
Maka jelaslah bahwa peraturan di dalam hukum Islam yang mengatur jual
beli, bahwa jual beli selain jual beli barang haram yang nyata dilarang, untuk
menjual sesuatu barang yang bercampur dengan barang haram, ataupun menjual
barang dari barang yang haram adalah dilarang. Adapun pelaranggaran terhadap
pelarangan dalam hukum Islam ini akan sanksi jarimah, baik berbentuk tazir dan
mukhalafat yang dikembalikan kepada peraturan yang dibuat Negara yang tidak
nyaman, berkaitan dengan produk dendeng sapi yang mengandung daging babi
dan LPKSM ini menurut ayat (4) hanya dilakukan terhadap barang dan/atau jasa
pengawasan pangan secara teknis mulai dari produksi, distribusi sampai dengan
dendeng sapi yang termasuk pada produk pangan adalah Badan Pengawas Obat
64 Tahun 2005 yang mengatakan didalam Pasal 1 ayat (2) LPND (Lembaga
Presiden. Salah satu LPND ini dibagian kedua puluh tiga mengenai Badan
Pengawas Obat dan Makanan dalam Pasal 67 bahwa BPOM mempunyai tugas
dendeng sapi yang mengandung daging babi produk dari UKM yaitu dengan :
produknya.
dilaksanakan dengan baik, maka Industri Rumah Tangga dalam hal ini UKM yang
memproduksi dendeng sapi yang ternyata mengandung daging babi tidak akan
mendapatkan izin untuk di edarkan ke pasaran. Selain itu lembaga yang bertugas
untuk mengawasi pangan secara rohani ialah LPPOM-MUI, akan tetapi lembaga
Nomor 519 Tahun 2001 tanggal 30 Nopember 2001 Tentang Lembaga Pelaksana
terhadap produk yang akan diperdagangkan oleh pelaku usaha hanya saja apabila
produk tersebut didalam kemasannya bertanda halal maka ada kewajiban pelaku
tidak merugikan konsumen. UUPK yang sudah mengatur bahwa pelaku usaha
dalam melakukan kegiatan usahanya harus beritikad baik dari mulai pra produksi,
proses produksi sampai dengan siap untuk di edarkan di pasaran, lalu menjamin
mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan /atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang, lalu apabila ada konsumen yang dirugikan akibat
penggantian apabila barang yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian, sepertipun perjanjian jual beli dendeng sapi yang ternyata mengandung
daging babi yang pada awalnya konsumen mengharapkan bahwa dendeng tersebut
murni dendeng sapi. Untuk dapat terlaksananya kewajiban pelaku usaha dengan
baik maka kewajiban ini di imbangi dengan larangan bagi pelaku usaha khususnya
pelaku usaha yang telah memproduksi dendeng sapi yaitu dengan melarang
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan
tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
yang telah merugikan konsumen dengan cara menjual dendeng sapi yang
mengandung daging babi yang ternyata tidak memberikan ganti rugi apapun
selain hanya produknya ditarik dan dimusnahkan oleh BPOM maka hal tersebut
bertentangan dengan prinsip tanggung jawab yang berlaku dalam UUPK. UUPK
mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen dengan
menggunakan pembuktian terbalik. Sesuai dengan pasal 19 ayat (1) bahwa pelaku
usaha harus selalu bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas
dihasilkan atau diperdagangkan oleh pelaku usaha dalam hal ini UKM, akan tetapi
di ayat (5) pelaku usaha diberi kesempatan untuk lepas dari tanggung jawabnya
apabila bisa membuktikan bahwa kesalahan ada pada konsumen. Artinya bahwa
prinsip tanggung jawab produk yang ada didalam UUPK belum dilaksanakan
dengan optimal, ditambah lagi dengan tidak adanya gugatan dari masyarakat yang
disekitarnya. Pelaku usaha yang telah menjual dendeng sapi yang mengandung
daging babi menurut Islam telah melakukan jual beli secara bathil baik dalam segi
terhadap larangan syara yang disebut jarimah mutlak harus bertanggung jawab.
Untuk kondisi saat ini di Indonesia sebagai Negara hukum yang mempunyai
terkait dengannya, maka bentuk pertanggung jawaban dalam hukum Islam yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari rangkaian analisis bab IV, penjualan dendeng sapi yang mengandung
ini adalah UKM sangat merugikan konsumen, maka secara sistematis dapat
disimpulkan :
1. Bahwa baik ketentuan hukum positif maupun hukum Islam yang mengatur
pelaksananya
e. Masyarakat
kesalahan dengan mencampur daging dendeng sapi dengan daging babi mutlak
B. Saran
b. Dapat memberikan contoh bagi pelaku usaha yang lain dan sejenis
ketentuan perundang-undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Furqon, Andang. Harumiati. Imaniyati, Neni Sri dan Wiyanti Diana Pengantar
Hukum Indonesia , Fakultas Hukum Unisba.2005
Hoeber. R.C. Contemporary Busines Law, Principles and Cases (New York:
McGraw-Hill Book Co., 1986), 420.
Nana, Masduki FIqih Muamalah (diktat) Bandung IAIN Sunan Gunung Djati,
1987.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
Citra Aditya Bakti, Bandung. 2005.
Qardhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid I.Gema Insani Press.
Jakarta.1995.
Qardhawi, Yusuf Halal dan Haram Dalam Islam,alih bahasa oleh Muammal
Hamidy.PT Bina Ilmu.Surabaya.1990
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (ed. Revisi V),
Rineka Cipta , Jakarta, 1997
Undang-undang
Subekti dan Tjitrosudibio Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta.2004.
Ar-Rifai. Muhammad Nasib.Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jilid I). Gema Insani.
Jakarta 1999
Tafsir Al-Misbah
Ensiklopedia.
Tim penulis (transliterator Ahmad Thib Raya). Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta 1996
Artikel
http://grandparagon.com/index.php/2009/04/16/5-produk-abondendeng-yang-
dioplos-daging-babi/
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1083217242,86128,
http://www.mediakonsumen.com/Artikel1127.html
http://www.bsn.go.id/index.php tgl 9 1 2010
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni_2/3281 dikutip
tanggal 2-12-2009
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/PIWP/dendeng_sayat.pdf
http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/apa-saja-bentuk-bentuk-hukuman-
alam-sistem-islam/ Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada 26 Januari
2007
http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=lpksmbrw&PropinsiID=2 dikutip
tanggal 20 desember 2009
http://sandynata.wordpress.com/2009/06/02/daftar-dendeng-dan-abon-babi-yang-
diperintahkan-untuk-ditarik-dan-dimusnahkan-oleh-bpom-ri/
Posted on Juni 2, 2009 by sandynata
Makalah
Antonio SyafiI, Potensi dan peranan Sistem Ekonomi Islam Dalam upaya
pembangunan umat islam nasional, makalah, tanpa tahun